Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Hukum Kebidanan

Disusun oleh:

Nopi Utami
Siti Salmah
Siti Holilah
Lia Marliana S
Dede Fauziah R
Rahma Juita
Devina Tiara
Feby Monika Sari
Mudiyati

PROGRAM STUDI S1-KEBIDANAN (ALIH JENJANG)


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022
Analisis Sistem Pelaksanaan Kelas Ibu yang dilengkapi didalamnya, tetapi untuk
Hamil di Puskesmas beberapa puskesmas lain dalam hal sarana

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Upaya untuk memperbaiki kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak telah menjadi
prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum
Millenium Development Goal's 2015 ditetapkan.
Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan
AKB juga mengindikasikan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas
pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam
memperoleh akses terhadap pelayanan
kesehatan.1
Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di
berbagai wilayah di Indonesia cukup beragam.
Ada kabupaten yang sudah bagus tetapi ada
yang jauh dari harapan, tergantung kondisi
geografis, tingkat kemiskinan, daerah konflik
dan sebagainya. Untuk kematian ibu di
Indonesia, Sumbar menempati posisi 14 yaitu
197/100 ribu kelahiran. Cakupan K1, K4, dan
persalinan oleh tenaga kesehatan di provinsi
Sumatera Barat juga belum mencapai target
MDG’s 2015 Sehingga dalam rekomendasi di
Rakernas 2014 dinyatakan bahwa untuk provinsi
Sumbar tahun 2012 disarankan untuk
mengaktifkan kembali desa siaga melalui kelas
ibu hamil.2
KIH (Kelas ibu hamil) merupakan salah
satu program kesehatan yang diharapkan turut
berperan dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat kehamilan, persalinan dan
nifas. Kelas ibu hamil merupakan sarana belajar
bersama yang perlu diikuti oleh ibu hamil agar
memperoleh pengetahuan yang cukup sehingga
dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan
cakupan K1, K4 serta melakukan persalinan
pada tenaga kesehatan.3
Untuk Kabupaten Agam sendiri kelas
ibu hamil sudah dilaksanakan di seluruh
Puskesmas sejak tahun 2009, dan sudah ada
Puskesmas Biaro yang dijadikan Puskesmas
Percontohan Kelas Ibu Hamil, dimana sudah
tersedia ruangan khusus yang dipergunakan
untuk kelas ibu hamil dan bahan serta alat lain
prasarana, dan pelaksanaan masih kurang 25 orang yang terdiri dari Kepala dan Kasie.
optimal serta mengalami hambatan.
Puskesmas Malalak merupakan
Puskesmas yang terletak di Kecamatan
Malalak, selain itu juga terdapat 2 Polindes, 2
Poskesri, dan 22 Posyandu di Kecamatan
Malalak sendiri. Namun dalam pelaksanaan
kelas ibu hamil Puskesmas Malalak masih
mengalami hambatan dalam hal kemauan ibu
hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil, bahkan
untuk beberapa program lainnya secara
keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas
Malalak masih mengalami kekurangan dalam
hal pencapaian target program kesehatan.
Gambaran umum untuk pelaksanaan
kelas ibu hamil di Kabupaten Agam dalam hal
pelaksanaan kelas ibu hamil dari survey awal
yang dilakukan salah satunya yaitu pelatihan
fasilitator tidak dilakukan training on the job
melainkan hanya sosialisasi oleh Dinas
Kabupaten Agam kepada tenaga kesehatan
seperti Dokter umum, Bidan, dan Perawat dan
untuk evaluasi pelaksanaan program yang
dilaksanakan khusus tentang kelas ibu hamil
belum pernah dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis sistem
pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas
Malalak dan Puskesmas Biaro Kabupaten
Agam tahun 2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif


kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah
suatu jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistika atau
bentuk hitungan lainnya. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Malalak dan
Puskesmas Biaro Kabupaten Agam. Waktu
penelitian pada bulan Februari sampai Mei
2014.
Pada penelitian kualitatif, peneliti melakukan
wawancara dengan orang-orang yang
dipandang tahu berhubungan dengan tujuan
penelitian tersebut yang selanjutnya disebut
dengan informan penelitian. Penentuan sumber
data pada orang yang diwawancarai / informan
penelitian dilakukan secara purposive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan tujuan tertentu.4
Sehingga pada penelitian ini informan
berjumlah
KIA dinas kesehatan, kepala puskesmas, bidan dalam memimpin wilayah kerjanya dalam
fasilitator, kader, dan ibu hamil yang menjadi pelayanan kebidanan komunitas.
peserta KIH. Dari hasil wawancara sehubungan dengan
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi kebijakan ini dan dari tujuan umum dibuatnya
instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, program KIH, terlihat bahwa visi yang dipegang
selanjutnya ditambah dengan panduan oleh pembuat kebijakan sdalam hal ini tentang
wawancara yang sudah disusun secara tertulis tujuan kelas ibu hamil ini sudah sangat jelas dan
sesuai dengan masalah, kemudian digunakan bentuk komitmen dari Dinas Kesehatan
sebagai sarana untuk mendapatkan informasi Kabupaten Agam sendiri dengan mendukung
yang selanjutnya akan menjadi data primer. diadakannya kelas ibu hamil dan terbukti dengan
Instrumen lainnya yaitu berupa lembaran sudah dilaksanakannya kelas ibu hamil. Hasil
observasi yang digunakan untuk membantu telaah dokumen tentang pelaksanaan kelas ibu
peneliti memperoleh data sekunder dari hamil ini di Dinas Kesehatan Kabupaten juga
dokumen-dokumen yang dimiliki Dinas terlihat bahwa per April 2014 sudah ada laporan
Kesehatan Kabupaten Agam, Puskesmas rekap kelas ibu hamil dari seluruh puskesmas di
Malalak, dan Puskesmas Biaro.4-6 kabupaten Agam.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 4 Bentuk kebijakan yang diberikan oleh dinas
cara yaitu wawancara mendalam, diskusi kesehatan kabupaten adalah sudah disiapkannya
kelompok terarah, observasi, dan telaah dana untuk KIH ini, dan adanya keharusan bagi
dokumen. Data yang didapat, dilakukan validasi seluruh puskesmas untuk melaksanakan kelas
dengan cara triangulasi. Selanjutnya data diolah ibu hamil dan adanya fasilitator yang
dengan melalui beberapa tahap: transkrip data, memfasilitasi kegiatan KIH. Hal ini juga
reduksi data, display data, penarikan kesimpulan didukung oleh penjelasan dari kepala puskesmas
dan verifikasi.7 Biaro.
Sedangkan untuk dikeluarkannya surat
HASIL DAN PEMBAHASAN keputusan dari dinas kesehatan sendiri sampai
saat ini belum dilakukan karena berdasarkan
Analisis proses diketahui bahwa belum pernah wawancara dengan kepala dinas kesehatan
dilakukannya pelatihan fasilitator kelas ibu dengan adanya perencanaan yang diakomodasi
hamil sebelumnya, penyebabnya terbatasnya dalam perencanaan pemanfaatan dana BOK, dan
alokasi dana untuk pengembangan KIH, dan POA (Plan of Action) setiap puskesmas
semua pihak berpatokan hanya dari dana BOK harusnya hal ini sudah menjadi pedoman dan
(Bantuan Operasional Kesehatan) yang tersedia, rekomendasi bagi setiap puskesmas untuk
dan kurangnya kemampuan setiap bidan sebagai menjalankan program tersebut.
tenaga kesehatan yang berwenang di wilayah Pada tahun 2012, Izzah juga menyebutkan
kerjanya di puskesmas untuk menjadi fasilitator tentang pelaksanaan KIH di Kabupaten
setiap diadakannya KIH serta kurangnya Bulukumba Sulawesi Selatan, di Kabupaten ini
keaktifan pengelola KIH dari kabupaten dan kebijakan kelas ibu hamil juga muncul berupa
puskesmas untuk melibatkan seluruh stakeholder rekomendasi dan dukungan dari Dinas
terkait seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, Kesehatan Kabupaten dengan tujuan
PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan
bundo kanduang dan kader. Sehingga diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil secara
pelatihan fasilitator yang terprogram dan berkala.8 Tidak berbeda juga dengan Inggris,
terjadwal untuk meningkatkan kemampuan rekomendasi untuk diadakannya KIH juga
petugas dalam memfasilitasi KIH dan dibuat oleh Department of Health di Inggris
memberdayakan bidan di desa untuk dapat melalui National Service Framework for
memfasilitasi KIH di wilayah kerja mereka Children, Young People and Maternity Services
sehingga alasan adanya hambatan dalam yang memperbolehkan diselenggarakannya KIH
masalah dana bukan menjadi alasan lagi. Selain oleh institusi kesehatan maupun lembaga
itu, diperlukan kepercayaan diri dan pemahaman swadaya masyarakat, tidak hanya berupa
rekomendasi, NHS (National Health Services)
dalam hal ini juga memberikan dukungan dalam kelas ibu hamil, kehadiran ibu hamil dalam kelas
hal anggara dalam penyelenggaraan KIH ibu hamil dapat ditingkatkan.12 Selain itu perlu
tersebut.9 dipertimbangkannya latar belakang budaya dan
Kewenangan bidan dalam menjalankan program lingkungan dari wilayah ini, karena pada
pemerintah berwenang melakukan pelayanan wilayah kerja Puskesmas Malalak, bukan hanya
kesehatan yang salah satunya yaitu asuhan program KIH saja yang mengalami hambatan
antenatal yang terintegrasi, melakukan dalam partisipasi ibu hamil tetapi hampir seluruh
pembinaan peran serta masyarakat, program mengalami hambatan yang serupa.
melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas, Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau
dan melakukan pelayanan kesehatan lain yang petugas kesehatan yang telah mendapat
merupakan program pemerintah, hal ini pelatihan fasilitator kelas ibu hamil dan setelah
tercantum pada Peraturan menteri kesehatan itu diperbolehkan melaksanakan fasilitasi kelas
(Permenkes) nomor 1464 tahun 2010 pasal 13, ibu hamil.3 Dari sisi ketenagaan bagi
dan pada pasal 18 juga ditambahkan bahwa pelaksanaan kelas ibu hamil, kepala dinas
dalam melaksanakan praktiknya bidan kesehatan kabupaten menjelaskan bahwa untuk
berkewajiban untuk membentuk program Kabupaten Agam sendiri, dari tenaga yang ada
pemerintah dalam meningkatkan derajat status saat ini sudah cukup tetapi yang kurang adalah
kesehatan masyarakat.10 Jadi, pada prinsipnya kemampuan tenaga yang sudah ada ini dalam
jika merujuk pada permenkes tahun 2010 memfasilitasi kelas ibu hamil yang masih
sendiri, tugas dan kewenangan bidan dalam kurang. Hal ini yang menjadi salah satu masalah
menjalankan segala jenis program pemerintah dalam hal ketenagaan KIH di Kabupaten Agam,
termasuk KIH sudah diatur dalam peraturan solusinya memang diperlukan pelatihan tetapi
menteri kesehatan ini. belum dapat dilakukan karena berkaitan dengan
Penyebab dari masalah ini mungkin juga karena masalah anggaran yang belum ada. Pernyataan
masih kurangnya pemahaman bidan terhadap dari kepala dinas ini juga disebutkan oleh Kasie.
permenkes yang sudah ada, dan kurangnya KIA, kepala puskesmas dan Bidan fasilitator di
sosialisasi oleh organisasi profesi sehubungan puskesmas. Kepala puskesmas Biaro
dengan permenkes ini. ICM (International menyatakan bahwa solusi di Biaro adalah KIH
Confederation of Midwives) dalam laporannya tetap dilakukan dengan melihat buku pedoman
di Kongres tahun 2014 mengingatkan kembali yang sudah ada. Kepala puskesmas di Biaro dan
tentang perlunya penguatan dan penyegaran malalak juga menambahkan bahwa untuk setiap
kembali oleh organisasi profesi segala hal yang kelas ibu hamil yang dilakukan masih harus
berhubungan dengan kebijakan dan program difasilitasi oleh bidan pengelola KIA di
pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan puskesmas.
angka kematian dan kesakitan ibu.11 Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, bukan
hanya fasilitator yang berperan penting
Di Puskesmas Malalak terdapat hambatan melainkan juga Dinas Kesehatan dalam hal
kurangnya KIH dalam pelaksanaan KIH karena dukungan, kepala puskesmas dalam hal
adanya alasan bahwa tempat pelaksanaan KIH monitoring, dan keaktifan kader yang terlibat
terlalu jauh dari tempat tinggal. Hal serupa juga dalam pelaksanaan kelas ibu hamil ini serta
terjadi di Inggris, setelah adanya rekomendasi dukungan penuh dari tokoh masyarakat
dari departemen kesehatan untuk melaksanakan setempat. Pada tahun 2012, Izzah menyebutkan
kelas ibu hamil pada tahun 2004, pada tahun bahwa di Kabupaten Bulukumba, KIH
2007 di beberapa wilayah di Inggris dilaksanakan di tingkat desa dengan
penyelenggaran KIH tidak dilakukan. Di Inggris mengoptimalkan fungsi PKK, para perangkat
ini, data tentang dimana lokasi ibu hamil sulit desa, dan bidan desa. Pengelolaah KIH sendiri
didapatkan karena ibu hamil tersebar di dibantu oleh peranan Kelompok Peminat
beberapa tempat sehingga mereka menggunakan Kesehatan Ibu dan Anak (KPKIA) yang
pendekatan mikrosimulasi untuk memperkirakan mempersiapkan pelaksanaan KIH ini. Selain itu
area dimana ibu hamil berada sehingga pembuat di Kabupaten Bulukumba ini, Kabid Kesmas
kebijakan dapat memperkirakan lokasi untuk juga memainkan peran dalam mempertemukan
berbagai pihak untuk mendukung program ini kehadiran dan kesadaran untuk mengikuti kelas
dan memobilisasi dukungan anggaran dari ibu hamil karena persebaran wilayah yang
pemerintah; Kepala desa mendukung dengan sangat luas dan kurangnya transportasi. Hal ini
alokasi anggaran desa dan membantu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengkoordinasikan keterlibatan warga dalam menekan anggaran lain untuk menambah
penyedia sarana transportasi; kader yang aktif anggaran untuk penyediaan transportasi bagi ibu
dalam setiap kegiatan yang dilakukan bidan hamil.
desa, dan JICA sebagai lembaga donor.8 Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama,
Terselenggaranya kelas ibu hamil yang baik di tokoh masyarakat, dan stakeholder sebelum
Kabupaten Bulukumba ini dapat disimpulkan kelas ibu hamil dilaksanakan sangat penting.
berjalan lancar karena adanya partisipasi Masalah yang ada yaitu belum dilakukannya
stakeholder yang mendukung penuh pelaksanaan sosialisasi terhadap stakeholder terkait, padahal
KIH, adanya peran kelompok pendukung dari sosialisasi ini sangat diperlukan untuk
tim penggerak PKK, KPKIA, pemerintah desa, meningkatkan pemahaman dan dukungan
dan bidan.8 Hasil observasi yang dilakukan di kongkrit dalam pelaksanaan kelas ibu hamil,
Biaro, untuk partisipasi berbagai pihak dalam sosialisasi terhadap suami juga perlu dilakukan
penyelenggaraan KIH di wilayah ini sudah baik, agar suami juga dapat berpartisipasi dalam KIH
tetapi untuk Malalak, kesadaran pemerintah dan peningkatan kemampuan bidan dalam hal
nagari, kader, dan ibu hamil nya sendiri yang advokasi setiap program pemerintah.3
memang belum ada untuk mendukung dan Persiapan untuk dilaksanakannya KIH juga
mengikuti kelas ibu hamil ini. Jika kita melihat seringkali menemui hambatan, karena belum
pada terselenggaranya KIH di kabupaten dilakukannya semua tahapan yang terdapat
Bulukumba, terselenggaranya KIH adalah dalam pedoman yang sudah ada. Sehingga
praktik pengembangan kesehatan berbasis diharapkan dapat melakukan tahapan persiapan
masyarakat, dimana masyarakat tidak hanya KIH yang lebih optimal sesuai dengan buku
menjadi obyek program melainkan menjadi pedoman yang sudah ada sehingga kendala
pelak, penggerak, bahkan penyandang dana. dalam pelaksanaan dapat dikurangi, dibentuknya
Pendekatan persiapan KIH seperti ini yang tim pelaksana kegiatan kelas ibu hamil,
mungkin dapat dilakukan untuk dipertimbangkannya pendekatan mikrosimulasi
terselenggaranya KIH dan meningkatnya berupa pemetaan kelas ibu hamil sebelum
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelas ditentukannya lokasi pertemuan KIH sehingga
ibu hamil ditambah lagi dengan pendekatan kehadiran ibu hamil dapat ditingkatkan dengan
based practice, dimana seperti yang dijelaskan diminimalisasinya hambatan lokasi KIH yang
sebelumnya bahwa perlu adanya pertimbangan terlalu jauh di wilayah Malalak dan yang paling
latar belakang budaya dan lingkungan setempat. penting adalah perlu adanya peningkatan
Dari observasi dan telaah dokumen yang profesionalisme dari masing-masing individu
dilakukan terlihat bahwa anggaran untuk tenaga kesehatan yang terlibat dalam setiap
puskesmas Biaro setiap kali melakukan kolaborasi interprofesi.12, 13
pertemuan KIH lebih kecil dibandingkan dengan The State of Worlds Midwifery pada Tahun
anggaran puskesmas Malalak. Namun, 2011 menyebutkan bahwa seorang bidan harus
puskesmas Biaro sendiri dapat melakukan 19 dapat memungkinkan adanya kebijakan dan
kali pertemuan KIH dibandingkan dengan lingkungan untuk memaksimalkan peran bidan
Malalak yaitu 4x pertemuan. Jika melihat sebagai tenaga kesehatan di kebidanan
anggaran di puskesmas Biaro sendiri, anggaran komunitas. Jadi pada prinsipnya seorang bidan
untuk snack, narasumber, dan ATK (Alat Tulis harus kreatif dalam menciptakan kebijakan yang
Kantor) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan dapat membantu dalam meningkatkan pelayanan
anggaran di Malalak. Menimbang permasalahan kebidanan bagi ibu dan anak sehingga adanya
umum dari pelaksanaan KIH di Puskesmas kekurangan dalam hal ketenagaan dapat diatasi.
Malalak sendiri dijelaskan oleh pengelola KIH The State of Worlds Midwifery Tahun 2011
bahwa hambatan dalam pelaksanaan adalah menyebutkan bahwa bidan harus dapat bekerja
kurangnya partisipasi ibu hamil dalam hal dalam tim dan berkolaborasi dengan profesi
kesehatan lain, dalam hal ini bidan di desa hamil yang telah dipegang oleh masing-masing
harusnya dapat berkolaborasi dengan tenaga puskesmas sebagai penuntun pelaksanaan kelas
kesehatan di puskesmas dalam menjalankan ibu hamil.3, 8
setiap program kesehatan khususnya kelas ibu Tahapan terakhir yang paling penting dalam
hamil.14 persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil adalah
Dalam ICM Triennal Congress di Prague tahun dibentuknya tim pelaksana kelas ibu hamil yang
2014 ini juga dilaporkan bahwa international diambil dari berbagai profesi kesehatan yang ada
confederation of midwives (ICM) menyebutkan di puskesmas masing-masing. Adanya kerjasama
bahwa seorang bidan harus dapat membentuk interprofesi yang baik dalam kebidanan
kebijakan global dimana tujuannya adalah untuk komunitas terbukti dapat memperkuat sistem
meningkatkan kesadaran bidan dan memperluas kesehatan dan akhirnya akan meningkatkan
pengaruh bidan yang bertujuan untuk derajat dan hasil kesehatan. WHO dalam
mengadvokasi adanya perubahan kebijakan rekomendasinya tentang pendidikan interprofesi
sehubungan dengan pelayanan kesehatan ibu, dan kolaborasi interprofesi dalam praktik
anak, dan kesehatan reproduksi. Selain itu dalam menjelaskan 3 kunci penting dalam
kongres ini juga menyebutkan bahwa perlu melaksanakan kolaborasi interprofesi dalam
adanya penguatan kebidanan melalui adanya praktik yaitu adanya dukungan institusi, tanggap
kolaborasi dengan teman sejawat yang bertujuan budaya, dan adanya lingkungan yang
untuk memperkuat kerja tim untuk mendukung.15
meningkatkan derajat status kesehatan Dalam hal pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil
masyarakat dan berbagi visi untuk meningkatkan observasi, wawancara mendalam, diskusi
promosi kesehatan bagi ibu dan keluarga dalam kelompok terarah, dan telaah dokumen
memberikan dukungannya di setiap program membuktikan kesadaran ibu hamil yang lebih
kesehatan.11 tinggi di wilayah kerja Biaro dibandingkan
Peran bidan dalam pelayanan kebidanan Malalak. Dan untuk proses pertemuan kelas ibu
komunitas kembali menjadi perhatian dalam hal hamil, KIH yang dilakukan oleh Puskesmas
ini, seorang bidan bukan hanya berperan dalam Biaro lebih sedikit menemui hambatan, hal ini
pelayanan kesehatan ibu dan anak saja berhubungan dengan adanya latar belakang
melainkan juga dalam advokasi untuk budaya dan lingkungan dari masyarakat Malalak
berjalannya sebuah program kesehatan dengan yang membuat tenaga kesehatan sulit untuk
baik. Seorang bidan harus mampu melakukan advokasi. Sehingga penulis
mengembangkan dan meningkatkan praktik menyadari bahwa setiap program kesehatan
mereka, berpikir inovatif sebagai seorang yang dilaksanakan di setiap wilayah kerja
pemimpin, berkontribusi dalam sistem masing-masing puskesmas, sangat penting untuk
pelayanan kebidanan. Seorang bidan merupakan mempertimbangkan latar belakang budaya yang
professional yang mandiri tetapi tetap ada di wilayah setempat sehingga pertimbangan
memerlukan kolaborasi dengan tenaga yang dilakukan, tim yang terlibat dalam
professional kesehatan lainnya.15 pelaksanaan program tersebut dapat
Pada tahun 2012, Izzah menjelaskan sehubungan memaksimalkan peran mereka dalam sistem
dengan persiapan pelaksanaan KIH menjelaskan pelaksanaan program tersebut.
bahwa, di Bulukumba persiapan dilakukan oleh Monitoring dilakukan dalam rangka melihat
KPKIA yang menetapkan ketua kelas dan perkembangan dan pencapaian serta masalah
anggota kelas, kemudian masing-masing kelas dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, monitoring
membuat kesepakatan tempat dan waktu untuk dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai
penyelenggaraan kelas. Awalnya ibu hamil dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten / Kota
didata untuk dimasukkan sebagai peserta kelas, dan Provinsi. Evaluasi dilakukan untuk melihat
kemudianlah dibuatlah kelas rutin bagi mereka. keluaran dan dampak baik positif maupun
Dengan cara seperti ini, ibu hamil sendiri yang negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan
dilibatkan secara aktif dalam menetapkan jadwal indikator, dilakukani oleh pelaksana
kelas ibu hamil akan dilaksanakan. Cara ini (bidan/koordinator bidan) dilakukan setiap
sesuai juga dengan buku pedoman kelas ibu selesai pertemuan. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi. yaitu: diadakan studi banding antar KIH,
Seluruh rangakaian hasil proses pelaksanaan narasumber bukan bidan saja, dan materi yang
kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan laporan. diberikan lebih fokus terhadap kendala yang
Pelaporan disusun pada setiap selesai ditemui ibu.
melaksanakan kelas ibu hamil.3 Pada tahun 2011, Nolan menjelaskan bahwa
Sehubungan dengan monitoring pelaksanaan kelas ibu hamil sukses dalam menyediakan
kelas ibu hamil dijelaskan oleh Kepala Dinas sistem dukungan bagi ibu hamil, ibu hamil
Kesehatan dan Kasie. KIA bahwa monitoring menemukan persahabatan yang mereka dapatkan
hanya dilakukan setiap rapat evaluasi bulanan dapat membantu mereka dalam membentuk
dengan kepala puskesmas. Di Puskesmas percaya diri dan kompetensi sebagai calon ibu
Malalak sendiri monitoring dilakukan Kepala dan dapat menjadi kontribusi yang besar bagi
Puskesmas hanya dari laporan bidan yang periode pascasalin. Penelitian oleh Nolan ini
melakukan KIH. dapat menjadi sebuah contoh bagaimana kelas
Kemudian, untuk pelaporan dan proses ibu hamil, tidak hanya menjadi tempat berbagi
pelaporan juga dipaparkan oleh beberapa antara fasilitator dan ibu hamil saja tetapi juga
informan untuk pelaporan setiap bulan antara sesama peserta.16 NCT (National
puskesmas memberikan laporan ke dinas tentang Childbirth Course), pada tahun 2010 juga
pelaksanaan semua program termasuk kelas ibu menjelaskan bahwa kelas ibu hamil dapat
hamil. Sedangkan untuk evaluasi dari dinas menjadi lingkungan yang nyaman untuk
kesehatan kabupaten sendiri dinyatakan oleh mendiskusikan harapan, dan ketakutan, respon
informan bahwa belum ada evaluasi khusus positi dari sesama peserta dapat membantu
untuk pelaksanaan KIH tetapi evaluasi hanya mereka untuk meningkatkan rasa nyaman dan
dilakukan melaui pertemuan bulanan bidan pengalaman. Dukungan sosial yang berkembang
pengelola KIA dengan dinas kesehatan di selama kelas ibu hamil dapat meningkatkan
kabupaten kesejahteraan ibu. Bahkan dari rekomendasi
Hasil analisis ouput yaitu belum pernah yang diberikan oleh kader dalam penelitian ini,
dilakukan monitoring dan evaluasi khusus KIH dapat menjadi tempat berbagi antara sesama
dari Dinas Kesehatan Kabupaten setempat, dan peserta kelas ibu hamil yang berbeda.9
untuk kepala puskesmas Malalak sendiri juga Pada tahun 2008, Svensson dkk, menjelaskan
tidak pernah terlibat atau melakukan monitoring bahwa dari responden dalam penelitian tersebut
langsung dalam pelaksanaan KIH. Sehingga mereka menginginkan adanya “serangkaian
perlu diingat kembali untuk semua pihak yang kuliah” dengan “pembicara tamu yang
menjadi koordinator dalam pelaksanaan kelas merupakan seorang yang ahli di bidangnya”.17
ibu hamil untuk dapat menjalankan perannya Peserta KIH ini juga merekomendasikan adanya
dalam melakukan monitoring dan evaluasi topik-topik yang terjadwal sebelum mereka
langsung dalam KIH dan memberikan peran dan mengikuti KIH dan mereka dapat memilih topik
aksi aktif demi terlaksananya KIH dengan baik. kuliah mana yang akan mereka ikuti. Topik
Sedangkan puskesmas biaro melakukan evaluasi tersebut misalnya pertumbuhan dan
sendiri dari pelaksanaan kelas ibu hamil tahun perkembangan janin, intervensi medis selama
lalu, dan mencari solusi nya bagi pelaksanaan persalinan, dan lain-lain. Ahlden dkk, juga
kelas ibu hamil tahun ini yaitu dengan menjelaskan bahwa adanya kerjasama dalam
melaksanakan 7 kelas ibu hamil saja agar pendidikan antenatal sangat penting dan
pelaksanaan lebih optimal. Evaluasi yang kolaborasi merupakan salah satu cara untuk
dilakukan oleh puskesmas Biaro ini dapat memenuhi segala kebutuhan informasi ibu
menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan di hamil. Rekomendasi dari kader ini juga menjadi
puskesmas Malalak. Dimana kepala puskesmas rekomendasi oleh bidan fasilitator di Malalak
melihat latar belakang budaya dan lingkungan dimana diharapkan dibentuk tim pelaksana kelas
dari wilayah Biaro, dan menyesuaikan dengan ibu hamil sehingga setiap tenaga kesehatan yang
program pemerintah yang ada. ahli di bidangnya dapat menjadi narasumber
Terdapat beberapa rekomendasi yang dalam pertemuan KIH.18
disampaikan oleh beberapa informan ibu hamil
Kepala puskesmas Biaro mengharapkan agar pembahasan materi dilaksanakan.
diadakannya pelatihan bagi fasilitator KIH agar  Dilaksanakan secara berkala dan
mempunyai konsep dan persepsi yang sama berkesinambungan.
sebelum memfasilitasi KIH, dan untuk
 Dilakukan evaluasi terhadap petugas
pengembangan KIH agar dalam pelaksanaannya
Kesehatan dan ibu hamil dalam
KIH mengikutsertakan suami agar suami juga
memberikan penyajian materi sehingga
mengetahui perannya.
dapat meningkatkan kualitas sistim
Shia dan Alabi pada tahun 2013 juga
pembelajaran.
menjelaskan bahwa dari 49 orang suami yang
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau
menjasi responden dalam penelitian tersebut,
tenaga kesehatan yang telah mendapat
semuanya memilih mengikuti kelas yang sama
pelatihan fasiltator Kelas Ibu hamil atau
dengan istri meraka, 23 orang suami memilih
melalui on the job training.
mengikuti kelas untuk suami saja. Hal yang
Beberapa tahapan yang dilakukan pelaksanakan
menjadi perhatian disini adalah walaupun
kelas ibu hamil :
mereka memilih mengikuti kelas yang sama
1. Pelatihan bagi pelatih (TOT)
dengan pasangannya maupun tidak, tujuan
2. Pelatihan bagi fasilitator
mereka menghadiri kelas tersebut adalah agar
3.Sosialisasi kelas ibu hamil pada Tokoh Agama
mereka lebih siap dalam hal pengalaman dan
dan Tokoh Masyarakat
sikap dalam menghadapi persalinan dan
4. Persiapan pelaksanaan Kelas ibu hamil
kelahiran bayinya, dan terlinat secara aktif
5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
dalam pendidikan antenatal.19 Fletcher dkk Hasil yang diharapkan :
pada tahun 2014 juga menambahkan bahwa, dari
1. Adanya interaksi dan berbagi pengalaman
212 suami yang mengikuti kelas ibu hamil, antar peserta (ibu hamil dengan ibu hamil)
sebagian besar merasa mereka lebih siap untuk
dan ibu hamil dengan bidan/tenaga
menjadi calon ayah untuk kelahiran bayinya dan kesehatan tentang kehamilan, perubahan
perannya sebagai pendamping ibu.20 Jadi
tubuh dan keluhan selama kehamilan,
dengan adanya partisipasi suami dalam KIH di perawatan kehamilan, persalinan,
masa yang akan datang di Kabupaten Agam
perawatan nifas, perawatan bayi,
diharapkan dapat meningkatkan sistem mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
dukungan bagi ibu dan juga peran suami dalam
penyakit menular dan akte kelahiran.
kesehatan ibu dan bayinya nantinya. 2. Adanya pemahaman, perubahan sikap dan
Beberapa keuntungan Kelas Ibu Hamil adalah:
perilaku ibu hamil tentang:
 Materi diberikan secara menyeluruh dan a. kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
terencana sesuai dengan pedoman (apakah kehamilan itu?, perubahan tubuh
 kelas ibu hamil yang memuat mengenai selama kehamilan, keluhan umum saat
kehamilan, perawatan kehamilan, hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang
persalinan, perawatan nifas, perawatan perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan
bayi baru lahir, mitos, penyakit menular gizi termasuk pemberian tablet tambah
seksual dan akte kelahiran. darah untuk penanggulangan anemia).
 Penyampaian materi lebih komprehensif b. perawatan kehamilan (kesiapan psikologis
karena ada persiapan petugas sebelum menghadapi kehamilan, hubungan suami
penyajian materi. istri selama kehamilan, obat yang boleh dan
 Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil,
memberikan penjelasan mengenai topik tanda bahaya kehamilan, dan
tertentu. P4K(perencanaan persalinan dan
 Waktu pembahasan materi menjadi pencegahan komplikasi).
efektif karena pola penyajian materi c. persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda
terstruktur dengan baik. bahaya persalinan, dan proses persalinan).
 Ada interaksi antara petugas kesehatan d. perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu
dengan ibu hamil pada saat nifas agar dapat menyusui ekslusif?,
bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
e. KB pasca persalinan.
f. perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian K1 injeksi, tanda bahaya bayi baru
lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru lahir).
g. mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
h. penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV- AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada
ibu hamil).
i. akte kelahiran.

KESIMPULAN
Sistem pelaksanaan kelas ibu hamil belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan kelas ibu
hamil yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pelaksanaan program kesehatan khususnya kelas ibu hamil
(KIH) memerlukan pendekatan based practice, dimana adanya pertimbangan latar belakang budaya dan
lingkungan setempat sehingga tim yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut dapat
memaksimalkan peran mereka dalam sistem pelaksanaan program tersebut. Perlu berbagai upaya yang
dilakukan untuk mengoptimalkan dan mengembangkan pelaksanaan kelas ibu hamil.
SOAL SOAL PKM

1. Seorang bidan menerima pasien berusia 17 tahun belum menikah dan masih sekolah. Pasien
ini mengatakan bahwa dirinya terlambat haid 3 bulan dan PP test positif. Pasien ingin untuk
menggugurkan kandungannya. Jika bidan melakukan aborsi pada kasus tersebut maka bidan
melanggar?

A. Undang – Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 75 ayat 1

B. Undang – Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 75 ayat 2

C. Undang – Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 74 ayat 1

D. Undang – Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 74 ayat 2

E. Undang – Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 73 ayat 1

JAWABAN A

2. Disuatu desa tepat nya di desa suja ada seorang bidan baru saja lulus pendidikan kebidanan dan belum
mempunyai STR,suatu hari bidan cimoy kedatangan seorang ibu yang ingin suntik KB dan bidan cimoy
melayaninya karena dirinya merasa mampu.Hal ini termasuk melanggar peraturan perundang-undang pasal.....

a. pasal 20 ayat 7

b. pasal 21 ayat 8

c. pasal 75 ayat 1

d. pasal 79 ayat 2

e. pasal 67 ayat 1

3. Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktik. Suatu hari datang seorang klien dengan usia
kehamilan 38 minggu dengan keluhan air ketuban sudah pecah sekitar 4 jam yang lalu mebuat lubang vagina
kering dan mempunyai riwayat asma. Bidan tersebut membuat rujukan ke Rumah Sakit untuk dilakukannya SC.
Tindakan bidan tersebut sesuai dengan...

A. Peraturan IBI

B. Hak bidan

C. Ketentuan IBI

D. Kode etik kebidanan dan kewajiban bidan

E. Kewajiban bidan
4. Area kewenangan bidan diatur dalam peraturan....

a. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002

b. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VIII/2002

c. Kepmenkes 900/Menkes/SK/IX/2002

d. Kepmenkes 900/Menkes/SK/X/2002

e. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2020

5. Aborsi pada wanita korban pemerkosaan dapat dilakukan bila memenuhi persyaratan
yang ditentukan undang-undang. UU yang mengatur hal tersebut adalah.....

a. UUD 1945

b. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

e. UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

d. UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran

e. UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

6. Yang bukan termasuk manfaat informed consent adalah sebagai berikut.....

a. Mencegah penipuan atau paksaan

b. Melibatkan masyarakat memajukan prinsip autonomie

c. Merangsang profesi medis untuk introspeksi

d. Pengawasan dalam penelitian biomedik

e. Mengajukan keputusan yang tidak rasional

7. Menipu pasien merupakan hal yang yang dapat diajukan tuntutan pida pada seorang
dokter

yang terdapat pada KUHP pasal.....

a. Pasal 378

b. Pasal 359
c. Pasal 350

d. Pasal 332

e. Pasal 340)

8. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk...

A. Mengembangan kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktik


kebidanan dan dan memberikan pelayanan kebidanan kearah yang berkualitas

B. Menjalankan praktik kebidanan C. Mengembangkan profesionalisme bidan

C. Menjalankan praktik sesuai dengan hukum yang berlaku

D. Mengembangkan kompetensi bidan

E. Mempertinggi mutu pelayanan

9. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS)

IBI Pada tahun..

A. 1992

B. 1988

C. 1993

D. 1999

E. 1991

10. Pemmenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010, tentang perijinan praktik bidan terdapat


pada

bab berapa dan pasal berapa...

A. Bab 1 pasal 2 dan 4

B. Bab II pasal 2 dan 3

C. Bab III pasal 3 dan 5

D. Bab IV pasal 3 dan 4


E. Bab V pasal 5 dan 4

Anda mungkin juga menyukai