PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan
kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu. Keerom merupakan salah satu kabupaten yang terletak
Perbandingan antara jumlah bidan dan perawat dengan penduduk di Keerom sudah
tenaga bidan masih belum merata. Kondisi geografis yang sulit menyebabkan kebutuhan tenaga
bidan semakin besar karena jumlah penduduk per desa masih relatif sedikit, tetapi jarak antardesa
berjauhan. Kondisi ini juga menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap bidan. Hasil observasi
awal menunjukkan bahwa ada beberapa bidan desa yang meninggalkan lokasi tugas tanpa izin dan
tidak terpantau oleh Dinas Kesehatan Keerom. Dampak dari pendistribusian tenaga kerja yang
belum merata, dan lemahnya pengawasan dari dinas kesehatan (dinkes) menyebabkan kegiatan
Tahun 2005, jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan masih rendah, hanya
sebanyak 52 persen. Jumlah kematian ibu bersalin yang tercatat di Keerom sebesar 4 orang.
Fenomena kasus kematian ibu dan kematian bayi di Keerom kemungkinan akibat dari dukungan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Mengetahui Ruang lingkup dalam Kesehatan Ibu dan Anak di suatu wilayah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengelolaan Program KIA
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian
ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam
melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik.
Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang
anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai
pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah
mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat
berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai
anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap
berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang, 1986, h.9)
· tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat.
· kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
· Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri
dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan
· Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam
lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman
· Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
· Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,bayi dan anak
balita.
· Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dan keluarganya.
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada
· Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan dengan
· Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua pelayanan
kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
· Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
· Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara kuat dan pengamatan
· Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar dan
· Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi baru lahir, bayi
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip
konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai
sasaran kabupaten).
1. Pelayanan antenatal : Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
· Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu
minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada
triwulan ketiga
2. Pertolongan Persalinan
a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat.
b. Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko : Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
Ø Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
Ø Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
Ø Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung
4. Eklampsia
5. Perdarahan pervaginam
10. Persalinan premature
11. Kehamilan ganda
4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu,Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah
kerja dalam 1 tahun, Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka
CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR
propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai
kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk, maka : X 100 Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4. Jadi sasaran ibu
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu hamil disuatu
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diperkirakan persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini
standar.
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang
mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari
setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun. Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka
proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali
yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28
setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal sesuai standar di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader
atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu
Rumus yang dipergunakan : X 100 Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun
bayi atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x jumlah sasaran ibu
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu 15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali
pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.
pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS Adalah cakupan anak
Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke
Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan
balita sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit
yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan
obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih
aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau
yang mengakhiri kesuburan.
2.2.3 Pemantauan Non-Teknis
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga di mengerti dan mendapatkan
bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi,
yaitu :
Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis memodifikasinya menjadi
indicator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan memodifikasinya
menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta dipergunakan
penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang
Dalam upaya melibatkan lintas sector terkait,khususnya para aparat setempat dipilih 3 indikator
Membuat peta adalah membuat gambar tentang lingkungan dengan batas tertentu misalnya
peta Sasaran KIA untuk Posyandu :MAWAR”, dengan batas dusun / kampung Mawar. Peta KIA bisa
menjadi alat bantu yang sangat berguna untuk Kader, Toga Toma, dan Bidan di Desa.
Pada peta KIA digambar tempat tinggal dari keluarga-keluarga yang menjadi sasaran
Bidan di Desa harus memberi tanda khusus untuk rumah tangga pada peta dengan
6. Rumah tangga dengan anak yang beratnya di bawah garis merah pada KMS
2. Petunjuk untuk Bidan di Desa tentang tempat tinggal keluarga-keluarga yang perlu dikunjungi secara
rutin.
Bidan di Desa sebenarnya dapat membuat peta sendiri, akan tetapi jangan, karena mungkin
Bidan di Desa sebagai pendatang tentu tidak memahami sepenuhnya keadaan desa/kampung.
Bidan di Desa sebaiknya meminta beberapa kader di desa untuk membantu membuat peta desa
tersebut.
Pembuatan peta desa dilakukan bersama 8 – 10 orang lain. Yang dilibatkan dalam kegiatan ini
adalah mereka yang sudah mengenal keluarga-keluarga yang ada di desanya, misalnya Dukun Bayi,
ibu-ibu pengurus PKK dan Kader, kalau bisa jangan perepemuan saja yang diliatkan, bapak bapak nya
A. Persiapan
1. Mengundang kader kesehatan / tim kesa/ kader posyandu untuk membantu membuat peta desa. Yang
diundang adalah yang sudah tahu keadaan keluarga-keluarga di desa itu.
2. Membuat pertemuan dengan kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu di tempat yang dirasa cukup
nyaman. Tidak perlu di tempat yang tertutup, bisa di bawah pohon, asal bisa menggambar di lantai
/ tanah.
3. Jelaskan bahwa Anda perlu bantuan mereka untuk menggambar peta desa. Peta itu diperlukan untuk
mengetahui tempat tinggal keluarga-keluarga yang rentan dan perlu perhatian Bidan di Desa dan
1. Mulailah dengan bertanya tentang batas-batas desa. Minta seorang menggambar batas desa di
gedung, rumah, warung, toko, dll) yang ada di pusat desa serta jalan-jalan di dalam desa tersebut.
3. Dengan patokan bangunan di pusat desa, mintakan peserta untuk menggambarkan lokasi bangunan
4. Selanjutnya mintakan kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu untuk identifikasi tempat tinggal
keluarga-keluarga sasaran pelayanan Bidan di Desa, rumah Dukun Bayi dan Tokoh Agama.
5. Lalu ajak kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu untuk identifikasi Keluarga dengan keadaan
sebagai berikut :
a. WUS, Bayi , Ibu hamil, Bayi BBLR Anak Balita Ibu nifas & Neonatus Balita BGM
c. Kemudian ibu-ibu menggambar rumah dan diberi tanda untuk mengetahui siapa yang tinggal di
rumah tersebut diatas dengan menggunakan kerikil, biji-bijian, daun, lidi dll.
d. Kalau sudah selesai tanya ke kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu apakah masih ada keluarga
C. Tindak Lanjut:
2. posyandu mendiskusikan bagaimana melanjutkan kerja sama untuk mejangkau semua keluarga yang
3. Bidan di Desa lalu menyalin peta yang digambar di lantai / tanah, di kertas lebar (kertas minyak /
sampul / lembar “Flipchart”) atau di papan “triplek”. Setelah selesai menyalin Bidan di Desa
menunjukkannya kepada para kader kesehatan/tim kesa/kader posyandu yang telah membantu
menggambar peta desa, untuk mendapatkan komentar tentang perbaikan yang diperlukan. Peta
1. Ibu dan bayi sehat, selamat,keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat manusia
Membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal
1. Sebagai Pendidik
berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah Kerjanya dpt berubah sesuai dengan kaidah
kesehatan
2. Sebagai Pelaksana
3. Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas,
polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan
yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi
kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh
perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan
4. Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan oleh peneliti
profesional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan, pengolahan
dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil
analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tinakan sesuai dengan permasalahan
yang ditemu. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya
tersebut.
a. Pencegahan
b. Skrinning atau deteksi dini untuk dirujuk
e. Pengobatan ringan
a. Rumah
c. Rumah bersalin
d. Klinik-klinik
e. Puskesmas
f. Posyandu
d. Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan pra upaya.
g. Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar mutu masyarakat
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-
menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi
atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan
pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
1. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan cara pemberian pelayanan
antenatal yang optimal secara menyeluruh dan terpadu, peningkatan deteksi dini resiko tinggi baik
pada ibu hamil maupun pada bayi di institusi pelayanan ANC maupun di masyarakat, disamping itu
2. Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga rumah sakit tempat
rujukan.
3. Adanya keseragaman dan persamaan persepsi tentang sistem pelaporan antara pengelola program
kesehatan ibu dan anak yang berada di kabupaten/kota dengan pengelola yang ada di propinsi
3.2 Saran
Diharapkan perkembangan kesehatan ibu dapat merata sesuai dengan program kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=PENGELOLAAN+PROGRAM+KIA&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a