Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Nahiyah Isnanda
No. ID dan Nama Wahana : PUSKESMAS 1 CILONGOK
Obyektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Tinjauan
□ Penyegaran
Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ □ □ □
□ Neonatus □ Dewasa □ Bumil
Bayi Anak Remaja Lansia
□ Deskripsi :
Nn. F datang ke IGD PKM dengan keluhan tidak sadarkan diri sejak 1
jam SMPKM yang diketahui oleh sang pacar. Selain tidak sadarkan diri, bibir
dan kuku biru dan tangan kaki dingin, pacar pasien mengira jika pasien
pingsan dan segera di bawa ke PKM. 4 jam SMPKM pasien mengaku pusing
dan meminum obat yang beli di apotik secara bebas (seremig dan flasicox)
lebih dari 4 butir masing-masing obat).
2. Riwayat Pengobatan:
Berobat dengan keluhan nyeri kepala berkepanjangan dan sering berobat
ke dokter umum dengan diagnosis migrain.
3. Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal.
4. Riwayat Sosial.
Pasien tinggal bersama kakak kandungnya. Pasien diketahui mempunyai
masalah dengan keluarga karena tidak merestui hubungan pasien dengan
sang pacar. Hubungan pasien dengan tetangga sekitar tidak ada masalah
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien sehari-hari bekerja sebagai buruh diperusahaan gas.
6. Riwayat Spiritual
Pasien beragama Islam yang kurang taat beribadah.
Hasil pembelajaran : mengetahui penatalaksanaan Depresi berat dengan
gejala psikotik
Diagnosis: Distres Nafas e.c Over dosis obat pada tentamen suicide e.c Depresi
berat dengan gejala psikotik
Diagnosis Axis
Axis I : Depresi berat dengan gejala psikotik
Axis II: -
Axis III: Migrain
Axis IV : Faktor psikososial
Axis V: 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat)
1. ”Assessment”(penalaran klinis):
PENGERTIAN DEPRESI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh
diri.
Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia)
maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari
pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya.
A. Jenis-jenis Depresi
Depresi psikotik: depresi dengan waham yang menonjol.
Depresi somatik: depresi dengan gejala soamtik yang menonjol (gangguan
tidur, lelah, keluhan saluran cerna, jantung berdebar-debar, dll).
Depresi musiman: penderita mengalami depresi pada saat tertentu
biasanya saat kurang sinar matahari misalnya saat musim dingin.
Dysthymia: afek depresi yang bersifat ringan tetapi berlangsung cukup
lama.
Depresi atipikal: afek depresi dengan ciri klasik berupa makan berlebihan
dan tidur berlebihan.
Depresi post partum
Depresi premenstruasi: muncul gejala depresi satu minggu menjelang
menstruasi dan hilang setelah menstruasi
B. Faktor Risiko
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Kehidupan atau peristiwa yang berat, seperti masalah dalam keluarga,
kegagalan dalam kerja atau pendidikan, perceraian atau perpisahan,
kematian teman hidup
Gangguan organik seperti : kanker, gangguan tidur, nyeri yang
berpanjangan
Pasca melahirkan
Kurang dukungan sosial
Riwayat keluarga depresi
Wanita : pendidikan kurang, pernikahan tak stabil, kelahiran
KRITERIA DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik:
a. Gejala Utama
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktifitas.
b. Gejala lainnya
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Pemeriksaan Penunjang
1) Uji supresi deksametason (dexamethasone suppression test/DST)
Hasil: positif (HPA axis tidak mengalami supresi setelah pemberian
deksametason/kadar kortisol tetap tinggi setelah pemberian deksametason).
Pasien depresi cenderung menunjukkan hipereaktivitas hipotalamus-
pituitari-adrenal (HPA) axis dan ketidakmampuan HPA axis untuk kembali ke
fungsi normal setelah stressor hilang. Akibatnya, terjadi kelebihan hormone
(kortisol) yang secara kronis dapat menghambat perkembangan reseptor
monoamine dan mengubah fungsi neurotransmitter monoamine di otak.
2) Pemeriksaan fungsi hepar dan ginjal
Untuk follow up terhadap terapi obat-obatan yang toksik ke hepar dan ginjal.
3) Uji psikologis
a) Skala Depresi Hamilton (Hamilton Rating Scale for Depression)
b) Zung Depression Scale
Zung Depression Scale dirancang oleh psikiater Universitas Duke, Dr
William WK Zung, untuk menilai tingkat depresi bagi pasien yang didiagnosis
dengan gangguan depresi.
Zung Depression Scale merupakan survey singkat terhadap diri
sendiri (dinilai oleh pasien sendiri) untuk mengukur status depresi pasien. Ada
20 item pada skala yang mengukur empat karakteristik umum dari depresi: efek
pervasive, keseimbangan psikologis, gangguan lain, dan aktivitas psikomotorik.
Ada sepuluh pernyataan positif dan sepuluh pertanyaan negatif. Setiap
pertanyaan dinilai pada skala 1 sampai 4 (berdasarkan jawaban ini: "jarang,"
"kadang-kadang," "sering," "sangat sering"). Skor pada rentang dari 20 sampai
80. Skor dibagi ke dalam empat kategori:
20-49 Normal
50-59 Depresi ringan
60-69 Depresi sedang
70 atau lebih Depresi berat
4) Psikofisiologi
Bersifat menunjang, tidak mutlak diperlukan.
Dengan CT scan, PET (positron-emission tomography), MRI
Hasil:
o Dapat terjadi penurunan aktivitas metabolik atau volume sustansia
grisea korteks prefrontal, terutama sebelah kiri, pada pasien depresi
serius dan gangguan bipolar.
o Dapat terjadi penurunan aktivitas pada cingulata anterior.
o Dapat terjadi penuruan aktivitas metabolic pada hipokampus pada
pasien depresi mayor.
EPIDEMIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
Epidemiologi
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan
prevalensi seumur hidup kira-kira 15 % dan kemungkinan sekitar 25 % terjadi
pada wanita. Prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki. Diduga hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor psikososial antara laki-laki dan
perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 %
dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Data terkini
menunjukkan insidensi gangguan depresi berat meningkat pada orang-orang yang
berusia kurang dari 20 tahun. Hal ini diduga berhubungan dengan meningkatnya
penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut.
Pada umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang
tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang
bercerai atau berpisah.
Manifestasi Klinis
1. Manifestasi emosi. Seperti suasana hati yang pedih dan pilu, tidak
menyukai diri sendiri (perasaan negatif pada diri sendiri) hilangnya atau
kurangnya respon gembira pada situasi yang menimbulkan kesenangan,
hilangnya rasa senang dan menangis.
2. Manifestasi kognitif. Berupa rendahnya penilaian terhadap diri sendiri,
pikiran – pikiran negatif terhadap masa depan, menyalahkan, mengkritik
atau mencela diri sendiri, tidak dapat membuat keputusan dan gambran
yang salah tentang diri sendiri.
3. Manifestasi motivasional. Hilangnya motivasi untuk melakukan segala
aktivitas, keinginan untuk menghindar dan menarik diri, meningkatnya
ketergantungan dan yaitu menginginkan bantuan, pegarahan dan
bimbingan.
4. Manifestasi fisik dan vegetatif. Seperti hilangnya nafsu makan,
mengalami gangguan tidur, hilangnya nafsu sexual, perasaan lelah yang
sangat berat, gangguan berat badan dan kemampuan fisik.
DIAGNOSIS BANDING
Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu
dipikirkan seperti adanya gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan
zat dan abstinensia, distimia, siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung
serta gangguan penyesuaian.
Perubahan instrinsik yang berhubungan dengan epilepsi lobus
temporalis dapat menyerupai gangguan depresi, khususnya jika fokus
epileptik adalah pada sisi kanan.
2. ”Plan”:
Diagnosis: Distres Nafas e.c Over dosis obat pada tentamen suicide e.c
Depresi berat dengan gejala psikotik
Axis I : Depresi berat dengan gejala psikotik
Axis II: -
Axis III: Migrain
Axis IV : faktor psikososial
Axis V: 50-41
Terapi:
- A: Bebaskan jalan nafas, triple maneuver
- B: Bagging dengan kecepatan 12x/m
- C: IVFD RL loading 500cc
- EKG Sinus takikardi
- Rujuk ke RS Wiradadi Husada
TERAPI
Penanganan pasien dengan gangguan depresi, seperti gangguan kejiwaan
pada umumnya, harus mengintegrasikan farmakoterapi dengan intervensi
psikoterapeutik.
FARMAKOTERAPI
Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan
kepada penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan
gangguan depresif:
Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala
Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekurensi
Secara garis besar obat – obat antidepresan ini memiliki efek samping berupa:
1. Efek sedasi: rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, dan kemampuan kognitif yang menurun.
2. Efek antikolinergik: mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,
dan sinus takikardia.
3. Efek anti-adrenergik alfa: terjadinya hipotensi dan perubahan pada gambaran
EKG
4. Efek neurotoksis: tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia.
Secara umum digolongkan menjadi beberapa kelas,yaitu :
1. Antidepresan Trisiklik
Yang termasuk golongan ini adalah Amitriptilin, Imipramin, Clomipramin,
Tianeptin, dan Opiramol.
2. Antidepresan Tetrasiklik
Yang termasuk obat golongan ini adalah Maproptiline, Mianserine, dan
Amoxapine.
3. Antidepresan MAOI-reversibel
Yang termasuk obat golongan ini adalah Moclobemide
4. Antidepresan atypical
Yang termasuk obat golongan ini adalah Trazodone, Tianeptine dan
Mirtazapine.
5. Antidepresan SSRI
Yang termasuk obat golongan ini adalah Sertaline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine, dan Citolopram.
PSIKOTERAPI
Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan
dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif.
1. Terapi kognitif (cognitive therapy)
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan simptom depresi melalui usaha
yang sistematis yaitu mengubah cara pikir maladaptif dan otomatik pada pasien
depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-
kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan
dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara berpikirnya yang salah.
Kemudian ia harus belajar cara merespons cara pikir yang salah tersebut dengan
cara yang lebih adaptif. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal
dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif.
Terapi ini berlangsung lebih kurang 12-16 sesi dengan tiga fase yaitu:
1. Fase awal (sesi 1-4) membentuk hubungan terapeutik dengan pasien. Fase ini
mengajarkan pasien tentang bentuk kognitif yang salah dan pengaruhnya
terhadap emosi dan fisik, menentukan tujuan dan goal terapi, mengajarkan
pasien untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya yang otomatis.
2. Fase pertengahan (sesi 5-12) mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan
yang salah, membantu pasien mengenal akar kepercayaan diri. Pasien diminta
mempraktekkan ketrampilan berespons terhadap hal-hal yang depresogenik
dan memodifikasinya.
3. Fase akhir (sesi 13-16) menyiapkan pasien untuk terminasi dan memprediksi
situasi berisiko tinggi yang relevan untuk kekambuhan dan
mengkonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.
3. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif berperan dengan memberikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimism, membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya, mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan
membantu mengoreksi serta memecahkan problem eksternal (misalnya masalah
pekerjaan, rumah tangga).
4. Psikoterapi psikodinamik
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik yaitu kerentanan psikologik
terjadi akibat konflik perkembangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam
periode jangka panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit psikologik yang
menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi. Misalnya, problem yang
berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman
yang memalukan, peng-aturan emosi yang buruk, defisit interpersonal akibat tak
adekuatnya hubungan dengan keluarga.
6. Terapi kelompok/sosial
Ada beberapa keuntungan terapi kelompok.
1. Biaya lebih murah
2. Ada destigmatisasi dalam memandang orang lain dengan problem yang sama
3. Memberikan kesempatan untuk memainkan peran dan mempraktekkan
ketrampilan perilaku interpersonal yang baru
4. Membantu pasien mengaplikasikan ketrampilan baru Terapi kelompok sangat
efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan juga lebih efektif untuk
depresi ringan. Untuk depresi lebih berat terapi individu lebih efektif.
Affliated Doctor for Orange County. 2012. Basic Guidelines for Major
Depression in Adult in Primary Care.
http://www.adoc.us/Providers/ADOC_Depression.pdf
Kaplan HI, Sadock BJ. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jilid I. Edisi ketujuh. Jakarta:
Binarupa Aksara. h.777-832
Rusdi Maslim. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya.