Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan
sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.(Depkes,2004). Asuhan keperawatan yang diberikan
bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa
klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.

Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan
melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan
nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan
normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan,
memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu
dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan
lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja perspektif keperawatan maternitas ?


2. Apa saja upaya dalam peningkatan kesehatan Ibu di Indonesia ?
3. Bagaimana Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ?
4. Apa konsep yang terkait dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Keperawatan Maternitas


2.1.1 Profil Kesehatan Ibu di Indonesia
1. Menurut data tahun 2008 di Indonesia, setiap ibu meninggal setiap jamnya
akibat komplikasi kehamilan. Dengan kata lain, lebih dari 9.500 ibu di Indonesia
meninggal setiap tahun. Sebagai perbandingan, kematian ibu di Filipina adalah
sekitar 1.900, di Thailand sekitar 420, dan di Malaysia hanya sekitar 240 setiap
tahunnya.(Bopak,2004)
2. Sebagian besar dari kematian ibu ini sebenarnya dapat dicegah.
3. Kematian ibu lebih tinggi pada populasi dengan karakteristik berikut:
a) Tinggal di daerah pedesaan atau terpencil
b) Tingkat pendidikan ibu yang rendah
c) Tingkat pendapatan yang rendah
4. Hampir seperempat dari seluruh kelahiran (22.7%) di Indonesia tidak mendapat
pertolongan dari tenaga kesehatan terlatih.
5. Terdapat kesenjangan yang nyata antar propinsi, di mana hampir seluruh (97%)
persalinan di Propinsi DKI Jakarta ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
sementara hanya 33% persalinan di propinsi Maluku yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih.
6. Keadaan Saat Ini dan Posisi Indonesia dalam Mencapai Millennium
Development Goal
7. Angka Kematian Ibu adalah salah satu indikator keberhasilan MDG 5. Di
Indonesia, kecendrungan penurunan AKI dapat dilihat dari periode 1990-1994
dengan AKI 390/100.000 kelahiran hidup, yang kemudian turun menjadi
334/100.000 kelahiran hidup pada survei periode 1990-2000 dan menjadi 307
pada tahun 2003. Survei terakhir menunjukkan AKI di Indonesia adalah 228
kematian per 100.000 kelahiran hidup, namun angka ini masih jauh dari target
MDG 5 untuk Indonesia yakni 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga,
walaupun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terus menurun, Indonesia
diperkirakan tidak akan mencapai target MDG 5 pada tahun 2015
2.1.2 Dimanakah Kematian Ibu Terjadi?
a) Lima puluh persen (50%) dari jumlah total kematian ibu terjadi di lima propinsi
Indonesia, yaitu di Jawa Barat , Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Banten,
dan Jawa Timur. Terdapat juga disparitas antar status sosial dan ekonomi yang
berbeda, di mana wanita yang tinggal di pedesaan atau memiliki pendidikan
yang rendah cenderung lebih rentan untuk memiliki risiko meninggal saat hamil.
2.1.3 Kenapa ibu hamil meninggal ?
Penyebab kematian ibu hamil adalah komplikasi kehamilan itu sendiri.
Komplikasi utama yang menyebabkan sekitar 80% kematian ibu hamil adalah:
a) Perdarahan saat persalinan
b) Infeksi (biasanya setelah persalinan)
c) Tekanan darah tinggi pada kehamilan (pre-eclampsia dan eclampsia)
2.1.4 Bagaimana cara menyelamatkan nyawa ibu hamil?
Sebagian besar penyebab kematian ibu dapat diatasi, karena penanganan
medis untuk komplikasi-komplikasi utama telah diketahui. Namun, permasalah
terletak pada 3, antara lain:
a) Akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang berkualitas.
b) Keterbatasan tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil dan sulit dicapai.
c) Rendahnya pengetahuan sebagian masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
d) Rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, yang tidak hanya akan.
e) memperberat komplikasi kehamilan tapi juga penyebab bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR)
2.1.5 Mengapa ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan?
Ibu hamil di daerah terpencil tidak memiliki akses yang baik ke fasilitas
kesehatan. Perbandingan jumlah penduduk dan tenaga kesehatan pun masih jauh di
bawah standar. Yang lebih penting adalah kualitas pelayanan yang diberikan, di
mana sebagian besar kematian ibu di propinsi-propinsi di pulau Jawa justru terjadi
di rumah sakit rujukan.
Jadi, permasalahan kesehatan ibu tidak bisa dituntaskan dengan hanya
memfokuskan usaha kesehatan di satu hal tertentu, misalnya di pengadaan bidan
desa saja, tapi seharusnya ke usaha yang lebih holistik, termasuk fasilitas bersalin
lanjutan (BAPPENAS: 2011).
2.2 Upaya – upaya dalam peningkatan kesehatan ibu di Indonesia

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam,
telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
2.2.1 Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan Ibu
1 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
2 Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3 Pemantauan tumbuh kembang balita.
4 Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kalidan
campak 1 kali pada bayi.
5 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program
KIA.
6 Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam
penyakit ringan.
7 Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan
serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8 Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi
sertakader-kader kesehatan.
9 Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas:
a) Sistem pencatatan-pemantauan
b) Sistem transportasi-komunikasi
c) Sistem pendanaan
d) Sistem pendonor darah
e) Sistem Informasi KB.
2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses
fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:

a) Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat


darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin
b) Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
c) Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan
d) Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu
oleh tenaga kesehatan profesional.
e) Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
mengatasi masalah mereka sendiri.
f) Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan
maternal,
g) Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.

2.4 Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut ini.( (Depkes RI,
Dirjen Yanmedik, 2005)

1. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk


perempuan saat hamil dan bersalin
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi
merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.

Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka
dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar
dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola berbagai
komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki
pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka.

Tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka
mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah
mereka. Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi
untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah
diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang
mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka. Didalam konteks pembentukan sistem
kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi
kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan
bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi
tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut
berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki.

Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi
dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan
memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan
dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan
berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana,
kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.Selain
sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat,
pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan

Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup
sehat.Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.

7. Pemantauan Wilayah Setempat KIA

Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk
motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan
program KIA secara teknis maupun non teknis.

8. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non teknis,yaitu


9. Indikator Pemantauan Teknis :

Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan yangterdiri dari :

a) Indikator Akses
b) indikator Cakupan Ibu Hamil
c) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f) Indikator Neonatal.
A) Indikator Pemantauan Non teknis :

Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan
bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administrasi,
yaitu :

a) Indikator pemerataan pelayanan KIA


Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah
b) Indikator efektivitas pelayanan KIA :

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya
menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.Kedua
indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan dalam
pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas
dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber
daya setempat yang diperlukan.

2.4 Konsep Keperawatan Maternitas.

A) Pengertian (Reede,2002)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang
difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi /
kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada
pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan.(Reede,2002).
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa
prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal.
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan,
masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang
dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

2.5 Falsafah Keperawatan Maternitas

1.2.1 Keperawatan maternitas dipusatkan pada :

1.2.1.1 Keluarga dan masyarakat askep yang holistic


1.2.2.5 1.2 Menghargai klien dan keluarganya

2.2.1.3 Klien, keluarga, masy berhak perawatan yg sesuai

1.2.2 Setiap individu berhak lahir sehat – optimal :

1.2.2.1 Wanita hamil dengan bayi yang dikandung.

1.2.2.2 Wanita pasca persalinan beserta bayinya. Berhak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan.

1.2.3 Pengalaman : Kehamilan, Persalinan, Gangguan Kesehatan merupakan tugas


perkembangan keluarga dan dapat menjadi krisis situasi.

1.2.4 Yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal , alamiah, partisipasi
aktif keluarga dibutuhkan untuk kepentingan kesehatan ibu dan bayi.

1.2.5 Awal kehamilan awal bentuk interaksi keluarga.

1.2.6 Sikap, nilai, dan perilaku sehat setiap individudipengaruhi latar belakang budaya, agama,
dan kepercayaan.

1.2.7 Keperawatan maternitas berfungsi sebagai advocat/ pembela untuk melindungi hak klien.

1.2.8 Mempromosikan kesehatan merupakan tugas penting bagi keperawatan maternitas


generasi penerus.

1.2.9 Keperawatan maternitas memberi tantangan bagi peran perawat dan merupakan faktor
utama daalam mempromosikan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

1.2.10 Yakin bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam meningkatkan
mutu pelayanan maternitas

1.3 Perandan Ruang Lingkup Keperawatan Maternitas

1.4 Peran adalah suatu perilaku yang diharapkan.(BAPPENAS,2010)

Yang dikaitkan dengan standar, merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi
tertentu.

1.4.1 PELAKSANA / CAREGIVER

2.3.1.1 Meningkatkan kesehatan : mengidentifikasi dan memaksimalkan kemampuan klien yang


spesifik dan unik untuk mencapai hasil maksimal dan hidup yang berkwalitas atau kematian yang
tenang

1.4.1.1 Mencegah penyakit : Sasaran objeknya mengurangi resiko sakit, meningkatkan kebiasaan
gaya hidup sehat mempertahankan keadaan optimal.
1.4.1.2 Memulihkan kesehatan/rehabilitasi : fokusnya pada tingkat kesakitan individu dari deteksi
dini perawat, rehabilitasi dan bimbingan saat pemulihan.

1.4.1.3 Memfasilitasi koping : Perawat lebih aktif dalam mempersiapkan kematian dan kehidupan
yang nyaman sebisa mungkin

1.4.2 PENDIDIK / EDOCATOR

Bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dan tenaga kesehatan
lainnya, bagi klien yang dalam keadaan tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi mau dan tidak
mampu menjadi mampu.

1.4.3 PENELITI / RESEARCHER :

1.4.3.1 Meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki

1.4.3.2 Melakukan penelitian secara ilmiahKompetensi :

1) Melakukan penelitian dalam keperawatan maternitas

2) Mengembangkan kebiasaan melakukan observasi dan

3) Mencatat secara sistematis dan akurat sehingga dapat menentukan hasilnya

4) Memfokuskan observasi pada penemuan peanggulangan masalah keselamatan, kesembuhan


dan mengurangi cacat

5) Menevaluasi penemuan terhadap penelitian supaya relevan pada perawat pasien.

1.4.4 PEMBELA / ADVOCATOR

Suatu proses menjaga, melindungi, hadir di samping klien saat klien membutuhkan bantuan,
bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam pelayanan kesehatan melalui kemitraan partnership
dan memperlakukan pasien sama sebagai mana ia ingin diperlakukan.

1.4.5 KONSELOR

Proses interpersonal untuk membantu klien membuat keputusan yang akan meningkatkan
kesehatan secara menyeluruh, yang diberikan secara objektif dan lengkap secara sistematik

1.4.5.1 Tipe Konseling :

1) Short konseling : jangka pendek berfokus pada masalah utama, perlu perhatian segera.

2) Long term : konseling jangka panjang perlu perimbangan dalam jangka waktu lama mungkin
membutuhkan konsultasi dari perawat dalam interval hari, minggu atau bulan.

3) Motivasional proses diskusi yang melibatkan perasaan klien dan perawat

1.4.5.2 Konselor yang efektif :

(1) Mampu menciptakan suasana nyaman dan aman bagi klien


(2) Menimbulkan rasa saling percaya klien-konselor

(3) Mampu mengenali hambatan

(4) Mampu menyampaikan informasi lengkap dan jelas

(5) Mau mendengarkan aktif dan bertanya secara efektif dan sopan

(6) Mampu mengenali keinginan klien keterbatasan perawat

(7) Membuat klien bertanya, membantu dan memperhatikan

2.3.6 TREND/KECENDERUNGAN KEPERAWATAN MATERNITA

2.3.6.1 Sosial

1) Perubahan struktur keluarga

2) Bertambahnya wanita pekerja

3) Peran wanita dalam pelayanan dalam kesehatan masyarakat

4) Pola hidup dan peningkatan kesehatan

2.3.6.2 Faktor resiko social

(1) Sosiodemografi

Usia Ibu : usia lanjut, remaja/dini.

(2) Sosio ekonomi

Pendapatan dan pendidikan, etnis.

(3) Behavioural

Perokok, drug, abuse, alcohol.

(4) Ketegangan

Perceraian, penyakit, kematian, kehilangan pekerjaan, kurangnya bantuan social, emosi, sikap.

2.3.6.3 Teknologi, Perkembangan sederhana atau modern serta alamiah

1) Perkembangan IPTEK

2) Kemudahan berinteraksi

3) Fertility concern

4) Invetro fertilition Dilema etik

5) Pencegahan kehamilan efek dan legal aspek


2.4 Standart etik dan aspek legal dalam keperawatan maternitas

2.4.1Pengertian

Etika Etos ( Yunani ), berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan benar tidaknya
suatu perbuatan. Merupakan model perilaku dan standart yang di harapkan. Hal yang berhubungan
dengan pertimbangan perawat yang mengarah kepertanggungjawaban moral yang mendasari
asuhan keperawatan.

2.4.2 Penerapan etika dalam keperawatan maternitasTerhadap individu

2.4.2.1 Wajib menghormati kepercayaan individu

2.4.2.2 Menghormati nilai, adat, kebiasaan individu

2.4.2.3 Memegang teguh kerahasiaan informasi individu.

2.4.3 Terhadap praktik keperawatn

2.4.3.1 Bertanggung jawab melaksanakan tugas

2.4.3.2 Wajib memelihara standart keperawatan

2.4.3.3 Memprtimbangkan kemampuan individu dalam melimpahkan tanggung jawab

2.4.4 Masalah etik dalam keperawatan maternitas

2.4.4.1 Masalah etika ringan

2.4.4.2 Membicarakan rahasia klien

2.4.4.3 Membentak klien yang gelisah

2.4.4.4 Membantu klien partus tanpa tabir

2.4.4.5 Masalah etik komplek

2.4.4.6 Abortus :

§ Berdasarkan kejadian ( buatan dan spontan )

§ Berdasarkan pelaksanaannya (buatan terapeutik dan ilegal)

§ Berdasarakan gambaran klinis (lengkap, tidak lengkap, mengancam, takterhalangi, habitualis,


infeksi, Mised abortion)

Anda mungkin juga menyukai