Oleh:
PUSKESMAS BUMIAYU
BREBES
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK
SERTA KELUARGA BERENCANA
Oleh :
dr. Himatun Istijabah
A. Latar Belakang
Antenatal care terpadu merupakan salah satu program kunci dalam
penapisan pelayanan KIA yang dimulai saat hamil sampai pada pascanifas.
Pelayanan tersebut sangat penting bagi ibu hamil yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan pascapersalinan.
Pelayanan kunjungan pertama ANC (K1) sampai kunjungan lengkap ANC
(K4) menjadi strategi kunci provider pelayanan kesehatan dalam upaya
menurunkan angka missed opportunities ibu hamil yang dapat berimplikasi
pada kualitas pelayanan maternal dan bayi (Mikrajab & Rachmawati, 2016).
Menurut WHO, bahwa kasus kematian ibu terjadi antara 33–50% yang
berhubungan erat dengan rendahnya tingkat pelayanan kesehatan yang
diperoleh selama hamil sedangkan kontribusi terbesar penyebab kematian ibu
tersebut berturut-turut adalah preeklampsi, eklampsi, dan perdarahan
antepartum (WHO, 2006) cit. Lincetto dkk., (2006). Pelayanan Antenatal care
(ANC) sebagai faktor utama dalam menentukan outcome persalinan termasuk
menyaring secara dini faktor risiko dan juga dapat menentukan awal
pengobatan ibu hamil yang mengalami komplikasi selama hamil akan
dilakukan. Ibu hamil yang tidak melaksanakan ANC selama hamil berisiko
lebih besar mengalami komplikasi saat persalinan (Hunt & Bueno de Mesquita,
2000). Peran tenaga kesehatan terampil (skilled birth attendant) terutama bidan
dengan keterampilan Asuhan Persalinan Normal (APN) menjadi syarat utama
dan mutlak yang harus dimiliki sebelum melakukan pertolongan persalinan.
Hasil studi Graham dkk. (2001) cit. Carlough & McCall (2005) memperkirakan
bahwa antara 13–33% kematian ibu dapat di reduksi melalui peran utama
penolong persalinan terampil. Sejalan dengan hal tersebut, Rosmans dkk.
(2006); Graham dkk. (2008) menyebutkan masa persalinan merupakan salah
satu fase yang berkontribusi besar terjadinya kematian maternal di Indonesia
dalam satu minggu pertama dan diperkirakan fase tersebut terjadi 60% dari
semua kematian maternal.
Pada tahun 2015, Kabupaten Brebes menempati urutan pertama Angka
Kematian Ibu (AKI) tertinggi dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah. Melihat fakta tersebut, berbagai upaya dilakukan baik dari tingkat
sektoral maupun lintas sektoral untuk menekan AKI pada tahun-tahun
berikutnya. Sebagai pelaksana kegiatan kesehatan di Kabupaten Brebes,
Puskesmas Bumiayu harus memberikan perhatian lebih dalan upaya KIA dan
KB khususnya dalam asuhan antenatal.
B. Permasalahan
Tingginya angka kematian ibu (AKI) terutama di Kabupaten Brebes pada
tahun 2015 mengharuskan berbagai upaya di tingkat sektoral maupun lintas
sektoral untuk membantu menekan AKI, salah satunya adalah dengan
pelaksanaan program Asuhan Antenatal/Antenatal Care (ANC) yang terpadu.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan upaya kesehatan ibu dan
anak serta keluarga berencana
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan antenatal care terpadu.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu sekaligus meningkatkan
kesadaran para ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin.
2. Bagi Tenaga Medis
Meningkatkan kesadaran tenaga medis agar senantiasa mengutamakan
kualitas pelayanan antenatal care terpadu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
i. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan.
2. Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri atas:
a. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
a) Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda
terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang
setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali jika memang cukup berat, hingga tidak
dapat makan dan berat badan menurun terus.
b) Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu
diwaspadai.
c) Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
d) Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
e) Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu
dan janinnya.
f) Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan
berlebihan dari liang rahim dan kadang-kadang berbau
merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
g) Batuk lama
Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut
dan dapat dicurigai ibu hamil menderita TB.
h) Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu
masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
i) Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul
rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang
biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita
kurang darah.
j) Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit
sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu.
Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu
diwaspadai.
k) Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya
pada ibu hamil.
l) Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan
keempat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia
kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada
gerakan maka ibu hamil harus waspada.
m) Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik
diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku.
Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi
yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan
dikonsulkan ke psikiater.
n) Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama
kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama
ibu hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak
selalu mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang
mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu
mengemukakan masalahnya kepada orang lain, termasuk
petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan
dukungan agar mau membuka diri.
3) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan
riwayat penyakit yang diderita ibu hamil.
4) Menanyakan status imunisasi Tetanus ibu hamil
5) Menanyakan jumlah tablet tambah darah (tablet Fe) yang
dikonsumsi ibu hamil
6) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, antivomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB dan
sebagainya.
7) Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat
pemakaian obat malaria.
8) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-
langkah penanggulangan penyakit menular seksual.
9) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan
gizinya.
10) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
a) Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan..
b) Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau di
rumah sakit.
c) Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau
keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader,
dukun dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan
dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal
d) Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi
pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor
darah yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya
untuk keselamatan ibu melahirkan.
e) Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus
dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk
mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk
tempat rujukan. Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil,
ojek, becak, sepeda, tandu, perahu, dsb.
f) Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu
kelak. Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan
ibu bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat
dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal,
persalinan dan kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.
A. Intervensi
1. Bentuk kegiatan: Pelayanan antenatal/Antenatal Care (ANC) terpadu dan
Pemantauan Ibu hamil Risiko Tinggi
2. Sasaran: Ibu hamil di wilayah Posyandu Jatisawit
3. Kegiatan/Pelayanan:
a. Absensi kehadiran ibu hamil
b. Pengukuran BB, TB, LiLA dan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan Gigi
d. Konsultasi Gizi
e. Pengambilan sampel laboratorium
f. Pemeriksaan Obstetri oleh bidan
g. Pemeriksaan fisik umum, pemberian terapi sesuai indikasi, konseling dan
edukasi oleh dokter.
4. Pelaksanaan
Hari/Tanggal: Senin, 27 Februari 2017
Tempat: Rumah Kader Posyandu Jatisawit
Waktu: Pukul 09.00 s.d selesai
B. Monitoring
Penilaian perkembangan kehamilan dan tanda-tanda persalinan beserta
ada tidaknya risiko kehamilan dapat dimonitor melalui pencatatan lengkap di
dalam buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang telah dibagikan pada semua
ibu hamil. Monitoring juga dapat dilakukan dengan mendata jumlah angka
kematian ibu dan penyebab kematiannya pada setiap periode.
C. Evaluasi
Tenaga kesehatan di Puskesmas Bumiayu telah berusaha mencapai
target cakupan ANC terpadu demi menekan angka kematian ibu dan memantau
ibu hamil risiko tinggi, terbukti dengan dilaksanakannya program ANC terpadu
dengan metode “jemput bola” di setiap posyandu di wilayah Puskesmas
Bumiayu. Namun, kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya
masih rendah, terkait dengan faktor sosial yang mempengaruhi. Selain itu,
masih ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi menurut usia (ibu hamil
berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun), risiko tinggi paritas,
risiko tinggi KEK, serta ibu hamil dengan anemia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Antenatal care terpadu merupakan salah satu program kunci dalam
penapisan pelayanan KIA yang dimulai saat hamil sampai pada pascanifas.
2. pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan pelayanan terhadap ibu hamil
tersebut dilakukan secara berkala sesuai standar yaitu paling sedikit 4
(empat) kali selama masa kehamilan (K1-K4).
3. Pelayanan ANC terpadu disesuaikan dengan usia kehamilan.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat, baik ibu hamil, kader posyandu maupun masyarakat umum
supaya mendukung kegiatan pelayanan antenatal terpadu demi membantu
menekan angka kematian ibu.
2. Bagi Tenaga Medis
Tenaga medis diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam pelayanan kesehatan khususnya terkait kehamilan dan
persalinan serta mampu berperan dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya pelayanan antenatal terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Jateng. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Hunt, P. & Bueno De Mesquita, B. 2000. Reducing Maternal Mortality: The Con-
tribution of the Right to the Highest Attainable Standard of Health.
UNFPA.
Permenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Ronsmans, C, Graham, WJ, 2006. Maternal mortality: who, when, where and
why. The Lancet. 368 (9542): 1189–1200.