Hukum Kebidanan
Disusun oleh:
Nopi Utami
Siti Salmah
Siti Holilah
Lia Marliana S
Dede Fauziah R
Rahma Juita
Devina Tiara
Feby Monika Sari
Mudiyati
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Upaya untuk memperbaiki kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak telah menjadi
prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum
Millenium Development Goal's 2015 ditetapkan.
Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan
AKB juga mengindikasikan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas
pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam
memperoleh akses terhadap pelayanan
kesehatan.1
Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di
berbagai wilayah di Indonesia cukup beragam.
Ada kabupaten yang sudah bagus tetapi ada
yang jauh dari harapan, tergantung kondisi
geografis, tingkat kemiskinan, daerah konflik
dan sebagainya. Untuk kematian ibu di
Indonesia, Sumbar menempati posisi 14 yaitu
197/100 ribu kelahiran. Cakupan K1, K4, dan
persalinan oleh tenaga kesehatan di provinsi
Sumatera Barat juga belum mencapai target
MDG’s 2015 Sehingga dalam rekomendasi di
Rakernas 2014 dinyatakan bahwa untuk provinsi
Sumbar tahun 2012 disarankan untuk
mengaktifkan kembali desa siaga melalui kelas
ibu hamil.2
KIH (Kelas ibu hamil) merupakan salah
satu program kesehatan yang diharapkan turut
berperan dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat kehamilan, persalinan dan
nifas. Kelas ibu hamil merupakan sarana belajar
bersama yang perlu diikuti oleh ibu hamil agar
memperoleh pengetahuan yang cukup sehingga
dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan
cakupan K1, K4 serta melakukan persalinan
pada tenaga kesehatan.3
Untuk Kabupaten Agam sendiri kelas
ibu hamil sudah dilaksanakan di seluruh
Puskesmas sejak tahun 2009, dan sudah ada
Puskesmas Biaro yang dijadikan Puskesmas
Percontohan Kelas Ibu Hamil, dimana sudah
tersedia ruangan khusus yang dipergunakan
untuk kelas ibu hamil dan bahan serta alat lain
prasarana, dan pelaksanaan masih kurang 25 orang yang terdiri dari Kepala dan Kasie.
optimal serta mengalami hambatan.
Puskesmas Malalak merupakan
Puskesmas yang terletak di Kecamatan
Malalak, selain itu juga terdapat 2 Polindes, 2
Poskesri, dan 22 Posyandu di Kecamatan
Malalak sendiri. Namun dalam pelaksanaan
kelas ibu hamil Puskesmas Malalak masih
mengalami hambatan dalam hal kemauan ibu
hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil, bahkan
untuk beberapa program lainnya secara
keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas
Malalak masih mengalami kekurangan dalam
hal pencapaian target program kesehatan.
Gambaran umum untuk pelaksanaan
kelas ibu hamil di Kabupaten Agam dalam hal
pelaksanaan kelas ibu hamil dari survey awal
yang dilakukan salah satunya yaitu pelatihan
fasilitator tidak dilakukan training on the job
melainkan hanya sosialisasi oleh Dinas
Kabupaten Agam kepada tenaga kesehatan
seperti Dokter umum, Bidan, dan Perawat dan
untuk evaluasi pelaksanaan program yang
dilaksanakan khusus tentang kelas ibu hamil
belum pernah dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis sistem
pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas
Malalak dan Puskesmas Biaro Kabupaten
Agam tahun 2014.
METODE PENELITIAN
KESIMPULAN
Sistem pelaksanaan kelas ibu hamil belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan kelas ibu
hamil yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pelaksanaan program kesehatan khususnya kelas ibu hamil
(KIH) memerlukan pendekatan based practice, dimana adanya pertimbangan latar belakang budaya dan
lingkungan setempat sehingga tim yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut dapat
memaksimalkan peran mereka dalam sistem pelaksanaan program tersebut. Perlu berbagai upaya yang
dilakukan untuk mengoptimalkan dan mengembangkan pelaksanaan kelas ibu hamil.
SOAL SOAL PKM
1. Seorang bidan menerima pasien berusia 17 tahun belum menikah dan masih sekolah. Pasien
ini mengatakan bahwa dirinya terlambat haid 3 bulan dan PP test positif. Pasien ingin untuk
menggugurkan kandungannya. Jika bidan melakukan aborsi pada kasus tersebut maka bidan
melanggar?
JAWABAN A
2. Disuatu desa tepat nya di desa suja ada seorang bidan baru saja lulus pendidikan kebidanan dan belum
mempunyai STR,suatu hari bidan cimoy kedatangan seorang ibu yang ingin suntik KB dan bidan cimoy
melayaninya karena dirinya merasa mampu.Hal ini termasuk melanggar peraturan perundang-undang pasal.....
a. pasal 20 ayat 7
b. pasal 21 ayat 8
c. pasal 75 ayat 1
d. pasal 79 ayat 2
e. pasal 67 ayat 1
3. Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktik. Suatu hari datang seorang klien dengan usia
kehamilan 38 minggu dengan keluhan air ketuban sudah pecah sekitar 4 jam yang lalu mebuat lubang vagina
kering dan mempunyai riwayat asma. Bidan tersebut membuat rujukan ke Rumah Sakit untuk dilakukannya SC.
Tindakan bidan tersebut sesuai dengan...
A. Peraturan IBI
B. Hak bidan
C. Ketentuan IBI
E. Kewajiban bidan
4. Area kewenangan bidan diatur dalam peraturan....
a. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002
b. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VIII/2002
c. Kepmenkes 900/Menkes/SK/IX/2002
d. Kepmenkes 900/Menkes/SK/X/2002
e. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2020
5. Aborsi pada wanita korban pemerkosaan dapat dilakukan bila memenuhi persyaratan
yang ditentukan undang-undang. UU yang mengatur hal tersebut adalah.....
a. UUD 1945
7. Menipu pasien merupakan hal yang yang dapat diajukan tuntutan pida pada seorang
dokter
a. Pasal 378
b. Pasal 359
c. Pasal 350
d. Pasal 332
e. Pasal 340)
8. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk...
9. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS)
A. 1992
B. 1988
C. 1993
D. 1999
E. 1991