Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menurunkan sakit dan angka kematian terhadap ibu dan anak,

dicipatkan program kesehatan ibu dan anak. Dalam implementasinya,

peningkatan mutu pelayanan kesehatan diupayakan semaksimal mungkin

untuk menekan angka kematian terhadap ibu dan anak. Penurunan kematian

terhadap ibu dan anak. program penanggulangan masalah kesehatan untuk ibu

dan anak diprioritaskan (WHO, 2015).

Kementerian Kesehatan menetapkan RPJPN pada 2005-2025 jika

pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas. Rendahnya

kuliatas pelayanan menunjukkan tingginya kasus kematian ibu tetapi di

samping itu pula, penuruan AKI menjadi kerja baik bagi pelayanan kesehatan.

Untuk menjawab itu, pemerintah mengoptimalkan bermacam cara agar

menurunkan AKI di Indonesia (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).

1
Di Indonesia, kesehatan ibu dan anak menjadi program prioritas sebab

permasalahan kesehatan terhadap ibu dan anak menjadi masalah pokok bagi

bidang kesehatan. Ditemukannya kasus anak berumur di bawah lima tahun di

Indonesia menurut UNICEF. Bahkan terdapat kasus kematian setiap jamnnya

akibat kehamilan (Tri Rini, 2020).

Puskesmas kota Palembang pada masa pandemi C19 merupakan satu

instansi yang berhasil menerapkan pelaksaan kesehatan ibu dan anak dengan

penerapan fungsi program KIA yang dilaksanakan sesuai prosedur.

Terciptanya keberhasilan itu lantaran manajemen tahapan dijalankan dengan

baik (Rama, 2020).

Hal tersebut sejalan dengan kasus pemberian pelayanan pihak Puskesmas

Mare. Pada pemberian pelayanan pihak Puskesmas Mare ditetapkan empat

prosedur yang berlaku. Keempat prosedur itu adalah elayanan sesuai alur yang

berlaku, prosedur pelayanan kesehatan yang mudah dipahami, proses

pemberian pelayanan, dan waktu pelayanan KIA cukup singkat di

(Puskesmas). Namun kenyataannya, pelayanan pihak Puskesmas Mare

menerapkan defisit waktu 10 menit untuk tiap pasien yang berobat. Namun hal

itu justru menimbulkan permasalahan dikarenakan tiap pasien memiliki

keluhan yang berbeda-beda dan meskipun telah ditetapkan biaya pelayanan

kesehatan yang murah. Selain itu pelayanan tidak berjalan dengan baik

dikarenakan sarana dan prasarana tidak memadai (Mega Asma, 2018).

Pemerintah pusat dah daerah dalam program kesehatan ibu dan anak juga

harus memberikan dukungan serta koordinasi yang jelas untuk menciptakan

35
hasil pelayanan yang maksimal. Minimnya komunikasi yang bagus terhadap

pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak memunculkan penyelesaian data

dan sosialiasi menjadi tak berguna. Hal tersebut juga menyebabkan sarana dan

prasarana yang semula tidak lengkap dan pemberdayaan sumber daya tidak

menunjang hasil yang baik dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (Ismed

Tanjung, 2016).

Sebagai instansi dalam kesehatan tingkat kota-kabupaten, puskesmas

mengemban tugas pembangunan kesehatan di tingkat daerah. Lebih lanjut,

puskesmes adalah unit pelayanan kesehatan yang berguna sebagai pihak yang

mengurusi kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dengan mengedepankan

tindakan promotif dan preventif (Permenkes RI, 2014).

Dalam implementasi pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak,

ditetapkan pada tahun 2019 oleh Permenkes di No 4 bahwa setiap kabupaten

atau kota harus mencakup pelayanan kesehatan pada ibu bersalin, bayi lahir,

kesehatan untuk usia pendidikan dasar, kesehatan ibu hamil, dan kesehatan

balita.

Terdapat 34.375 bayi yang lahir dan 67.345 ibu hamil memperoleh

pelayanan kehamilan hingga Juni 2021 menurut data Dinkes Sumut.

Sedangkan kasus kematian ibu di Sumut tercatat sebanyak 199 hingga Juli

201. Hal tersebut merupakan langkah yang baik setelah mengalami penurunan

187 kasus di 2020. Sedangkan terdapat 299 kasu pada Angka Kematian Bayi

(AKB).

36
Puskesmas Delitua yang dijadikan peneliti sebagai tempat penelitian

menangani tiga kelurahan, tiga desa, dan 45 dusun dengan catatan terdapat

4.395 balita, 1.503 ibu bersalin, 1.249bayi, dan 1.574 ibu hamil. Jumlah

tersebut juga menunjukkan bahwa pada kunjungan pertama yang melakukan

pemeriksaan kehamilan terdapat 852 orang dan orang yang melakukan

kunjungan pada kunjungan keenam sebanyak 402. Pada data yang terdapat di

Puskesmas, tercantum juga sebesar 75,8 persen kunjungan bayi, 687 orang

yang mendapatkan pertolongan persalinan, dan sebanyak 311 ibu hamil

dengan komplikasi. Pada capaian program kesehatan ibu dan anak di

Puskesma Deliatua mencapai 50 persen, padahal target yang ditetapkan berada

di angka 95 persen.

Kelas Ibu Hamil dam Pelayanan Antenatal Care (ANC) ditemukan peneliti

pada penelitia terdahulu bahwa dua program tersebut dijalankan Puskesmas

Delitua. Beberapa ibu hamil yang datang ke wiliayah kerja Puskesmas Delitua

ketika meminta surat rujukan ke Rumah Sakit dan mengalami sebuah keluhan

kesehatan. Kasus yang didapat peneliti dalam wawancara dengan beberapa ibu

hamil juga seputar pengetahuan kelayakan pelayanan ANC yang tepat, sarana

dan prasarana yang tak memadai, dan terbatasnya SDM serta biaya

operasional KIA.

Berdasarkan data permasalahan tersebut, judul “Implementasi Program

Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) di Puskesmas Deli Tua” tertarik untuk

peneliti teliti.

37
1.2 Rumusan Masalah

Setelah menimbang latar belakang tersebut, peneliti menetapkan rumusan

masalah:

1. Dalam implementasi kesehatan untuk ibu dan anak di Puskesmas Delitua,

bagaimanakah sarana-prasarana, anggaran pelayanan, dan kualitas SDM?

2. Bagaimanakah Puskesmas Delitua dalam menerapkan pelayanan kelas ibu

hamil dan antenal?

3. Bagaimana hasil luaran yang diciptakan Puskesmas Delitua terhadap

kesehatan bagi ibu dan anak?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Peneliti mengidentifikasi implementasi Puskesmas Delitua dalam

kesehatan ibu dan anak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Agar mengetahui Puskesmas Delitua dalam pelayanan kesehatan ibu dan

anak dengan memperhatikan sarana dan prasarana, kualitas SDM,

anggaran, dll.

2. Untuk mengetahui kelas ibu hamil dan pelayanan antenatal yang dilakukan

Puskesmas Delitua

3. Untuk mendapatkan hasil luaran yang diciptakan Puskesmas Delitua

sesuai target terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak

38
1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti mengelompokkan dalam penelitian ini bahwa manfaat

penelitian menjadi dua bagian.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Peneliti berharap penelitian ini memberikan manfaat untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi penambah keterampilan ilmu penelitian, wawasan keilmuan

untuk peneliti.

2. Menjadi sumber informasi dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu dan

anak di Puskesmas Delitua.

39
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak

2.1.1. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak

Program pelayanan yang berbasis pengupayaan untuk anak pra

sekolah, ibu mengandung, bersalin, dan menyusui adalah pokok kesehatan

bagi ibu anak anak.

Yang dimaksud kesehatan bag ibu dan anak menurut WHO

merupakan kesehatan ibu sewaktu masa persalinan, pasca melahirkan, dan

kehamilan. Hal tersebut juga menyangkut kesehatan keluarga berencana,

perawatan postnatal, kehamilan, dan prakonsepsi.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan sesudah melahirkan, persalinan,

masa hamil, sebelum hamil, pelayanan kesehatan seksual, dan pelayanan

kontrasepsi diatur dalam Permenkes RI No 21 tahun 2021. Dalam

pegurangan kasus kematian terhadap ibu dan kematian bayi, maka

pemerintah membuat program KIA. Pelaksanaan pelayan KIA dirumuskan

kepada safe motherhood. Sebuah program perawatan yang berfokus

40
terhadap kehamilan, persalinan yang sehat sekaligus aman, pelayanan

obstetric esensial, dan keluarga berencana (Nasruddin, 2020).

2.1.2 Tujuan Pelayanan KIA

Pemenuhan hidup sehat, pelayanan KIA dihadirkan bagi

masyarakat. Demi menyukseskan hal tersebut, diciptakan tujuan khusus

untuk kesehatan bagi ibu dan anak sewaktu menjalakan pelayanan:

a. Peningkatan pengetahuan, perilaku, dan sikap seorang ibu

terhadap kesehatan diri dan keluarganya dengan bimbingan

posyandu, dll.

b. Membentuk perilaku yang bertujuan membina kesehatan balita

serta anak pra sekolah di tingkat keluarga hingga taman kanak-

kanak.

c. Menumbuhkan jangkauan pelayanan terhadap ibu yang

bersalin, ibu nifas, ibu yang tengah menyusui, kesehatan

terhadap bayi, ibu hamil, dan anak balita.

d. Memaksimalkan pelayanan terhadap kesehatan ibu bersalin,

menyusui, anak balita, dan ibu nifas.

e. Menaikkan peran masyarakat dalam pengananan masalah

kesehatan ibu dan terutama peningkatan keluraga dan peran

ibu.

Pengelolaan pelayanan kesehatan ibu dan anak diupayakan agar

meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak. Kemenkes juga

41
memprioritaskan encana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

tahun 2005 – 2008 dan kesehatan ibu dan anak.

2.1.3 Indikator Pelayanan KIA

Sebagai pelayanan kesehatan dasar, kesehatan ibu dan anak

menjadi sebuah patokan pada bidang kesehatan daerah kabupaten atau

kota untuk melihat standar pelayanan minimal. Adapun jenis-jenis

pelayanan tersebut:

a. Pelayanan untuk ibu hamil;

b. Pelayanan untuk usia produktif

c. Pelayanan untuk ibu bersalin;

d. Pelayanan untuk usia pendidikan dasar;

e. Pelayanan balita;

f. Pelayanan usia lanjut;

g. Pelayanan bayi baru lahir;

Keberhasilan kinerja pemda terhadap pemenuhan pelayanan di

semua pelayanan kesehatan dasar harus 100 persen sesuai dengan Pasal 4

Permenkes No 4 tahun 2019.

2.1.4 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS

KIA)

Dalam pemantuan wilayah setempat, kemenkes bertanggungjawab

melakukan pelaporan, pemantuan, dan pencatatan terhadap kesehatan ibu

dan anak dengan sistem informasi terpadu.

42
Hadirnya program tersebut sebagai alat untuk memanajemen

kesehatan ibu dan anak. Dengan begitu, program tersebut juga dapat

dikatakan sebagai pemantuan agar mampu menunjukan keberhasilan

program menjadi data awal terhadap wilayah yang rawan dan menjadi

prioritas untuk diberi penaganan cepat. Dalam tindak lanjutnya, hasil

pemantauan dapat berguna untuk perencanaan program di tahun

berikutnya (Bettis Wijayanti, 2016).

Sejalan dengan penelitian Dhiah Farida, dkk (2022) menyebutkan

bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi

prioritas puskesmas agar program tersebut berjalan lancar. Penilaian mutu

program kesehatan ibu dan anak dilihat dari besarnya wilayah kerja. Hal

tersebut juga mendorong pemenuhan data untuk wilayah kerja yang paling

rawan.

Adanya struktur yang rapi terhadap lokasi rawan untuk kesehatan

ibu dan anak, dapat dipastikan pemecahan masalah lebih mudah diambil.

Dan dalam pemenuhan pemecahan masalah itu, terciptalah sistem

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.

Menganalisis, pengumpulan, hingga menginterpretasikan data

adalah pemahaman terkait PWS. Dari langkah tersebut, nantinya akan

menjadi tolak ukur esensial untuk membuat rencana hingga evaluasi

kebijakan.

43
Pemantauan mutu pelayanan KIA dengan berkala di setiap wilayah

kerja merupakan tujuan umum PWS-KIA. Namun demikian, PWS-KIA

menetapkan beberapa tujuan khususnya:

a. Pemantuan individu melalui kohort dalam pelayanan KIA

b. Melakukan penilaian terhadap standar pelayanan KIA

c. Melakukan pemantauan indikator KIA dan pelayanannya

secara berkala.

d. Mengukur kesenjangan pencapaian atas indikator KIA untuk

melihat capaian terget.

e. Menetapkan wilayah prioritas

f. Membuat rencana untuk menindaklanjuti potensi sumber daya

g. Meningkatkan peranan dan pergerakan lintas sektor setempat

dalam pemanfaatan sumber daya

h. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan

pelayanan KIA

Adanya PWS KIA menjadi harapan untuk peningkatan pelayanan

di suatu wilayah kerja baik itu dalam kasus faktor risiko, penemuan

komplikasi sedini mungkin, dll.

44
2.1.5 Kegiatan Program KIA

Peneliti menetapkan bahwa dalam penelitian ini berfokus terhadap

kelas ibu hamil, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan pelayanan

antenatal.

1. Pelayanan Antenatal (Antenatal Care)


Pendidikan kepada ibu hamil secara terstruktur dan terencana,

pengamatan, dan pemeriksaan kesehatan agar memperoleh persalianan

ataupun kehamilan yang aman adalah fokus pelayanan antenal (Lisa Dkk,

2016). Di dalam pelayana tersebut, pemerintah juga melakukan skrinning,

pencegahan penyakit pada ibu hamil, diagnosis, dan promosi kesehatan.

Risiko komplikasi rentan menyerang ibu yang sedang mengandung.

Dalam mencegah komplikasi, diwajibkan melakukan pemeriksaan

antenatal care secara terpadu dan rutin serta dilakukan sesuai standar bagi

setiap ibu yang hamil. Adapun pelayanan antenatal care sebagai berikut:

a. Agar kehamilan berjalan sehat dan janin lahir dalam kondisi selamat,

ibu hamil diberikan konseling dan layanan kesehatan.

b. Setiap ibu hamil akan diperiksa untuk mendeteksi secara dini masalah

terhadap perkembangan kehamilan sehingga mampu mengetahui

apakah terdapat penyakit sewaktu hamil serta menghindari komplikasi

kehamilan.

c. Memberikan persalinan aman dan bersih

d. Mengkoordinasikan rencana antisipasi jika terjadi komplikasi

45
e. Terhadap kasus serta rujukan cepat disusun untuk mempercepat

pelaksanaan apabila diperlukan

f. Keluarga, suami, dan khususnya ibu hamil dilibat untuk menjaga

kandungan gizi ibu hamil serta kesehatannya guna menunjang

persiapan persalinan dan antisipasi komplikasi.

Identitfikasi kehamilan terhadap kondisi mordibitas adalah tujuan dari

pelayanan antenal. Langkah tersebut dilakukan sebagai pencegahan pada

komplikasi serta sarana edukasi dan promosi kesehatan untuk kesehatan

jangka panjang (Saccone dan sandek, 2017).

Dalam implementasinya, anamnesis, intervensi umum dan khusus,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus adalah

tolak ukur standar pelayanan antenatal. Dalam teknisnya, ibu hamil

memang diwajibkan mendapat pemeriksaan kehamilan. Adapun

pemeriksaan itu sebagai berikut:

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Kunjungan awal ANC sebaiknya difokuskan kepada pemeriksaan berat

badan dan tinggi. Langkah ini untuk menentukan IMT. Berat badan pada

pertama kali diperiksa merupakan angka valid yang harus tercantum di

IMT (Saccone dan Sandek, 2017).

2. Tekanan Darah.
120/80 mmHg adalah tekanan yang harus dimiliki oleh ibu hamil

dalam pemeriksaan. Tekanan darah yang lebih dari 140/90mmHg dapat

menyebabkan risiko hipertensi.


46
3. Lingkar Lengan Atas (LLA)
KEK akan terjadi kepada ibu hamil yang memiliki lingkar lengan atas

kurang 23,5cm. Berat badan lahir rendah adalah faktor yang diakibatkan

oleh ibu hamil yang menderita KEK.

4. Tinggi Fundus Uteri (TFU)


Masa idealnya, pengkuran TFU dilakukan pada kunjungan 24-41

minggu di masa kehamilan. Langkah ini bertujuan untuk mengukur

perkembangan janin dan melihat kelainan makrosomia dan fetal growth

restriction (Saccone dan Sandek, 2017).

5. Menentukan Presentasi Janin Dan Denyut Jantung Janin (DJJ)


Dengan maneuver Leopold, presentasi janin dapat dilakukan. Pada

umumnya, pada trimester tiga letak kepala janin telah memasuki pintu

atas punggul. Dan denyut jantung janin, umumnya tak lebih 160/tak

kurang 120 kali permenit. Apabila kasus tersebut terjadi, adanya tanda

gawat janin.

6. Skrinning imunisasi tetanus dan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Dalam upaya mencegah tetanus pada ibu dan bayi petugas

memberikan suntikan tetanus toksoid untuk penentuan status imunisasi TT

7. Memberikan Tablet Tambah Darah


Dalam mencegah sepsis nifas, anemia, kelahiran premature, dan berat

badan lahir rendah pemberian sumplemen zat besi dan asam folat oral

harian dengan dosis 30mg hingga 60mg .

47
8. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan darah lengkap,

kadar gula darah, protein urin, pemeriksaan golongan darah, dan tes

pengecekan darah lainnya sesuai indikasi.

9. Konseling
Terhadap ibu hamil, para tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab

untuk memberikan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, memberikan

pemahaman peran suami atau keluarga dalam masa hamil hingga

persalinan, asupan gizi seimbang, konseling kehamilan, dll.

10. Tatalaksana
Sesuai Permenkes RI No 97 tahun 2014, tatalaksana diberikan kepada

ibu hamil jika memiliki gejala kesehatan saat mengandung. Dalam

peraturan tersebut, ibu hamil setidaknya wajib melakukan 4 kali pelayanan

yang diatur dengan ketentuan:

1. Satu kali pada trimester satu (usia 0-12 minggu)

2. Satu kali pada trimester dua (usia 12-27 minggu)

3. Dua kali pada trimester tiga (28-40 minggu)

2. Kelas Ibu Hamil


Apabila terdapat ibu-ibu hamil yang sedang belajar minimal berjumlah

10 orang, maka dapat disebutkan bahwa ibu-ibu tersebut masuk dalam

kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil digunakan sebagai ruang belajar bersama

seputar kehamilan hingga kelahiran. Tenaga kesehatan wajib memfasilitasi

kelas ibu hamil.


48
Pada kenyataannya, kelas ibu hamil adalah kegiatan pemberdayaan

kepada ibu hamil untuk menciptakan kesehatan optimal. Menurut Nurul

Aini Siagian, dkk (2019) bahwa meningkatkan kunjungan ibu hamil

adalah langkah yang perlu dilakukan dalam pengurangan AKI kepada ibu

hamil.

Dengan hadirnya kelas ibu hamil, tentunya mampu memberikan

keterampilan ibu hamil atas kehamilan hingga pencegahan komplikasi.

Dalam pemenuhan pengetahuan itu, ibu hamil nantinya akan belajar

berkelompok secara tatap muka.

Kementrian Kesehatan (2018) menyatakan bahwa terdapat beberapa

keuntungan mengikuti kelas ibu hamil yaitu sebagai berikut :

 Kelas ibu hamil dijalankan sesuai pedomana buku kelas ibu hamil

 Menghadirkan tenaga ahli dalam menjelaskan sesuatu topik perlu

dilakukan dalam pemberian materi

 Fokus terhadap interaksi sesama ibu hamil yang berkelanjutan

merupakan bagian pelaksanaan kelas ibu hamil.

 Dilakukan evaluasi terhadap kualitas penyampaian materi

Mengubah sikap dan perilaku, persalinan aman, perawatan bayi baru

lahir, dan meningkatkan pengetahuan adalah tujuan umum kelas ibu hamil.

Setidaknya, untuk mencapai pemenuhan hidup optimal kepada ibu

hamil, kelas ibu hamil minimal digelar empat kali. Penentuan teknis

49
pertemuan diatur antar masing-masing kesepakatan. Di dalamnya, ibu

hamil diwajibkan melakukan aktivitas fisik (khusus kepada umur kelahiran

kurang 20 minggu).

Menurunkan jumlah angka kematian ibu dan anak adalah hasil luaran

kelas ibu hamil (Nadila Lomongga, 2018).

2.2 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Dalam pengertiannya, puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat

adalah pusat pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang menjadi tingkat

pertama dan menggunakan pola preventif dan promotif untuk pemenuhan

kesehatan terhadap masyarakat.

Pemberian layanan kesehatan yang terpadu kepada masyarakat

serta menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat adalah fungsional

puskesmas (Herlambang, 2016).

Pendirian puskesmas dilakukan untuk perpanjangan tangan

pemberian pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk di wilayah kerja

puskesmas. Program-progam puskesmas yang mengupayakan kesehatan

masyarakat adalah program pokok yang pada dasarnya harus dilaksanakan

pemerintah (Herlambang, 2016).

Menyaring beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa puskesmas adalah badan yang memberikan pelayanan kesehatan

50
masyakarat dengan terpadu dan dilakukan dengan azas pendekatan

preventif dan promotif.

2.2.2 Fungsi Puskesmas

Sebagai pusat pembangunan yang berorientasi kepada kesehatan,

puskesmas harus mewujudkan kesehatan yang setinggi-tinggunya bagi

masyarakat. Terdapat tiga fungsi puskesmas:

1. Instansi pusat penggerak dalam pembangunan berwawasan atas

masalah kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Sebagai pusat pemberdayaan kepada masyarakat untuk


mendapatkan pemahaman terhadap hidup sehat dan instansi
pemberi bantuan terhadap masalah kesehatan.
3. Pusat pelayanan yang pertama terhadap kesehatan
(Herlambang, 2016).

2.2.3 Tujuan Puskesmas


Dalam mewujudkan perilaku sehat kepada masyarakat maka

puskesmas hadir dengan tujuan tersebut.

2.2.4 Visi dan Misi Puskesmas

pertanggungjawaban wilayah dalam pembangunan kesehatan dan

pemetaan kemandirian masyarakat adalah visi puskesmas.

Dengan adanya visi tersebut, maka puskesmas menetapkan misi:

1. Tenaga kesehatan dan pejabat yang berkepentingan wajib

berkomitmen mencegah atau mengurangi risiko kesehatan

terhadap masyarakat
51
2. Dalam wilayah kerjanya, wajib menyukseskan pembangunan

kesehatan

3. Terciptanya pola pada masyarakat agar memiliki kemandirian

hidup

4. Masyarakat wajib mendapatkan pelayanan kesehatan yang

mudah diakses dengan adil

5. Pengelolaan maksimal dalam pemanfaatan teknologi untuk

pelayanan kesehatan

6. Mengkoordinasikan UKM dan UKP dalam sistem rujukan

2.2.5 Ruang Lingkup dan Program Pokok Puskesmas


Menurut Herlambang (2016) bahwa puskesmas sepatutnya

memiliki pelayanan yang bersifat rehabilitative, promotif, kuratif, dan

preventif.

Dalam mewujudkan Indonesia Sehat, puskesmas diwajibkan

melakukan pelayanan kesehatan:

1) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2) Upaya Keluarga Berencana

3) Upaya peningkatan gizi

4) Upaya kesehatan lingkungan

5) Upaya pencegahan penyakit menular

52
6) Upaya pelayanan kesehatan

7) Upaya kesehatan sekolah

8) Upaya kesehatan masyarakat

9) Upaya kesehatan kerja

10) Upaya kesehatan gigi dan mulut (Rais dan Suhadi, 2015).

2.3 Kajian Integrasi Keislaman

2.3.1 Kesehatan Ibu dan Anak Dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama sempurna dengan Al-Qur’an sebagai pedoman

kehidupan yang di dalamnya mengajarkan banyak hal tentang kebaikan yang

wajib dijalankan manusia, bagaimana menjalankan hidup yang sesuai dengan

perintah Allah SWT serta cara bersyukur atas karunia yang telah Allah SWT

berikan terutama kesehatan.

Proses penciptaan manusia telah dijelaskan dengan rinci dalam firman

Allah SWT yang tertuang dalam surat Al-Mu’minun ayat 12 -14 :

ٍ ‫﴾ مُثَّ َج َع ْلٰنَهُ نُطْ َفةً ىِف َقرا ٍر َّم ِك‬۱۲ٍ﴿‫نسن ِمن ُس ٰلَلَ ٍة ِّمن ِطني‬
۱٣﴿‫ني‬ َ َ َٰ ‫﴾ َولََق ْد َخلَ ْقنَا ٱِإْل‬

‫ضغَةَ ِع ٰظَ ًما فَ َك َس ْونَا ٱلْعِ ٰظَ َم‬


ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ٱلْ ُم‬
ْ ‫مُثَّ َخلَ ْقنَا ٱلنُّطْ َفةَ َعلَ َقةً فَ َخلَ ْقنَا ٱلْ َعلَ َقةَ ُم‬

۱٤﴿‫َأح َس ُن ٱخْلَٰلِ ِقني‬ َ َ‫َأنشْأنَٰهُ َخ ْل ًقا ء‬


ْ ُ‫اخَر ۚ َفتَبَ َار َك ٱللَّه‬ َ َّ‫َ﴾حَلْ ًما مُث‬

53
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati

(berasal) dari tanah (1), Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (2), Kemudian air mani itu Kami jadikan

segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan

segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu

Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (3)”

Hasbi As-Shiddieq dalam tafsir An-Nur (2000 [3]: 2729) menyatakan

bahwa nutfah ialah suatu zat berupa darah yang berasal dari apa yang di

konsumsi oleh manusia baik berupa tumbuh-tumbuhan maupun daging-

dagingan. Sedangkan tumbuhan dan daging hewan yang di konsumsi oleh

manusia berasal dari tanah, hingga dengan demikian menjadikan nuthfah yang

dapat di maknai sebagai sari pati tanah yang kemudian terproses dengan

sendirinya di dalam tubuh manusia dan berubah menjadi sperma.

Sayyid Qutub dalam tafsir fi Zilal Al-Qur’an (2000), ia mengatakan bahwa

manusia telah tumbuh dari sari pati tanah. Sedangkan perkembangbiakannya

setelah itu telah di ciptakan oleh sunnatullah bahwa ia terjadi dengan cara air

mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki kemudian menetap dalah Rahim

seorang wanita. Satu tetes air mani, bahkan satu benih dari berpuluh ribu benih

yang ada dalam satu tetes itu. Ia menetap dalam tempat yang kokoh (Rahim).

Berdsarkan tafsir dapat di jelaskan bahwa Al- Qur’an sebagai kitab suci

umat islam tidak hanya berbicara mengenai petunjuk praktis dan prinsip

kehidupan umat manusia, namun berbicara juga mengenai proses penciptaan

54
manusia. Beberapa pandangan ilmuwan menyatakan bahwa manusia bukan

berasal dari penciptaan melainkan proses alamiah dan revolusi. Untuk itu,

Islam memiliki kitab suci Alquran untuk menjelaskan bagaimana proses

penciptaan manusia mulai dari hanya setitik air yang hina hingga berkembang

secara kompleks.

Melihat banyaknya angka kematian ibu dan bayi dikarenakan penyulit

selama kehamilan yang terlambat dideteksi, maka dibutuhkan suatu upaya

pencegahan yang dapat menurunkan angka tersebut. Dalam Islam tedapat

hadis yang berhubungan dengan upaya pencegahan yang dapat dilakukan ibu

selama masa kehamilan, sebagaimana diriwayatkan Ibnu ‘Abbas RA,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ُ‫الص َّحةُ َوالْ َفَراغ‬ ِ ‫ان َم ْغبُو ٌن فِي ِه َما َكثِريٌ ِم َن الن‬
ِّ ، ‫َّاس‬ ِ َ‫نِعمت‬
َْ

Artinya :“ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat

sehat dan waktu luang”. (HR. Bukhari No. 6412, dari Ibnu ‘Abbas).

Hadist tersebut menjelaskan bahwasanya sebagai bentuk rasa syukur

terhadap nikmat yang telah Allah Subhanahu wata’ala limpahkan, hendaknya

manusia senantiasa menjaga kesehatannya. Sebagai contoh misalnya adalah

melakukan kunjungan antenatal care (ANC) pada saat hamil agar kesehatan

ibu dan bayi nya dapat terjaga sampai waktu persalinan dan setelah proses

persalinan (Tuasikal, 2016).

Menurut Lailita Dwi Cahyanti (2016) menjelaskan bahwa agama islam

juga menjelaskan berbagai macam hal tentang sakit dan penyakit. Maka dari itu
55
hendaknya ibu hamil dapat mencegah penyakit-penyakit tersebut dengan rutin

melakukan kunjungan antenatal care (ANC), yang dimana kegiatan tersebut di

lakukan oleh seorang profesional yang sudah ahli dalam bidang nya seperti

dokter dan bidan. Hal ini telah di jelaskan dalam firman Allah Subhanahu

wata’ala dalam surah An-Nahl ayat 43 yang berbunyi :

٤٣﴿‫الذ ْك ِر اِ ْن ُكْنتُ ْم اَل َت ْعلَ ُم ْو َن‬ َ


ِ ِ ِ ِ‫﴾ومآ اَرس ْلنا ِمن َقبل‬
ْ َ‫ك ااَّل ِر َجااًل ن ُّْوح ْيٓ الَْي ِه ْم ف‬
ِّ ‫اسـَٔلُ ْ ٓوا اَ ْهل‬ َ ْ ْ َ َ ْ ََ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),

melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka

bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui,”

Syaikh Prof.Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Wajiz menyatakan

bahwa Allah tidak mengutus para Rasul sebelum Nabi Muammad SAW

kecuali mereka adalah para laki-laki bukan malaikat, maka bertanyalah kalian

wahai orang-orang musyrik yang membangkang kepada orang-orang yang

memiliki pengetahuan kitab-kitab Allah SWT terdahulu seperti taurat dan injil

tentang kemanusiaan para rasul, jika kalian memang tidak mengetahui bahwa

seluruh rasul itu manusia.

Kemudian menurut Ismail bin Umar Al-Quraisy bin Katsir dalam tafsir

Ibnu Katsir bahwa Ad-Dahhak mengatakan dari Ibu Abbas, bahwa setelah

Allah mengutus Nabi Muhammad menjadi seorang rasul, orang-orang Arab

mengingkarinya, atau sebagian dari mereka ingkar akan hal ini. Mereka

56
mangatakan bahwa Maha besar Allah dari menjadikan utusan-Nya seorang

manusia.

Pada ayat ini di jelaskan bahwa sesungguhnya Allah telah menyuruh orang

yang tidak berilmu untuk mendatangi para ahli ilmu dalam semua

permasalahan. Dalam keterangan ini, termuat ta’dil (penetapan citra baik) bagi

mereka, lantaran Allah memerintahkan untuk bertanya kepada mereka. Maka

dengan hal ini Allah menunjukkan bahwa Allah mempercayakan mereka atas

wahyu dan kitab yang diturunkanNya, dan (menandakan) bahwa mereka

diperintah untuk membersihkan jiwa-jiwa mereka dan menghiasi diri dengan

sifat-sifat yang baik.

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam hal apabila ibu hamil tidak

mengetahui apa yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dirinya dan juga

janin yang ada di dalam kandungannya, maka hendaknya bertanya kepada

orang yang memiliki pengetahuan lebih yakni dokter atau bidan sehingga

kesehatan dan keselamatan ibu dan janin dapat terjaga dengan optimal.

Dalam agama islam kehamilan merupakan salah satu bentuk kebesaran

dan bukti bahwa Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Oleh karena itu untuk

menjaga amanah dan titipan yang telah Allah berikan maka hendak nya kita

menjaga dengan sebetulnya. Salah satunya yaitu dengan bimbingan oleh tenaga

ahli kesehatan (Rahmadi, 2016).

Di dalam ayat suci Al-qur’an juga Allah SWT telah jelaskan bagaimana

kewajiban seorang ibu untuk memberikan kasih sayang terhadap anaknya,

57
salah satunya yaitu dengan memberikan ASI selama 2 tahun. Hal ini telah

diuraikan dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yang berbunyi :

‫اعةَ ۗ َو َعلَى الْ َم ْولُْو ِد لَهٗ ِر ْز ُق ُه َّن‬ َّ ‫ت يُْر ِض ْع َن اَْواَل َد ُه َّن َح ْولَنْي ِ َك ِاملَنْي ِ لِ َم ْن اََر َاد اَ ْن يُّتِ َّم‬ ِ
َ‫ض‬ َ ‫الر‬ ُ ‫َوالْ ٰول ٰد‬

‫ضاَّۤر َوالِ َدةٌ ۢبَِولَ ِد َها َواَل‬ ِ ‫فۗ اَل ت َكلَّف ن ْف‬
ِ ‫وكِسو ُته َّن بِالْمعرو‬
َ ُ‫س ااَّل ُو ْس َع َها ۚ اَل ت‬
ٌ َ ُ ُ ْ ُْ َ ُ َ ْ َ

ِ ِ ِ‫ث ِمثْل ٰذل‬ ِ


‫اض ِّمْن ُه َما َوتَ َش ُاو ٍر‬
ٍ ‫صااًل َع ْن َتَر‬ َ ُ ِ ‫َم ْولُْو ٌد لَّهٗ بَِولَدهٖ َو َعلَى الْ َوا ِر‬
َ ‫ك ۚ فَا ْن اََر َادا ف‬

ٓ‫اح َعلَْي ُك ْم اِذَا َسلَّ ْمتُ ْم َّما‬ ِ ِ ِ


َ َ‫اح َعلَْيه َما ۗ َوا ْن اََر ْدمُّتْ اَ ْن تَ ْسَت ْرضعُ ْوٓا اَْواَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬
َ َ‫فَاَل ُجن‬

ِ ‫فۗ و َّات ُقوا ال ٰلّه و ْاعلَموٓا اَ َّن ال ٰلّه مِب َا َتعملُو َن ب‬


ِ ِ
٢٣٣﴿ ‫صرْي‬ َ ْ َْ َ ُْ َ َ َ ‫ٌ﴾اَٰتْيتُ ْم بالْ َم ْعُر ْو‬

Artinya : “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anak nya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban

ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.

Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.

Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang

ayah (menderita) karena anaknya, dan ahli waris pun berkewajiban

demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan

persetujuan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas

keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran dengan cara

yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah

Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".


58
Sebagaimana terdapat pada tafsir Al-Muyassar bahwa menjadi kewajiban

pada ibu untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh bagi ibu

yang berniat menyempurnakan proses penyusuan, dan menjadi kewajiban para

ayah untuk menjamin kebutuhan pangan dan sandang wanita-wanita menyusui

yang telah dicerai dengan cara-cara yang patut sesuai syariah dan kebiasaan

setempat. Sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan

kemampuannya.

Sejalan dengan tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah

pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid yang menyebutkan

para ibu menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh. Pembatasan 2

tahun itu di tujukan bagi orang yang ingin menyempurnakan masa menyusui

anaknya. Dan seorang suami (ayah si anak yang disusui) berkewajiban

memberikan nafkah dan pakaian kepada para ibu menyusui yang diceraikannya

menurut kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat, sepanjang tidak

bertentangan dengan syariat agama.

Berdasarkan tafsir dapat dijelaskan bahwa seorang ibu memiliki kewajiban

untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh. Apabila seorang

ibu menyapihnya sebelum genap dua tahun menyusui maka tidak ada dosa

baginya. Artinya seorang ibu boleh menyusui anaknya kurang dari dua tahun

apabila bersepakat dalam diskusi suami istri. Hal ini berlaku jika ada alasan

khusus misalnya, anjuran dari dokter untuk mempersingkat waktu menyusui

demi kesehatan ibu ataupun bayi. Namun, Al-Qur’an tetap menekankankan

tolak ukur menyusui anak adalah selama dua tahun.

59
2.4 Kerangka Berpikir

Pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di puskesmes adalah fokus

penelitian ini. Dalam menunjang hal tersebut peneliti menetapkan indikator

proses, masukan, dan keluaran. Dalam skemanya, peneliti mengonsepkan

sebagai berikut:

INPUT PROSES

 Kuantitas tenaga  Pelayanan


dan kualitas antenatal
tenaga
 Kelas ibu hamil
 Anggaran

 Sarana-prasarana

OUTPUT

 Tercapainya
kesehatan ibu
dan anak di
puskesmas
Delitua

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian


Sumber: Maniah dan Hamidin (2017)

60
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif agar mendapat gamabaran lengkap tentang kesehatan ibu dan

anak di Puskesmas Delitua 2022.

61
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Puskesmas Delitua menjadi lokasi penelitian yang ditetapkan peneliti

dan berlangsung Maret 2022.

62
3.3 Informan Penelitian

Purposive sampling adalah teknik yang ditentukan dalam pemilihan informan

sebab dalam teknik tersebut penentuan sampel didasari oleh kapasitas informan.

Informan penelitian ini sebagai berikut:

a. Pimpinan Puskesmas

b. Koordinator di ruangan KIA Puskesmas Deli Tua.

c. Tiga ibu hamil

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Penetian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian agar

memperoleh data yang valid. Menurut Suharsimi Arikunto (2010) instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Sesuai dengan metodologi dalam penelitian ini, penulis menjadi instrumen

penelitian dan pengumpulan data. Adanya instrumen penelitian bertujuan

sebagai alat pengumpulan data dan instrumen yang lazim digunakan dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri yang akan mengumpulkan sumber data

untuk mendukung keberhasilan dalam penelitian ini.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkap utama dalam penelitian (Sugiono, 2019).

Terdapat dua sumberyang digunakan pada penelitian ini:


63
1. Data primer, pemerolehan yang diambil dari observasi dari informan

2. Data sekunder, pemerolehan yang didapat dari profil lokasi penelitian.

3. yaitu data-data yang di peroleh dari profil puskesmas Deli Tua.

3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data

Observasi, dokumentasi, dan dokumentasi adalah langkah pengumpulan data

dalam penelitian ini. Namun peneliti memilih pedoman wawancara semi terstruktur

sebagai pengumpulan data dalam penelitian ini.

Peneliti menggunakan metode tersebut untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan wawancara ke pada narasumber untuk memperoleh informasi terkait

kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Delitua.

3.5 Analisis Data (Pengujian Hasil Penelitian Kualitatif/Tringulasi Data)

Dalam penelitian ini, teknik analisis data mencakup klasifikasi data dan

analisis data. Miles dan Hubermans (dalam Sugiyono, 2019) menjelaskan untuk

menganalisis data ada tiga cara yang bisa digunakan yakni:

1) Reduksi Data (data reduction)

Dicari tema dan polanya, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting adalah cara dari mereduksi data agar mendapat gamabran lebih

jelas dan peneliti termudahkan untuk meneliti data selanjutnya.

2) Penyajian Data

Melalui penyajian data ini, maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk dipahami. Data yang

dikumpulkan telah melalui proses pemilihan dan pengecekan ulang. Kemudian

64
disusun dan dimasukkan ke dalam instrumen sesuai rumusan yang telah

diklasifikasikan, selanjutnya data akan dideskripsikan.

3) Verifikasi Data

Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Kesimpulan yang diambil merupakan hasil dari proses analisis yang menghasilkan

deskripsi kritis tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Delitua.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian

1.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis Puskesmas Delitua

Puskesmas Delitua beralamat di Jalan Kesehatan No 58. Kelurahan Delitua

Timur, Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Memili letak

65
gegorafis 2,57° dan 3,16° LU dan luas wilayah 936 Ha. Puskesmas Delitua juga

dibantu oleh unit-unit fungsional dibawahnya yaitu ada 2(dua) unit puskesmas

pembantu yang terletak di Jalan Pamah Delitua dan puskesmas pembantu di Jalan

Roso.

Puskesmas Delitua terdiri dari 3 (tiga) kelurahan dan tiga Desa, yaitu Kelurahan

Delitua, Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua Barat. Dan desa Mekar

Sari, Suka Makmur, dan Kedai Durian. Serta terdapat 45 Dusun. Berikut batas

wilayah kerja Puskesmas Delitua:

1. Berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor Kotamadya Medan sebelah

utara

2. Berbatasan dengan Kecamatan Patumbak sebelah timur

3. Berbatasan dengan Kecamatan Namorambe sebelah barat.

4. Berbatasan dengan Kecamatan Biru-biru sebelah selatan

5. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Biru-biru;

b. Data Demografi Puskesmas Delitua

Wilayah kerja Puskesmas Delitua terletak dari 3 (Tiga) Desa/Kelurahan dan 45

Dusun. Dengan luas wilayah 936 Ha Puskesmas Delitua memiliki penduduk jiwa

sebanyak 74.190 dengan beragam suku dan agama.

Tabel 1.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua 2022
No Kelomp Jumla Jumlah Laki-laki +
ok h Perempu Perempuan
Umur Laki- an
(tahun) Laki
1. 0–4 3652 3878 75
30
2. 5–9 3756 3.410 71
66
66
3. 10 – 14 3313 3.018 6.1
76
4. 15 – 19 3425 3.848 7.1
83
5. 20 – 24 3506 4.062 6.3
46
6. 25 – 29 3133 3.173 6.3
46
7. 30 – 34 2877 2.917 5.7
29
8. 35 – 39 2772 2.701 5.3
93
9. 40 – 44 2539 2.414 4.8
74
10. 45 – 49 2139 2.050 4.1
00
11. 50 – 54 1833 1.740 3.4
68
12. 55 – 59 1471 1.371 2.7
46
13. 60 – 64 982 874 1.7
47
14. 65 – 69 896 557 1.0
61
15. 70 – 74 1146 313 57
8
16. 75 + 245 352 70
4
Jumla 74.190 Jiwa
h
Sumber : Profil Puskesmas Delitua Tahun 2022

1.1.2 Tenaga Kesehatan dan Sarana Prasarana Puskesmas Delitua

Puskesmas Delitua memiliki 72 tenaga kesehatan.:

Tabel 2.
Data Tenaga Kesehatan Menurut Wilayah Kerja
Puskesmas Delitua tahun 2022

No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Tenaga


Kesehatan
1. Dokter 5
2. Dokter Gigi 2
3. Apoteker /Asisten 2
4. Administrasi Kepegawaian 1
5. Bendahara 2
6. Pengadministrasi Umum 1
7. Sistem Informasi Kesehatan 2
8. Pengelola Barang dan Aset Negara 1
67
9. Pengelola Program dan Pelaporan 1
10. Kebersihan 1
11. Supir Ambulan 1
12. Penjaga Keamanan 1
13 Perawat 10
14 Perawat Gigi 1
15 Bidan 26
15 Bidan Putsu/Ponkesdes 6
16 Nutrisionist 2
18 Pranata Lab 2
19 Sanitarian 1
20 Promkes 2
21 Epidemiologi Kesehatan 1
Jumlah 72

Sumber: Profil Puskesmas Delitua tahun 2022

Berikut sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Delitua:

Tabel 3.
Sarana fasilitas di Puskesmas Delitua

Fasilitas Gedung Jumlah


Sumber: Profil Ruang Dokter /Periksa Pasien 3 Unit
Puskesmas Ruang Kepala Puskesmas 1 Unit
Delitua tahun Ruang Tata Usaha dan Konsultasi 1 Unit 2021
Ruang Rapat/Aula 1 Unit
Ruang Obat/Farmasi 1 Unit
1.2 Ruang Penyimpanan Obat 1 Unit
Ruang KIA/KB 1 Unit
Ruang Pelayanan Gigi 1 Unit
Ruang Gizi 1 Unit
Ruang Rawat Inap 2 Unit
Ruang Tunggu Pasien 2 Unit
Ruang Kartu/Loket 1 Unit
Ruang IGD 1 Unit
Ruang Bersalin 2 Unit
Ruang Pojok Asi 1 Unit
Ruang Sholat 1 Unit
Ruang Laboratorium Sederhana 1 Unit
Ruang Konseling 1 Unit
Ruang Kamar Mandi/WC 1 Unit

Karakteristik Informan

68
Terdapat lima informan yang terdiri atas kepala puskesmas, tiga ibu hamil,

dan koordinator KIA.

Tabel 4.
Karakteristik Informan Penelitian

Inisial Umur Jenis Pendidikan Jabatan Ket


Nama Kelamin Terakhir

JAP 41 Perempuan Magister Kepala Kunci


Kesehatan Puskesmas
Masyarakat

MD 49 Perempuan S1 Profesi Koordinator Kunci


KIA
ED 43 Perempuan SMA Ibu hamil Pendukung
FS 37 Perempuan SMA Ibu Hamil Pendukung

IY 35 Perempuan SMA Ibu Hamil Pendukung

1.3 Implementasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Di Puskesmas

Delitua

1.3.1 Masukan (Input)

Pemberian masukan yang berfungsi sebagai sistem adalah input. Sarana dan

prasarana kesehatan, besar anggaran, dan kualitas tenaga merupakan bagian dari inpu.

1. Kualitas dan Jumlah Tenaga

Pelatihan program kesehatan ibu dan anak dapat dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan.

69
Matriks 4.1. Pendapat Informan Puskesmas Perihal Jumlah dan Kulitas
Serta Pelatihan Tenaga Kesehatan Program KIA

Informan Pendapat Informan

Kepala “Untuk di program KIA sendiri petugas nya ada 1 orang,


Puskesmas sebenarnya dulu itu ada 2 orang tetapi karna di KIA pasien
nya nggak banyak jadi bidan yang satunya di pindahkan ke
program lain. Dan sejauh ini saya rasa sudah cukup. Kalau
untuk pelatihan khusus tidak ada yaa, karena dari dinas pun
gak ada buat pelatihan seperti itu.”
Koordinator “Harusnya di ruangan itu ada 2 orang, karna kalau saya
Pelaksana turun pun ada 1 yang menghandel disini seharusnya. Atau
Program kalo di lapangan dia bikor nya ada, terus bidan desa nya
KIA juga ada, kader nya juga harus ada. Kalau pelatihan khusus
untuk pelayanan antenatal dan kelas ibu hamil nggak ada,
tapi kita itu eee bicaranya dari buku KIA, panduannya dari
buku KIA, terus pelaksanaan di lapangan itu kayaknya udah
sesuai lah, nggak ada khusus untuk meriksakan kehamilan
aja harus ke dinas gitu gak mesti karna udah ada
panduannya dari buku atau dari lefleat kayak gitu udh ada.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa hanya terdapat satu

petugas yang mengurus kesehatan ibu dan anak. Apabila bidan petugas KIA

melakukan kegiatan di luar puskesmas misalnya kegiatan kelas ibu hamil maka ruang

pemeriksaan di puskesmas tidak ada yang menjalankan. Untuk pelatihan tenaga

kesehatan khusus pelayanan antenatal dan kelas ibu hamil tidak diadakan khusus dari

puskesmas ataupun dari dinas kesehatan.

2. Sarana dan Prasarana

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak, diperlukannya sarana

dan prasarana.

Matriks 4.2. Pendapat Informan Tentang Sarana dan Prasarana Pada


Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Informan Pendapat Informan

70
Kepala Saya rasa sudah hampir memadai sarana dan prasaran,
Puskesmas alat USG yang belum ada, masih dalam proses yang itu.
Karna saya juga sudah mengikuti pelatihan penggunaan
USG. Kalau untuk fasilitas yang lain di KIA sudah
terpenuhi dan tercukupi. Dalam pelaksanaan kelas ibu
hamil, tidak bisa dilaksanakan di puskesmas karena tidak
ada ruang.
Koordinator Sudah cukup, tinggal USG aja yang belum, ini mau
Pelaksana datang katanya tahun ini. Memang di puskesmas ini tidak
Program KIA ada kelas ibu hamil. Namun kami alihkan ke rumah-
rumah kader atau rumah warga biasanya karna kita gak
ada ruangan khusus untuk pelaksanaan kelas ibu
hamilnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa fasilitas di Puskesmas Delitua dalam

pelayanan kesehatan ibu dan anak telah memadai, hanya alat Ultrasonografi (USG)

yang masih dalam perencanaan. Selanjutnya ruangan khusus untuk pelaksanaan kelas

ibu hamil tidak ada sehingga pelaksanaannya dilaksanakan di rumah kader/bidan desa

atau dirumah warga yang bersedia.

3. Besar Anggaran

Dalam mendukung pelaksanaan kesehatan ibu dan anak, dibutuhkan besar

anggaran.

Matriks 4.3. Opini Informan Perihal Besar Anggaran Dana Pelaksanaan


Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Informan Pendapat Informan

Kepala Anggaran dana dari BOK dan sebenarnya tidak cukup


Puskesmas tapi dimaksimalkan saja. Dinas juga tidak mudah dimintai
dana. Selain itu, puskesmas Delitua juga sudah memakai
sistem BLUD, jadi untuk pasien umum yang tidak ada
BPJS nya pemeriksaannya sudah di tarif angka biaya
pemeriksaannya
Koordinator Sekarang itukan karna kita sudah BLUD, jadi dananya
Pelaksana yang umum itu sudah di tarif harganya yaa, misalnya dia
Program KIA ada pemeriksaan tapi khusus yang umum , yanga ada
BPJS nya tidak. Misalnya untuk pemeriksaan ANC nya

71
kenak dia Rp10.000, pendaftarannya Rp15.000. jadi
semalam itu ada pasien umum sekali periksa sebesar
Rp30.000 gitulah. Selain itu juga terdapat dana BOK
yang merupakan dana operasional dari Dinas.

Dana BLUD dan juga BOK adalah anggaran utama yang digunakan untuk

melaksanakan kelas ibu hamil dan pelayanan antenatal.

1.3.2 Proses Pelayanan

Seluruh interaksi karyawan dengan pelanggan adalah proses pelayanan.

1. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Asuhan yang sifatnya diberikan saat hingga sebelum melahirkan adalah pokok

pelayanan antenatal. Kehadiran pelayanan antenatal adalah penjamin bagi ibu hamil

untuk tidak terjadi masalah terhadap kandungan yang menyebabkan masalah serius

kepada anak dan ibu (Heridawati dkk, 2021).

Matriks 4.4. Opini Informan atas Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Program KIA

Informan Pendapat Informan

Koordinator Yaa seperti yang kalian lihatlah bagaimana, sudah bagus


dan sesuai dengan standar 10 T, kan ada panduannya,
KIA
timbang BB, ukur TB, tekanan darah. Pokoknya sudah
sesuai dengan 10 T.
Ibu Hamil 1 Setiap bulan saya memeriksakan kehamilan di puksesmas.
Saya diberi vitamin setiap periksa. Kalau misalnya saya
mau USG nanti dibuatkan surat rujukan dari puskesmas
sini.
Ibu Hamil 2 Saya periksa nya di klinik kasih ibu karena BPJS saya

72
terdaftar nya disitu.
Ibu Hamil 3 Saya tidak memeriksakan kehamilan saya di puskesmas
Delitua, tapi saya periksanya ke bidan karna rumah saya
jauh dari puskesmas

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa tidak adanya gangguan terhadap

pelaksanaan pelayanan antenatal di puskesmas Delitua. Namun ditemukannya kasus

ibu hamil yang tak memeriksa kehamilan lantaran kerja..

2. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Belajar berkelompok mengenai kesehatan ibu hamil adalah sarana dari kelas

ibu hamil yang dilakukan secara tatap muka.

Matriks 4.5. Pendapat Informan Perihal Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di


Puskesmas Delitua

Informan Pendapat Informan

Kepala Masing-masing desa melaksanakan kelas ibu hamil dengan


waktu yang berbeda. Pada wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Delitua, dalam sebulan ada 6 kali kelas ibu hamil.

Koordinator Kelas ibu hamil dilaksanakan di puskesmas kita kan ada 6


desa jadi sebulan bergantian mereka buat jadwal. Di sela-
KIA sela jadwal mereka mana yang tidak terganggu disitu
dikeluarkan jadwal nya. Yang ikut kelas ibu hamil juga
susah mencapai 10 orang, apalagi masa-masa pandemic,
jauh berubah karna mungkin mereka takut yaa atau
keluarganya yang takut kena virus, itu la tantangannya.
Padahal semua kader sudah digerakkan, kader
perlingkungan malah. Harus kader nya masing-masing
menjemput, kadernya harus tau berapa berapa bumil yang
ada dilingkungannya masing-masing
Ibu Hamil Mulai dari 1 bulan saya udah ikut terus sampai 4 bulan
sekarang, ya pokoknya keluar dari kerjaan rumah
1-2 mendengarkan informasi disini seperti apa kita bisa
tanggap, seperti penggunaan jampersal ada informasi yang
kita dapat jadi bisa kita uruskan juga selain BPJS.
Ibu Hamil 3 saya gak pernah ikut kelas ibu hamil disini, karna saya
bekerja jadi saya gak sempat untuk ikut gitu.
73
Kelas ibu hamil, berdasarkan pernyataan tersebut, dilakukan satu kali bagi tiap

desa. Terdapat enam desa di wilayah kerja Puskesmas Delitua, masing-masing desa

mendapat giliran 1kali setiap bulan untuk melaksanakan kelas ibu hamil. Informasi

kegiatan di dapatkan dari petugas puskesmas atau bidan desa. Namun ditemukannya

kasus ibu hamil yang tak memeriksa kehamilan lantaran kerja. Sedangkan dua ibu

hamil lainnya rutin mengikuti kelasi ibu hamil apabila di rumah tidak ada kesibukan.

1.3.3 Keluaran (Output)

Elemen yang diciptkan atas berjalannya sebuah sistem disebut sebagai

keluaran. Dalam kesehatan ibu dan anak, diharapkan mendapatkan keluaran berupa

target cakupan K4 (Windy Ruswana, 2018).

Matriks 4.6. Pendapat Informan Tentang Output Pelaksanaan Program


KIA

Informan Pendapat Informan


Kepala Program kesehatan ibu dan anak saya pikir berjalan baik.
Puskesmas Hanya kendalanya terhadap keinginan ibu hamil yang
masih minim perhatiannya pada program kami. Selain itu
kegiatan puskesmas berjalan sesuai harapan.
Koordinator Kalau dilaksanakan ya udah baik la kan, karena sarananya,
KIA bangunannya, alat-alat nya sudah cukup baik kecuali USG
tadi. Target program KIA sudah tercapai bagus, karena
angka kematian ibu hampir tidak terdengar, kalau pun ada
hanya 1 atau 2 pertahun. Puskesmas Delitua belum pernah
melaporkan kematian yang lebih signifikan ke dinas.
Pencapaiannya diatas 90 % lah mulai dari kunjungan ibu
hamil sampe bersalinnya, karena bidan desanya
mengambil laporan ke klinik-klinik di bawah puskesmas,
jadi kita juga sudah bekerja sama dengan klinik
bahwasanya berapa ibu hamil, berapa partusnya, KB nya.
Apa yang menjadi kebutuhan di laporan ini semua data-
datanya diambil bahkan dari RS juga diambil. Itulah yang
membuat tinggi nya angka ibu hamil.

74
Hasil wawancara dengan kepala puskesmas menegaskan bahwa kurangnya

animo ingin mengikuti program kesehatan ibu dan anak pada ibu hamil

Sedangkan hasil wawancara dengan koordinator KIA menunjukkan bahwa

target telah mencapai 90 persen dalam pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA).

1.4 Pembahasan

1.4.1 Masukan (Input)

1. Jumlah dan Kualitas Tenaga Kesehatan pada Program Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA) di Puskesmas Delitua

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusmiranti (2022) menyebutkan

bahwa ditemukannya sebuah hubungan signifikan atas SDM terhadap implementasi

keberhasilan suatu program. Staf merupakan sumber daya yang utama dalam

pelaksanaan kebijakan dan sebagai indikator yang sangat penting. Namun apabila staf

yang kurang atau tak berkompeten menyebabkan kegagalan implementasi (Indiahono,

2009).

Dengan pembangunan terhadap SDM maka terwujudnya pelayanan bermutu

lebih mudah diraih. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 11 yang

berbunyi :

ِ ‫ِإ‬ َّ ِِ ‫ىِف‬ ِ ‫ِإ‬ ِ َّ


‫ٱنشُزوا۟ َي ْرفَ ِع‬
ُ َ‫ٱنشُزوا۟ ف‬
ُ ‫يل‬َ ‫يل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح ۟وا ٱلْ َم َٰجلس فَٱفْ َس ُحوا۟ َي ْف َس ِح ٱللهُ لَ ُك ْم ۖ َو ذَا ق‬ َ ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلذ‬
َ ‫ين ءَ َامنُوآ ۟ ذَا ق‬
ٌ‫خبِري‬ ٍ ‫ٱللَّه ٱلَّ ِذين ءامنُوا۟ ِمن ُكم وٱلَّ ِذين ُأوتُوا۟ ٱلْعِْلم در ٰج‬
‫ت ۚ َوٱللَّهُ مِب َا َت ْع َملُو َن‬
َ َ ََ َ َ َْ ََ َ ُ

75
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah

kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka

berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti

atas apa yang kamu kerjakan.”

Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humad dalam tafsir Al-Mukhtashar

menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah akan melaksanakan apa

yang disyariatkan kepada mereka, jika dikatakan kepada kalian, “berlapang-lapanglah

kalian di dalam majlis-majlis.” Maka lapangkanlah, niscaya Allah melapangkan bagi

kalian kehidupan dunia dan di akhirat. Dan jika dikatakan kepada kalian, “bangkitlah

dari majlis agar orang yang memiliki keutamaan duduk padanya.” Maka bangkitlah,

niscaya Allah SWT mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat yang agung. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan, tidak ada sesuatu pun dari

perbuatan kalian yang luput dari-Nya, dan Dia akan membalas kalian atas perbuatan

tersebut.

Sejalan dengan penafsiran Syaikh prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir

Al-Wajiz menjelaskan bahwa Wahai orang yang beriman, jika dikatakan kepada

kalian: berikan keluasan/kelapangan di dalam tempat duduk (majelis) untuk para

pendahulu kalian. Maka Allah akan meluaskan rahmat-Nya berupa keluasan tempat,

jiwa, rizki, surga dan sebagainya kepada kalian. Apabila dikatakan kepada kalian:

Berdirilah untuk memberi kelapangan kepada para pendahulu kalian dengan cekatan.

Maka Allah akan meluaskan tempat kalian di dunia dan di surga.

76
Dari penafsiran ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam ayat Mujadalah

ayat 11 sangat penting sekali yang namanya ilmu, di mana setiap muslim harus

mengamalkan ilmu sebagai kebutuhan yang harus diraih. Karena ilmu dapat

membantu mencari hakikat kebenaran ilmu yang akan terus berkembang, seperti

teknologi yang terus berkembang. Mengikuti pelatihan mengenai ilmu adalah wajib

bagi manusia terutama dalam bidang kesehatan pelatihan bertujuan untuk

memperbaharui ilmu yang dimiliki. Dengan adanya pembaharuan ilmu yang dimiliki

maka tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan akan berkembang lebih efektif dan

efisien.

SDM berkualitas dan memadai menetukan keberhasilan puskesmas sedangkan

sebaliknya justru mendatangkan kendala. Tidak adanya kualitas tenaga kesehatan

membuat tumpang tindih tugas pokok. Hal ini sering terjadi pada saat dilakukannya

kelas ibu hamil di luar puskesmas, dimana secara bersamaan ruang program KIA di

puskesmas Delitua tidak ada yang menghandel dan pasien ibu hamil yang berkujung

ke puskesmas harus menunggu sampai petugas program KIA pulang.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam kesehatan memiliki faktor besar untuk pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Dibutuhkannya fasilitas tingkat pertama dalam pemenuhan

pelayanan serta didukung pemda dan pusat (Tanjung, 2016). Dalam mencapai hal

tersebut tentunya didorong atas sarana dan prasarana.

Akibat tak lengkap fasilitas pada instansi kesehatan membuat keinginan ibu

hamil berkunjung berkurang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,

77
sejuah ini alat dan fasilitas pelayanan dalam penanganan KIA di ruangannya cukup

memadai

3. Besar Anggaran

Dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat, pendanaan kesehatan

BLU/BLUD akhirnya dibuat. Peraturan tersebut menetapkan tarif layanan harus

memerhatikan SPM yang telah ditetapkan menteri/pimpinan lembaga/ketua dewan

kawasan (untuk BLU) atau SPM yang ditetapkan kepala daerah (untuk BLUD). Oleh

karena BLU/ BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas

barang/jasa layanan yang diberikan, maka diperlukan bentuk tarif yang ditetapkan

berdasarkan perhitungan biaya per unit layanan (untuk layanan yang berupa penjualan

barang dan/atau jasa) atau hasil per investasi dana (untuk layanan dana bergulir).

Dengan demikian, terdapat kaitan yang sangat erat antara Standar Pelayanan Minimal

(SPM ) dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan tarif layanan. Dengan

adanya tarif layanan, masyarakat atau penerima manfaat layanan yang diberikan

BLU/BLUD dapat menuntut kualitas layanan yang diberikan sebagaimana dalam

SPM (BLUD, 2017).

Pemerhatian pendanaan adalah hal utama untuk diperhatikan agar memberikan

dampak yang optimal. Dampak layanan yang memuaskan bagi ibu hamil merupakan

pemenuhan pengelolaan sumber dana yang tepat (Nita Ike dkk, 2020).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 4 tahun 2019 tentang

standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada Standar Pelayanan minimal

(SPM) bidang kesehatan menyebutkan bahwa perhitungan pembiayaan pelayanan

dasar pada SPM kesehatan memperhatikan berbagai sumber pembiayaan agar tidak

terjadi duplikasi anggaran (Permenkes No. 4 Tahun 2019).


78
Sumber dana yang tak optimal dalam penyalurannya pasti mengakibatkan

terhambatnya program. Program akan berjalan lamban bahkan hingga tak memiliki

kemajuan jika dana kurang (Windy Ruswana, 2018).

1.4.2 Proses Pelayanan

1. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Masa kehamilan yang awalnya diperkirakan normal dapat berkembang menjadi

kehamilan patologi sehingga perlu adanya peningkatan pelayanan ANC sesuai

standar. Apabila tidak teratur melakukan ANC dapat menimbulkan masalah pada

kehamilan, tidak dapat mempersiapkan kehamilan, komplikasi yang mungkin terjadi

selama kehamilan tidak tertangani, bahkan meningkatkan mordibitas dan mortalitas

ibu dan bayi (Ni Luh wahyu dkk, 2021).

Menurut pedoman pelayanan ANC terpadu menurut Permenkes No.4 Tahun

2019 pelayanan antenatal harus dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T yaitu

penimbangan berat badan, tinggi badan, tekanan darah, penilaian status gizi melalui

pengukuran linkar lengan atas (LiLA), pengukuran tinggi fundus uteri, skrinning

status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT sesuai status imunisasi ibu,

pemberian tablet tambah besi, pemeriksaan tes lab sederhana (golongan darah, Hb,

glukoprotein urin) atau berdasarkan indikasi, tata laksana kasus, dan temu

wicara/konseling termasuk P4K serta KB PP (Direktorat Kesga, 2021).

Bedasarkan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa Puskesmas Delitua

dalam menerapkan pelayanan ANC telah taat standar 10 T. Dari informan utama,

sosialisasi terhadap ibu hamil atas urgensi pelayanan ANC telah dilakukan. Namun

masalahnya terdapat ibu hamil malah memeriksa kehamilan di klinik setempat.

79
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Miltenburg et al.

(2017) menunjukkan pentingnya pelayanan sesuai standar tidak mudah bagi petugas

kesehatan, sebab petugas kesehatan membutuhkan banyak tindakan dan keterampilan

berbeda-beda dalam pelayanan.

2. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu hamil merupakan salah satu wadah yang sangat efektif dalam rangka

peningkatanpengetahuan, perbaikan asupan gizi dan edukasi kesehatan lainnya. Kelas

ibu hamil dapat menjadi media promosi kesehatan khususnya bagi ibu hamil yaitu

mengenai pemenuhan gizi selama hamil dan perawatan ibu hamil (Direktorat Jenderal

Bina Kesehatan Masyarakat, 2015).

Peserta kelas ibu hamil yang rutin mengikuti kelas ibu hamil akan

menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap, dan ketepatan dalam melakukan

kunjungan ANC (Siagian et al., 2019). Kelas ibu hamil dapat dijadikan sebagai

wahana dan waktu sebagai media promosi kesehatan dalam pencegahan hal-hal yang

tidak diinginkan selama kehamilan (Anna Malia dkk, 2022).

Keikutsertaan kelas ibu hamil memiliki tujuan guna menambah ilmu dan

membuat ibu hamil makin terampi dalam hal kehamilan, persalinan, menyusui atau

nifas, KB atau keluarga berencana, cara menangani komplikasi, merawat bayi baru

dilahirkan maupun aktivitas fisik. Dengan keikutsertaan dalam kelas ibu hamil

memiliki manfaat yang besar guna meningkatkan pengetahuan dengan cara

mendapatkan informasi mengenai kesehatan untuk ibu dan anak (Wahyuni dan

Sihombing, 2020).

Pelaksanaan kelas ibu hamil di puskesmas Delitua sudah terlaksana secara

searah sebagaimana yang telah disebutkan informan bahwa pelaksnaan kelas ibu
80
hamil rutin dilakukan setiap bulannya di masing-masing desa. Hanya saja masih

banyak ibu hamil yang tidak mau ikut dalam kegiatan kelas ibu hamil. Para kader

sudah digerakkan untuk menyampaikan pelaksanaan kelas ibu hamil di masing-

masing desa sampai rela menjemput satu persatu ibu hamil untuk mau ikut dalam

kegiatan kelas ibu hamil.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar dan Suriati (2021)

menyebutkan bahwa kelas ibu hamil adalah suatu cara yang dapat dipergunakan

dalam menyebarkan pesan atau informasi yang berhubungan dengan kesehatan masa

kehamilan. Sejalan dengan penelitian Wijayanti (2017) menyebutkan bahwa

informasi yang disampaikan dalam program kelas ibu hamil seperti perawatan

kehamilan, terutama adalah penyiapan serta proses kelahiran, selain itu kels ibu hamil

juga membahas tentang gizi selama kehamilan (Wijayanti, 2017).

1.4.3 Keluaran (Output)

Indikator yang digunakan utnuk menilai program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) antara lain kunjungan ibu hamil pertama (K1), cakupan kunjungan ke enam

(K6) ibu hamil, cakupan buku KIA, deteksi dini kehamilan berisiko oleh tenaga

kesehatan, persalinan oleh tenaga kesehatan, penangan komplikasi neonatal,

pelayanan kesehatan anak balita sakit (Renstra Kemenkes, 2015-2019).

Hal ini sejalan dengan penelitian Tri Rini (2020) bererdasarkan profil

kesehatan Indonesia tahun 2018 menyebutkan bahwa penilaian tingkat kepatuhan

bumil dalam pemeriksaan kehamilan ketenaga kesehatan dapat dilakukan dengan

melihat cakupan K4. Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan

terhadap ibu hamil.

81
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan

program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sudah berjalan dengan baik dan maksimal.

Di peroleh data secara keseluruhan dari beberapa klinik yang bekerja sama dengan

puskesmas kunjungan antenatal sudah mencapai target. Namun observasi yang

dilakukan oleh peneliti menyatakan bahwa kunjungan K4 di puskesmas Delitua masih

rendah yaitu dibawah 50%. Hal ini dikarenakan kurangnya partisipasi ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan baik karena jarak yang jauh maupun karena BPJS

yang terdaftar di Klinik wilayah kerja Puskesmas Delitua.

Diperlukannya evaluasi atas kinerja program kesehatan ibu dan anak. Hal

tersebut berguna untuk mengetahui serta memperbaiki dengan cepat kekeliruan dalam

pelaksanaan program KIA. Selain itu evaluasi juga dimaksudkan untuk melihat

keberhasilan atau kegagalan dari suatu program yang dikerjakan. Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hujarat ayat 6 yang berbunyi :

َ‫وا َعلَ ٰى َما َف َع ْلتُ ْم ٰنَ ِد ِمني‬


۟ ‫صبِ ُح‬ ٍ ‫جِب‬ ِ ِ
ْ ُ‫ين ءَ َامنُوآ ۟ ِإن َجآءَ ُك ْم فَاس ٌقۢ بِنَبٍَإ َفتََبَّينُ آو ۟ َأن تُصيبُوا۟ َق ْو ًمۢا َ َٰهلَة َفت‬
ِ َّ
َ ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلذ‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan

suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan

kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Abu Bakar Jabir Al-Jazairini dalam kitabnya Al-Aiisar menafsirkan ayat ini

turun kerena suatu sebab tertentu, tetapi ayat ini umum merupakan kaidah dasar yang

sangat penting, oleh karena itu hendaknya siapapun baik itu perorangan, kelompok,

maupun negara hendaknya tidak menerima suatu berita yang disampaikan kepada

82
mereka dan jangan langsung berbuat sesuai dengan berita tersebut, melainkan telah

melihat dan memastikan dengan teliti akan kebenarannya.

Sedangkan Quraish Shibab menafsirkan bahwa ayat ini merupakan salah satu

dasar yang ditetapkan dalam kehidupan sosial sekaligus ia merupakan tuntutan yang

sangat logis bagi penerimanya. Menulis atau menyampaikan informasi diperingatkan

agar membicarakannya tanpa makna atau tanpa manfaat.

Dari Q.S. Al-Hujurat ayat 6 ini memuat perilaku yang diajarkan teliti atas

setiap berita yang sampai kedepannya. Jangan percaya begitu saja terhadap laporan,

perkataan, dan berita yang diterima apalagi jika yang menyampaikannya adalah orang

fasiq. Semuanya harus di periksa dan diteliti terlebih dahulu kebenarannya, jangan

sampai karena percaya begitu saja terhadap berita yang sampai kepada seseorang, lalu

dia melakukan suatu tindakan sebegai respon terhadap hal itu yang kemudian akan

merugikan orang lain dan menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal. Dimana

terdapat nikai karakter yang terdapat dapat ayat ini yaitu karakter tercela dan nilai

terpuji yaitu cermat dan teliti, tidak terburu-buru dalam memutuskan sesuatu.

Evaluasi dapat disimpulkan sebagai kegiatan dalam pengumpulan informasi

terhadap capaian program yang telah dikerjakan dan ditelisik kembali untuk membuat

suatu kebijakan lain. Adanya evaluasi dapat dipastikan bahwa pelaksanaan penelitian

mengarah kepada sisi positif atau negatif.

83
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peneliti memperoleh kesimpulan atas implementasi kesehatan ibu dan anak di

Puskesmas Delitua sebagai berikut:

84
1. Dalam program kesehatan ibu dan anak, jumlah tenaga di Puskesmas Delitua

hanya berjumlah 1 orang. Tidak ada pelatihan khusus yang kepada tenaga

kesehatan terkait pelayanan antenatal, pelatihan dilakukan secara otodidak melalui

panduan buku KIA. Dengan jumlah dan kualitas tenaga yang dimiliki

mengakibatkan suatu program tidak berjalan dengan maksimal.

2. Dalam program kesehatan ibu dan anak, diketahui sarana dan prasarana di

Puskesmas Delitua sudah mencukupi namun belum semua terpenuhi seperti alat

Ultrasonografi (USG) dan tidak adanya ruangan khusus untuk kelas ibu hamil,

sehingga pelaksanaan kelas ibu hamil dilakukan di rumah kader atau rumah warga

yang menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan kelas ibu hamil.

3. Dalam program kesehatan ibu dan anak, terdapat masalah atas belum adanya

pendanaan yang maksimal tetapi puskesmas terus melakukan kinerja kesehatan

dengan dana yang tak memadai. BOK dan BLU menjadi sumber dana dalam

pelayanan kesehatan ibu dan anak

4. Disamping ditemukannya kasus ibu hamil tak rutin memeriksa kandungannya,

pelayanan antenatal di Puskesmas Delitua telah dikerjakan sebaik mungkin oleh

tenaga kesehatan dan menerapkan pelayanan ANC

5. Masing-masing desa di wilayah kerja Puskesmas Delitua mendapat sekali kelas

ibu hamil meski disamping banyaknya kasus ibu hamil yang tidak ikut

berpartisipasi dalam kegiatan ibu hamil tersebut.

6. Pada wilayah kerja Puskesmas Delitua terdapat 90 persen cakupan program

kesehatan ibu dan anak dan hal tersebut sudah mencapai target nasional di kutip

data dari berberapa klinik di bawah naungan puskesmas Delitua. Namun untuk

puskesmas Delitua, cakupan ibu hamil K4 sebesar 70 % dan belum mencapai

target nasional. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hasil yang dicapai
85
belum maksimal.

7. Dalam agama islam di ajarkan bahwa dalam memberikan pelayanan baik itu

berupa barang atau jasa dalam hal ini terkait kesehatan harus memberikan

pelayanan yang terbaik dan berkualitas yaitu dengan menyediakan tenaga

kesehatan yang cukup dan terlatih, sarana dan prasarana yang memadai dan

mengevaluasi setiap kegiatan.

5.2 Saran

1. Adanya penambahan jumlah petugas untuk program kesehatan ibu dan anak serta

pelatihan bagi tenaga kesehatan setidaknya dibuat satu kali setahun dan terus

dilakukan secara berkesinambungan agar memperbanyak kualitas tenaga

kesehatan untuk pelayanan kepada masyarakat

2. Pemaksimalan sarana dan prasarana dalam mendongkrak program kesehatan ibu

dan anak

3. Agar masyarakat lebih interaktif dan menjadi pelaku untuk kegiatan yang digagas

Puskesmas Delitua

4. Mampu membuat pengembangan penelitian yang lebih baik dalam implementasi

kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Delitua, dengan tujuan untuk mengetahui

perkembangan hasil penelitian sebelumnya.

86
DAFTAR PUSTAKA

Anna Malia, dkk. (2022). Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Dalam Upaya Pencegahan Stunting.
Jurnal Kebidanan, 73-80.

Cahyanti, L. D. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care


(ANC) Ibu Hamil Di Era Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Jember
Kidul Kabupaten Jember Tahun 2021. Skripsi.

Departemen Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Anonim

Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman


Pemantauan Wilayah Setempat KIA. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2021). Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2021. Medan :
Anonim

Dr.dr nasruddin, N. M. (2020). Kesehatan Ibu dan Anak (Dilengkapi Dengan Kasus dan Alat
Ukur Kualitas Pelayanan KIA. Sleman: Deepublish.

Herinawati, dkk. (2021). Pentingnya Antenatal Care (ANC) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
oleh Tenaga Kesehatan di Desa Penyengat Olak Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Abdidas, 11-15.

87
Hima Sakina Firdhausy, dkk. (2021). Fungsi Pengorganisasian dan Pelaksanaan Keuangan
Puskesmas Bestatus Badan Layanan Umum Daerah . Higeia Jounal Of Public Health
Research and Development, 5(2).

Indiahono, Dkk. (2009). Kebijakan Politik Berbasis Dynamic Policy Analisys. Yogyakarta:
Gava Media.

Indriya Fitriani. (2019). Gambaran Kepuasan Ibu Hamil Pada Pelayanan Antenatal Care di
Puskesmas Somba Opu.(Skripsi). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.

Kementrian Kesehatan. (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Kemenkes RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 1 of 76

Kementrian Kesehatan. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 Tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota. Jakarta: Anonim

Kementrian Kesehatan RI. (2014). UUD RI No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta :
Anonim

Kementrian Kesehatan. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta


hal 7

Komang Intan Dewanggayastuti, dkk. (2022). Kepatuhan Ibu Hamil Melakukan Kunjungan
Antenatal Care (ANC) Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Gema Keperawatan,
54-67.

Kusmiranti, dkk. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan


Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU
Bahteramas Prov. Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Karya Kesehatan, 02(2).

Lestari, T. R. (2020). Pencapaian Status KIA Sebgai Salah Satu Perwujudan Keberhasilan
Program KIA. DPR, 75-89.

Medy Surtiawaty, D. (2022). Evaluasi Pelaksanaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada Puskesmas di Kota Pekanbaru. Journal of Community Health, 322-332.

Moloeng.L.J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ni Luh Wahyu Padesi, d. (2021). Hubungan Pengetahuan Tentang Kunjungan Antenatal Care
(ANC) Dengan Keteraturan Kunjungan ANC Ibu Hamil Trimester III di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 9(2).

Nita Ike Dwi, d. (2020). Evaluasi Penerapan Standar Layanan 10T Antenatal Care (ANC).
Jurnal Riset Kesehatan, 12 (2).

88
Nurul. A.S. (2020). Pengaruh Pelaksanaan Program Kelas Ibu Hamil Terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat ANC di Desa Mekar Sari, Kec. Deli Tua Kab.
Deli Serdang Tahun 2019. Jurnal Kebidanan Kestra (JKK). Vol (2) No.2

Sari Nurmala, Dkk. (2021). Pelaksanaan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas
Kalijaga Kota Cirebon. Jurnal Kesehatan Mahardika. Vol (8) No. 1

Notoadmojo. (2008). Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Remilda. (2021). Analisis "LANCAR" (Layanan Antenatal Care) Selama Pandemi Covid-19.
Jurnal Pena, vol 35 No 2.

Senewe, F. P. (2010). Manajemen Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS - KIA) Kabupaten Suka Bumi Jawa Barat Tahun 2007. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 1 - 11.

Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif R&B. Bandung: Alfabeta.

Susatyo, H. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan RS Gusyeon. Yogakarta: publishing.

Tanjung, I. R. (2016). Implementasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Era Jaminan
Kesehatan Nasional Di Kabupaten Nias Barat Tahun 2016. Tesis

WHO. 2018. WHO Recommendation On Antenatal Care For A Posstive Pregnancy


Experience. Summary : “World Health Organization”

Wahyuni, D.P. dan Sihombing, S.F (2020). Hubungan Motivasi Ibu dan Peran Kader
Dengan Keikutsertaan Ibu Dalam Kelas Ibu Hamil. Zona Kebidanan, 10 (2). PP 78-
79

Ruswana Windy. (2018). Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
Puskesmas Polonia Medan. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara.

Wijayanti, I. et al. (2017). Hubungan Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil Dengan tingkat
Kecemasan Mengahadapi Persalinan. Maternal. 2(1), PP. 16-24

Yusnidar, Y. Suriati, I. (2021). Pengaruh Kelas Ibu Hamil Pada Ibu Primigravida Terhadap
Pengetahuan Tentang Perawatan Kehamilan. Jurnal JKFI, 6(1), hal 1-6

89

Anda mungkin juga menyukai