Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN

mempunyai fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan

pemersatu bangsa. Pegawai ASN memiliki tugas yaitu melaksanakan kebijakan yang dibuat

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan mempererat persatuan

dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN mempunyai peran yang amat

penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban

modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan

kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan

penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu

dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Dalam

mewujudkan hal-hal tersebut, maka diperlukan ASN yang profesional, kompeten dan

berintegritas yang berkarakter ANEKA. Karakter ANEKA yaitu mempunyai nilai-nilai dasar

Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.1

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

1
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan, salah satunya dokter. Dokter adalah orang yang memiliki

kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan,

khususnya memeriksa, mengobati penyakit, dan dilakukan menurut hukum dalam pelayanan

kesehatan. Dalam menjalankan fungsi pelayanan kesehatan di Puskesmas, dokter turut

berperan aktif dalam segala kegiatan puskesmas. Pelayanan kedokteran yang optimal akan

sangat mendukung terwujudnya pelayanan puskesmas yang optimal.2

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan balita

yang terintegrasi atau terpadu di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan dasar, seperti

puskesmas, pustu, polindes, atau poskesdes yang bertujuan untuk mengurangi kematian,

kesakitan dan kecacatan balita. Sekitar 70% kematian balita disebabkan oleh terutama

pneumonia, dan diare, sedangkan yang lain oleh campak, malaria, dan malnutrisi.3

Tingkat kematian balita di dunia menurun sebesar 56% dari 93 kematian per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 39 pada tahun 2017. Semua wilayah WHO telah

mengurangi separuh angka kematian balita di periode waktu yang sama. Beban kematian

balita masih belum merata. Sekitar 73% kematian balita terjadi di dua wilayah pada tahun

2017, WHO Afrika (49%) dan WHO Asia Tenggara (24%). Angka kematian balita tertinggi

masih di Wilayah Afrika WHO (74 per 1.000 kelahiran hidup), sekitar 8 kali lebih tinggi

daripada di Wilayah Eropa WHO (9 per 1.000 kelahiran hidup). Pada tahun 2016, 1 juta anak

meninggal karena komplikasi dari kelahiran prematur, diikuti oleh 880.000 kematian akibat

infeksi saluran pernapasan akut dan 680.000 kematian akibat komplikasi terkait intrapartum. 4

2
Berdasarkan data laporan ruin Subdit ISPA Tahun 2018, didapatkan insiden (per 1000

balita) di Indonesia sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun sebelumnya 20,56%.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan

meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia secara nasional

sebesar 3,55%. Pada tahun 2018 terdapat satu provinsi yang cakupan penemuan pneumonia

balita sudah mencapai target yaitu DKI Jakarta 95,53%, sedang provinsi yang lain masih di

bawah target 80%, capaian terendah di provinsi Kalimantan Tengah 5,35%. Pada tahun 2018

Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,08 %. Angka kematian akibat

Pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,16 % dibandingkan pada

kelompok anak umur 1 – 4 tahun sebesar 0,05%. Target cakupan pelayanan penderita Diare

Balita yang datang ke sarana kesehatan adalah 20% dari perkiraan jumlah penderita Diare

Balita (Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita di satu wilayah kerja dalam waktu satu

tahun). Tahun 2018 jumlah penderita diare Balita yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak

1.637.708 atau 40,90% dari perkiraan diare di sarana kesehatan.5

Cakupan penemuan pneumonia balita yang ditemukan dan diobati sesuai dengan

standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 705 kasus (2,8%) lebih

banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016 sebanyak 590 kasus (2.34%).

Berbagai kendala yang ditemui dalam penanggulangan pneumonia adalah cara penularannya

yang lintas udara (air borne disease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh

masyarakat serta masih minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksana penderita

pneumonia balita (MTBS). Tahun 2017, KLB Diare dilaporkan terjadi di Kabupaten Kapuas

dan Kota Palangka Raya dengan jumlah kematian sebanyak 3 orang. Penderita Diare yang

berobat dan ditangani di faslitas pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2017 sebanyak 42.935

3
(61%) lebih rendah dibandingkan tahun 2016 dengan jumlah penderita 42.988 (78,8%), dari

target penemuan penderita.6

Pada Kabupaten Pulang Pisau sendiri ISPA masih merupakan penyakit utama

penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Diperkirakan 10% dari seluruh balita pernah

menderita pneumonia. Upaya pemberantasan penyakit Pneumonia difokuskan pada upaya

penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Cakupan penemuan

pneumonia balita yang ditemukan dan diobati sesuai dengan standar di Kabupaten Pulang

Pisau pada tahun 2017 sebanyak 11 kasus (1,99%), sedangkan pada tahun 2016 pneumonia

balita yang ditemukan dan diobati sesuai dengan standar sebanyak 13 kasus (1.04%). Jumlah

kasus Diare yang ditangani pada tahun 2017 di Kabupaten Pulang Pisau ada 2.486 orang

(73%) dari jumlah target penemuan 3.407 orang dengan angka kesakitan diare per 1000

penduduk sebesar 19,7. Untuk gizi balita dari Data Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang

Pisau tahun 2017, dari jumlah 3.548 Baduta yang ditimbang ditemukan 49 Baduta BGM

(1,44%). Sedangkan dari 6.483 Balita yang ditimbang, ditemukan Balita BGM (Bawah Garis

Merah) sebanyak 85 orang. BGM tertinggi didapatkan di wilayah kerja Puskesmas Maliku

sebanyak 37 orang. 7

Untuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Tahai, ISPA merupakan penyakit

terbanyak nomor dua pada tahun 2018 dan penyakit diare nomor tujuh sedangkan pada bulan

Januari sampai Juni 2019 ISPA merupakan penyakit terbanyak ke satu dan diare kedelapan

terbanyak. Faktor keterampilan petugas maupun pengetahuan dan kesadaran orangtua dalam

perawatan balita juga menjadi kendala dalam penanganan kasus balita sakit di puskesmas ini

sehingga keberhasilan pengobatan masih rendah. Maka dari itu, menyadari pentingnya nilai-

nilai ANEKA pada pelayanan kedokteran di puskesmas untuk mendapatkan pelayanan

4
kesehatan yang bermutu, maka penulis tertarik untuk melakukan aktualisasi nilai-nilai

ANEKA pada pelayanan kedokteran di UPT Puskesmas Tahai, Kecamatan Maliku,

Kabupaten Pulang Pisau.8

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan rancangan kegiatan aktualisasi ini secara umum untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu ANEKA (akuntabilitas, nasionaisme,

etika publik, komitmen mutu, anti korupsi) di Puskesmas Tahai.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan dari pembuatan rancangan aktualisasi ini secara khusus adalah:

1. Menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu ANEKA (akuntabilitas, nasionalisme, etika

publik, komitmen mutu, dan anti korupsi) dalam pelayanan.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab kepada masyarakat.

3. Sebagai bahan evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan.

4. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kriteria kelulusan pada diklat prajabatan

Golongan III dan untuk memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan

(STTPL).

1.3. Manfaat

Adapun manfaat penyusunan rancangan aktualisasi nilai-nilai ANEKA dalam

pelayanan kedokteran di Puskesmas Tahai terbagi menjadi tiga, yaitu :

5
1. Manfaat untuk masyarakat yang dilayani

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orangtua atau pengasuh dalam perawatan

balita di Puskesmas Tahai.

2. Manfaat untuk peserta diklat

a. Sebagai sarana belajar dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA pada

pelayanan kedokteran.

b. Sebagai persyaratan dalam memenuhi kriteria kelulusan pada diklat prajabatan

Golongan III dan untuk memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan

Pelatihan (STTPL).

3. Manfaat untuk tempat tugas (organisasi)

a. Sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kedokteran di

Puskesmas Tahai.

b. Sebagai sarana pembelajaran untuk mengimplementasikan teori, konsep, dan

langkah-langkah aktualisasi nilai-nilai ANEKA sehingga dapat meningkatkan

kualitas ASN yang bekerja di Puskesmas Tahai.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang menjadi fokus kegiatan aktualisasi ini adalah implementasi nilai-

nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi

(ANEKA) dalam memberikan pelayanan kedokteran kepada masyarakat di Puskesmas Tahai.

Anda mungkin juga menyukai