Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut TAP MPR nomor II tahun 1998 Aparatur Negara adalah
keseluruhan lembaga dan pejabat Negara serta pemerintahan Negara yang
meliputi aparatur kenegaraan dan pemerintahan sebagai abdi Negara dan
abdi masyarakat, bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan
Negara dan pembangunan serta senantiasa mengabdi dan setia kepada
kepentingan, nilai-nilai dan cita-cita perjuangan bangsa dan Negara
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Aparatur Negara
sebagai penyelenggara pemerintahan diberikan tanggung jawab untuk
merumuskan langkah-langkah strategis dan upaya-upaya kreatif guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara adil, demokratis dan
bermartabat.
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN) pasal 10, fungsi dari ASN yaitu : 1. Pelaksana kebijakan
publik 2. Pelayan publik 3. Perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu bagian dari
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki peranan penting dalam
mengelola pemerintahan di Indonesia. PNS adalah pegawai yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan
negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlunya dibangun karakter
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki integritas, profesional, netral dan
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat
persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan peran dan fungsi PNS. ASN

1
dituntut untuk memahami nilai-nilai dasar yang menjadi landasan dalam
menjalankan profesinya. Nilai-nilai dasar tersebut antara lain akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi. Kelima dasar
tersebut memiliki peranan penting demi menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme sesuai dengan harapan
dari pemerintah.
Pembentukan PNS yang mampu melaksanakan tugas dan perannya
sebagai pelayan masyarakat secara profesional yang memiliki nilai-nilai
dasar profesi PNS dilaksanakan melalui jalur pendidikan dan pelatihan
dasar. Pelatihan dasar CPNS telah mengalami inovasi dalam
penyelenggaraannya yang memungkinkan peserta mampu
menginternalisasikan nilai-nilai dasar dan mampu mengaktualisasikan nilai-
nilai dasar tersebut pada unit kerja masing-masing. Aktualisasi kelima nilai
dasar profesi PNS disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-
masing serta visi dan misi unit kerja.
Menurut PerMenKes RI No. 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggaarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah
satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan terapi , namun kepatuhan
untuk melakukan pengobatan pasien sering kali rendah, termasuk pada
pengobatan jangka panjang misalnya pada pasien penderita penyakit
Tuberculosis.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 ditemukan
prevalensi Tubercuosis Nasional dengan pemeriksaan BTA mikroskopis
pagi-sewaktu dengan dua slide BTA positif adalah 289/100.000 penduduk,
sedangkan prevalensi Tuberculosis Nasional dengan satu slide BTA positif
adalah 415/100.000 penduduk (Balitbangkes Depkes RI, 2010). Sampai saat

2
ini terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru Tuberculosis dan diperkirakan 1,7 juta
kematian karena tuberkulosis. Insiden kasus BTA positif tahun 2006
diperkirakan 105 kasus baru per 100.000 penduduk (240.000 kasus baru
setiap tahun), dan prevalensi 578.000 kasus untuk semua kasus (Depkes,
2008).
Peningkatan jumlah penderita tuberkulosis ini disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain kurangnya tingkat kepatuhan berobat, yang
selanjutnya akan menimbulkan resistensi ganda, kurangnya daya tahan
tubuh terhadap mikrobakteria, dan berkurangnya daya bakterisid obat yang
ada ( Ana, 2012).
Menurut Senewe (2002) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru,
ditemukan sebesar 67% penderita berobat secara teratur dan 33% tidak
teratur dalam pengobatan. Dalam hal ini perlu dilakukan evaluasi tentang
kepatuhan penggunaan obat agar keberhasilan terapi dapat tercapai dengan
baik. Sejauh ini terapi tuberkulosis masih mengalami banyak permasalahan
dalam tata laksana terapinya, karena terapi pengobatannya membutuhkan
waktu yang lama minimal 6 bulan, jadi menyebabkan kurangnya tingkat
kepatuhan pasien dalam minum obat yang bisa mempengaruhi pada
keberhasilan terapi (Depkes, 2006).
Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal
sebagai fungsi utama Puskesmas untuk memberikan pelayanan
kesehatan perseorangan maupun masyarakat yang komprehensif
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, diperlukan
suatu pelayanan yang bersifat terpadu dan profesional dari para profesi
kesehatan termasuk apoteker sebagai bagian profesi kesehatan yang
khusus memberikan pelayanan kefarmasian.
Dalam hal ini penulis yang adalah seorang ASN berprofesi apoteker
mempunyai kewajiban dan tanggungjawab menerapkan nilai nilai ANEKA
didalam pelayanan kefarmasian di tempat kerja untuk berupaya mengatasi
permasalahan semakin bertambahnya penderita Tuberculosis di tempat kerja
penulis tersebut.

3
Strategi kebijakan yang dicanangkan pemerintah Indonesia adalah
penggunaan strategi DOTS dalam penanganan Tuberculosis. DOTS
merupakan kebijakan nasional sejak tahun 1995 yang diadopsi dari
penanganan Tuberculosis WHO. Strategi DOTS yang terdiri dari lima
komponen kunci yaitu komitmen politis, penemuan kasus melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya, pengobatan yang
standar dengan supervisi dan dukungan bagi pasien, sistem pengelolaan
dan ketersediaan OAT yang efektif, sistem monitoring, pencatatan dan
pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program. Salah satu contoh program dalam DOTS adalah
pemberian pengobatan intensif gratis selama enam bulan. Akan tetapi,
program ini masih memiliki beberapa tantangan diantaranya adalah
penderita tidak meminum obat lagi selama enam bulan intensif jika mereka
merasa sudah baikan. Penderita terkadang sering berganti-ganti dokter
sehingga pengobatan enam bula intensif terganggu, pengawasan dan
evaluasi tenaga kesehatan khususnya profesi Apoteker di puskesmas masih
kurang terhadap pengobatan intensif enam bulan pada penderita. Serta yang
paling banyak terjadi adalah penderita terlambat meminum obat dan
melakukan pemeriksaan rutin selama masa pengobatan enam bulan intensif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengupayakan sebuah
media kesehatan berupa ”Kalender Pintar” sebagai suatu upaya untuk
mencegah ketidakpatuhan jadwal minum obat dan cek kesehatan ke
apoteker oleh penderita. Selain itu media ini juga dapat digunakan apoteker
dan tenaga kesehatan lain dalam mengontrol dan mengevaluasi proses
pengobatan pada penderita. Dengan adanya media ini diharapkan tingkat
kesembuhan penderita Tuberculosis akan meningkat serta dapat
menurunkan penyebaran/penularan Tuberculosis di Indonesia yang semakin
hari semakin meningkat.

4
1.2. Tujuan dan Manfaat Aktualisasi
1.2.1 Tujuan
a. JANGKA PENDEK
Meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat pasien Tuberculosis
paru di Kecamatan Paciran
b. JANGKA MENENGAH
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kepatuhan minum obat Tuberculosis
c. JANGKA PANJANG
Meningkatkan tingkat keberhasilan pengobatan Tuberculosis di
Kecamatan Paciran

1.2.2 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari pelayanan kefarmasian
penggunaan “Kalender Pintar” untuk meningkatkan kepatuhan minum
obat pada pasien penderita Tuberculosis, dapat dilihat dari dua sisi
yaitu secara internal dan eksternal :
a. Bagi Internal
 Mengembangkan kompetensi apoteker dalam pelayanan
kefarmasian terhadap pasien penderita Tuberculosis.
 Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan,
masyarakat umum, dan pemerintah.
 Mewujudkan kerjasama antar profesi kesehatan.
b. Bagi Eksternal
 Meningkatkan pemahaman pasien penderita Tuberculosis serta
keluarga tentang penggunaan obat dan kepatuhan minum obat.

1.3. Ruang Lingkup Aktualisasi


Ruang lingkup yang dibahas pada peningkatan kepatuhan
minum obat pada pasien penderita Tuberculosis menggunakan
bantuan media kesehatan Kalender Pintar, yaitu :

5
a. Melakukan pendataan dan penilaian awal penderita Tuberculosis
di Kecamatan Paciran
b. Penentuan sampel pasien Tuberculosis sejumlah 10% dari jumlah
keseluruhan pasien Tuberculosis di Kecamatan Paciran
c. Melaksanakan sosialisasi tentang penggunaan Kalender pintar
kepada penderita Tuberculosis beserta pihak keluarga dan PMO
(Pengawas Minum Obat)

6
BAB II
DESKRIPSI UNIT ORGANISASI

2.1 ProfilPuskesmas

Gambar 2.1 Tampak Depan Puskesmas Paciran

2.1.1 Dasar Hukum Pembentukan Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.Puskesmas sebagai penanggungjawab upaya
kesehatan terdepan, kehadirannya di masyarakat berfungsi
sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
tingkat pertama dan penyelenggara Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingkat pertama, untuk mencapai derajat

7
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Upaya kesehatan ini dilaksanakan secara terintegrasi
dan berkesinambungan (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan
sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat
yang Mandiri dan Berkeadilan” dan dengan Misinya “1)
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat
madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu
dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola
kepemerintahan yang baik” diperlukan suatu indikator. Dalam
perjalanannya, indicator kesehatan tersebut bersifat dinamis
mengikutisituasi dan kondisi yang ada.
Profil Kesehatan Puskesmas Paciran merupakan salah
satu tolak ukur bagi kemajuan pembangunan kesehatan di
Kecamatan Paciran. Sehingga profil ini juga dipergunakan
sebagai bahan evaluasi atas pencapaian hasil program-program
kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Paciran sekaligus
menjadi instrument perencanaan pembangunan kesehatan di
tahun yang akan datang.

2.1.2 Visi, Misi, Tujuan, Motto, Janji layanan Puskesmas

a. Visi

”MEWUJUDKAN LAMONGAN LEBIH SEJAHTERA DAN


BERDAYA SAING”

8
b. Misi

 Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku


hidup bersih dan sehat.
 Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
profesional dan terjangkau oleh masyarakat.
 Meningkatkan dan memelihara kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat dengan mengutamakan upaya
promotif dan preventif.

c. TUJUAN :

Mendukung tercapainya tujuan pembangunan


kesehatan nasional dengan meningkatkan kesadaran pola
hidup sehat bagi masyarakat.

d. TATA NILAI :

PRIMA : Profesional, Ramah, Inovatif, Melayani sepenuh


hati dan Adil.

 Profesional
Memiliki kopetensi dan kemampuan dalam memberikan
pelayan yang terbaik.

 Ramah
Memiliki sikap yang sopan dan santun dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

 Inovatif
Memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri dengan ide-ide
kreatif serta memberi terobosan bagi peningkatan
pelayanan kesehatan.

9
 Melayani sepenuh hati
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan hati
yang ikhlas.

 Adil.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa
membedakan status social, ekonomi, Agama dan Ras.

e. Motto
“ KESEHATAN ANDA KEPUASAN HATI “

f. JANJI LAYANAN

Kami Karyawan karyawati UPT. Puskesmas Paciran


berjanji :

 Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dengan


sepenuh hati kepada masyarakat.
 Memberikan pelayanan kesehatan tanpa membedakan
status ekonomi, social, agama dan ras.
 Memberika pelayanan kesehatan secara cepat, tepat,
nyaman dan terjangkau kepada masyarakat.

10
2.1.3 Struktur Organisasi Puskesmas

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Paciran

11
2.2.1 Kondisi Geografis Wilayah Puskesmas Paciran

Puskesmas Paciran merupakan salah satu Puskesmas di


Dinas kesehatan Kabupaten Lamongan yang terletak di daerah
pantura di antara 6º 52’ 13.6” Lintang selatan dan 7º 20’ 42,43”
Bujur Timur, dengan luas wilayah 43,86 Km 2 yang sebagian
terdiri dari daratan rendah dengan pertanian tadah hujan.

Batas wilayah Puskesmas Paciran sebagai berikut :


1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Puskesmas Tlogosadang
3. Sebelah Selatan : Puskesmas Payaman
4. Sebelah Barat : Puskesmas Brondong

Secara administratif, Luas wilayah Puskesmas Paciran


43.86 Km, terdiri dari 8 Desa dan 1 Kelurahan terbagi atas 22
Dusun dengan jumlah RW 62 dan RT 263.

Desa yang paling luas wilayahnya adalah desa Kranji


yaitu 13, 25 Km2 Sedangkan dengan luas wilayah yang paling
kecil adalah desa sendangduwur dengan luas wilayah 0,22 km 2
.serta jumlah kepadatan penduduk terpadat yaitu kelurahan
Blimbing ( 7.340 Jiwa / Km 2 )dan yang terlonggar adalah Desa
Kranji ( 509 Jiwa / Km2 ).

12
Gambar 2.2 Peta Puskesmas Paciran

13
a. Wilayah Administratif.
Jarak Antar Desa / Kelurahan ( KM )

Wilker Puskesmas Paciran

KANDANGSMANGKON

SENDANGDUWUR
SENDANGAGUNG
SUMURGAYAM
BLIMBING

TUNGGUL
PACIRAN

DRAJAT
KRANJI
NO DESA / KELURAHAN (KM)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 BLIMBING   2 5 8 10 10 9 10 11

2 KANDANGSMANGKON 2   3 7 8 8 7 8 9

3 PACIRAN 5 3   3 5 5 4 5 6

4 SUMURGAYAM 8 7 3   1 2 6 7 8

5 SENDANGAGUNG 10 8 5 1   1 7 9 10

6 SENDANGDUWUR 10 8 5 2 1   8 9 10

7 TUNGGUL 9 7 4 6 7 8   1 2

8 KRANJI 10 8 5 7 9 9 1   1

9 DRAJAT 11 9 6 8 10 10 2 1  

( Sumber data Kec. Paciran )

b. Kependudukan.
Sesuai dengan hasil sensus pendudk pada tahun
2019 jumlah penduduk Puskesmas Paciran tercatat sebesar
69.362 jiwa , dengan tingkat kepadatan penduduk 1.581
jiwa per km2. Desa yang memiliki kepadatan penduduk
tertinggi adalah Desa Sendangduwur yaitu : 8.524 iwa per
km2, dan desa dengan kepadatan penduduk terendah adalah
desa Kranji yaitu 509 jwa per km2. Dari wilayah kerja

14
Puskesmas Paciran tercatat memiliki jumlah penduduk
tertinggi yaitu kelurahan Blimbing sebesar 18.352 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan


penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 33.621
jiwa penduduk laki-laki dan 35.741 jiwa penduduk
perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut jenis
kelamin rata-rata sama berkisar antara 94.07.

Komposisi penduduk Puskesmas Paciran dirinci


menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan
penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar
berada pada kelompok umur 15 – 19 tahun dan umur 10 –
14 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci
dapat dilihat dari gambar berikut :

15
Gambar 2.3 PIRAMIDA PENDUDUK PUSKESMAS PACIRAN
TAHUN 2019

417 > 75 717


427 70 – 74 653
578 65 – 69 709
991 60 – 64 976
1502 55 – 59 1.534
1.851 50 – 54 2.068
2.048 45 – 49 2.295
2.265 40 – 44 2.370
2.715 35 – 39 2.751
2.818 30 – 34 3.096
2.564 25 – 29 2.811
2.666 20 – 24 2.600
3.418 15 – 19 3.900
3.445 10 – 14 3.594
2.946 5 –9 2.828
2.970 0 –4 2.819
Laki - Laki 32.588 34.662 Perempuan -

c. Tugas Jabatan Peserta Diklat


Di unit tempat bekerja, peserta diklat bekerja sebagai
PNS dengan jabatan Apoteker Ahli Pertama, jabatan
Apoteker ahli pertama mempunyai tugas, yaitu:
 Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan
upaya pengelolaan dan pelayanan kefarmasian
 Menyusun rencana kegiatan pelayanan obat di kamar
obat berdasarkan data program Pelayanan Kesehatan
Dasar Puskesmas

16
 Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan
penuh tanggungjawab sesuai keahlian dan
kewenangannya
 Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP,
SPM, tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Apoteker dan Kepala Puskesmas
 Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
 Memberikan informasi tentang pemakaian dan
penyimpanan obat kepada pasien
 Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan
perbekalan kesehatan yang dikeluarkan maupun yang
diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku catatan
mutasi obat
 Melaksanakan pengelolaan obat termasuk pencatatan dan
pelaporan secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan
 Membuat pencatatan dan pelaporan pemakaian dan
permintaan obat serta perbekalan kesehatan sebagai
bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala
Puskesmas, pencatatan dan pelaporan penggunaan obat
secara rasional serta penggunaan obat generik
 Melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan obat di
kamar obat
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas

17
d. Role Model
Dr. Tri Puji Hastuti yang penulis jadikan sebagai role
model, Beliau sekarang bekerja sebagai Kepala Puskesmas
di Puskesmas Paciran, Lamongan. Penulis banyak
mengambil pelajaran berharga dari beliau, Sebagai seorang
PNS, beliau adalah orang yang taat dan beriman kepada
Tuhan YME serta rajin beribadah sebagai wujud Sila Pertama
Pancasila. Beliau merupakan seorang pimpinan yang selalu
baik, murah senyum, dan tak ragu membantu ketika bawahan
membutuhkan petunjuk. Beliau selalu menaati peraturan yang
berlaku, bersikap jujur, dan netral dalam urusan politik.

18
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Penetapan Isu yang Diangkat


Unit Kerja:
Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan
Jabatan :
Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) Apoteker Ahli Pertama
Pekerjaan/ Uraian Tugas:
1. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian
2. Menyusun rencana kegiatan pelayanan obat di kamar obat
berdasarkan data program Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas
3. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh
tanggungjawab sesuai keahlian dan kewenangannya
4. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM, tata
kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Apoteker dan Kepala
Puskesmas
5. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
6. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat
kepada pasien
7. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat
dalam bentuk buku catatan mutasi obat
8. Melaksanakan pengelolaan obat termasuk pencatatan dan pelaporan
secara baik, lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan
9. Membuat pencatatan dan pelaporan pemakaian dan permintaan obat
serta perbekalan kesehatan sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepada Kepala Puskesmas, pencatatan dan
pelaporan penggunaan obat secara rasional serta penggunaan obat
generik

19
10. Melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan obat di kamar obat
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Identifikasi Isu :
Berdasarkan pengalaman melaksanakan tugas pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Paciran, terdapat beberapa isu diantaranya
yaitu:
1. Banyaknya obat ED atau mendekati ED yang masih berada di dalam
gudang obat
2. Kurangnya Tenaga Kefarmasian (Asisten Apoteker) di Puskesmas
Paciran
3. Kurangnya persediaan obat-obatan di Puskesmas Paciran
4. Kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien penderita
Tuberculosis
5. Banyak didapatkan resep dengan antibiotic yang tidak sesuai indikasi

Isu-isu tersebut dianalisis menggunakan metode AKPL untuk


mengetahui isu yang paling dominan.Analisis tersebut dapat dilihat pada
tabel 3.1

Tabel3.1Seleksi Isu Menggunakan Metode AKPL

No. Isu A K P L Total


Banyaknya obat ED atau mendekati ED 1 2 3 2 8
1 yang masih berada di dalam gudang obat

Kurangnya Tenaga Kefarmasian (Asisten 4 4 5 4 17


2 Apoteker) di Puskesmas Paciran

Kurangnya persediaan obat-obatan di 3 2 2 3 10


Puskesmas Paciran
3

Kurangnya kepatuhan minum obat pada 5 5 5 5 20


4 pasien penderita Tuberculosis

20
Banyak didapatkan resep dengan antibiotic 5 4 4 4 17
5 yang tidak sesuai indikasi

Kriteria penetapan:
Aktual
1: pernah benar-benar terjadi
2: benar-benar sering terjadi
3: benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
4: benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran
5: benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Khalayak
1: tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2: sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak
3: cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4: menyangkut hajat hidup orang banyak
5: sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik
1: masalah sederhana
2: masalah kurang kompleks
3: masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi
4: masalah kompleks
5: masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Kelayakan
1: masuk akal.
2: realistis.
3: cukup masuk akal dan realistis.
4: masuk akal dan realistis.
5: masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Dari lima isu di atas, dikerucutkan menjadi tiga isu. Dengan
menggunakan metode Urgency (U), Seriousness (S) dan Growth (G).

21
Tabel 3.2 Seleksi Isu Menggunakan Metode USG
No Isu U S G Total
1 Kurangnya Tenaga Kefarmasian (Asisten 4 3 2 9
Apoteker) di Puskesmas Paciran
2 Kurangnya kepatuhan minum obat pada 5 5 4 14
pasien penderita Tuberculosis
3 Banyak didapatkan resep dengan antibiotic 4 4 3 11
yang tidak sesuai indikasi

Kriteria penetapan:
Urgency
1 : tidak penting
2 : kurang penting
3 : cukup penting
4. : penting
5. : sangat penting
Seriousness
1 : akibat yang ditimbulkan tidak serius
2 : akibat yang ditimbulkan kurang serius
3 : akibat yang ditimbulkan cukup serius
4. : akibat yang ditimbulkan serius
5. : akibat yang ditimbulkan sangat serius
Growth
1 : tidak berkembang
2 : kurang berkembang
3 : cukup berkembang
4. : berkembang
5 : sangat berkembang
Berdasarkan pendekatan analisis teknik USG tersebut, maka
kesimpulan yang diperoleh mengarah pada isu: “Kurangnya kepatuhan
minum obat pada pasien penderita Tuberculosis”

22
Penetapan Isu
Berdasarkan hasil uji isudengan pendekatan teknik USG, maka dapat
disimpulkan bahwa “Kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien
penderita Tuberculosis” merupakan hal yang mendesak, sehingga jika
tidak ditangani maka akan berdampak pada:
1. Menurunnya tingkat kesembuhan pada pasien penderita Tuberculosis
2. Meningkatkan penularan/penyebaran penderita Tuberculosis
3. Menurunnya kualitas hidup pasien penderita Tuberculosis

3.2 Gagasan Pemecahan Isu


Tuberculosis adalah salah satu penyakit yang membutuhkan
perhatian khusus. Pengobatannya berlangsung cukup lama yaitu
setidaknya 6 bulan pengobatan (Kartika, 2009). Hal ini seringkali
membuat penderita putus berobat atau menjalankan pengobatan secara
tidak teratur sehingga pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi
kebal atau disebut juga sebagai multi drugs resistance (MDR). Kasus
MDR memerlukan biaya yang lebih besar dan pengobatan yang lebih sulit
(Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008).

Keberhasilan pengobatan Tuberculosis merupakan salah satu


tindakan dalam upaya pengendalian Tuberculosis. Keberhasilan
pengobatan Tuberculosis dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta keteraturan penderita
untuk berobat, daya tahan tubuh, serta faktor sosial ekonomi penderita
(Ayuningtyas, 2008). Salah satu faktor yang cukup sulit dikendalikan
oleh tenaga kesehatan adalah kepatuhan penderita untuk meminum
obat. Hal ini terjadi karena tenaga kesehatan tidak dapat melakukan
pengawasan selama 24 jam pada penderita. Oleh karena itu, media
kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan penderita
Tuberculosis untuk meminum obat.

Menurut teori Force field Analysis dari Lewis Kepatuhan berobat


sangat dipengaruhi oleh perilaku penderita (Ratnasari, 2012).

23
Ketidakpatuhan penderita dalam berobat dapat meningkatkan risiko
berkembangnya penyakit Tuberculosis yang diderita atau
memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang dideritanya.
Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di rumah
sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan penderita terhadap aturan
pengobatan (Asmarini, 2012).

Cara terbaik mengubah perilaku tersebut adalah dengan


memberikan informasi serta diskusi dan partisipasi dari penderita. Agar
perilaku penderita lebih patuh, penguatan driving force dibutuhkan
dengan menggalakkan persuasi dan memberi informasi (Hutapea, 2010).
Oleh karena diperlukan sebuah inovasi baru kalender pintar dalam upaya
mencegah ketidakpatuhan meminum obat dan pemeriksaan kesehatan
oleh penderita Tuberculosis. Kalender pintar ini adalah suatu inovasi
pengingat kepatuhan dalam meminum obat dan pemberian motivasi
internal dalam bentuk sebuah kalender dinding yang mudah dilakukan,
fleksibel, dan efektif.
Kalender Pintar adalah suatu media yang dapat digunakan sebagai
pengingat meminum obat untuk penderita Tuberculosis. Kalender Pintar
merupakan media yang unik dan ringkas. Ringkas karena berbentuk
seperti kalender sobek yang didalamnya terdapat 180 lembar sesuai
dengan masa pengobatan penderita Tuberculosis dalam hitungan hari.
Kalender Pintar yang berbentuk seperti kalender sobek ini bukanlah
sebuah penanda hari, tanggal, ataupun bulan. Akan tetapi, media
tersebut merupakan penanda hari seorang penderita Tuberculosis sudah
menjalani masa pengobatan dengan kata lain media ini dapat
memberikan informasi penting mengenai hari yang sudah terlewati untuk
masa pengobatan. Unik karena tiap lembar yang menandakan hari yang
telah terlewati tidak dibuang begitu saja tapi ditempelkan di alat penancap
kertas yang diciptakan sebagai pelengkap media. Lembaran penanda
hari yang sudah terlewat dapat digunakan sebagai bukti bahwa penderita
telah meminum obat tepat waktu ketika penderita datang ke dokter untuk
check up.

24
Media ini seperti kompas yang menunjukkan bahwa masa
pengobatan masih berlangsung dan selalu menjadi pengingat bagi
penderita Tuberculosis untuk rutin meminum obat karena dalam media ini
juga terdapat kotak Check list yang dapat diisi setelah penderita
Tuberculosis selesai meminum obat. Ketika penderita datang ke dokter
untuk check up dan melakukan pengobatan selanjutnya dokter dapat
mengetahui apakah selama masa pengobatan penderita Tuberculosis
tersebut rajin meminum obat. Hal tersebut dapat ditemukan dalam
lembaran media yang terkumpul di alat penancap kertas.
Media ini juga dapat digunakan sebagai alat bagi keluarga untuk
secara teratur mengontrol pengobatan penderita Tuberculosis.
Kedisiplinan penderita dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi
oleh anggota keluarga terdekat, yang setiap saat dapat mengingatkan
penderita untuk meminum obat. Selain itu media ini dapat juga dapat
memberikan peringatan bagi keluarga bahwa penderita Tuberculosis
tersebut masih berada dalam masa penularan dan memerlukan
perawatan dan dukungan untuk membantu pengobatannya. media ini
juga dilengkapi kata-kata motivasi yang diharapkan mampu membuat
penderita termotivasi untuk sembuh dan bersemangat menjalani masa
pengobatan.
Kalender Pintar ini sangat tepat bila dikolaborasikan dengan strategi
DOTS. Media ini dapat meringankan kinerja PMO. Selain itu, media ini
juga dapat memberdayakan keluarga penderita Tuberculosis untuk
berperan aktif memberikan perawatan dan dukungan dalam rangka
upaya penyembuhan penderita Tuberculosis. Kekurangan sistem DOTS
diharap dapat disempurnakan dengan adanya media ini. Sehingga
Strategi DOTS yang telah gencar dilakukan oleh pemerintah dan
menunjukkan angka kesembuhan penderita Tuberculosis menjadi 85%
(Pare,dkk, 2013) akan meningkat menjadi > 85% dengan adanya media
kesehatan kalender pintar pengingat kepatuhan bagi penderita
Tuberculosis.

25
Untuk mewujudkan gagasan di atas, maka dibutuhkan beberapa
rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar di
tempat kerja. Berikut adalah rangkaian kegiatan aktualisasi nila-nilai
dasar.
1. Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas, Mentor, serta
Penanggung Jawab Program Tuberculosis terkait inovasi yang akan
dibuat
2. Membuat Kalender Pintar, SOP dan dokumen pendukung Pelayanan
Kefarmasian tata laksana pengobatan penderita Tuberculosis dengan
bantuan media kesehatan Kalender Pintar
3. Melakukan pendataan dan penilaian awal jumlah penderita
Tuberculosis di wilayah Kecamatan Paciran
4. Penentuan sampel pasien Tuberculosis sejumlah 10% dari jumlah
keseluruhan pasien Tuberculosis di Kecamatan Paciran
5. Melaksanakan sosialisasi tentang penggunaan Kalender pintar
kepada penderita Tuberculosis beserta pihak keluarga dan PMO
(Pengawas Minum Obat)
6. Monitoring dan evaluasi penggunaan Kalender Pintar
7. Mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada catatan
pengobatan pasien
8. Menyusun laporan Kegiatan

26
Tabel 3.3 Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk
Mencegah Ketidakpatuhan Meminum Obat pada
Penderita Tuberculosis

Aspek Strategi
Menjelaskan efektifitas dan efisiensi penggunaan
kalender sobek untuk mengatasi masalah
ketidakpatuhan meminum obat pada penderita
Tuberculosis dalam meminum obat secara teratur
Dukungan dan persetujuan oleh Puskesmas
Penguatan Paciran terhadap gagasan yang disampaikan
Internal Puskesmas Paciran menggandeng seluruh kader
kesehatan yang ada di seluruh wilayah
Kecamatan Paciran untuk menyelenggarakan
Kalender Pintar
Implementasi Kalender Pintar

Penguatan Strategi Nasional Pengendalian


Pengembangan Tuberculosis mengenai solusi untuk mencegah
Eksternal ketidakpatuhan minum obat pada penderita
Tuberculosis
Penguatan Undang-undang mengenai peran
serta masyrakat dalam proses penyembuhan
penderita Tuberculosis dan atau pembuatan
undang-undang baru yang mendukung
pembangunan kesehatan nasional dalam hal
perlindungan masyarakat terhadap Tuberculosis

Diagram Alur Kerja

Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas, Mentor, serta Penanggung


Jawab Program Tuberculosis terkait inovasi yang akan dibuat
27
Membuat Kalender Pintar, SOP dan dokumen pendukung Pelayanan Kefarmasian tata laksana
pengobatan penderita Tuberculosis dengan bantuan media kesehatan Kalender Pintar

Melakukan pendataan dan penilaian awal jumlah penderita Tuberculosis di wilayah


Kecamatan Paciran

Penentuan sampel pasien Tuberculosis sejumlah 10% dari jumlah keseluruhan


pasien Tuberculosis di Kecamatan Paciran

Melaksanakan sosialisasi tentang penggunaan Kalender pintar kepada penderita


Tuberculosis beserta pihak keluarga dan PMO (Pengawas Minum Obat)

Monitoring dan evaluasi penggunaan Kalender Pintar

Mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada catatan pengobatan pasien

Menyusun laporan Kegiatan

Ilustrasi KALENDER PINTAR

28
1
MOTIVASI

INFO OBAT :

NAMA OBAT PAGI SIANG MALAM

29
3.3 Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi
Nama : Fajar Setya Bangkit, S. Farm.,Apt.
Unit Kerja : Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan
Identifikasi isu :
1. Banyaknya obat ED atau mendekati ED yang masih berada di dalam gudang obat
2. Kurangnya Tenaga Kefarmasian (Asisten Apoteker) di Puskesmas Paciran
3. Kurangnya persediaan obat-obatan di Puskesmas Paciran
4. Kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien penderita Tuberculosis
5. Banyak didapatkan resep dengan antibiotic yang tidak sesuai indikasi
Isu yang diangkat : Kurangnya kepatuhan minum obat pada pasien penderita Tuberculosis di Puskesmas Paciran
Gagasan pemecahan isu: Pelaksanaan pelayanan kefarmasian menggunakan bantuan media kesehatan Kalender Pintar yang
bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien penderita Tuberculosis di
Puskesmas Paciran

30
Tabel 3.4 Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi
Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata Nilai
Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan 1) Menghubungi 1) Terlaksananya Nasionalisme Misi Tata nilai
konsultasi dengan Kepala konsultasi dengan (menyampaikan dan Puskesmas Sinergi
Kepala Puskesmas, Kepala Puskesmas, menghargai Paciran untuk dapat
Puskesmas, Mentor, serta Mentor, serta pendapat pimpinan) “Mewujudkan diperkuat
Mentor, serta Penanggungjawab Penanggung jawab pelayanan
Penanggung Program Program Tuberculosis Etika Publik kesehatan
Jawab Program Tuberculosis untuk 2) Terlaksananya (hormat, yang bermutu,
Tuberculosis konsultasi. pemaparan tentang komunikatif, jelas, profesional
terkait inovasi 2) Memaparkan rencana pelaksanaan sopan santun) dan terjangkau
yang akan dibuat rencana pelayanan kefarmasian oleh
pelaksanaan di rumah (home Whole of masyarakat“
pelayanan pharmacy care) pada Government dapat terwujud
kefarmasian di penderita Tuberculosis (Koordinasi)
rumah(home 3) Mendapatkan saran,
pharmacy care) masukan dan
pada penderita persetujuan dari

31
Tuberculosis Kepala Puskesmas,
3) Meminta saran, Mentor, serta
masukan dan Penanggungjawab
persetujuan dari Program Tuberculosis
Kepala
Puskesmas,
Mentor, serta
Penanggungjawab
Program
Tuberculosis
2. Membuat Kalender 1) Mengumpulkan 1) Terkumpulnya Nasionalisme Misi Tata nilai
Pintar, SOP dan dokumen dokumen pendukung (saling menghargai, Puskesmas Profesional
dokumen pendukung untuk untuk penyusunan menghormati Paciran untuk dan Inovatif
pendukung penyusunan Kalender Pintar dan keputusan, “Mewujudkan dapat
Pelayanan Kalender Pintar SOP Pelayanan tanggungjawab) pelayanan diperkuat.
Kefarmasian tata dan SOP Kefarmasian tata kesehatan
laksana Pelayanan laksana pengobatan Etika Publik yang bermutu,
pengobatan Kefarmasian tata penderita Tuberculosis (bertanggungjawab, profesional
penderita laksana dengan bantuan media cermat) dan terjangkau
Tuberculosis pengobatan kesehatan Kalender oleh
dengan bantuan penderita Pintar di Rumah Whole of masyarakat“
media kesehatan Tuberculosis (Home Pharmacy Government dapat terwujud

32
Kalender Pintar 2) Membuat draft Care) (Komunikasi,
Kalender Pintar 2) Tersusunnya draft koordinasi)
dan SOP Kalender Pintar dan
Pelayanan flowchart SOP
Kefarmasian tata Pelayanan
laksana Kefarmasian tata
pengobatan laksana pengobatan
penderita penderita Tuberculosis
Tuberculosis dengan bantuan media
dengan bantuan kesehatan Kalender
media kesehatan Pintar di Rumah
Kalender Pintar di (Home Pharmacy
Rumah (Home Care) sesuai standar
Pharmacy Care) 3) Mendapatkan saran,
sesuai standar masukan dan
3) Meminta saran, persetujuan dari
masukan dan Kepala Puskesmas
persetujuan dari terkait bentuk Kalender
Kepala Puskesmas Pintar dan SOP
terkait bentuk Pelayanan
Kalender Pintar Kefarmasian tata

33
dan SOP laksana pengobatan
Pelayanan penderita Tuberculosis
Kefarmasian tata dengan bantuan media
laksana kesehatan Kalender
pengobatan Pintar di Rumah
penderita (Home Pharmacy
Tuberculosis Care)
dengan bantuan 4) Terlaksananya simulasi
media kesehatan Kalender Pintar dan
Kalender Pintar di SOP Pelayanan
Rumah (Home Kefarmasian di Rumah
Pharmacy Care) (Home Pharmacy
yang telah disusun Care)
4) Melakukan simulasi 5) Terealisasinya
Kalender Pintar Kalender Pintar dan
dan SOP SOP Pelayanan
Pelayanan Kefarmasian tata
Kefarmasian tata laksana pengobatan
laksana penderita Tuberculosis
pengobatan dengan bantuan media
penderita kesehatan Kalender

34
Tuberculosis Pintar di Rumah
dengan bantuan (Home Pharmacy
media kesehatan Care)
Kalender Pintar di yang telah disetujui
Rumah (Home oleh Kepala
Pharmacy Care) Puskesmas
5) Penetapan bentuk
Kalender Pintar
dan SOP
Pelayanan
Kefarmasian tata
laksana
pengobatan
penderita
Tuberculosis
dengan bantuan
media kesehatan
Kalender Pintar di
Rumah (Home
Pharmacy Care)
yang telah disetujui

35
oleh Kepala
Puskesmas
3. Melakukan 1) Melakukan 1) Terkumpulnya data Akuntabilitas Misi Tata nilai
pendataan dan koordinasi dengan jumlah penderita (pertanggungjawaba Puskesmas Profesional
penilaian awal pemegang program Tuberculosis di wilayah n) Paciran untuk dan Sinergi
jumlah penderita Tuberculosis terkait Kecamatan Paciran “Mewujudkan dapat
Tuberculosis di jumlah penderita 2) Terkumpulnya data Etika Publik pelayanan diperkuat
wilayah Tuberculosis di jumlah penderita (memberikan kesehatan
Kecamatan Puskesmas Tuberculosis di wilayah informasi secara yang bermutu,
Paciran Paciran Kecamatan Paciran benar) profesional
2) Melakukan analisa dan terjangkau
terkait jumlah Komitmen mutu oleh
penderita (inovatif, kreatifitas, masyarakat“
Tuberculosis di orientasi mutu) dapat terwujud
Puskesmas
Paciran Whole of
Government
(komunikasi,
koordinasi,
kolaborasi)

36
4. Penentuan sampel Melakukan koordinasi Terpilihnya sampel pasien Akuntabilitas Misi Tata nilai
pasien dengan pemegang Tuberculosis yang akan (tanggungjawab, Puskesmas Sinergi dan
Tuberculosis program Tuberculosis diuji coba dalam kejelasan target) Paciran untuk Profesional
sejumlah 10% dari terkait penentuan Pelayanan Kefarmasian di “Mewujudkan dapat
jumlah sampel pasien Rumah (Home Pharmacy Etika Publik pelayanan diperkuat
keseluruhan Tuberculosis yang Care) untuk menjelaskan (komunikatif, kesehatan
pasien akan diuji coba dalam tentang penggunaan konsultasi, yang bermutu,
Tuberculosis di Pelayanan media Kalender Pintar kerjasama) profesional
Kecamatan Kefarmasian di Rumah dan terjangkau
Paciran (Home Pharmacy Whole Of oleh
Care) untuk Goverment masyarakat“
menjelaskan tentang (koordinasi) dapat terwujud
penggunaan media
Kalender Pintar

5. Melaksanakan Mensosialisasikan dan Telah disosialisasikan dan Akuntabilitas Misi Tata nilai
sosialisasi tentang menjelaskan tentang dijelaskan tentang (Jujur, Kejelasan Puskesmas Profesional
penggunaan penggunaan Kalender penggunaan Kalender target, Paciran untuk dapat
Kalender pintar pintar kepada pintar kepada penderita pertanggungjawaba “Mewujudkan diperkuat
kepada penderita penderita Tuberculosis Tuberculosis beserta pihak n) pelayanan
Tuberculosis beserta pihak keluarga keluarga dan PMO kesehatan
beserta pihak dan PMO (Pengawas (Pengawas Minum Obat) Nasionalisme yang bermutu,

37
keluarga dan PMO Minum Obat) (tidak diskriminatif, profesional
(Pengawas Minum adil) dan terjangkau
Obat) oleh
EtikaPublik masyarakat“
(Menjaga rahasia) dapat terwujud

Komitmen Mutu
(Berorientasi Mutu)
6. Monitoring dan Melakukan monitoring Didapatkan data hasil Akuntabilitas Misi Tata nilai
evaluasi dan evaluasi tentang penggunaan Kalender (mendahulukan Puskesmas Sinergi,
penggunaan penggunaan Kalender Pintar dan data evaluasi kepentingan publik) Paciran untuk tidak
Kalender Pintar Pintar bagi sampel terhadap penggunaan “Mewujudkan diskriminati
pasien Tuberculosis Kalender Pintar bagi Nasionalisme pelayanan f dan
sampel pasien (saling menghargai, kesehatan menjaga
Tuberculosis amanah, tidak yang bermutu, rahasia
diskriminatif, profesional dapat
tanggungjawab) dan terjangkau diperkuat
oleh
EtikaPublik masyarakat“
(sopan, menjaga dapat terwujud
rahasia)

38
Anti korupsi

Whole of
Government
(Komunikasi)

7. Mendokumentasik 1) Mencatat semua 1) Terkumpulnya data Akuntabilitas Misi Tata nilai


an semua tindakan tindakan pelayanan semua tindakan (Jujur, Kejelasan Puskesmas Akuntabel
profesi tersebut kefarmasian yang pelayanan kefarmasian target, Paciran untuk dan
pada catatan dilakukan pada yang dilakukan pertanggungjawaba “Mewujudkan Transparan
pengobatan pasien lembar catatan n) pelayanan dapat
pengobatan pasien kesehatan diperkuat
Nasionalisme yang bermutu,
(tidak diskriminatif, profesional
adil) dan terjangkau
oleh
EtikaPublik masyarakat“
(Menjagarahasia) dapat terwujud

Komitmen Mutu
(Berorientasi Mutu)

39
8. Menyusun laporan 1) Mengumpulkan 1) Terealisasinya laporan Akuntabilitas Misi Tata nilai
Kegiatan data dan bukti kegiatan (Transparan, Puskesmas Sinergi,
pendukung laporan 2) Terkumpulnya data dan pertanggungjawaba Paciran untuk Akuntabel
2) Konsultasi dengan bukti pendukung n) “Mewujudkan dan
Kepala Puskesmas laporan pelayanan Transparan
3) Meminta 3) Terlaksananya Nasionalisme kesehatan dapat
persetujuan Kepala konsultasi dengan (saling menghargai, yang bermutu, diperkuat
Puskesmas Kepala Puskesmas menghormati profesional
4) Terealisasinya proses keputusan, dan terjangkau
meminta persetujuan tanggungjawab) oleh
Kepala Puskesmas masyarakat“
EtikaPublik dapat terwujud
(bertanggungjawab,
cermat)

Komitmen mutu
(inovatif, kreatifitas)

Whole of
Government
(Komunikasi,

40
koordinasi)

Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan Rencana Aktualisasi

Maret April
No Kegiatan
2 3 4 1
Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas, Mentor, serta
1 Penanggung Jawab Program Tuberculosis terkait inovasi yang akan
dibuat
Membuat Kalender Pintar, SOP dan dokumen pendukung Pelayanan
2 Kefarmasian tata laksana pengobatan penderita Tuberculosis dengan
bantuan media kesehatan Kalender Pintar
Melakukan pendataan dan penilaian awal jumlah penderita Tuberculosis
3
di wilayah Kecamatan Paciran
Penentuan sampel pasien Tuberculosis sejumlah 10% dari jumlah
4
keseluruhan pasien Tuberculosis di Kecamatan Paciran
Melaksanakan sosialisasi tentang penggunaan Kalender pintar kepada
5 penderita Tuberculosis beserta pihak keluarga dan PMO (Pengawas
Minum Obat)

41
6 Monitoring dan evaluasi penggunaan Kalender Pintar
Mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada catatan
7
pengobatan pasien
8 Menyusun laporan Kegiatan

42
43

Anda mungkin juga menyukai