Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan

kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu

hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan

kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu. Keerom merupakan salah satu kabupaten yang terletak

di wilayah Indonesia bagian timur.

Perbandingan antara jumlah bidan dan perawat dengan penduduk di Keerom sudah

terpenuhi berdasarkan standar, namun pendistribusian

tenaga bidan masih belum merata. Kondisi geografis yang sulit menyebabkan kebutuhan tenaga

bidan semakin besar karena jumlah penduduk per desa masih relatif sedikit, tetapi jarak antardesa 

berjauhan. Kondisi ini juga menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap bidan.  Hasil observasi

awal menunjukkan bahwa ada beberapa bidan desa yang meninggalkan lokasi tugas tanpa izin dan

tidak terpantau oleh Dinas Kesehatan  Keerom. Dampak dari pendistribusian tenaga kerja yang

belum merata, dan  lemahnya pengawasan dari dinas kesehatan (dinkes) menyebabkan kegiatan 

program kesehatan di puskesmas belum berjalan optimal, termasuk program KIA.

Tahun 2005, jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan masih rendah, hanya

sebanyak 52 persen. Jumlah kematian ibu bersalin yang tercatat di Keerom sebesar 4 orang.

Fenomena kasus kematian ibu dan  kematian bayi di Keerom kemungkinan akibat dari dukungan

Dinas Kesehatan Keerom dalam program KIA di puskesmas belum optimal.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap KIA ?


2.      Bagaimana sasaran KIA ?

3.      Bagaimana kebijakan pelayanan KIA ?

4.      Bagaimana upaya KIA  selanjutnya untuk pemerintah ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap KIA

2. Untuk mengetahui sasaran KIA

3. Untuk mengetahui kebijakan pelayanan KIA

4. Untuk mengetahui upaya KIA  selanjutnya untuk pemerintah

1.4    Manfaat

Mengetahui Ruang lingkup dalam Kesehatan Ibu dan Anak di suatu wilayah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian pengelolaan Program KIA

Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang  kesehatan yang menyangkut  pelayanan

dan pemeliharaan ibu hamil ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari

aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan.

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk

masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon

rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian

ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah

keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam

melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik.

Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang

anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai

pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah

mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari

pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati, 2003, h.27).

Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat

berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai

anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap

berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang, 1986, h.9)       

2.1.1   Tujuan Program KIA

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah

·      tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu

dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya

derajat.

·      kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan

bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.


Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

·      Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri

dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan

keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.

·      Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam

lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman

Kanak-Kanak atau TK.

·      Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

dan ibu menetek

·      Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,bayi dan anak

balita.

·      Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk

mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu

dan keluarganya.

2.1.2   Prinsip Pengelolaan Program Kia

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu

pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada

kegiatan pokok sebagai berikut:

·      Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan dengan

mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.

·      Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas kesehatan.

·      Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua pelayanan

kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
·      Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan

maupun masyarakat.

·      Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara kuat dan pengamatan

secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

·      Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar dan

menjangkau seluruh sasaran.

·      Peningkatan pelayanan KB berkualitas.

·      Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi baru lahir, bayi

dan anak balita.

·      Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.

2.2  Indikator Pemantauan Sasaran Pelayanan KIA

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat

menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.

Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip

konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai

sasaran kabupaten).

2.2.1   Pelayanan dan jenis Indikator KIA

1.    Pelayanan antenatal : Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan

antenatal terdiri dari :

·      Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

·      Ukur Tekanan darah

·      Pemberian Imunisasi TT lengkap

·      Ukur Tinggi fundus uteri


·      Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

·      Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu

minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada

triwulan ketiga

2.    Pertolongan Persalinan

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :

a.    Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat.

b.    Dukun bayi :

Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.

Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang

sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

c.    Deteksi dini ibu hamil berisiko : Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

Ø  Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

Ø  Anak lebih dari 4

Ø  Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun

Ø  Tinggi badan kurang dari 145 cm

Ø  Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

Ø  Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital.

Ø  Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung

menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :

1.    Hb kurang dari 8 gram %


2.    Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg

3.    Oedema yang nyata

4.    Eklampsia

5.    Perdarahan pervaginam

6.    Ketuban pecah dini

7.    Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

8.    Letak sungsang pada primigravida

9.    Infeksi berat atau sepsis

10.     Persalinan premature

11.     Kehamilan ganda

12.     Janin yang besar

13.     Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.

14.     Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

1.         BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram

2.         Bayi dengan tetanus neonatorum

3.         Bayi baru lahir dengan asfiksia

4.         Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir

5.         Bayi baru lahir dengan sepsis

6.         Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram

7.         Bayi preterm dan post term

8.         Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang


9.         Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

2.2.2 Indikator pemantauan teknis

1.    Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat

pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan

program dalam menggerakkan masyarakat.

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan

disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu,Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah

kerja dalam 1 tahun, Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh

melalui Proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan

rumus : 1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota

yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka

CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR

propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan

Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).

Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai

penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir

kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk, maka : X 100 Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4. Jadi sasaran ibu

hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.

2.    Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1

kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap  (memenuhi

standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen

ataupun kelangsungan program KIA.

Rumus yang dipergunakan adalah :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga

kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu hamil disuatu

wilayah dalam 1 tahun.

3.     Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan

indikator ini dapat diperkirakan persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini

menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai

standar.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu

bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus : X 100

1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang

mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000

penduduk maka : Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.

Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang

4.    Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin

sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari  dan 36 – 42 hari

setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat

diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati

waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu

nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh  tenaga kesehatan

disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja

dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.

5.    Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 - 48

jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat

diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu  Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1

tahun. Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka

proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk


Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang

mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000

penduduk, maka : Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.

Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.

6.    Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali

yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28

setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui

efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal sesuai standar di

suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja

dalam 1 tahun

7.    Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh  kader

atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu

sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung

upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

Rumus yang dipergunakan : X 100 Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun

bayi atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x jumlah sasaran ibu

hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun

8.    Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)

Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian

tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator

ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.

Rumus yang dipergunakan :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

9.    Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh

tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap

kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus

komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau

mati. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus –

kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya,

atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu 15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

10.     Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali  pada

umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8  bulan dan 1 kali

pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan

indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :


Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar di suatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

11.     Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).

Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar,

meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x

setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

12.     Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS Adalah cakupan anak

balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan

sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke

Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan

balita sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit

yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS

13.     Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)

Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan

obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih

aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau

yang mengakhiri kesuburan.

Rumus yang dipergunakan:


Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh PUS di

suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

2.2.3   Pemantauan Non-Teknis

Indikatorini dimasksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah

operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga di mengerti dan mendapatkan

bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi,

yaitu :

a.       Indikator pemerataan pelayanan KIA

Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis memodifikasinya menjadi

indicator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.

b.      Indikator efektivitas pelayanan KIA :

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan memodifikasinya

menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.

Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta dipergunakan

dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desamana yang masih

ketinggalan. Pemantauan secara lintas sektoral ini peningkatan penggerakan masyarakat serta

penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang

jelas dari para penguasa wilayah perihal :

Dalam upaya melibatkan lintas sector terkait,khususnya para aparat setempat dipilih 3 indikator

yang mudah dipahami yaitu:

·      Cakupan K1 yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA

·      Cakupan K4,yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA

·      Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan(PN\pernakes)


2.3    Pembuatan Peta

Membuat peta adalah membuat gambar tentang lingkungan dengan batas tertentu misalnya

peta Sasaran KIA untuk Posyandu :MAWAR”, dengan batas dusun / kampung Mawar. Peta KIA bisa

menjadi alat bantu yang sangat berguna untuk Kader, Toga Toma, dan Bidan di Desa.

Pada peta KIA digambar tempat tinggal dari keluarga-keluarga yang menjadi sasaran

pelayanan kesehatan oleh Bidan di Desa seperti :

1.      Keluarga dengan ibu hamil

2.      Keluarga dengan ibu hamil risiko tinggi

3.       Keluarga dengan ibu nifas dan neonatus

4.      Keluarga dengan bayi

5.      Keluarga dengan balita BGM

Bidan di Desa harus memberi tanda khusus untuk rumah tangga pada peta dengan

memberinya warna atau simbol yang berbeda:

1.      Rumah tangga yang mempunyai anak 1-5 tahun

2.      Rumah tangga yang mempunyai anak dibawah 1 tahun

3.      Rumah tangga dengan ibu nifas dan BBLR

4.      Rumah tangga dengan ibu hamil

5.      Rumah tangga dengan ibu hamil risiko tinggi

6.      Rumah tangga dengan anak yang beratnya di bawah garis merah pada KMS

7.      Rumah Dukun Bayi dan Tokoh Agama.Peta KIA pos melati II

Tujuan membuat Peta KIA :


1.         Sebagai alat untuk monitoring sasaran KIA dan pelayanan yang didapatkan oleh sasaran (perlu

bantuan buku catatan/register).

2.         Petunjuk untuk Bidan di Desa tentang tempat tinggal keluarga-keluarga yang perlu dikunjungi secara

rutin.

3.         Bidan Koordinator atau pengunjung lain ke polindes dapat langsung mengetahui :

a.       Luas, gambaran topografi dan denah desa/kampung/dusun.

b.      Populasi yang menjadi tanggung jawab Bidan di Desa

c.       Jumlah keluarga yang rutin perlu dikunjungi Bidan di Desa

Cara Membuat Peta KIA

Bidan di Desa sebenarnya dapat membuat peta sendiri, akan tetapi jangan, karena mungkin

Bidan di Desa sebagai pendatang tentu tidak memahami sepenuhnya keadaan desa/kampung.  

Bidan di Desa sebaiknya meminta beberapa kader di desa untuk membantu membuat peta desa

tersebut.

Pembuatan peta desa dilakukan bersama 8 – 10 orang lain. Yang dilibatkan dalam kegiatan ini

adalah mereka yang sudah mengenal keluarga-keluarga yang ada di desanya, misalnya Dukun Bayi,

ibu-ibu pengurus PKK dan Kader, kalau bisa jangan perepemuan saja yang diliatkan, bapak bapak nya

juga dilibatkan dalam pembuatan peta sasaran KIA

Langkah – langkah Pemetaan Sasaran KIA :

A. Persiapan

1. Mengundang kader kesehatan / tim kesa/ kader posyandu untuk membantu membuat peta desa. Yang

diundang adalah yang  sudah tahu keadaan  keluarga-keluarga di  desa itu.

Bahan   :  1. Kertas  untuk  mencatat  dan  bolpoin


3.    Alas tempat menggambar : lantai  semen  /  lantai  tanah

4.    Spidol,  kapur tulis,  kertas minyak / sampul

2.  Membuat pertemuan dengan kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu di tempat yang dirasa cukup

nyaman. Tidak perlu di tempat yang  tertutup, bisa di bawah pohon, asal  bisa  menggambar di lantai

/ tanah.

3. Jelaskan bahwa Anda perlu bantuan mereka  untuk menggambar peta desa. Peta itu diperlukan  untuk

mengetahui tempat tinggal  keluarga-keluarga yang rentan dan perlu  perhatian Bidan di Desa dan

semua warga desa.

B.  Menggambar  Peta  Sasaran

1.    Mulailah dengan bertanya tentang batas-batas desa. Minta  seorang menggambar batas desa  di

lantai semen /  tanah / kertas sampul.

2.    Kemudian ajak kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu untuk menggambar bangunan (seperti

gedung, rumah, warung, toko, dll) yang ada  di pusat  desa  serta jalan-jalan di dalam desa tersebut.

3.    Dengan patokan bangunan di pusat desa, mintakan peserta untuk menggambarkan lokasi bangunan

penting seperti – masjid / gereja / kantor desa / rumah kepala desa.

4.    Selanjutnya mintakan kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu untuk identifikasi tempat tinggal

keluarga-keluarga sasaran pelayanan Bidan di Desa, rumah Dukun Bayi dan Tokoh Agama.

5.    Lalu ajak kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu untuk identifikasi Keluarga dengan keadaan

sebagai berikut :

a.       WUS, Bayi , Ibu hamil, Bayi BBLR Anak Balita  Ibu nifas & Neonatus Balita BGM

b.      Rumah Dukun Bayi, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama.

c.       Kemudian ibu-ibu menggambar rumah dan diberi tanda untuk   mengetahui siapa yang tinggal di

rumah tersebut diatas dengan menggunakan kerikil, biji-bijian, daun, lidi dll.

d.      Kalau sudah selesai tanya ke kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu apakah masih ada keluarga

yang  masih perlu digambarkan rumahnya di peta.


e.       Jika peta sudah rampung, semua yang hadir mengevaluasi hasil kerja dengan berjalan mengelilingi

peta, untuk bisa mengetahui hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

C. Tindak Lanjut:

1.    Bidan di Desa bersama kader kesehatan/tim kesa/kader

2.    posyandu mendiskusikan bagaimana melanjutkan kerja sama untuk mejangkau semua keluarga yang

digambarkan di peta desa.

3.    Bidan di Desa lalu menyalin peta yang digambar di lantai / tanah, di kertas lebar (kertas minyak /

sampul / lembar “Flipchart”)  atau di papan “triplek”.  Setelah selesai menyalin Bidan di Desa

menunjukkannya kepada para kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu yang telah membantu

menggambar peta desa, untuk mendapatkan komentar tentang perbaikan yang diperlukan.   Peta

desa yang sudah disalin itu selanjutnya digantung di Polindes, Posyandu.

     Tujuan asuhan kebidanan di desa adalah :

1.      Ibu dan bayi sehat, selamat,keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat manusia

2.      Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan

3.      Kepuasan ibu, keluarga dan bidan

4.      Adanya kekuatan diri dari wanita dlm menentukan dirinya sendiri

5.      Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan

6.      Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas

Peran bidan di Desa adalah :

Membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal

1.    Sebagai Pendidik

berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah Kerjanya dpt berubah sesuai dengan kaidah

kesehatan
2.    Sebagai Pelaksana

Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan:

·      Bimbingan terhadap kelompk remaja masa pra nikah

·      pemeliharaan kesehatan Bumil, nifas dan mass interval dalam keluarga

·      pertolongan persalinan di rumah

·      tindakan pertolpertama pada kasus kegawatan obstetri di keluarga

·      pemeliharaan kesehatan Kelompk wanita dengan gangguar reproduksi di keluarga

·      Pemeliharan kes anak balita

3.    Sebagai Pengelola

Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas,

polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan

yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi

kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh

perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan

yang ditetapkan oleh pemerintah.

4.    Sebagai Peneliti

Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan oleh peneliti

profesional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan, pengolahan

dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil

analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tinakan sesuai dengan permasalahan

yang ditemu. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya

tersebut.

Asuhan Kebidanan Komunitas di Desa :

a.       Pencegahan
b.      Skrinning atau deteksi dini untuk dirujuk

c.       Asuhan Kegawatdaruratan ibu & neonatal

d.      Pertolonganpertama pada penyakit Akut kemudian dirujuk

e.       Pengobatan ringan

f.       Asuhan pada kondisi kronis,Pendidikan kesehatan

g.      Menentukan kebutuhan Kesehatan dan Mempertahankan & meningkatkan kesehatan masyarakat

   Area Kerja Bidan Komunitas :

a.       Rumah

b.      Bidan Praktek perseorangan

c.       Rumah bersalin

d.      Klinik-klinik

e.       Puskesmas

f.       Posyandu

Keuntungan dari Pencapaian Sasaran Bidan di Desa adalah :

a.       Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.

b.      Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.

c.       Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.

d.      Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan pra upaya.

e.       Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau.

f.       Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan program kesehatan masyarakat.

g.      Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar mutu masyarakat

yang inovatif, efektif dan efisien.


h.      Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

masyarakat.

i.        Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan pengarus-utamaan gender

j.        Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana.

k.      Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan komitmen global.

l.        Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas dan masyarakat.

m.    Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan pendampingan.

n.      Pengembangan penelitian untuk dukungan program.

o.      Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program kesehatan masyarakat

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan

dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari

aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-

menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi

atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan

pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada

masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan

kesehatan di taman kanak-kanak.

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk

menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat

kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan

bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut ;

1.      Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan cara pemberian pelayanan

antenatal yang optimal secara menyeluruh dan terpadu, peningkatan deteksi dini resiko tinggi baik

pada ibu hamil maupun pada bayi di institusi pelayanan ANC maupun di masyarakat, disamping itu

pengamatannya harus secara terus menerus.

2.      Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga rumah sakit tempat

rujukan.

3.      Adanya keseragaman dan persamaan persepsi tentang sistem pelaporan antara pengelola program

kesehatan ibu dan anak yang berada di kabupaten/kota dengan pengelola yang ada di propinsi

3.2    Saran
Diharapkan perkembangan kesehatan ibu dapat merata sesuai dengan program kesehatan

Pemerintah dalam mencapai kesejahteraan secara merata

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=PENGELOLAAN+PROGRAM+KIA&ie=utf-8&oe=utf-

8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

Anda mungkin juga menyukai