Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu


“Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan , Dukungan Keluarga, budaya
terhadap pemilihan persalinan oleh Nakes pada ibu hamil Trimester III di
Wilayah Kerja Puskemasa Seba Kabupaten Sabu Raijua”

Dosen Pengampu : Dra. Suprihatin, M.Si

Disusun oleh:
Stiesia Berel

(225401446014)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Pelayanan Minimal (SPM), di bidang kesehatan merupakan
salah satu kriteria barang dan/atau jasa yang menjadi kebutuhan dasar
bersifat mutlak dan mudah distandarkan yang berhak diperoleh oleh setiap
warga negara secara minimal sesuai dengan Jenis Pelayanan Dasar dan
Mutu Pelayanan Dasar. Pemerintah daerah diharuskan untuk
memprioritaskan pencapaian Standar Pelayanan Minimal, dengan demikian
SPM telah menjamin hak konstitusional masyarakat, sehingga bukan kinerja
Pemerintah Daerah yang menjadi prioritas utama apalagi kinerja
kementerian tetapi prioritas utamanya yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar
setiap warga negara.(Peraturan Pemerintah RI, 2018)
Di jabarkan lebih lanjut tentang standar pelayanan minimal melalui
Permendagri nomor 100 Tahun 2018 yang mewajibkan semua pelayanan
yang ditetapkan dalam SPM harus mencapai target 100%. Kinerja standar
pelayanan minimal bidang kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan ibu
hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan bayi baru
lahir, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada usia pendidikan
dasar, pelayanan kesehatan pada usia produktif, pelayanan kesehatan pada
usia lanjut, pelayanan kesehatan penderita hipertensi, pelayanan kesehatan
penderita diabetes melitus, pelayanan kesehatan orang dengan gangguan
jiwa berat, pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis, pelayanan
kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan
tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus), yang bersifat peningkatan
promotive, preventif, yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
(Kesehatan, 2019)
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Sebagai lini terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, puskesmas harus dapat memenuhi tuntutan pencapaian
standar pelayanan minimal bidang kesehatan. Kinerja Puskesmas dapat
diukur melalui pancapaian standar pelayanan minimal yang sudah
ditetapkan. Pencapaian kinerja SPM Puskesmas akan mempengaruhi kinerja
pemerintah daerah dalam bidang kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan
di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas ibu, bayi baru lahir dan anak.
Puskesmas Seba di Kabupaten Sabu Raijua sebagai pemberi
pelayanan kesehatan ibu dan anak menjalankan pelayanan kesehatan yang
meliputi antara lain pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pemeriksaan bayi baru lahir dan pemeriksaan kesehatan balita.
Salah satu indikator SPM KIA adalah pelayanan persalinan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Secara nasional, capaian pelayanan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan masih jauh dari
target 100%.
Capaian SPM pelayanan kesehatan ibu bersalin Menurut profil
Kesehatan Indonesia tahun 2021 masih ada 2,2 % persalinan yang di non
fasilitas Kesehatan. Target persalinan faskes 87%, sedangkan pencapaian
tahun 2020 86%. Untuk propinsi NTT pencapaian Persalinan Faskes 60,
5%. Kabupaten Sabu Raijua Menurut Data Profil Kesehatan kabupaten
Sabu Raijua tahun 2021, dari total 1. 721 persalinan masih terdapat 360
artinya masi ada 20,9% persalinan yang ditolong oleh dukun/keluarga. Hal
ini menunjukkan pencapaian persalinan fasilitas Kesehatan di Kabupaten
Sabu Raijua masih jauh dari standar SPM.
Berdasarkan laporan pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan
anak Kabupaten Sabu Raijau Tahun 2020 terdapat 358 persalinan oleh
dukun dari total 1.725 persalinan ( 20,7% persalinan Dukun ), tahun 2021
terdapat 359 persalinan oleh dukun dari total 1.721 persalinan ( 20,8%
persalinan Dukun ). Hal ini menunjukkan angka pertolongan persalinan
oleh dukun yang masih tinggi di Kabupaten sabu Raijua.
Berdasarkan Laporan Profil Kesehatan Tahun 2021 menunjukkan
secara nasional persentasi pertolongan persalinan di Fasilitas Kesehatan
berdasarkan Renstra tahun 2021, pertolongan persalinan oleh tenaga
Kesehatan 89 % dan di Nusa Tenggara Timur sebesar 68,8 %. Di
Puskesmas Seba tahun 2021, dari 27,5 % persalinan di fasyankes dan 30 %
pertolongan persalinan di nonfasyankes, pertolongan persalinan oleh nakes
57,5% persalinan dan dukun 52,5%. Data ini menunjukkan masih jauh dari
target nasional yang mewajibkan semua ibu bersalin melahirkan di faslitas
kesehatan.
World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa Pengaruh
utama yang membentuk kesehatan penduduk dan distribusi kesenjangan
kesehatan terletak di luar sektor kesehatan. Kompleksitas faktor sosial,
politik, ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan dan
ketidaksetaraan dalam kesehatan serta fakta bahwa sebagian besar penentu
ini berada di luar yurisdiksi eksklusif sektor kesehatan, mengharuskan
sektor kesehatan untuk bekerja sama dengan sektor lain. Pemerintah
dan masyarakat diharapkan agar lebih proaktif mengatasi berbagai faktor
yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan. Pengakuan dimensi lintas
sektoral dari faktor yang mempengaruhi kesehatan telah merangsang upaya
internasional melakukan pembelajaran sistematis tentang bagaimana
tindakan berbagai sektor dapat secara positif memengaruhi kesehatan dan
kesetaraan Kesehatan. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan
kemiskinan memiliki kecenderungan hubungan yang negatif dengan
persalinan di fasilitas kesehatan. (Laksono & Sandra, 2020)
Peran stakeholder terkait sangat diperlukan untuk mendorong
peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk persalinan oleh
masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka salah satu strategi tepat yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi dengan stakeholder terkait.
Penelitian yang dilakukan oleh Ciptaningsih tentang kolaborasi stakeholder
dalam pemberdayaan masyarakat menunjukkan bahwa kolaborasi
stakeholder dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam
memanfaatkan layanan konseling ibu hamil di posyandu. (Ciptaningsih,
2019)
Menurut Robert Agranoff menegaskan bahwa permasalahan publik
yang kompleks, tidak dapat/sulit dicapai pemerintah sendiri, maka perlu
dilakukan kolaborasi dalam penanganannya . Kolaborasi perlu dilakukan
ketika organisasi membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dari orang
lain untuk memahami permasalahan yang kompleks, menyediakan
informasi dan pengetahuan serta perlu bekerja sama untuk mencari solusi
terhadap suatu permasalahan. Melalui kolaborasi stakeholder ini,
diharapkan dapat mendorong pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk
persalinan oleh masyarakat, dan dapat menekan persalinan yang dilakukan
di luar fasilitas kesehatan baik yang ditolong oleh tenaga kesehatan maupun
yang ditolong dukun, sehingga dapat mendukung tercapainya SPM
pelayanan kesehatan ibu bersalin.
Penelitian yang dilakukan Sialubanje et al menguraikan faktor yang
menyebabkan ibu melakukan persalinan di rumah dan ditolong dukun
antara lain karena rendahnya pemahaman ibu tentang risiko persalinan dan
komplikasi, sikap negatif tentang layanan kesehatan, kurangnya otonomi
dalam pengambilan keputusan, ketergantungan pada suami dan anggota
keluarga lain serta masalah sosial dan keterbatasan ekonomi keluarga.
Persalinan yang dilakukan di rumah dapat meningkatkan risiko infeksi,
perdarahan dan kematian ibu dan bayi.
Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong
persalinan mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan alat untuk
memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan
pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan
pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga
profesional dan dukun bayi. Berdasarkan indikator cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat ) tidak
termasuk oleh dukun bayi. Persalinan yang aman terjadi di fasilitas
kesehatan dan ditolong oleh tenaga profesional.
Apabila persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan, maka ibu akan
mendapatkan intervensi berdampak tinggi selama persalinan, termasuk
manajemen eklampsia dan perdarahan, resusitasi neonatal, dukungan untuk
inisiasi menyusui dini (IMD) dan dukungan untuk pemberian ASI eksklusif,
serta perawatan segera terhadap infeksi yang dicurigai terjadi. Hal ini dapat
berdampak pada penurunan komplikasi persalinan baik pada ibu maupun
pada bayi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lia Amelia tahun 2009
Ketersedian fasilitas kesehatan ada tidaknya kendaraan pribadi maupun
umum untuk mencapai sarana kesehatan terdekat. Sebagian besar ibu
bersalin yang terjangkau aksesnya menuju sarana kesehatan memilih bidan
untuk menolong persalinan, sebagian besar ibu bersalin tidak terjangkau
aksesnya memilih dukun bayi untuk menolong persalinan. Ketersedian dan
kemudahan menjangkau tempat pelayanan akses terhadap sarana kesehatan
dan transportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam
memilih penolong persalinan. Selain itu Akses pelayanan kesehatan
seringkali dilihat hanya dari perspektif pemberi pelayanan saja, sementara
akses dari sisi masyarakat sebagai pengguna kurang terperhatikan.
Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dari sisi akses memerlukan
perspektif yang lengkap dari dua sisi yang berbeda.(Megatsari, 2018)
Dukungan dari keluarga memiliki peranan penting dalam memilih
penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas, hal ini terutama terjadi
pada ibu bersalin sehingga kemampuan mengambil keputusan secara
mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan keluarga adalah
yang terbaik karena keluarga lebih berpengalaman daripada mereka, selain
itu jika mengikuti keluarga jika terjadi sesuatu yang buruk maka seluruh
keluarga akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu jika keluarga
menyarankan memilih dukun mereka akan memilih dukun.
Dari observasi pendahuluan dengan metode wawancara yang
dilakukan penulis di Desa Raenalulu Kecamatan Sabu Barat Tahun 2021
didapatkan informasi dari 13 ibu bersalin pada tahun 2021 dan 10 orang ibu
hamil Trimester III tahun 2022, di dapatkan 7 dari 10 ibu melakukan
persalinan dengan dukun dan 3 lainnya dengan tenaga kesehatan (bidan)
dan 7 dari 10 Ibu hamil menjawab lebih nyaman dengan dukun dalam
penolong persalinan, selain itu juga bisa di panggil ke rumah sudah turun
temurun dari nenek moyang. Jauhnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
tidak ada dukungan dari keluarga dalam pengambilan keputusan serta
budaya yang turun temurun di dalam keluarga menjadi faktor dalam memilh
penolong persalinan dengan dukun.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah jumlah persalinan oleh Nakes di
Puskesmas Seba sebanyak 450 ibu bersalin dari 698 ibu bersalin atau
sebesar 61,% pada Tahun 2021. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk
mengetahui dan mamahami faktor yang paling berpengaruh penyebab
persalinan oleh nakes. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan tentang “Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan, Dukungan
Keluarga dan Budaya terhadap pemilihan persalinan oleh Nakes pada ibu
hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskemasa Seba Kabupaten Sabu
Raijua”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah “ adakah Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan ,
Dukungan Keluarga, budaya terhadap pemilihan persalinan oleh Nakes
pada ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskemasa Seba Kabupaten
Sabu Raijua?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan ,
Dukungan Keluarga, budaya terhadap pemilihan persalinan oleh
Nakes pada ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskemasa Seba
Kabupaten Sabu Raijua.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Distribusi frekuensi ketersediaan fasilitas Kesehatan,
dukungan keluarga dan budaya terhadap pemilihan persalinan oleh
Nakes bagi ibu hamil trimester III di Wilayah kerja Puskesmas
Seba Kabupaten Sabu Raijua tahun 2022.
b. Mengetahui hubungan antara ketersediaan fasilitas Kesehatan
terhadap pemilihan persalinan oleh Nakes bagi ibu hamil trimester
III di Wilayah kerja Puskesmas Seba Kabupaten Sabu Raijua tahun
2022.
c. Mengetahui hubungan antara Dukungan Keluarga terhadap
pemilihan persalinan oleh Nakes bagi ibu hamil trimester III di
Wilayah kerja Puskesmas Seba Kabupaten Sabu Raijua tahun 2022.
d. Mengetahui hubungan antara budaya terhadap pemilihan
persalinan oleh Nakes bagi ibu hamil trimester III di Wilayah kerja
Puskesmas Seba Kabupaten Sabu Raijua tahun 2022.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang Hubungan Ketersediaan
Fasilitas Kesehatan , Dukungan Keluarga dan budaya terhadap pemilihan
persalinan oleh Nakes pada ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja
Puskemasa Seba Kabupaten Sabu Raijua. oleh karena itu penelitian ini
termasuk dalam ruang lingkup penelitian Kebidanan karena termasuk dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak Di Puskesmas Seba Kabupaten Sabu
Raijua Provinsi Nusa Tenggara Timur.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan ,
Dukungan Keluarga, budaya terhadap pemilihan persalinan oleh
Nakes pada ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskemasa Seba
Kabupaten Sabu Raijua
2. Manfaat praktis
a. Bagi Kepala Puskesmas Seba
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukkan bagi
Kepala Puskesmas Seba untuk pengambil keputusan terutama
dalam meningkatkan angka persalinan oleh Nakes di Wilayah
kerja Puskesmas Seba.
b. Bagi Bidan Koordinator Puskesmas Seba
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan sesuai
dengan peran dan tanggung jawab untuk mengawasi dan
mengkoordinir pelayanan persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Seba Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan , Dukungan
Keluarga, budaya terhadap pemilihan persalinan oleh Nakes pada
ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskemasa Seba
Kabupaten Sabu Raijua
c. Bagi Bidan Puskesmas Seba dan Bidan Pustu di wilayah kerja
Puskesmas Seba
Memberikan informasi kepada Bidan pelaksana di wilayah
kerja Puskesmas Seba mengenai Hubungan Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan , Dukungan Keluarga, budaya terhadap pemilihan
persalinan oleh Nakes pada ibu hamil Trimester III di Wilayah
Kerja Puskemasa Seba Kabupaten Sabu Raijua sehingga bisa
berupaya meningkatkan angka persalinan oleh Nakes di wilayah
kerja Puskesmas Seba
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya mengenai
Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan , Dukungan Keluarga,
budaya terhadap pemilihan persalinan oleh Nakes pada ibu hamil
Trimester III di Wilayah Kerja Puskemasa Seba Kabupaten Sabu
Raijua

DAFTAR PUSTAKA
Ciptaningsih, R. N. (2019). I KOLABORASI STAKEHOLDERS DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (STUDI KASUS DI DESA WONOYOSO,
KECAMATAN PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG).
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/22729/20782.
Kesehatan, K. (2019). Permenkes Nomor 4 Tahun 2019, 1–139.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111713/permenkes-no-4-tahun-
2019
Laksono, A. D., & Sandra, C. (2020). Analisis Ekologi Persalinan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
23(1), 1–9. https://doi.org/10.22435/hsr.v23i1.2323
Megatsari, at al. (2018). PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG AKSES
PELAYANAN KESEHATAN. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/view/231/572
Peraturan Pemerintah RI. (2018). PP No. 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal. Kementerian Hukum Dan HAM, 1–35.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/67029/pp-no-2-tahun-2018

Anda mungkin juga menyukai