Anda di halaman 1dari 7

DINAS KESEHATAN KOTA BIMA

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN
MONITORING DAN EVALUASI PEMANFAATAN DAK NON
FISIK TAHAP I DI PUSKESMAS SE KOTA BIMA

KOTA BIMA
TAHUN 2019
LAPORAN KEGIATAN
MONITORING DAN EVALUASI PEMANFAATAN DAK NON FISIK TAHAP I
TANGGAL 29, 30, 31 JULI & 1, 2, 3 & 5 AGUSTUS 2019

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden dan implementasi Nawa
Cita yang kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif, tanpa meninggalkan kuratif
dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Dalam
konsep pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan bertanggungg jawab
melaksanakan Program Indonesia Sehat yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam
lingkungan hidup yang sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya perilaku hidup sehat.
Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan adalah Dana yang bersumber
dari APBN yang dialokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak,
penanggulangan masalah gizi, serta pencegahan penyakit dan penyehatan
lingkungan terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin, dan
penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan dan daerah
bermasalah kesehatan. Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang kesehatan yang
selanjutnya disebut DAK Nonfisik Bidang Kesehatan adalah dana yang
dialokasikan ke daerah untuk membiayai operasional kegiatan program prioritas
nasional di bidang kesehatan yang menjadi urusan daera guna meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan daerah.
BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mendukung Operasional Puskesmas dalam rangka pencapaian program
kesehatan prioritas Nasional, khususnya kegiatan promotif preventif sebagai
bagian dari upaya kesehatan masyarakat. BOK diarahkan untuk mendekatkan
petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat
melalui mobilisasi kader kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan. Dalam mendukung operasional puskesmas, perlu dijamin
pemenuhan ketersediaan obat dan BMHP di puskesmas melalui penyediaan
biaya distribusi dan sistem informasi logistik secara elektronik yang baik di
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
BOK tahun 2019 dalam pemanfaatan mengalami perluasan bukan hanya
untuk operasional puskesmas dan dukungan manajemen, tetapi juga untuk
peningkatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: 1) sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sekunder termasuk
Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPTnya; 2) untuk kegiatan peningkatan
distribusi obat ke puskesmas dan pemanfaatan sistem e-logistik di
kabupaten/kota.
Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja puskesmas, Balai
Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam upaya
kesehatan promotif dan preventif; untuk mendukung peningkatan akses
pelayanan kesehatan masyarakat melalui program Nusanatara Sehat;
mendukung kelanjutan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
agar diwujudkan desa bebas buang air besar semabarangan; serta dimanfaatkan
untuk peningkatan jangkauan kepada masyarakat dengan mengutamakan
strategi pendekatan keluarga untuk mewujudkan keluarga sehat secara efisien
dan efektif.
Jampersal merupakan satu dari beberapa program jaminan kesehatan
yang esensinya berupaya membagi resiko individu menjadi resiko kelompok
yang lebih luas agar kerugian pembiayaan saat sakit ditanggung bersama
sehingga lebih ringan atau murah. Dalam Petunjuk Teknis (Juknis) terbaru
jampersal tahun 2012 yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan, dibagian
pendahuluan disebutkan bahwa angka persalinan oleh nakes dan di sarana
yankes yang rendah sehingga menyebabkan tingginya AKI dan AKB terjadi pada
kelompok masyarakat miskin. Namun sayangnya, tidak dijelaskan lagi lebih
mendetail dalam mekanismenya kriteria ibu hamil yang berhak mendapatkan
fasilitas tersebut. Akhirnya tidak sedikit pengguna jampersal dilapangan
masyarakat berasal dari sosial ekonomi mampu. Maka jampersal menjadi kurang
tepat sasaran dan justru semakin memberatkan beban pembiayaan negara.
Padahal dana tidak tepat tersebut dapat dialokasikan untuk menjangkau ibu
hamil kelompok miskin yang berada jauh kesulitan mengakses layanan dan
tenaga kesehatan. Ada dua penyebab ketidakmerataan yankes dan nakes di
Indonesia yaitu faktor sosial ekonomi dan geografi. Jampersal bisa jadi
merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi faktor sosial ekonomi tapi tidak
mampu menyelesaikan faktor geografi. Padahal status tinggal (kota/desa) telah
dijelaskan diatas sebagai salah satu penyebab rendahnya persalinan di layanan
kesehatan. Program jampersal bisa jadi justru hanya akan dinikmati masyarakat
yang mampu mengakses yankes dan nakes. Bantuan pembiayaan yang tidak
dibarengi dengan perbaikan dan pemerataan sarana dan tenaga kesehatan
diseluruh wilayah Indonesia justru semakin memperlebar resiko kematian ibu
dan bayi.
Pada dasarnya JAMPERSAL ditujukan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap persalinan yang sehat, dengan cara memberikan
kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan
persalinan. Jaminan Persalinan ini diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat
mengakses pemeriksaan persalinan, pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas
dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga pada
gilirannya dapat menekan angka kematian ibu dan bayi. Namun kebijakan
Jampersal belum mampu mencapai hasil yang diharapkan dalam penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), bahkan kenyataan
yang dihadapi saat ini menunjukan hasil yang negatif terhadap tujuan yang
hendak dicapai. Pemerintah pada tahun 2019 masih melanjutkan program
Jaminan Persalinan sebagai kelanjutan tahun 2018 dengan tujuan membantu
masalah finansial dari masyarakat karena ketidakmampuan menyediakan biaya
jasa persalinan dan biaya transportasi untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan untuk pertolongan persalinan khususnya pada sasaran penduduk
miskin dan tidak mampu yang belum memiliki jaminan kesehatan.

B. Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima
di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4188);
 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan
Tahun Anggaran 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 117);

C. Tujuan Kegiatan
 Untuk mengetahui dan mengevaluasi Pencapaian Program yang
bersumber dari dana BOK.
 Untuk mengetahui dan mengevaluasi penyerapan anggaran yang
bersumber dari Dana.
 Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,bersalin dan
nifas serta bayi baru lahir ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
kompeten, sehingga diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dikota Bima

D. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan monitoring dan evaluasi Pemanfaatan DAK NONFISIK
Tahap I Tahun 2019 :

No NAMA JABATAN

1 Ahmad, S. Sos Sekretaris Dikes


2 Abdul Rafik, SKM, MH Kabid Kesmas

3 Syarifudin, S. Sos, MPH Kabid P2PL

4 Lusi, M. Keb Kasie Kesga


5 Usman, SKM Kasie Penyehatan Lingkungan
6 Rita Muflihah, SKM Kasie Pemberantasan Penyakit

7 Serosa Andi Kurniawati, S.Psi Kasie Promkes & PSM


Kasie Pengamatan & Pencegahan
8 Wantikirmanti, SKM, M. Kes
Penyakit
9 Hj. Rosdianah, B. Sc Staf Seksi Gizi
10 Nurramdani, S.ST Staf Seksi Gizi
11 Sri Ratu Mutmainnah, SKM Staf Seksi Promkes & PSM
12 Sriwahyuningsih, Amd.Keb Staf Seksi Kesga
13 Desmy Hayuningsih, AMG Staf Seksi Kesga

E. Metode Pelaksanaan Kegiatan


Tim melakukan monitoring dan evaluasi di wilayah Puskesmas se Kota Bima
dengan metode observasi, wawancara atau kajian dokumen.

F. Tahapan Kegiatan
 Persiapan untuk menentukan jadwal dan lokasi monitoring dan evaluasi
 Pelaksanaan kegiatan
 Laporan Pelaksanaan kegiatan

G. Waktu dan Tempat


Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan DAK NON FISIK Tahap I dilaksanakan di
wilayah Puskesmas di Kota Bima (7 UPT. Puskesmas Kota Bima) pada tanggal
29, 30, 31 Juli dan 1, 2, 3, dan 5 Agustus 2019.

H. Biaya
Kegiatan ini dibebankan pada DPA Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Dinas
Kesehatan Kota Bima tahun anggaran 2019.

I. Hasil Kegiatan (terlampir)

Raba - Bima, Agustus 2019


Wakil Ketua/PPTK

Abdul Rafik, SKM, MH


NIP. 19760512 200212 1 010
PEMERINTAH KOTA BIMA
DINAS KESEHATAN
Jalan Soekarno – Hatta No.66 Telp : (0374) 646044 Raba – Bima

Anda mungkin juga menyukai