Anda di halaman 1dari 5

PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Judul Proposal : Percepatan Program PTM


Nomor Surat Pengantar : 050/ 844 /Dinkes/ 2015
Tanggal : 31 Maret 3015
Perihal Surat : Pengantar proposal perencanaan Alat Kesehatan PPTM
melalui APBN - TP Tahun 2016
Kegiatan : Penyediaan Alkes Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Indikator Kinerja Kegiatan : Tersedianya Alkes Kegiatan PTM di Puskesmas

I. Latar Belakang

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar
36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29
juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan
kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44
juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul
akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda
klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus
hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit,
terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini.
Dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung
0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik
Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, dimana
prevalensi perokok laki-laki 68,8% dan perempuan 6,9%, kurang aktifitas fisik 26,1%,
kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti
makanan manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan
berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan
obesitas sentral 26,6%.
Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan
kesehatan yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan
biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun) dan
terjadi komplikasi.

Data Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun


2012 memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular. Pembiayaan
Hemodialisis pada kasus Gagal Ginjal Kronik sebesar Rp. 227.493.526.119,- dan pada
penyakit kanker sebesar Rp. 144.689.231.240 sementara pembiayaan untuk TBC sebesar Rp.
106.502.636.171.

PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet
yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan
mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan
PTM salah satu diantaranya adalah deteksi dini.

Masyarakat di perankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah


sekaligus sebagai sumber daya dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM dan tindak lanjutnya. Disaat ini
peran fasilitas pelayanan kesehatan primer belum optimal dalam pelaksanaan pengendalian
PTM karena masih berorientasi Kuratif dan rehabilitatif dan cenderung tersegmentasi. Disisi
lain masyarakat yang berkeinginan untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin masih
jauh dari harapan sehingga dengan deteksi dini dan penanganan yang lebih cepat dapat
memelihara masyarakat sehat agar tetap sehat dan bagi para penyandang PTM dapat
meningkatkan kualitas hidup. Hal ini berimplikasi terhadap pembiayaan kesehatan yang lebih
murah.

Sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015 – 2019 bahwa Pengendalian PTM


termasuk indikator kinerja utama program yaitu : Prevalensi darah Tinggi, Prevalensi
Obesitas dan prevalensi merokok pada penduduk usia < 18 tahun. Sehingga untuk mencapai
indikator tersebut perlu diusulkan kegiatan yang dapat didukung dengan alat alat kesehatan
yang berperan penting dalam pengendalian Penyakit tidak menular di Kabupaten Merangin
II. Analisa Situasi

Adanya Indikator yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan turut menjadi


pendorong bagi Direktorat PTM untuk berusaha mencapai indikator tersebut dengan
penggembangan Posbindu di Pusat dan daerah.
Dalam rangka pengembangan Posbindu di daerah baik yang dilakukan oleh lintas
program maupun lintas sektor diperlukan pemenuhan alat pemeriksaan faktor risiko PTM
yaitu alat timbang berat badan, alat periksa gula darah, alat ukur lingkar perut, tekanan darah
dan alat periksa gula darah serta bodyfat analyzer. Alat ini dibutuhkan untuk pemeriksaan
fakto risiko penyakit tidak menular pada masyarakat dalam rangka untuk deteksi dini faktor
risiko diabetes dan jantung sehingga dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan untuk menunjang
terlaksananya kegiatan Posbindu FR PTM di Desa/Kelurahan.
Di Kabupaten Merangin termasuk salah satu kabupaten yang berada di bagian tengah
Provinsi Jambi dengan jumlah penduduk sebanyak 415 515 jiwa yang tersebar di 24
Kecamatan terdiri dari 10 Kelurahan dan 205 Desa. Penduduk terbesar berada pada rentang
usia produktif 15-64 tahun sebanyak 65, 83% dari jumlah penduduk, hal ini memungkinkan
produktifitas masyarakat akan sangat berdampak jika pada usia ini mempunyai banyak
masalah terutama masalah kesehatan, demikian juga pada generasi muda atau usia sekolah
yang sangat rentan terhadap penyimpangan perilaku. Salah satu masalah pada usia remaja
adalah perilaku merokok pada remaja. Kebiasaan merokok di kabupaten merangin menurut
RISKESDA tahun 2010 menempati urutan teratas di provinsi Jambi. Disamping itu penyakit
hipertensi selalu masuk dalam 10 penyakit terbanyak setiap tahunnya.
Pelaksanaan kegiatan PTM di Kabupaten Merangin pada tahun 2014 baru terlaksana
di 2 Puskesmas dan 2 Posbindu yang pelaksanaan progmanya masih belum optimal. Hal ini
dimungkinkan karena belum optimalnya pelaksanaan program PTM mulai dari tingkat
Kabupaten, Puskesmas sampai ke Desa. Oleh karena itu perlu dilakukannya optimalisasi
kegiatan Program PTM yang ditunjang dengan peralatan yang memadai sehingga Puskesmas
pandu PTM dan Posbindu dapat dikembangkan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya

III. Permasalahan
1. Akses layanan PTM yang Belum Optimal
 persentasi faktor Resiko PTM yang melakukan pendeteksian dini sangat rendah.
 Belum berkembangnya jumlah Posbindu yang ada di wilayah Kabupaten
Merangin
 KTR melalui Perbub yang dberlakukan baru pada instansi Kesehatan dan SKPD
terkait.
 Surveilans PTM belum berjalan optimal
2. Keterbatasan sumber daya tenaga kesehatan baik dari sisi kualitas maupun
kuantitasnya.
3. Keterbatasan sumber daya anggaran di bidang kesehatan guna peningkatan kuantitas
dan kualitas pelayanan kepada masyarakat terutama pada UPTD Dinas Kesehatan,
termasuk Puskesmas.

IV. Alternatif Pemecahan Masalah

a. Optimalisasi akses layanan PTM yang bermutu


 Meningkatkan cakupan deteksi dini faktor resiko PTM
 Mengembangkan jumlah Puskesmas Pandu PTM dan Posbindu
 Pengembangan KTR padaseluruh instansi dan SKPD termasuk sekolah
sekolah
 Peningkatan surveilans PTM

b. Meningkatkan sumberdaya tenaga kesehatan melalui sosialisasi dan pelatihan


Keterbatasan sumber daya tenaga dari sisi kualitas dapat di kurangi atau di
minimalkan melalui kegiatan peningkatan pengetahuan, ketrampilan melalui
pelatihan tenaga kesehatan, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dan
pemberian insentive/ jasa medis kepada tenaga kesehatan pemberi layanan
kepada masyarakat.
c. Mengupayakan peningkatan alokasi anggaran di bidang kesehatan sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yaitu 10%
dari APBD. Upaya ini telah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten
Merangin, dengan adanya peningkatan alokasi anggaran bidang kesehatan secara
signifikan dari tahun ke tahun sebagaimana diurakan pada bagian sebelumnya,
meskipun belum sesuai dengan yang dimaksudkan oleh amanat Undang – undang
Kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan anggaran
Pemerintah Kabupaten Merangin
V. PENUTUP
Demikian proposal pengajuan anggaran ini dibuat disertai dengan TOR dan RAB
kegiatan, untuk mendapatkan perhatian serta sebagai bahan pertimbangan untuk
pengalokasian anggaran bidang kesehatan untuk pengendalian Penyakit Tidak Menular sesuai
ketentuan dan aturan yang berlaku kepada pemerintah Kabupaten Merangin.
Besar harapan kami untuk dapat terkabulnya pengajuan anggaran ini, sehingga akan
dapat mewujudkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas dan sesuai
dengan harapan masyarakat, khususnya Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kabupaten
Merangin.
Terima kasih.
Merangin, 31. Maret 2015
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN MERANGIN

dr.H. SOLAHUDDIN
NIP. 19650213 199803 1 002

Anda mungkin juga menyukai