Anda di halaman 1dari 42

BAB III

RENCANA AKTUALISASI

3.1. Nilai-Nilai ANEKA

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelayan masyarakat dimana kepentingan

masyarakatlah yang menjadi tujuan utama. Sebagai aparatur negara kita harus

mengedepankan kepentingan publik, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak

korupsi, transparan, akuntabel.1

Nilai diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik, penting, bermanfaat dan

menyenangkan. Sedangkan nilai dasar profesi ASN dapat diartikan sebagai hal-hal yang

dijadikan konsepsi dasar dalam berperilaku sesuai dengan profesi ASN. ASN harus berpegang

teguh pada nilai- nilai dasar profesi ASN yang disebut sebagai ANEKA, yaitu akuntabilitas,

nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi. 1

Berdasarkan Undang-undang ASN No. 5 Tahun 2014, nilai-nilai dasar profesi ASN

yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi yang

diakronimkan dengan ANEKA. 1

3.1.1. Akuntabilitas10

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai sesuai dengan

tugas dan kewenangan masing-masing. Akuntabilitas juga dapat diartikan sebagai

pertanggungjawaban dari hasil pekerjaan.

Nilai akuntabilitas antara lain:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara

kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;

15
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS

dalam politik praktis;

c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan

dan pelayanan publik;

d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai

penyelenggara pemerintahan.

Pada akuntabilitas, nilai yang dapat diterapkan pada kegiatan aktualisasi ini adalah

memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelengaraan pemerintahan dan

pelayanan publik dalam hal ini dalam pelayanan sebagai dokter, dan juga menunjukkan sikap

dan perilaku yang konsisten dalam melakukan kegiatan setiap harinya, seperti pendataan,

pelayanan dan dalam menyembuhkan pasien.

3.1.2. Nasionalisme11

Nasionalisme adalah pandangan rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan Negara

dan sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme pancasila adalah paham kecintaan

manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah air yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila.

Nilai-nilai nasionalisme bagi ASN diantaranya:

1. Sila I Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai yang terkandung dalam sila pertama diantaranya beriman, menghormati dan

berkerja sama antar umat beragama serta tidak memaksakan agama ke orang lain. Selain

itu, sila pertama juga mengandung nilai percaya dan taqwa, hormat menghormati dan

bekerja sama antar pemeluk agama, saling menghormati dalam kebebasan menjalankan

ibadah, tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan pada orang lain.

16
2. Sila II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila kedua menyangkut persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama

manusia. Nilai yang terkandung yaitu saling mencintai, sikap tenggang rasa, tidak semena-

mena, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, melakukan kegiatan kemanusiaan, berani

membela kebenaran dan keadilan, saling menghormati dengan bangsa lain.

3. Sila III Persatuan Indonesia

Sila ketiga mengandung nilai kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan

pribadi dan golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa, cinta tanah air dan

bangsa, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

4. Sila IV Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Sila keempat mengandung nilai bahwa masyarakat harus mengawasi wakil rakyat,

tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan masyarakat dalam

mengambil keputusan, keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan.

5. Sila V Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai yang terkandung pada sila kelima yaitu mengutamakan perbuatan luhur, bersikap

adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak orang lain, suka

memberi pertolongan, tidak bergaya hidup mewah, suka bekerja keras, menghargai karya

orang lain.

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai bagian dari pemerintah atau sebagai aparatur

sipil negara memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan publik. ASN adalah aparat

pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan

17
kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor pemerintah. Selain itu ASN juga mengemban

tugas sebagai alat pemersatu bangsa.

Dalam nasionalisme ini yang dapat diterapkan dalam kegiatan aktualisasi ini adalah

pada Sila ke dua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradap dengan melakukan penyuluhan ke

posyandu sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, sila ketiga yaitu persatuan Indonesia

dengan melakaukan pengabdian kepada bangsa dan negara dalam bentuk pelayanan sebagai

dokter sehari-hari, Sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan dalam rapat sosialisasi untuk selalu mengutamakan

kepentingan bersama, Sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu

berlaku adil tanpa diskriminatif kepada setiap pasien dalam melakukan pelayanan.

3.1.3. Etika Publik12

Pelayan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknis dan

leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat

cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali diskriminatif, terutama

pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung.

Adapun kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/ etika suatu

kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan

dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

Dalam setiap aktivitas seseorang baik sebagai aparatur sipil Negara maupun sebagai

anggota masyarakat selalu melekat di dalamnya nilai-nilai etika. Oleh karena itu, setiap

aparatur sipil Negara dalam setiap kegiatan dan aktifitasnya harus selalu berhati-hati dan agar

tidak bertentangan dengan nilai-nilai etika yang harus selalu dijunjung dan ditegakkan.

18
Adapun nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-undang ASN,

yakni sebagai berikut :

1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;

2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

1945 serta pemerintah yang sah;

3. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;

4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

6. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;

7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;

8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;

9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;

10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya

guna, berhasil guna, dan santun;

11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;

13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan

15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem

karir.

Untuk etika publik yang dapat diterapkan pada kegiatan aktualisasi ini adalah

mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia dengan melakukan pelayanan setiap harinya,

Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak sebagai dokter, Membuat keputusan

19
berdasarkan prinsip keahlian berdasarkan dengan ilmu kedokteran, Memberikan layanan

kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan

santun dalam memberikan pelayanan kesehatan, Menghargai komunikasi, konsultasi, dan

kerjasama dalam sosialisasi, penyuluhan dan pembinaan.

3.1.4. Komitmen Mutu13

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)

sudah menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

mewujudkan keniscayaan tersebut, namun dalam implementasinya masih belum sesuai

dengan harapan. Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima sudah

tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik.

Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas, efisiensi,

inovasi, dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Ekeftivitas merupakan sejauh mana sebuah

organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah

sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh

berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan.

Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang dijadikan

dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan,

baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberikan

kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan

pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi, muncul karena adanya dorongan

kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi

disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,

20
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen

atau pengguna.

Dalam komitmen mutu nilai yang dapat diterapkan ke dalam aktualisasi adalah

efektivitas dalam bekerja sehingga menghemat waktu pemeriksaan, efisien sehingga

pemeriksaan lebih baik hasilnya, inovasi dengan menggunakan hal yang baru dalam

mengedukasi pasien, dan mutu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

3.1.5. Anti Korupsi14

Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian keuangan Negara namun

dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi

dapat pula bersifat jangka panjang. Membahas fenomena dampak korupsi sampai pada

kerusakan kehidupan dan dikaitkan dengan tanggung jawab manusia sebagai yang diberi

amanah untuk mengelolanya dapat menjadi sarana untuk memicu kesadaran diri para ASN

untuk tidak korupsi.

Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu

ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia dimuka bumi, dan selalu ingat bahwa

seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat menjadi benteng

kuat untuk anti korupsi. Untuk menjauhkan diri dari korupsi, seorang ASN harus memiliki

integritas tinggi pada diri sendiri dan hidup atau bekerja dalam lingkungan yang menjalankan

sistem integritas dengan baik. Penanaman nilai integritas dapat dilakukan dengan pendekatan

beragam cara, diantaranya melalui :

1. Kesediaan

2. Identifikasi

3. Internalisasi

21
Identifikasi nilai dasar anti korupsi memberikan nilai-nilai dasar anti korups yang

prioritas dan memiliki signifikan yang tinggi bagi seorang ASN. Dengan jumlah nilai yang

semakin sedikit maka proses internalisasinya juga menjadi lebih mudah karena seorang ASN

dapat memfokuskan sumberdaya waktu dan energi yang ia miliki.

Adapun 9 nilai-nilai dasar dari anti korupsi adalah sebagai berikut :

1. Jujur

2. Peduli

3. Mandiri

4. Disiplin

5. Tanggung jawab

6. Kerja keras

7. Sederhana

8. Berani

9. Adil.

Pada anti-korupsi yang dapat diterapkan pada aktualisasi adalah, jujur dalam

pemeriksaan dan tidak direkayasa, peduli terhadap kesehatan masyarakat, disiplin dalam

pelayanan, tanggung jawab dalam melakukan pelayanan, dan adil dalam memberikan

pelayanan.

3.1.6. Whole of Government (WOG)15

Whole of Government merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan

bentuk. Bentuk pendekatan bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau informal yang

ditekankan pada pengintegrasian upaya – upaya kementerian atau lembaga pemerintahan

22
dalam mencapai tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerja sama antar

seluruh aktor, pemerintahan dan sebagainya. Kategori hubungan WoG adalah :

a. Koordinasi

b. Kerja sama

c. Kolaborasi

d. Sharing

Pada WoG ini yang dapat diterapkan dalam kegiatan aktualisasi ini adalah dalam

berkoordinasi saat rapat dan menentukan kegiatan yang akan diikuti, kemudian kolaborasi

bersama lintas pemegang program yang ada di Puskesmas dan kerjasama antar profesi yang

ada di Puskesmas

3.2. Konsep Dasar MTBS3

Bank Dunia tahun 1993 melaporkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah

intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh

ISPA, diare, campak, malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan

tersebut. MTBS yang diperkenalkan WHO dan UNICEF di Indonesia pada tahun 1997.

Penerapan MTBS diharapkan tenaga kesehatan dibekalli cara untuk mengenali seecara dini

dan cepat semua gejala anak sakit sehingga dapat ditentukan apakah anak sakit ringan berat

dan perlu rujukan. Jika penyakitnya tidak parah petugas dapat memberikan

pengobatan/tindakan sesuai pedoman MTBS dan diuraikan juga tentang konseling dan tindak

lanjut.

Perubahan dalam tatalaksana MTBS untuk umur 2 bulan sampai 5 tahun secara

singkat dirangkum yakni perubahan jenis antibiotika pada pelaksanaan pneumonia,

23
penggunaan tablet Zinc dan oralit osmolaritas rendah pada diare, tatalaksana malaria,

penentuan status gizi dengan berat badan menurut tinggi/panjang badan antara anak laki-laki

dan perempuan, penggunaan Albendazole sebagai obat kecacingan, tatalaksana masalah gizi

dan anemia dan perubahan jadwal imunisasi. Penerapan MTBS akan efektif jika ibu/keluarga

segera membawa balita sakit ke petugas kesehatan yang terlatihserta mendapatkan

pengobatan yang tepat. Jika ibu dan keluarga tidak membawa anaknya kefasilitas kesehatan

sampai sakitnya menjadi parah mungkin anak itu akan meninggal karena penyakitnya. Oleh

karena itu pesan mengenai kapan ibu perlu mencari pertolongan bila anak sakit merupakan

bagian yang penting dalam MTBS

3.3. Pelaksanaan MTBS pada Bayi Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun3

Hampir semua fasilitas kesehatan mempunyai prosedur untuk pendaftaran dan

penentuan apakah anak sakit atau alasan lain misalkan kunjungan anak sehat, kunjungan

imunisasi atau kunjungan untuk perawatan cedera akibat kecelakaan. Pemilihan bagan

tergantung dari pengelompokan umur dan kunjungan pertama atau lanjutan. Tentukan anak

dalam kelompok mana umur 2 bulan sampai 5 tahun (sebelum ulang tahun ke 5) atau bayi

muda umur 2 bulan.

Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah

dan penjelasan cara pelaksanaannya meliputi:

1. Penilaian dan klasifikasi

2. Tindakan dan Pengobatan

3. Konseling bagi ibu

4. Pelayanan Tindak lanjut

24
Pemahaman tentang :

1. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik

Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta

tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan

sebagai diagnosis spesifik penyakit

2. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan

difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.

3. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencangkup bertanya, mendengar

jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan

mengecek pemahaman

4. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak

datang untuk kunjungan ulang

Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi umur 2 bulan

sampai 5 tahun

a. Memeriksa tanda bahaya umum kemungkinan tidak bisa minum atau menyusui,

memuntahkan semuanya, kejang, latargis atau tidak sadar

b. Menanyakan empat keluhan utama yaitu batuk atau sukar bernapas, diare, demam dan

masalah telinga

c. Memeriksa dan mengklasifikasi status gizi

d. Memeriksa dan klasifikasi anemia

e. Memeriksa status imunisasi dan pemberian Vitamin A dan menentukan apakah anak

membutuhkan imunisasi dan vitamin A pada kunjungan tersebut

f. Menilai masalah atau keluhan lain yang dihadapi anak

25
3.4. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun3

Langkah- langkah pada bagan penilaian dan klasifikasi menggambarkan apa yang

harus dilakukan apabila seorang anak dibawa keklinik dan bagan ini tidak digunakan bagi

anak sehat yang imunisasi atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar.

Klasifikasi bukan merupakan diagnosis tapi merupakan indikator yang menuju ke

arah diagnostik klinik

Lajur warna klasifikasi :

Lajur Merah : kondisi yang harus segera dirujuk

Lajur Kuning : kondisi yang memerlukan tindakan khusus

Lajur Hijau : kondisi yang tidak memerlukan tindakan khusus tetapi penyuluhan pada ibu

Menggunakan keterampilan TANYA, LIHAT, DENGAR dan RABA

1. Menanyakan masalah anaknya

Tanyakan umur anak untuk menentukan bagan penilaian dan klasifikasi sesuai dengan

kelompok umur, lakukan pemeriksaan BB, PB/TB dan suhu. Catat apa yang dikatakan

ibu mengenai masalah anaknya dan tentukan ini kunjungan pertama atau ulang

2. Memeriksa tanda bahaya umum

Tanda bahaya umum adalah :

a. Apakah anak tidak bisa minum atau menyusu

b. Apakah anak selalu memuntahkan semua sama sekali tidak dapat menelan apapun.

c. Apakah anak kejang, pada saat kejang lengan dan kaki anak menjadi kaku karena

otot-ototnya berkontraksi

26
d. Apakah anak letargis atau tidak sadar tidak bereaksi ketika disentuh, digoyangkan

atau bertepuk tangan

3. Batuk atau sukar bernapas

Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja dari saluran

pernapasan seperti hidung, tenggorokan, laring, trakea, saluran udara atau paru

Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau infeksi

saluran pernapasan berat lainnya.

Menilai batuk atau sukar bernapas:

a. Apakah anak sukar bernapas dimana pola pernapasan yang tidak biasa cepat atau

berbunyi atau terputus-putus dan sudah berapa lama ; jika lebih 3 minggu berarti

batuk kronis, kemungkinanan TBC, asma , batuk rejan

b. Hitung napas dalam 1 menit pada bayi tenang

Jika umur anak 2 sampai 12 bulan dikatakan bernapas cepat jika frekuensi 50

kali permenit atau lebih dan jika umur anak 12 bulan sampai 5 tahun dikatakan

bernapas cepat 40 kali permenit.

c. Amati gerak napas pada dada atau perut anak itu, dinding dada bagian bawah masuk

ke dalam ketika anak menarik napas.

d. Dengar adanya stridor bunyi yang kasar saat anak menarik napas dan stridor terjadi

apabila ada pembengkakan pada laring, trakea sehingga menyebabkan sumbatan

masuknya udara kedalam paru-paru

27
Gambar 3.1 Klasifikasi balita batuk16
4. Diare

Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya

dan frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Diare terjadi apabila tinja

mengandung air yang lebih banyak dari normal. Sebagian besar diare yang menyebabkan

dehidrasi berat adalah diare karena kolera. Jika diare berlangsung selama 1 hari atau lebih

disebut diare persisten dan diare dengan darah dalam tinja dengan atau tanpa lendir

disebut disentri yang disebabkan oleh shigella.

Biasanya bayi dehidrasi rewel dan gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau

tidak sadar, karena bayi kehilangan cairan matanya menjadi cekung anak malas minum

jika ia lemah dan tidak bisa minum tanpa dibantu dan jika dicubit kulit akan kembali

dengan lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan

telunjuk lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik),

lambat atau segera.

28
Gambar 3.2 Klasifikasi balita diare16
5. Demam

Anak dengan demam mungkin menderuta malaria, campak, demam berdarah atau

penyakit berat lainnya:

a. Malaria

Demam merupakan tanda utama malaria dan anak dengan malaria mungkin

menderita anemia kronis. Malaria berat adalah malaria dengan komplikasi seperti

malaria serebral atau anemia berat.Harus mengetahui risiko malaria di daerah anda

tinggi, rendah, atau tanpa resiko.Pada risiko rendah tanyakan apakah anak dapat

berkunjung keluar dalam 2 minggu terakhir. dan pemeriksaan malaria dapat

dilakukan dengan alat diagnostik cepat, praktis dan tepat. Ambil sediaan darah

periksa RDT jika belum dalam 28 hari dan periksa mikroskopis darah jika pernah

dilakukan RDT dalam 28 hari terakhir (tidak dilakukan untuk daerah tanpa resiko

malaria)

Kemudian lanjutkan penilaian anak demam

 Sudah berapa lama anak itu demam

 Jika lebih dari 7 hari apakah demam setiap hari

 Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir

29
 Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir

 Apakah ada kaku kuduk

 Apakah ada pilek

 Lihat ada tanda campak yaitu ruam kemerahan yang menyeluruh dan salah satu

dari batuk, pilek atau mata merah.

b. Campak

Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh adalah tanda utama campak. Campak

disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan. Jika anak sedang sakit

campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir periksa adanya gejala komplikasi

campak seperti : luka dimulut, nanah pada mata dan kekeruhan pada kornea

c. Demam Berdarah Dengue

DBD adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah

kasus maupun daerah yang terjangkit cenderung meningkat. DBD disebabkan oleh

virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Lakukan

penilaian untuk DBD hanya jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari.

 Apakah anak mengalami bintik merah dikulit atau perdarahan akibat

trombositopeni. Perdarahan dari hidung dan gusi sangat dimungkinkan

disebabkan DBD

 Apakah sering muntah bercampur darah /berwarna kopi

 Apakah beraknya berwarna hitam

 Apakah ada nyeri ulu hati

30
 Apakah ada tanda syok ujung ekstermitas teraba dingin, nadi teraba lemah atau

tidak teraba.

 Bintik perdarahan di kulit (petekie)

 Uji torniket (+) ditemukan sebanyak 10 /lebih petekie pada daerah seluas

diameter 2,8 cm.

31
Gambar 3.3 Klasifikasi balita demam16

6. Masalah telinga

Jika anak menderita infeksi telinga, nanah terkumpul di belakang gendang

telinga yang menyebabkan nyeri dan sering kali demam dan jika tidak diobati

gendang telinga mungkin pecah.

 Tanyakan apakah telinga anaknya sakit jika sakit ada infeksi telinga

 Adakah nanah /cairan yang keluar dari telinga merupakan tanda infeksi dan

tanyakan sudah berapa lama

 Lihat adanya cairan /nanah keluar dari telinga

 Raba adanya pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga

32
Gambar 3.4 Klasifikasi balita sakit telinga16

7. Memeriksa Status Gizi

Anak yang kurang gizi mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk berbagai

jenis penyakit dan kematian. Menilai status gizi

 Apakah anak kurus nampak tidak berlemak, seperti tulang dibungkus kulit

(marasmus)

 Raba pembengkakan pada kedua punggung kaki akibat dari sejumlah besar

cairan terkumpul dalam jaringan tubuh anak (kwashiokor)

 Tentukan BB menurut panjang badan atau tinggi badan, apakah

- BB/PB <-3 SD

- BB/PB ≥ -3 SD - <-2 SD

- BB/PB -2 SD - +2 SD

Menggunakan indikator

- > +3 SD : obesitas

- >+ 2 SD : gemuk

- >+1 SD : risiko gemuk

- O : median gizi baik

- < -1 SD : normal atau gizi baik

- <-2 SD : kurus atau gizi kurang

- < -3 SD : sangat kurus atau gizi buruk

33
Gambar 3.5 Klasifikasi gizi balita16

8. Anemia

Kekurangan zat besi pada makanan dapat menyebabkan anemia atau dari

penyakit malaria yang dapat menghancurkan sel darah merah dan parasit seperti

cacing yang dapat terjadi perdarahan

34
Cara menilai Anemia

 Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan yang merupakan tanda anemia dan

bandingkan telapak tangan anak dengan telapak tangan anda dikatakan agak

pucat jika kulit telapak tangan anak itu pucat dan dikatakan sangat pucat jika

telapak tangan kelihatan putih. Kepucatan dapat dilihat juga melalui konjungtiva

Gambar 3.6 Klasifikasi balita anemia16

9. Status Imunisasi Anak

Sesudah diterbitkannya SK Menkes RI no 1611/MENKES/SK/XI/2005

tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi, jadwal pemberian imunisasi berbeda

untuk kelahiran di rumah dan sarana kesehatan dimana vaksin DPT dan Hepatitis B

tercampur dalam satu suntikan yang disebut combo

35
Gambar 3.7 Status Imunisasi balita16

10. Pemberian Vitamin A

Untuk pemberian Vitamin A periksa status pemberian vitamin A pada semua

anak yang berumur 6 bulan – 5 tahun dan catat pada kolom KMS, tidak ada kontra

indikasi

Gambar 3.8 Pemberian Vitamin A pada balita16

3.5. Tindakan dan Pengobatan3

Sangat penting menyediakan waktu untuk menasehati ibu dengan cermat dan

menyeluruh. Konseling memerlukan keterampilan komunikasi, menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti dan mengecek pemahaman ibu. Konseling yang dapat diberikan:

a. Mengajari ibu cara pemberian obat di rumah

b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah

36
c. Mengajari ibu cara mencampur dan memberi oralit

d. Anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit

e. Menilai cara pemberian makan anak

f. Menentukan masalah pemberian makan anak

g. Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan anak

h. Menasehati ibu tentang pemberian cairan selama anak sakit

i. Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan

3.6. Kunjungan Ulang untuk Pelayanan Tindak Lanjut3

Untuk kunjungan ulang gunakan kotak pelayanan tindak lanjut yang sesuai klasifikasi

sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru, lakukan penilaian klasifikasi dan tindakan

terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan “PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN

TINDAKAN/PENGOBATAN ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN”

*Kunjungan ulang sesudah 2 hari pada masalah :

a. Pneumonia

b. Diare persisiten

c. Disentri

d. Malaria, Demam mungkin bukan malaria

e. Demam bukan malaria

f. Campak dengan komplikasi pada mata dan mulut

g. Mungkin DBD,Demam mungkin bukan DBD

h. Infeksi telinga akut

* Kunjungan ulang setelah 5 hari

37
- Infeksi telinga kronis

- Masalah pemberian makan

*Kunjungan ulang setelah 14 hari

- Anak kurus

- Anemia

3.7. Konsep Dasar MTBM3

Dalam perkembangannya mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang

dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 tahun tidak termasuk pada Bayi

Muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. Bayi Muda mudah sekali menjadi

sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama

kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu

terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik

khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang

lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada

anak.Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas

kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas

kesehatan.

Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini.

Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk

melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera.

Proses penanganan Bayi Muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur

2 bulan sampai 5 tahun.

38
3.8. Pelaksanaan MTBM pada Bayi Umur Kurang 2 Bulan3

Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-

langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya

1. Penilaian dan klasifikasi

2. Tindakan dan Pengobatan

3. Konseling bagi ibu

4. Pelayanan Tindak lanjut

Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatan” untuk Bayi Muda dan untuk

kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara

pengisian yang sama:

 Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik

 Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta

tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan

sebagai diagnosis spesifik penyakit

 Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan

difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.

 Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar jawaban

ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek

pemahaman

 Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak

datang untuk kunjungan ulang

39
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan pemeriksaan ini

merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi Muda atau kunjungan ulang untuk

masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut

yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut

a. Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :

1) Periksa Bayi Muda untuk kemungkinan PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU

INFEKSI BAKTERI.Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan

gejalanya yang ditemukan

2) Menanyakan pada ibu apakah bayinya DIARE, jika diare periksa tanda dan

gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Bayi Muda untuk DEHIDRASI nya dan

klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri

3) Periksa semua Bayi Muda untuk IKTERUS dan klasifikasikan berdasarkan gejala

yang ada

4) Periksa bayi untuk kemungkinan BERAT BADAN RENDAH DAN ATAU

MASALAH PEMBERIAN ASI. Selanjutnya klasifikasikan Bayi Muda berdasarkan

tanda dan gejala yang ditemukan

5) Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di IMUNISASI?. Tentukan status

imunisasi Bayi Muda

6) Menanyakan status pemberian Vit K1

7) Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti KELAINAN KONGENITAL,

TRAUMA LAHIR, PERDARAHAN TALI PUSAT dan sebagainya.

8) Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan

bayinya.

40
Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan

secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan

memperlambat rujukan.

3.9. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang dari 2 Bulan 3

a. Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri

Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik

gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi organ seperti :

gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa

minum atau muntah, diare, demam atau hipotermi.

Pada infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi

lokal yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan

telinga. Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (TANYA, LIHAT,

RABA)

1. Kejang

Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan kegawat

daruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2 hari berhubungan dengan asfiksia,

trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus

neonatorium.

 Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau

istilah lokal yang mudah dimengerti ibu

41
 Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau

gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadran menurun

menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon

bayi pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.

 Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan

berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang

pada satu sisi.

 Lihat : apakah mulut bayi mencucu?

 Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan.

Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada

tetanus neonatorum

 Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?

Biasanya menunjukkan ada proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan

saraf pusat lainnya

2. Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya

Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah

untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan.

Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat

menelan apapun.

3. Gangguan Napas

Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika <30 kali/menit

atau ≥ 60 kali/menit menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai dengan

tanda atau gejala bayi biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam

42
sangat kuat mudah terlihat dan menetap), pernapasan cuping hidung serta terdengar

suara merintih (napas pendek menandakan kesulitan bernapas)

4. Hipotermia

Suhu normal 36,5 -37,5 C jika suhu < 35,5C disebut hipotermi berat yang

mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk, suhu 35,5-36,0 C

disebut hipotermi sedang dan suhu ≥ 37,5 disebut demam.

Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5 menit tidak

dianjurkan secara rektal karena dapat mengakibatkan perlukaan rektal.

5. Infeksi Bakteri Lokal

Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar.

Pada kulit apakah ada tanda gejala bercak merah, benjolan berisi nanah dikulit. Pada

mata terlihat bernanah, berat ringannya dilihat dari produksi nanah dan mata

bengkak. Pusar kemerahan atau bernanah (kemerahan meluas ke kulit daerah perut

berbau , bernanah) berarti bayi mengalami infeksi berat.

43
Gambar 3.9 Klasifikasi infeksi pada bayi 16

b. Menilai Diare

Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya

dan frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi dehidrasi

rewel dan gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi

kehilangan cairan matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan

lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk

lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau

segera.

44
Gambar 3.10 Klasifikasi diare pada bayi 16

c. Ikterus

Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan

sebagian besar(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah)

sebagian lagi karena ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin

dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran.

Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan

saraf pusat). Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan

bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari

tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari

berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja

pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.

Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER

 Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

 Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)

 Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku

 Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

 Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

45
Gambar 3.11 Klasifikasi kuning pada bayi 16

d. Kemungkinan Berat Badan Rendah dan atau masalah Pemberian ASI

Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah pemberian ASI maka bayi

dapat kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit.

Tanyakan : apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui, apakah bayi diberi

ASI dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi diberi selain ASI.

Lihat : apakah ada bercak putih dimulut, adakah celah bibir /dilangit-langit

Timbang dan menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO 2005 yang berbeda

untuk laki-laki dan perempuan. Bayi muda dengan berat badan rendah yang memiliki BB

menurut umur < -3 SD (dibawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada pita

kuning), >-2 SD (tidak ada masalah BB rendah).

Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/ diberi ASI kurang dari

8 jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB rendah menurut umur)

1. Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan ibu untuk

menyusui, jika iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati pemberian ASI.

2. Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat dengan baik, mengisap

dengan efektif).

46
Gambar 3.11 Klasifikasi berat bayi 16

e. Memeriksa Status /Penyuntikan Vitamin K1

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka semua

bayi yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= haemorrhagic Disease of the

Newborn). Perdarahn bisa ringan atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan

pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial dan untuk mencegah diatas maka semua

bayi diberikan suntikan vit K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hb

f. Memeriksa Status Imunisasi

47
Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada saat

persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi

vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini mungkin.

Imunisasi HB 0 diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga harus

mendapatkan imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan 2 tetes oral yang

dijadwalnya disesuaikan dengan tempat lahir.

g. Memeriksa masalah/keluhan Lain

1. Memeriksa kelainan bawaan/kongenital

Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan akibat trauma lahir dan untuk mengenali

jenis kelainan lakukan pemeriksaan fisik (anensefalus, hidrosefalus,

meningomielokel dll).

2. Memeriksa kemungkinan Trauma lahir

Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada proses persalinan (kaput

suksedanium, sefal hematome dll).

3. Memeriksa Perdarahan Tali pusat

Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar setelah beberapa hari dan bila

tidak ditangani dapat syok.

h. Memeriksa masalah ibu

Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu kontak

dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu. Masalah yang

mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi

- Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan : demam, sakit kepala,

pusing, depresi)

48
- Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan BAK

dan BAB)

- Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum

- Apakah ASI lancar

- Apakah ada kesulitan merawat bayi

- Apakah ibu minum tablet besi, vit A dan menggunakan alat kontrasepsi

3.10. Tindakan dan Pengobatan3

Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke fasilitas

pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk lakukan pengobatan pra rujukan dan minta

Informed Consent. Klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.

3.10.1. Pra Rujukan.

Klasifikasi berat (warna MERAH MUDA) memerlukan rujukan segera, tetap

lakukan pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak

terlambat

 Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat

 Ikterus berat

 Diare dehidrasi berat

a. Kejang

 Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen

 Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg =

0,6 ml IM, pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml

dengan berat ≥ 2500 gr per rektal)

49
 Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi

 Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat

rujukan

 Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital

 Beri dosis pertama antibiotika PP

b. Gangguan Nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat

 Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal dengan

gulungan kain

 Bersihkan jalan nafas dan beri oksigen 2 l per menit

 Jika apnoe lakukan resusitasi

c. Hipotermi

 Menghangatkan tubuh bayi

 Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan

beri ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu)

dapat menyebabkan kerusakan otak

 Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan

 Rujuk segera

d. Ikterus

 Cegah turunnya gula darah

 Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat

 Rujuk segera

e. Gangguan saluran cerna

 Jangan berikan makanan /minuman apapun peroral

50
 Cegah turunnya gula darah dengan infus

 Jaga kehangatan bayi

 Rujuk segera

f. Diare

 Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB

30 ml/kg BB selama 1 jam

70 ml/ kg BB selama 5 jam

Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam

 Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (120 ml/kg

BB)

 Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi

g. Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI

 Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus

 Jaga kehangatan bayi

 Rujuk segera

3.10.2. Tidak Memerlukan Rujukan

Klasifikasi yang berwarna KUNING DAN HIJAU

 Infeksi bakteri lokal, Mungkin bukan infeksi, Diare dehidrasi

ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, ikterus, berat badan rendah menurut

umur dan atau masalah pemberian ASI, Berat badan tidak rendah dan tidak

ada masalah pemberian ASI

51
Dibawah ini beberapa tindakan /pengobatan pada Bayi Muda yang tidak

memerlukan rujukan :

 Menghangatkan tubuh bayi segera

 Mencegah gula darah tidak turun

 Memberi antibiotik per oral yang sesuai

 Mengobati infeksi bakteri lokal

 Melakukan rehidrasi oral baik diklinik maupun dirumah

 Mengobati luka atau bercak putih di mulut

 Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi

tetap hangat, memberi ASI sesering mungkin, imunisasi

3.11. Konseling bagi Ibu3

Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau

 Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara

pemberian )

 Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep

tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka

dimulut dengan gentian violet)

 Mengajari pemberian oralit

 Menasehati ibu tentang pemberian ASI : pemberian ASI eksklusif, cara

meningkatkan produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara menyimpan

ASI

52
 Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian

imunisasi

 Menasehati ibu kapan harus segera membawa bayi ke petugas kesehatan dan

kapan kunjungan ulang

 Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

3.12. Kunjungan Ulang untuk Pelayanan3

Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat

atau tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai masalah lain gunakan penilaian awal lengkap

pada kunjungan awal. Kunjungan ulang:

a. Dua hari

- Infeksi bakteri lokal

- Gangguan pemberian ASI

- Luka atau bercak putih di mulut

- Hipotermi sedang

- Diare dengan dehidrasi ringan /sedang

- Ikterus fisiologik jika tetap kuning

b. 14 hari

- Berat Badan Rendah menurut umur

3.13. Identifikasi Isu

Sesuai dengan yang dipaparkan dalam mata diklat habituasi, bahwa sumber kegiatan

53
yang akan dilaksanakan berdasarkan isu yang yang diangkat berdasarkan tiga hal yaitu

bersumber dari SKP, penugasan dari atasan dan atas inisiatif sendiri. Berdasarkan hal tersebut,

maka isu yang diangkat penulis yaitu berdasarkan penugasan pimpinan yang dikoordinasikan

bersama yaitu:

a. Kurang optimalnya penerapan Metode Terpadu Balita Sakit di UPT Puskesmas Tahai.

b. Kurangnya penanganan pasien home care di UPT Puskesmas Tahai.

c. Kurangnya kunjungan lansia di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tahai.

Berdasarkan identifikasi isu yang dibuat, maka penulis melakukan analis isu untuk

mengetahui seberapa tinggi skala untuk menindaklanjuti maupun memecahkan

permasalahannya menggunakan kriteria analisis USG dengan menetapkan rentang (1-5) dari

mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Dengan keterangan U yaitu Urgency: seberapa

mendesak suatu harus dibahas, dianalisa, dan ditindak lanjuti; S yaitu Seriousness: seberapa

serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan; dan G yaitu

Growth: seberapa kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.

Tabel 3.1. Analisis Isu

Teknik Analisis
No. Identifikasi Isu U S G Total
1. Kurang optimalnya penerapan Metode 4 4 5 14
Terpadu Balita Sakit di UPT Puskesmas
Tahai.
2. Kurangnya penanganan pasien home 3 3 3 9
care di UPT Puskesmas Tahai.
3. Kurangnya kunjungan lansia di 3 4 4 11
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Tahai

Keterangan : U = Urgency

54
S = Seriousness Nilai 2 = Rendah

G = Growth Nilai 3 = Sedang

Nilai 4 = Tinggi

Nilai 1 = Sangat rendah Nilai 5 = Sangat Tinggi

Berdasarkan identifikasi isu maka penulis memilih isu anaisis dampak yang memiliki

nilai skala yang tinggi yaitu “Kurang optimalnya penerapan Metode Terpadu Balita Sakit di

UPT Puskesmas Tahai.” Penulis memilih isu ini karena di wilayah kerja UPT Puskesmas

Tahai didapatkan tingginya angka kesakitan balita, terutama penyakit ISPA menjadi penyakit

terbanyak di Puskesmas Tahai. Selain itu, keterampilan petugas, serta pengetahuan dan

kesadaran orangtua maupun pengasuh menjadi kendala dalam penanganan balita sakit di

puskesmas ini sehingga kesakitan balita masih tinggi.

1. Analisis Dampak

a. Semakin tingginya angka kesakitan balita di masyarakat

b. Resiko komplikasi ISPA, gizi buruk dan diare pada balita meningkat

c. Resiko kematian bagi balita yang sakit

2. Rencana Kegiatan

Berdasarkan hasil identifikasi dan analis isu serta analisis dampak yang dilakukan,

berikut penulis sajikan rancangan aktualisasi:

a. Melakukan sosialisasi tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit kepada staff puskesmas

b. Pendataan balita sakit dengan buku registrasi MTBS

c. Penempelan algoritma Metode Terpadu Balita Sakit

55
d. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai Metode yang diterapkan meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, terapi farmakologis, dan edukasi untuk orangtua pasien

e. Penulisan rekam medis sesuai dengan Metode Terpadu Balita Sakit

f. Melakukan rujukan internal maupun eksternal ke FKTL sesuai kriteria

g. Melakukan penyuluhan tentang perawatan balita dan penanganan balita sakit pada kelas

balita di Posyandu

h. Membuat leaflet/ kartu edukasi mengenai perawatan balita dan penanganan balita sakit

i. Melakukan pembinaan ke Pustu dan Poskesdes dalam penerapan MTBS

56

Anda mungkin juga menyukai