Anda di halaman 1dari 43

PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT,

NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI


DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
(Perka Badan POM 4/2018)

BALAI BESAR POM SURABAYA


2019

1
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
(SISPOM) 3 Lapis

Pemerintah Pelaku Usaha Masyarakat

Perlindungan
Penyediaan Diri &
Jaminan Obat & Keluarga dari
Kesehatan Makanan Obat dan
Bermutu Makanan yg
Berisiko
REGULASI PEREDARAN OBAT DAN VAKSIN
PRE-MARKET
CONTROL
CDOB
PRODUK
REGISTRASI

NOMOR IJIN 2
EDAR DISTRIBUSI
INDUSTRI

SERTIFIKAT GMP
Fasilitas Produksi
CPOB (210 IF) TUGAS BADAN POM
DALAM PENGAWASAN
POST-MARKET OBAT
CONTROL

Saryankes

SAMPLING PRODUK
INSPEKSI FASILITAS & Pengujian Laboratorium
PRODUKSI & DISTRIBUSI

MONITORING KONSUMEN
IKLAN, PROMOSI
& LABEL PRODUK
JAMINAN KEAMANAN
KOMUNIKASI & INFORMASI
PRODUK
3
TEMUAN
PELANGGARAN DI SARANA PELAYANAN (1)
NO SIMPUL TEMUAN
1. PERIZINAN Tidak memiliki izin:
 Masa berlaku izin sudah habis dan belum diperpanjang
 Pindah lokasi
 Pergantian APJ

2. PENGADAAN  Surat Pesanan (SP):


 tidak sesuai format, foto kopi/fax/email
 tidak ada tanggal/no. urut/tanda tangan/no. SIPA/cap outlet pemesan
 Blangko SP ditandatangani dalam jumlah banyak
 Dok. pengadaan tdk di-file tersendiri
 Dok. pengadaan (SP dan Faktur) tdk dapat ditunjukkan pd saat pemeriksaan
 Pengadaan obat, narkotika atau psikotropika bukan dari sarana resmi
(freelance)  Obat palsu !!!

3. PENERIMAAN  Nama obat, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan, no. bets, ED, alamat
pengiriman tidak sesuai (SP, faktur)
 Tidak ada tanda tangan, cap pengirim
 Kondisi obat tidak baik /rusak
 Obat tidak diterima, hanya menandatangani faktur penjualan
 Obat tdk diterima oleh APJ atau Aping/TTK yg diberi penugasan
 Tdk mencantumkan nama dan no. SIPA/SIKTTK penerima
TEMUAN
PELANGGARAN DI SARANA PELAYANAN (2)
NO SIMPUL TEMUAN
4. PENCATATAN  Tidak dilakukan pencatatan (tidak ada kartu stok manual/elektronik)
 Pencatatan pemasukan dan pengeluaran/penyerahan tdk tertib dan
tidak akurat
 Sumber pengadaan tdk dicatat
 Tanggal pemasukan dan pengeluaran/penyerahan tdk dicatat
 No. bets, ED tidak dicatat

5. PENYIMPANAN  Tempat penyimpanan tidak menjamin keamanan (tidak terkunci,


kunci tergantung di pintu lemari, tdk ada surat pendelegasian
pemegang kunci kepada Aping atau TTK)
 Narkotika atau psikotropika disimpan bergabung dgn obat lain atau
barang lain
 Alat pencatat suhu tdk ada.
 Suhu tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada
kemasan/label)
 Obat, Narkotika, Psikotropika & Prekursor rusak, kembalian atau ED
tdk disimpan terpisah, tdk diberi penandaan
 Tempat penyimpanan tidak bersih
TEMUAN
PELANGGARAN DI SARANA PELAYANAN (3)
NO SIMPUL TEMUAN
6. PENYERAHAN  Tidak dilakukan skrining thd resep yg masuk:
 Tidak ada tanggal/tanda tangan dokter/no. SIP
 Tdk ada nama, umur pasien
 Tdk rasional, poli farmasi
 Resep palsu, resep ditulis PSA (bukan dokter)
 Menyerahkan psikotropika tanpa resep dokter/jual bebas
 Melayani resep UP dari dokter (jumlah besar)
 Salesman/Medrep menulis resep dlm jumlah banyak, obat diambil oleh
Salesman/Medrep
 Menyerahkan psikotropika (dlm jumlah besar) kepada oknum tdk
berwenang
 Dokumen resep narkotika atau psikotropika tdk di-file tersendiri
 Resep tdk dapat ditunjukkan pd saat pemeriksaan
 Selama apotek buka, tidak ada Apoteker, Aping atau TTK

7. PELAPORAN  Tidak menyampaikan laporan bulanan narkotika, psikotropika atau


laporan tidak rutin
 Dokumen pelaporan tidak dapat ditunjukkan saat pemeriksaan
1 PENGADAAN

7
PENGADAAN OBAT
PBF PBF

SP –> ttd
SP
APOTEK
APJ/Ka. Inst

IF INST. FARMASI RS
• OBT / OBAT
BEBAS
INST. FARMASI
• SP -> ttd TTK KLINIK KONDISI
PJ
KHUSUS
LPLPO
TOKO OBAT

INST. PUSKESMAS PUSKESMAS


FARMASI
PEMERINTAH INST. FARMASI
DAERAH RSUD/KLINIK
DAERAH
SP –> ttd Ka. Inst
INST.
FARMASI INST. FARMASI
PEMERINTAH RSUP/TNI/POLRI
PUSAT
PEREDARAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA & OBAT MENGANDUNG
PREKURSOR
PBF
PBF
NARKOTIKA: APOTEK
IZIN KHUSUS PENYALURAN
SP –> ttd INST. FARMASI RS
APJ/Ka. Inst

• Obat Bebas
Terbatas INST. FARMASI
• SP -> ttd TTK
PJ KLINIK

TOKO OBAT
INST.
FARMASI
PEMERINTAH
INST. FARMASI
PUSAT RSUP/TNI/POLRI
SPInst
SP –> ttd Ka.
INST. FARMASI
INST. RSUD/KLINIK
FARMASI DAERAH
PEMERINTAH
DAERAH PUSKESMAS
LPLPO
Pengadaan Obat dan NPP di Puskesmas
bersumber dari Puskesmas lain

jika:
1. apabila di IFP Daerah terdapat kekosongan stok Obat yang
dibutuhkan;
2. hanya untuk kebutuhan maksimal 1 (satu) bulan;
3. dengan dilengkapi dokumen Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) terkait pengembalian Obat dari Puskesmas
Pengirim IFP Daerah yang di ttd atau diparaf oleh APJ dan
ditandatangai oleh kepala puskesmas
4 dengan dilengkapi dokumen LPLPO terkait penyaluran Obat dari
Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah ke Puskesmas Penerima; dan
5. Obat dapat langsung dikirimkan dari Puskesmas Pengirim ke
Puskesmas Penerima.
SURAT PESANAN
SITEM ELEKTRONIK MANUAL
mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap (termasuk
nomor telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana;
mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap;
mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan huruf)
dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari
Obat/Bahan Obat yang dipesan;
mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang
jelas;
a. Harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem hanya oleh a. asli dan dibuat
Apoteker/TTK Penanggung Jawab. sekurang-
b. Harus bisa menjamin ketertelusuran produk (min 5 th) kurangnya
c. Harus dapat ditunjukan dan dipertanggungjawabkan kebenarannya rangkap 2
pada saat pemeriksaan (NPP 3) serta
d. harus tersedia sistem backup data. tidak dibenar
e. harus mudah dalam evaluasi & penarikan data pada saat dibutuhkan kan dalam
f. Ada mekanisme pemberitahuan secara elektronik dari pihak bentuk
pemasok bahwa pesanan tersebut telah diterima Surat pesanan faksimili dan
manual (asli) harus diterima oleh pemasok selambat lambatnya 7 fotokopi.
(tujuh) hari setelah konfirmasi dari pihak pemasok b. ditandatangani
g. Pengadaan NPP harus dilengkapi SP manual asli, oleh Apt/TTK
PJ, nama
jelas, dan
nomor
PENGADAAN DILAKUKAN MELALUI SISTEM PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH, TERMASUK E-PURCHASING

• APJ menyampaikan daftar kebutuhan Obat/Bahan Obat


kepada pelaksana sistem pengadaan barang/jasa
pemerintah;
• APJ menyampaikan Surat Pesanan kepada pemasok;
• jumlah pengadaan Obat tidak dalam jumlah eceran;
• pengadaan Obat/Bahan Obat dilakukan oleh pelaksana
sistem pengadaan barang/jasa pemerintah;
• APJ harus memonitor pelaksanaan pengadaan
Obat/Bahan Obat pemerintah;
• APJ harus menyimpan salinan dokumen e-purchasing
atau dokumen pengadaan termasuk Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK)/Surat Perintah Kerja (SPK) lengkap beserta
daftar dan jumlah Obat/Bahan Obat yang akan diadakan;
PENGELOLAAN & PENGARSIPAN DOKUMEN PENGADAAN

• Surat Pesanan yang tidak dapat digunakan karena suatu hal, maka
Surat Pesanan tersebut harus diberi tanda pembatalan yang jelas dan
diarsipkan bersama dengan Surat Pesanan lainnya.
• Surat pesnan tidak bisa dilayani baik sebagian atau seluruhnya, harus
meminta surat penolakan pesanan dari pemasok.
• harus disimpan sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun
berdasarkan tanggal dan nomor urut Surat Pesanan/LPLPO
• Arsip Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika atau
Surat Pesanan Prekursor Farmasi harus dipisahkan dengan arsip
Surat Pesanan produk lain.
• Faktur Pembelian diarsipkan bersatu dengan Surat Pesanan
• Surat penolakan pesanan dari pemasok harus diarsipkan menjadi
satu dengan arsip Surat Pesanan.
• Lama penyimpanan arsip min 5 Tahun, diurut berdasarkan tanggal
dan nomor urut Surat Pesanan/LPLPO.
• Seluruh arsip harus mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat
diperlukan.
2 PENERIMAAN

14
PENERIMAAN
• Penerimaan harus
berdasarkan Faktur PERIKSA:
pembelian / SPB/ LPLPO 1. KONDISI KEMASAN
yang sah. DALAM KEADAAN BAIK sesuai
2. KESESUAIAN OBAT YANG
• hanya dapat melakukan DITERIMA DG SP/LPLPO
penerimaan yang 3. KESESUAIAN OBAT YANG
ditujukan untuk DITERIMA DG FAKTUR
Fasyanfar sesuai
Ketidaksesuaian ketidaksesuaian
SP/LPLPO nama produsen, nama nomor bets TTD FAKUR/LPLPO/SPB
• Dilakukan oleh Apt/TTK pemasok, nama atau tanggal & NAMA, SIPA/SIPTTK,
Obat/Bahan Obat, kedaluwarsa STEMBEL
PJ
jumlah, bentuk,
• Bila Apt/TTK PJ kekuatan sediaan
berhalangan, Obat, dan isi kemasan
didelegasikan ke Tenaga KOREKSI
kefarmasian (Surat BETS/KADALUARSA &
pendelegasian) PRODUK KONFIRMASI KE
DIKEMBALIKAN PEMASOK
• Bila Apt PJ Puskesmas
berhalangan,
didelegasikan ke Tenaga
kefarmasian/ tenaga DIHARI BERITA ACARA 15
YANG PENERIMAAN
medis/ tenaga kesehatan SAMA TIDAK SESUAI
lain
PENERIMAAN PADA PENGADAAN DILAKUKAN MELALUI SISTEM
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
• penerimaan harus melibatkan Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian sebagai Panitia Penerimaan Barang dan
Jasa Pemerintah. Apabila Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian tidak termasuk dalam Panitia Penerima
Barang, maka penerimaan dilakukan oleh APJ atau
Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh APJ.
• penerimaan dari PBF dilakukan oleh Panitia
Penerimaan Barang dan Jasa Pemerintah;
• Panitia Penerimaan Barang dan Jasa Pemerintah segera
menyerahkan Obat/Bahan Obat dan NPP kepada APJ
atau Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh APJ;
• APJ wajib mendokumentasikan salinan Berita Acara
Serah Terima Barang dan Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan.
3 PENYIMPANAN

17
Penyimpanan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor harus :
a) Dalam wadah asli dari produsen.
b) Bila diperlukan pemindahan dari wadah asli nya untuk pelayanan
resep  disimpan di dalam wadah baru yang dapat menjamin
keamanan, mutu, dan ketertelusuran obat dengan dilengkapi
dengan identitas obat meliputi nama obat dan zat aktifnya, bentuk
dan kekuatan sediaan, nama produsen, jumlah, nomor bets dan
tanggal kedaluwarsa.
c) kondisi penyimpanan sesuai tertera pada kemasan dan/atau label
d) terpisah dari produk/bahan lain
e) terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan
cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain;
f) mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur-baur;
dan
g) tidak bersinggungan langsung antara kemasan dengan lantai.
h) dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
Obat serta disusun secara alfabetis.
i) memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan Obat 
tidaak berdekatan & penandaan khusus
j) memperhatikan sistem FEFO dan/atau sistem FIFO
PENCATATAN DALAM PENYIMPANAN

a) Penyimpanan harus dilengkapi dengan kartu stok (manual/elektronik)


b) Informasi dalam kartu stok sekurang-kurangnya memuat:
1) Nama Obat/Bahan Obat, bentuk sediaan, dan kekuatan Obat;
2) Jumlah persediaan;
3) Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
4) Jumlah yang diterima;
5) Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/penggunaan;
6) Jumlah yang diserahkan/digunakan;
7) Nomor bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau
penyerahan/penggunaan; dan
8) Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
c) Pencatatan yang dilakukan harus tertib dan akurat
PENCATATAN DALAM PENYIMPANAN

d) Jika pencatatan dilakukan secara elektronik, maka:


1) Harus tervalidasi, mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada
saat diperlukan;
2) Harus mampu tertelusur informasi mutasi sekurang-kurangnya
5 (lima) tahun terakhir;
3) Harus tersedia sistem pencatatan lain yang dapat dilihat setiap
dibutuhkan. Hal ini dilakukan bila pencatatan secara elektronik
tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
4) Harus dapat di salin/copy dan/atau diberikan cetak/printout

e) Mutasi Obat dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ke depo/unit


antara lain rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat
darurat, harus tercatat pada kartu stok dengan disertai bukti serah
terima obat dari instalasi farmasi kepada depo/unit
Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product)

a) Tempat penyimpanan minimal chiller untuk produk dengan


peryaratan penyimpanan suhu 2 s/d 8 C dan freezer untuk produk
dengan peryaratan penyimpanan suhu -25 s/d -15 C;

b) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring


suhu yang terkalibrasi;

c) Harus dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama


3 kali sehari dengan rentang waktu yang memadai;

d) Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan generator otomatis


atau generator manual yang dijaga oleh personil khusus selama
24 jam; dan

e) Penyimpanan obat tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara


dapat dijaga, jarak antara produk sekitar 1-2 cm.
Obat berupa elektrolit konsentrasi tinggi

a) Contoh : kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat,
natrium klorida lebih pekat dari 0,9% dan magnesium sulfat 50% atau
yang lebih pekat)
b) Tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang
penting.
c) Penyimpanan pada unit perawatan pasien harus dilengkapi dengan
pengaman, diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi
ketat untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
Narkotika, Psikotropika & Prekusor Farmasi

a) Narkotika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Narkotika.


b) Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan
Psikotropika.
c) Prekursor Farmasi harus disimpan di tempat yang aman berdasarkan
analisis risiko  pembatasan akses personil, diletakkan dalam satu area
dan tempat penyimpanan mudah diawasi secara langsung oleh
penanggungjawab.
d) Lemari khusus penyimpanan Narkotika harus mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab
dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
e) Lemari khusus penyimpanan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab
dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
f) Apabila Apoteker Penanggung Jawab berhalangan hadir dapat
menguasakan kunci kepada pegawai lain  dilengkapi surat kuasa
g) Pegawai lain  Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
Rusak dan/atau Kedaluwarsa

a) Penyimpananharus terpisah dari Obat/Bahan Obat yang masih layak


guna dan diberi penandaaan yang jelas serta dilengkapi dengan
pencatatan berupa kartu stok (manual/elektronik)

b) Narkotika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara


terpisah dari Narkotika yang layak guna, dalam lemari penyimpanan
khusus Narkotika dan diberi penandaaan yang jelas.

c) Psikotropika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara


terpisah dari Psikotropika yang layak guna, dalam lemari penyimpanan
khusus Psikotropika dan diberi penandaaan yang jelas.

d) Prekursor Farmasi yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan


secara aman dan terpisah dari Prekursor Farmasi yang layak guna serta
diberi penandaaan yang jelas.
Stok Opname

a) Melakukan stok opname secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam


6 (enam) bulan.

b) Melakukan stok opname Narkotika dan Psikotropika secara berkala


sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan

c) Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stok opname
dan mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk Berita Acara
hasil investigasi selisih stok

d) Dokumentasi harus mampu telusur dan dapat diperlihatkan saat


diperlukan.
4 PENGEMBALIAN

26
Pengembalian Obat/Bahan Obat dan NPP

Pengembalian obat dan NPP harus dilengkapi dengan dokumen serah terima pengembalian Obat
yang sah dan fotokopi arsip Faktur Pembelian.


Setiap pengembalian Obat dan NPP wajib dicatat dalam Kartu Stok


Seluruh dokumen pengembalian harus terdokumentasi dengan baik dan mampu telusur


Dokumen pengembalian yang memuat Narkotika harus disimpan terpisah dari dokumen
pegembalian obat lainnya.


Dokumen pengembalian yang memuat Psikotropika harus disimpan terpisah dari dokumen
pegembalian obat lainnya


Dokumen pengembalian yang memuat Prekursor Farmasi harus disimpan terpisah dari dokumen
pegembalian obat lainnya

27
5 PENYERAHAN

28
• DAERAH TERPENCIL

PEREDARAN OBAT • SURAT PERMINTAAN

DOKTE
TERTULIS

R
• SURAT PESNAN
• OBAT PD LAMP
PERMEN

BIDA
APOTEK

N
INST. FARMASI RS

APOTEK
INST. FARMASI
KLINIK

TOKO OBAT

PASIEN
PUSKESMAS

INST. FARMASI
RSUD/KLINIK
DAERAH • KOSONG
STOK
• DISTRIBUTOR
KOSONG

INST. FARMASI
RSUP/TNI/POLRI
OBAT
KERAS
RESEP
PEREDARAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA & OBAT MENGANDUNG
PREKURSOR

DOKTER
KHUSUS N & P
• INJ
• DAERAH TERPENCIL
• SURAT PERMINTAAN
TERTULIS

APOTEK

APOTEK
INST. FARMASI RS

INST. FARMASI
KLINIK

TOKO OBAT

PASIEN
INST. FARMASI
RSUP/TNI/POLRI
• (-) DALAM
INST. FARMASI RESEP
• SURAT
RSUD/KLINIK PERMINTAAN
TERTULIS
DAERAH

PUSKESMAS RESEP
PENYERAHAN
a) Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan Obat, termasuk Narkotika,
Psikotropika dan Preekursor Farmasi
b) Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat melayani resep Obat
berdasarkan resep dari rumah sakit tersebut.
c) Instalasi Farmasi Klinik selain melayani resep dari klinik yang
bersangkutan, dapat melayani resep dari dokter praktik perorangan atau
resep dari klinik lain.
d) Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat menyerahkan Obat kepada
pasien.
e) Penyerahan Obat hanya dapat dilakukan dalam bentuk obat jadi,
termasuk dalam bentuk racikan obat.
f) Resep/permintaaan tertulis yang diterima dalam rangka penyerahan Obat
wajib dilakukan skrining.
g) Resep yang dilayani harus asli; ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak
dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi, termasuk fotokopi blanko
resep. 31
PENYERAHAN
a) Resep Obat dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.
b) dilarang mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang diulang (iter)
apabila resep aslinya mengandung Narkotika.
c) dilarang menyerahkan Narkotika berdasarkan salinan resep yang baru
dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali apabila tidak
menyimpan resep asli.
d) Penyerahan Prekursor Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas harus
memperhatikan kewajaran dan kerasionalan jumlah yang diserahkan
sesuai kebutuhan terapi.
e) Penyerahan Prekursor Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas di luar
kewajaran harus dilakukan oleh penanggung jawab Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian.
f) Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus memerhatikan penyerahan
Prekursor Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas dalam jumlah besar
secara berulang dalam periode tertentu.

32
PENYERAHAN
a) Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika berdasarkan resep yang
ditulis oleh dokter yang berpraktek di provinsi yang sama dengan Apotek
tersebut, kecuali resep tersebut telah mendapat persetujuan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat Apotek yang akan melayani resep
tersebut.
b) Dalam menyerahkan Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi
berdasarkan resep, pada resep atau salinan resep harus dicatat nama,
alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang
mengambil obat.

33
Resep dalam bentuk elektronik di dalam penyerahan Obat di
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas

a) Pelayanan resep elektronik hanya dapat diselenggarakan oleh


sarana yang mengeluarkan resep elektronik tersebut;
b) Tersedia sistem dokumentasi yang baik sehingga resep elektronik
mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat diperlukan.

34
SALINAN RESEP
Salinan resep adalah salinan yang dibuat dan ditandatangani oleh
apoteker menggunakan blanko salinan resep dan bukan berupa
fotokopi dari resep asli. Salinan resep selain memuat semua
keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula:
a) Nama, alamat, dan nomor surat izin sarana;
b) Nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker;
c) Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan;
tanda nedet atau ne detur untuk obat yang belum
diserahkan;
d) Nomor resep dan tanggal pembuatan;
e) Stempel sarana.

35
Pengelolaan Resep
a) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis harus mampu telusur dan
dapat ditunjukkan pada saat diperlukan.
b) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis disimpan min selama 5 tahun,
urutankan tanggal & nomor urutan penerimaan resep.
c) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis yang telah disimpan melebihi 5
tahun dapat dimusnahkan.
d) Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain
yang sesuai oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh
sekurang-kurangnya seorang petugas fasilitas pelayanan kefarmasian.
e) Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita Acara Pemusnahan.
f) Pemusnahan resep wajib dilaporkan dengan melampirkan Berita Acara
Pemusnahan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempatdan tembusan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat.

36
Pengelolaan Resep Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi
a) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Narkotika harus disimpan
terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
b) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Psikotropika harus
disimpan terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis
lainnya.
c) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Prekursor Farmasi harus
disimpan terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis
lainnya.
d) Resep yang di dalamnya tertulis Narkotika bersama Psikotropika
dan/atau Prekursor Farmasi harus disimpan bergabung dengan
resep Narkotika lainnya.
e) Resep yang di dalamnya tertulis Psikotropika bersama Prekursor
Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep Psikotropika
lainnya.

37
Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product)
a) Penyerahan dilakukan kepada dokter penulis resep, tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan atau sampai dengan produk
ditempatkan ke tempat penyimpanan lain sesuai persyaratan
penyimpanan;
b) Pengiriman menggunakan wadah kedap dengan yang dilengkapi
icepack/coolpack sedemikian rupa sehingga dapat menjaga suhu
selama pengiriman;
c) Harus dilakukan validasi pengiriman produk rantai dingin
menggunakan wadah kedap untuk menjamin suhu pengiriman produk
rantai dingin sesuai dengan persyaratan sampai ke tangan pelanggan;
d) Produk rantai dingin tidak boleh bersentuhan langsung dengan
icepack/coolpack; dan
e) Harus dilakukan pemeriksaan suhu produk rantai dingin sebelum
dilakukan pengiriman dan pada saat penerimaan

38
6 PEMUSNAHAN

39
PEMUSNAHAN

• Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab wajib

memastikan kemasan termasuk label obat , Narkotika, Psikotropika,

dan/atau Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan telah dirusak

• Pemusnahan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan
7 PELAPORAN

41
PELAPORAN

Pelaporan Pemasukan dan


Penyerahan/Penggunaan Narkotika dan
Psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
TERIMA KASIH

@ halobpom@pom.go.id; www.pom.go.id; @bpom_ri; FB: Bpom RI

43

Anda mungkin juga menyukai