Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya
pelayanan dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA
ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Untuk itu diperlukan pengelolaan program
kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
anak setinggi-tingginya. ( Peraturan Presiden RI, 2012).
Hal ini sejalan dengan Millenium Development Goals (MDGs) tujuan
nomor empat : menurunkan angka kematian bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran
hidup dan angka kematian balita menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup,
serta tujuan nomor lima : meningkatkan kesehatan ibu yaitu menurunkan angka
kematian ibu pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, Tahun 2010).
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota menyatakan:
Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan adalah tolak ukur kinerja
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah kabupaten/kota. SPM
kesehatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayana
beserta indikator kinerja dan target tahun 2010-2015. Pada pelayanan kesehatan
dasar, beberapa indikator kerja yang berkaitan dengan KIA antara lain :
cakupan kunjungan ibu hamil K4
95% pada tahun 2015 ; cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80%
pada tahun 2015; cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015 serta cakupan pelayanan
nifas 90% pada tahun 2015.
Penyebab utama kematian ibu menurut SDKI (2012), dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung biasanya
erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan, proses persalinan,
dan pasca persalinan seperti perdarahan (28%), infeksi (11%), komplikasi
peurperium (8%), partus macet/lama (5%), abortus (5%), trauma obstetri (5%),

1
emboli obstetri (5%), dan lain-lain (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung
lebih terkait dengan kondisi sosal ekonomi, geografis serta perilaku budaya
masyarakat yang terangkum dalam 4T “terlalu” (terlalu tua, terlalu muda,
terlalu banyak, terlalu sering) dan 3 Terlambat (terlambat mengambil
keputusan, terlambat membawa, dan terlambat mendapatkan pelayanan);
seperti anemia (51%), terlalu muda <20 tahun (10,3 %), terlalu tua >35 tahun
(11%), terlalu dekat jaraknya <24 bulan (15%) dan <36 bulan (6%) (Depkes,
2008).
Salah satu pemecahan masalah penurunan AKI dan AKB dilakukan
melalui intervensi yang terbukti efektif di Srilangka yaitu semua persalinan
harus di fasilitas kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Persalinan di
fasilitas kesehatan harus didukung oleh tenaga kesehatan yang kompeten,
fasilitas kesehatan yang memenuhi standart operasional, manajemen program
yang efektif dan dukungan penuh dari semua pengampu (Stakeholder) terkait
(Permenkes No 71 Tahun 2013).
Permasalahan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan
permasalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut
adalah keterlambatan dan sistem rujukan yang belum paripurna. Sistem rujukan
pelayanan kesehatan wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. Sistem rujukan
tersebut dilakukan secara berjenjang mulai dari masyarakat, kader, bidan ke
tingkat pelayanan dasar (puskesmas) dilanjutkan ke jenjang tingkat lanjutan
yaitu rumah sakit yang memiliki dokter spesialis, sehingga kematian ibu dan
bayi dapat dicegah secara dini (Permenkes, 2014).
Menurut ketentuan umum sistem rujukan berjenjang oleh BPJS
Kesehatan salah satunya adalah dalam menjalankan pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem dengan mengacu
pada perundangan-undangan yang berlaku seperti terbatasnya jenis dan
jumlah obat yang sesuai dengan standar dalam Formulasi Nasional (Fornas),
standar alat kesehatan yang tercantum dalam JKN dan peserta yang ingin
mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat
dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur
sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan (Kemenkes RI, 2013).

2
Puskesmas sebagai unit pelayanan teknis sudah merupakan kebijakan dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa puskesmas sebagai
bagian dari Sistem Kesehatan Nasional, sub sistem dari kesehatan yang berada
di kabupaten/kota, propinsi dan Nasional. Tujuan utamanya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya (Permenkes, 2014).
Dalam pelayanannya puskesmas memiliki beberapa asas yakni yang salah
satunya adalah menjalankan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani
suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih
mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannnya adalah rumah sakit.
Rujukan kesehatan adalah berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan
penyakit sedangkan Rujukan medik adalah rujukan pelayanan kesehatan yang
terutama meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan. Dalam peraturan
Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2014 tentang pedoman Program Jaminan
Kesehatan pada BAB IV pelayanan kesehatan yaitu setiap peserta memiliki hak
mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dimaksud puskesmas.
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat
atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga,
di mana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di
suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan
medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggungjawab tersebut ke tingkat
pelayanan di atasnya, demikian seterusnya (Permenkes No 001 Tahun 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar pelayanan KIA ?
2. Untuk mengetahui apa saja jenis pelayanan kesehatan Ibu ?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis pelayanan kesehatan Anak ?
4. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah pada status kesehatan Ibu dan
Anak ?

3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma,
penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang
Balita, serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
 Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik
terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-
menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan
alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini
tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan
mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada
tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai
pendidik anak-anaknya adalah ibu.
Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan
menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari
pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati, 2013) Peranan ibu terhadap anak
adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam
kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai
anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain
seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.

B. Prinsip dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :

5
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

C. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Ibu


1. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal “10 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur Lila)
d. Ukur Tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi janin dan Denyut jantung janin
f. Skrining status Imunisasi TT (dan pemberian imunisasi TT)
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
i. Tata laksana kasus
j. Temu wicara (konseling) persiapan rujukan
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali
pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:
a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.

6
b. Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan
latihan tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak
terlatih ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
3. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih
dari 10 tahun
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
f. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
g. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
a. Hb kurang dari 8 gram %
b. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih
dari 90 mmHg
c. Oedema yang nyata
d. Eklampsia
e. Pendarahan pervaginaan
f. Ketuban pecah dini
g. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
h. Letak sungsang pada primigravida
i. Infeksi berat atau sepsis
j. Persalinan premature
k. Kehamilan ganda
l. Janin yang besar
m. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
n. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

7
D. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Anak
1. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang


diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
 Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
 Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
 Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
 Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi
:
 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1, 2, 3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
 Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)
 Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
 Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA
 Penanganan dan rujukan kasus bila di perlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah
dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan


Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi
baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan

8
asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya
atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam).

Asuhan bayi baru lahir meliputi:

 Pencegahan infeksi (PI)


 Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

 Pemotongan dan perawatan tali pusat

 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

 Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.

 Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di


paha kiri

 Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan

 Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis


tunggal

 Pemeriksaan bayi baru lahir

 Pemberian ASI eksklusif

Bentuk Esensial Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir adalah:

a. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan


mendekapkan bayi diantara kedua payudara ibunya segera setelah lahir.
Memberikan kesempatan bayi menyusui sendiri segera setelah lahir dengan
meletakkan bayi di dada atau perut dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin
to skin contact) setidaknyaselama 1-2 jam sampai bayi menyusui sendiri.

9
(mitaya, 2010 : 23) Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan penyakit
yang menyerang bayi, karena kandungan antibodi yang ada pada colostrom
dan ASI. Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan
proses IMD.

b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan


pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan
ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah,
ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.

c. Pencegahan infeksi

Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit


setelah bayi baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular
kepada ibu. Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di bungkus tutupi
dengan kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap terkena udara dan akan
lebih mudah kering.

d. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi

Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari bayi terpapar langsung
dengan suhu lingkungan

e. Kunjungan Neonatal

Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:

1) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah


lahir
2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari

10
3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari

Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat


dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang
diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk
ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali pusat,
penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan
rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).

2. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita

Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Balita :

a. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan
anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan
harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak
seimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai
bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan
yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS
juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita
tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).

Manfaat KMS adalah :

11
1) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

3) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk


menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

b. Pelayanan kesehatan dengan Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada


Anak

Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian


makanan yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan
dan perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si
anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada
anak tersebut yang mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan
intelegensia.

c. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat
melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare
dan infeksi lain.

Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang


diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang
dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

12
1) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-
11 bulan satu kali dalam satu tahun.
2) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ).
Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami
pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau
konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).

Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang


dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari
dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target
pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga
menengah kebawah.

d. Pelayanan Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup :

1) Penimbangan berat badan


2) Penentuan status pertumbuhan

3) Penyuluhan

4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,


imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan,
segera ditunjuk ke Puskesmas.

13
e. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management


of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).

Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap


untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian
bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya
preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.

3. Pelayanan kesehatan pada anak pra-sekolah

Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka bisa
mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada
umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan - 5 tahun)
dan kelompok bermain atau play group (3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun
biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan

14
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.
Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap
makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak
mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki

Jenis pelayanan kesehatan pada anak pra-sekolah yaitu :

a. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan


medic ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut, yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-
masing, guna mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan
permasalahannya secara keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam
prosedur pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan kesehatan
wilayah setempat.

b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Anak Prasekolah

Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen


penting Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang
oleh pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif,
rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu
bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam
rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi
penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya
benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan
yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat ini program PMT tampaknya
masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak balita dan anak-anak yang
mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk.

15
c. Penanggulangan Gangguam Penglihatan dan Kebutaan (PGPK)

Program ini merupakan inisiatif global untuk menanggulangi


gangguan penglihatan dan kebutaan yang sebenarnya dapat
dicegah/direhabilitasi. Program ini dicanangkan di wilayah Asia Tenggara
oleh Direktur Regional WHO Daerah Asia Tenggara pada tanggal 30
September 1999. Pencanangan ini berarti pemberian hak bagi setiap warga
negara Indonesia untuk mendapatkan penglihatan optimal.

E. Indikator pelayanan kesehatan ibu


Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM
untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
1. Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan
frekuenasi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1
minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali.
2. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan oleh
petugas kesehatan, tidak termasuk pertolongan pendampingan. Pertolongan
persalinan dilakukan oleh dokter ahli, dokter, bidan atau petugas kesehatan
lainnya yang telah memperoleh pelatihan tehnis untuk melakukan pertolongan
kepada ibu bersalin. Dilakukan sesuai dengan pedoman dan prosedur teknis yang
telah ditetapkan.
3. Ibu Hamil risiko tinggi yang dirujuk
Ibu hamil risiko tinggi baru yang dirujuk, baik ditemukan oleh petugas
kesehatan maupun melalui rujukan masyarakat, baik didalam atau diluar institusi
dan dihitung satu kali selama periode kehamilan.

F. Indikator pelayanan kesehatan anak


1. Cakupan kunjungan Neonatus

16
Kunjungan neonatus adalah kontak neonatus (0-28 hari) dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 – 7
hari minimal 2 kali, usia 8- 28 hari minimal 1 kali (KN2) didalam atau diluar
institusi kesehatan.
2. Cakupan kunjungan bayi
Kunjungan bayi adalah kontak pertama pemeriksaan kesehatan bayi
(termasuk neonatal) oleh petugas kesehatan baik didalam maupun diluar institusi
kesehatan.

3. Cakupan BBLR yang ditangani


Bayi baru dengan BBLR yang ditangani oleh tenaga kesehatan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

G. Masalah Pada Ibu


1. Aborsi
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar
kandungan. Abortus merupakan gejala yang sejak zaman dahulu kala dikenal
pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia. Bila seorang wanita menjadi
hamil tidak diinginkannya maka ia akan melakukan segala macam usaha untuk
menggugurkan kandungannya. Tindakan aborsi dapat menyebabkan seorang
wanita merasa bersalah, depresi, rasa kehilangan, pendarahan, rusaknya rahim,
kanker, dan kematian. (Asmarawati, 2010)
2. Anemia
Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa
tersebut  janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan
segera setelah lahir (Sinsin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi
gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin,
yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005).
3. Tertular IMS

17
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta kasus baru
IMS dilaporkan per-tahun. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi,
penurunan reaksi imunologis dan perubahan flora serviko-vaginal. Perubahan
fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan manifestasi
klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore,
chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan
kandidiasis. (Agustini, dkk, 2013)
4. Komplikasi Obstetri
Komplikasi persalinan merupakan komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan, dapat berupa perdarahan postpartum, retensio plasenta, dan ruptura
uteri. Setiap ibu hamil menghadapi risiko beban fisik, mental, dan bahaya
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas dengan risiko kematian, kecacatan,
ketidakpuasan, dan ketidaknyamanan. Berbagai omplikasi obstetric tersebut
terjadi mendadak dan tidak terduga sebelumnya dan tida dapat dihindari. (Huda,
2007)

H. Masalah Pada Bayi


1. Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir. Asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
a. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
b. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
c. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia
ensefalopati)
d. Gangguan multiorgan sistem. (Prambudi, 2013).

2. Hiperbilirubin
Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu temuan tersering pada
bayi baru lahir, umumnya merupakan transisi fisiologis yang lazim pada 60%-

18
70% bayi aterm dan hampir semua bayi preterm. Pada kadar bilirubin >5 mg/dL,
secara klinis tampak pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang
disebut ikterus. Pada sebagian besar kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan
ikterus tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Namun pada
beberapa kasus hiperbilirubinemia berhubungan dengan beberapa penyakit,
seperti penyakit hemolitik, kelainan hati, infeksi, kelainan metabolik, dan
endokrin. (Rahardjani, 2008)

3. Infeksi Neonatal
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai
bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka
kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai
13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka
kematian 13-50%, terutama pada bayi premature (5-10 kali kejadian pada
neonatus cukup bulan) dan neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi
nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah,  merupakan penyebab utama
tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan. (Pusponegoro, 2000)
4. Kesulitan Menyusu
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi,
sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang
sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk
bayinya. (Suradi, 2004).
5. Hipotermi
Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan belum sempurnanya
pengaturan suhu tubuh bayi, maupun pengetahuan yang kurang tentang
pengelolaan bayi baru lahir yang benar. Hipotermia pada bayi baru lahir
mempengaruhi metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan komplikasi
hipoglikemia, asidosis metabolik, distres pernapasan, dan infeksi. Hipotermia
terjadi apabila suhu tubuh di bawah36,50C. Hipotermia terjadi akibat
ketidakseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Kesalahan
penanganan sesudah lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas
melalui evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi. (Puspita, 2007)

19
6. Hipoglikemi
Hipoglikemi  adalah  keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah
kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). Timbul bila kadar glukosa serum lebih
rendah daripada kisaran bayi normal sesuai usia pasca lahir. Bayi atterm dengan
memiliki BB 2500 gr gula darah <30 mg/dl, 72 jam, selanjutnya 40mg/dl.
Sedangkan BBLR memiliki gula darah  <25 mg/dl. Hipoglikemi adalah masalah
serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
7. Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan
atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di
neuron otak. Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 1 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. (ILAE, 1983).
8. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction). (Pudjiadi, dkk., 2010)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik
terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-
menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat,
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan
mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada
tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai
pendidik anak-anaknya adalah ibu.

B. Saran
Semoga dengan penyusunan makalah yang kami buat ini, dapat memberikan
pedoman, inspirasi dan kreatifitas bagi teman – teman. Dan sebuah kreatifitas yang
bisa terilhami dari apa saja yang kemudian diaplikasikan dalam proses belajar yang
baik meskipun bentuk makalah ini sangat sederhana dan masih banyak yang perlu
disempurnakan karena masih ada kesalahan – kesalahan dalam penyusunan
makalah kami ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Informasi Seputar Kesehatan Bayi Baru Lahir.


Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu Dan Anak (Pws-Kia). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian
Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia.
Agustini, Dkk. 2013. Infeksi Menular Seksual Dan Kehamilan. Seminar Nasional
Fmipa Undiksha III Tahun 2013.

22

Anda mungkin juga menyukai