PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator yang penting dalam mengukur status kesehatan ibu adalah
melalui Angka Kematian Ibu (AKI). AKI mengacu kepada jumlah kematian ibu
yang terkait masa kehamilan, persalinan dan nifas. Menurut World Health
Organiztion (WHO) sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan
atau persalinan. Sebanyak 99% kematian di seluruh dunia terjadi di negara
berkembang. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
kematian ibu adalah perdarahan hebat, infeksi, tekanan darah tinggi selama
kehamilan, komplikasi dari pesalinan, aborsi yang tidak aman dan sisanya
disebabkan oleh penyakit seperti malaria, HIV dan AIDS selama kehamilan
(WHO, 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah
AKI yang masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015, AKI di Indonesia yaitu 305/100.000 kelahiran hidup dengan
penyebab terbesarnya ialah perdarahan. Angka tersebut menunjukkan bahwa AKI
di Indonesia masih sangat jauh dari target SDG’s 2030 yaitu untuk AKI
70/100.000 kelahiran hidup.
ProvinsiKepulauan Riau merupakan salah satu provinsi yang terdapat di
Indonesia. Di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 menunjukkan adanya
peningkatan AKI yaitu 109,61/100.000 kelahiran hidup di tahun 2016 menjadi
127,96/100.000 kelahiran hidup di tahun 2017. Penyebab kematian ibu di Provinsi
Kepulauan Riau masih didominasi oleh penyebab langsung yaitu perdarahan
29,63%, hipertensi dalam kehamilan 25,93%, infeksi 1,85%, gangguan metabolik
3,70% dan sebab lain 33,33%. (Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 2017).
Penyebab langsung kematian ibu adalah karena perdarahan, tekanan darah
tinggi dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah Kekurangan
Energi Kronis (KEK) dan anemia dalam kehamilan. Anemia kehamilan disebut
potential danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak),
1
karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba dkk, 2010).
Pada tanggal 04 Maret sampai dengan 22 Maret 2019.Mahasiswa
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang, melakukan kegiatan Praktik
Kebidanan Komunitas Kepulauan yang dilaksanakan di Kecamatan Mantang
khususnya di Desa Mantang Besar RT 01 RW 01. Dalam Pelaksanaan Praktik
Kebidanan Komunitas Kepulauanyang diadakan, di Desa Mantang Besar salah
satu kegiatan yang dilakukan ialah melakukan.Pembinaan pada keluarga (KK
Binaan) dimana sebelum melakukan pembinaan pada keluarga tersebut dilakukan
Pendataan di setiap keluarga terlebih dahulu sehingga dari hasil pendataan
tersebut didapatkan masalah terutama masalah dibidang kesehatan.
Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal perlunya
tanggung jawab dari berbagai pihak terutama tenaga kesehatan dimana hal
tersebut dapat dicegah melalui pembinaan keluarga yaitu salah satunya dengan
melakukan KK binaan.Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah karena pertalian darah dan perikatan atau adopsi.Antara keluarga satu dan
lainnya saling bergantung dan berinteraksi (Sudjati, 2013). Jika salah satu
keluarga mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya Oleh karena itu,
penting bagi bidan untuk dapat mengetahui apa saja yang harus dilakukan dalam
perannya dalam masyarakat (Runjati, 2011).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas
Kepulauan pada Ny. R G2P1A0H1 Umur 30 Tahun Usia Kehamilan 8-9 Minggu
dengan anemia ringan di Desa Mantang Besar Kec.Mantang Kab.Bintan Tahun
2019.
2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Data Subjektifterhadap Asuhan Kebidanan
Komunitas di Kepulauan Pada Ny. R G2P1A0H1 umur 30 tahun Usia
Kehamilan 8-9 Minggu dengan anemia ringan di Desa Mantang Besar
Kec. Mantang Kab. Bintan Tahun 2019.
b. Mampu melakukan pengakjian Data Objektif terhadap Asuhan Kebidanan
Komunitas di Kepulauan Pada Ny. R G2P1A0H1 umur 30 tahun Usia
Kehamilan 8-9 Minggu dengan anemia ringan di Desa Mantang Besar
Kec. Mantang Kab. Bintan Tahun 2019.
c. Mampu membuat Assasment terhadap Asuhan Kebidanan Komunitas di
Kepulauan Pada Ny. R G2P1A0H1 umur 30 tahun Usia Kehamilan 8-9
Minggu dengan anemia ringan di Desa Mantang Besar Kec. Mantang Kab.
Bintan Tahun 2019.
d. Mampu membuat Planning terhadap Asuhan Kebidanan Komunitas di
Kepulauan Pada Ny. R G2P1A0H1 umur 30 tahun Usia Kehamilan 8-9
Minggu dengan anemia ringan di Desa Mantang Besar Kec. Mantang Kab.
Bintan Tahun 2019.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penulisan studi kasus ini dapat meningkatkan kompetensi penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Faktor Risiko.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap bahwa studi kasus ini dapat bermanfaat sebagai bahan
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk praktik kebidanan komunitas
kepulauan selanjutnya di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
3. Bagi Penulis Lainnya
Dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi penulis lain dalam memberikan
asuhan kebidanan kehamilan pada Ny R dengan usia kehamilan 8-9 minggu.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi social,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan
individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat (Wahyuni, 2018).
5
3) Gangguan kehidupan keluarga sedikit atau minimal.
4) Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan emergensi.
5) Pilihan alternative untuk ibu yang tidak memenuhi persyaratan persalinan
di rumah.
6) Bidan tetap dapat mempertahankan keterampilan menolong persalinan.
c. Masa nifas (pasca persalinan)
Tujuan asuhan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan adalah
sebagai berikut :
1) Mencegah atau mendeteksi dan mentalaksanakan komplikasi yang timbul
pada waktu pascapersalinan, baik medis, bedah, atau obstetrik.
2) Dukungan pada ibu dan keluarganya pada keadaan peralihan ke suasana
keluarga yang baru.
3) Promosi dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan
bayinya dengan cara memberikan pengetahuan mengenai tanda-tanda
bahaya, gizi, istirahat dan tidur, kesehatan diri.
4) Konseling asuhan bayi baru lahir.
5) Dukungan ASI.
6) Konseling dan pelayanan KB termasuk nasehat hubungan seksual.
7) Imunisasi ibu terhadap tetanus.
8) Bersama ibu dan keluarganya dilakukan ko seling kepada keluarga untuk
mepersiapkan apabila terjadi komplikasi (Wahyuni, 2018).
B. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal.Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil
(Prawirohardjo, 2009). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi dimana kadar
Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada
trimester 2 (Saifuddin, 2009). Ibu hamil dikatakan anemia ringan jika kadar Hb
9-10,9g%, anemia sedang jika kadar Hb 7-8,9g% dan anemia berat jika kadar Hb
kurang dari 7g% . Sedangkan menurut usia kehamilan ibu hamil dikatakan anemia
6
bila kadar Hb kurang dari 11g% pada trimester I dan IIIatau Hb kurang dari 10,5g
% pada trimester II (Prawirohardjo, 2009). Anemia yang sering terjadi pada ibu
hamil yaitu anemia defisiensi zat besi dengan prevalensi 51% di seluruh dunia.
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat
buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak
sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja terutama yang
berpenghasilan rendah. Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui
bahwa prevalensi anemia defisiensi besi di Asia >75%, di Indonesia kasus anemia
gizi mencapai 63,5%.
7
anoksis tidak dapat bearaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Pada
anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual,
konstipasi atau diare dan stomatitis, gejala-gejala umumnya disebabkan oleh
keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Prawirohardjo, 2009).
D. Klasifikasi Anemia
Nilai Hb Kriteria
8
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan
angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan
bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses
persalinan (atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan
terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin
(abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal) (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk,
2009).
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his
primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-
tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif (Prawirohardjo, 2009).
2. Dampak pada janin
a. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir
rendah dikarenakan kondisi anemia pada ibu hamil dapat mengganggu
nutrisi pada janin, dimana dengan adanya penurunan sel darah merah
atau hemoglobin, sehingga dapat mengakibatkan janin tidak
mendapatkan nutrisi yang adekuat melalui plasenta.
b. Kelahiran premature
Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau
hemoglobin akan menurun sehingga menyebabkan meningkatkan volume
plasma dan mengakibatkan kontraksi pada Rahim, dan dengan
ditambah kondisi janin yang tidak sesuai dengan perkembangan bayi
yang berdasarkan usia kehamilan ibu, dan juga biasanya kehamilan
premature dapat menyebabkan kematian pada saat di lahirkan.
c. Kematian janin
9
Kematian janin di akibatkan oleh banyak factor, salah satu
faktornya anemia pada ibu hamil yang akan mengakibatkan resiko
peningkatan kejadian Hipoksia janin pada saat proses persalinan, di mana
akan meningkatkan kematian pada janin.
10
2. Umur
Selain itu Menurut Esty (2010), bahwa ibu hamil yang berumur kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu
hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Pada
dasarnya usia ibu hamil dapat mempengaruhi anemia jika usia ibu hamil relatif
muda (<20 tahun), karena pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang
membutuhkan zat gizi lebih banyak, bila zat gizi yang dibutuhkan tidak
terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu dan bayinya.Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang
tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu
hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia. Dalam kurun reproduksi sehat di kenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun.
kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2 – 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal meningkat
kembali sesudah umur 30 – 35 tahun (Rahmawati,2011).
3. Paritas
Status kehamilan juga dapat mempengaruhi derajat anemia, semakin
sering seorang ibu melahirkan maka semakin besar resiko kehilangan darah
dan berdampak pada penurunan kadar Hb (Esty, 2010). Paritas adalah jumlah
anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun mati.
Seorang Ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia
pada kehamilan berikutnya. Apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi,
karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan janin yang
dikandungnya (Esty, 2010). Menurut Esty (2010), Ibu hamil dengan paritas
tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia
dibanding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin
banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia.
11
1. Meningkatkan asupan makanan yang banyak mengandung zat besi.
Salah satu cara untuk mencegah anemia yang diakibatkan oleh kurangnya
zat besi yang paling penting adalah dengan meningkatkan dan mencukupi
asupan makanan yang mengandung zat besi dan melakukan selain itu dengan
makanan yang seimbang perlu menjadi menu untuk ibu hamil. Makanan yang
kaya akan zat besi diantaranya adalah daging merah, sayuran berdaun hijau,
sereal dengan kandungan zat besi yang dibutuhkan tubuh, kacang-kacangan
dan telur. Selain itu dukung juga dengan vitamin C yang baik untuk dapat
menyerap lebih banyak zat besi.
2. Mengkomsumsi makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi
Beberapa jenis makanan diketahui dapat meningkatkan dan membantu
tubuh dalam penyerapan sari makanan yang mengandung zat besi. Sumber zat
besi ada pada buah-buahan, dan sayur-sayuran terutama buah yang banyak
mengandung vitamin B kompleks untuk meningkatkan produksi sel darah
merah, seperti tomat, pisang, papaya, wortel
3. Membatasi dan mengurangi minuman yang dapat memperlambat penyerapan
zat besi
Jenis minuman yang harus dibatasi dan dikurangi komsumsinya seperti
kopi, the dan anggur merah saat makan. Kadar kafein yang dimiliki minuman
tersebut akan memberi pengaruh keterlambatan kemampuan metabolisme
tubuh untuk menyerap zat besi.
4. Melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan
Dilakukan pemeriksaan secara rutin atau berkala minimal 1 atau 3 bulan
sekalai untuk mengecek kesehatan. Umumnya pihak medis akan melakukan
pengecekan pada tekanan darah. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengecek
jumlah sel darah merah dan pemberian suplemen penambahan zat besi. Apabila
anemia yang dialami keadaan yang cukup parah maka akan disarankan untuk
melakukan transfuse darah segera.
12
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap
pencegahan tediri dari tiga(3) yaitu, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap
suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan
patologis.Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya
kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko.
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat
berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa
asupan bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet
tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu
hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum
peristiwa melahirkan (Esty, 2010). Selain itu, bidan juga dapat berperan
sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai
cara mencegah anemia pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan
posyandu balita atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga,
sarana dan tempat dalam mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi
motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di
tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil untuk
selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah
terjadinya anemia.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap
pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau
timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan
sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas diantaranya adalah
sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection) seperti
pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau
13
tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau
berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang
mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan
dengan hal tersebut.Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai
dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti,
konselor, edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu
kasus dan peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian
anemia pada ibu hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk
dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian anemia tersebut. Jika
ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care giver dan kolaborator dapat
memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil
ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan
keluarganya supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan
pada ibu dan janin. Bidan juga dapat memotivasi kader untuk dapat membantu
mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di wilayahnya.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke
arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan
komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu
mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa
ulang secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti
intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe
selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah
persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat berperan sebagai care giver, edukator,
konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tgl terbit :
FORMAT 2018
PENGKAJIANASUHANKEBIDANANPADA No Dok : 1/ Keb/2018
IBU HAMIL (ANC) No Rev :-
DI KEPULAUAN
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Senin/18 Maret 2019
Pengkaji : Fika Juliani (PO7224216 1636)
Tempat : Desa Mantang Besar (RT 01)
I. Pengumpulan Data/Subjektif
a. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. R Nama Ibu : Tn. K
Umur : 30 tahun Umur : 36 tahun
Suku/kebangsaan : Melayu Suku/kebangsaan : Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Jl. Bathin Syam ,
RT 01 RW 01
15
Keluhan : Mual muntah
b. Riwayat Sosial
Status perkawinan : Sah
Perkawinan ke :1
Umur ketika menikah
- Istri : 20 tahun
- Suami : 24 tahun
- Lama menikah : 10 tahun
c. Transportasi
- Transportasi umum : Pompong ojek
- Transportasi pribadi : Sepeda motor
e. Pendapatan/bulan : ± Rp 1.500.000;
f. Kebijakan pemerintah tentang kesehatan yang diketahui :
Program tentang KB dan program jaminan kesehatan berupa BPJS
g. Fasilitas Kesehatan
- Posyandu : Ya
- Polindes : Ya
- Puskesmas : Ya
16
h. Sanitasi Lingkungan
- Perumahan : Permanen
- Pembuangan Tinja : Septic Tank
i. Sarana Komunikasi : Telepon Seluler
j. Sumber Informasi : TV, Telepon seluler
17
/7 eks
tahu ada klusi
n f
18
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur-sayuran
- Perubahan makan yang dialami : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
Minum
- Frekuensi : 7-8 gelas/hari
9. Pola eliminasi
BAK
- Frekuensi : ± 6-7x/hari
- Warna : Jernih
- Keluhan : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
BAB
- Frekuensi : 1-2x/hari
- Warna : kecoklatan
- Konsistensi : Lunak
- Keluhan : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
10. Pola Istirahat dan Tidur
Tidur siang
- Frekuensi : 1-2 jam
- Keluhan : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
Tidur malam
- Frekuensi : 7-8 jam
- Keluhan : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
11. Seksualitas
- Coitus/senggama : 1-2x/minggu
- Keluhan : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
19
12. Aktifitas Sehari-hari
- Pekerjaan : Mengurus rumah tangga
- Lama : 8 tahun
- Jarak tempuh : Tidak ada
- Alat transportasi : Tidak ada
13. Imunisasi
- TT I : SD TT III : Catin
- TT II : SD TT IV : Hamil pertama
- TT V : Satu bulan setelah TT V
14. Kontrasepsi yang Pernah digunakan
- Jenis : Suntik 3 bulan
- Keluhan : Tidak ada
- Cara mengatasi : Tidak ada
15. Riwayat Penyakit Sistemik yang Pernah diderita
- Jantung : Tidak ada
- Ginjal : Tidak ada
- Asma/TBC paru : Tidak ada
- Hepatitis : Tidak ada
- Epilepsi : Tidak ada
- Gemeli : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
16. Riwayat Penyakit Keluarga
- Jantung : Tidak ada
- Skizopremia : Tidak ada
- Hipertensi : Tidak ada
- DM : Tidak ada
17. Penyimpangan Perilaku Hidup Sehat
- Merokok : Tidak
- Minuman keras : Tidak
- Obat-obat terlangrang : Tidak
18. Data Psikologi
20
- Status emosional : Stabil
- Kehamilan ini :
Direncanakan dan diterima : Ya
Direncanakan dan tidak diterima : Tidak
Tidak direncanakan dan diterima : Tidak
Tidak direncanakan dan tidak diterima : Tidak
21
7. Hidung
- Polip : Tidak ada
- Sekret : Tidak ada
- Sinusitis : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
8. Mulut dan gigi
- Lidah : Kotor
- Tonsil : Tidak bengkak
- Stomatitis : Tidak ada
- Epulsi : Tidak ada
- Gigi : Caries dan berlubang : Tidak
Caries dan tidak berlubang : Tidak
Tidak caries dan berlubang : Tidak
Tidak caries dan tidak berlubang : Ya
- Kelainan : Tidak ada
9. Telinga
- Letak : Asimetris
- Serumen : Tidak ada
- OMA : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
10. Leher
- Kelenjar tyroid : Tidak Bengkak
- Pembuluh limfe : Tidak Membesar
- Kulit : Tidak Bengkak
11. Dada
- Letak payudara : Asimetris
- Areola mamae : Tidak hyperpigmenta
- Puting susu : Datar : Tidak
Menonjol : Ya
Terbalik/masuk ke dalam : Tidak
- Colostrum : Tidak
22
- Massa/benjolan : Tidak
- Kelainan : Tidak ada
12. Aksila
- Pembengkakan kelenjar (hypoma) : Tidak ada
- Kebersihan : Tidak ada
13. Abdomen
a. Inspeksi
- Bekas luka/operasi : Tidak
- Linea nigra : Tidak
- Striae albicans : Tidak
- Striae Lipid : Tidak
- Acites : Tidak
b. Palpasi
- Leopold I : Ballotement
- Leopold II : Tidak dilakukan
- Leopold III : Tidak dilakukan
- Leopold IV : Tidak dilakukan
- Kontraksi : Tidak ada
- Frekuensi : Tidak ada
- TBJ : Tidak ada
c. Auskultasi
DJJ : Tidak dilakukan
Frekuensi : Tidak dilakukan
Punctum maximum : Tidak dilakukan
d. Pelvimetri klinik
Distansia spinarum : Tidak dilakukan
Distansia cristarum : Tidak dilakukan
C. eksterna : Tidak dilakukan
L. panggul : Tidak dilakukan
14. Pinggang dan punggung
a. Inspeksi
23
Posisi tulang belakang : Normal
b. Perkusi (CVAT)
Nyeri : Tidak ada
15. Genitalia
a. Vulva dan vagina
- Varices : Tidak ada
- Luka : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
b. Perineum
- Bekas luka parut : Tidak ada
c. Anus
- Haemoroid : Tidak ada
16. Ekstremitas
a. Inspeksi
- Ekstremitas atas
Tangan dan jari : Tidak Oedema
Kelainan : Tidak ada
- Ekstremitas bawah
Tibia kaki : Tidak flebitis
Varices : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
b. Perkusi
Refleks patella : Kanan positif dan kiri positif : Ya
Kanan positif dan kiri negative : Tidak
Kanan negatif dan kiri positif : Tidak
Kanan negatif dan kiri negative : Tidak
17. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 9,9%
- Protein urine : Tidak dilakukan
24
- Glukosa : Tidak dilakukan
- HBsAg : Tidak dilakukan
- HIV/AIDS : Tidak dilakukan
IV. Assesment
Diagnosa : Ny. R G2P1A0H1Usia Kehamilan 8-9 Minggu dengan Anemia
Ringan
Masalah : Mual muntah dan ketidaktahuan ibu tentang konsumsi ikan
selama hamil
Kebutuhan : Penkes nutrisi dan penkes ketidaknyamanan Trimester I
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan segera : Tidak ada
V. Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaannya bahwa ibu dalam
keadaan norma yaitu TD: 120/70 mmHG. (Ibu mengerti dengan
keadaannya)
2. Menginformasikan kepada ibu bahwa HB nya 9,9 gr% dan ibu
mengalami anemia ringan, serta menjelaskan kepada ibu anemia dapat
terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang
cukup. (Ibu mengerti dengan keadaannya)
3. Memberitahu kepada ibu penyebab terjadinya mual muntah yaitu hal
normal yang terjadi pada ibu hamil trimester pertama itu disebabkan
perubahan hormon dan ibu tidak perlu cemas terhadap mual muntah
selama mual ibu tersebut masih normal, penangannya dengan makan
sedikit tapi sering menghindar makanan yang memicu mual pada ibu,
jika mengososk gigi jangan terlalu dalam maka akan memicu untuk ibu
muntah dan pada waktu minum teguklah sedikit-sedikit dan lakukan
secara perlahan, gunakan pakaian yang tidak ketat. (Ibu mau
melakukan dan mengerti)
25
4. Menginformasikan kepada ibu untuk meningkatkan pola nutrisinya,
menganjurkan ibu untuk banyak makan yang mengandung zat besi
seperti sayur bayam, kacang-kacangan, tomat sebagai penghasil
hemoglobin dalam tubuh, serta makan buah karna mengandung vit c
untuk membantu pemenuhan asupan ibu sehari-hari, dan menganjurkan
ibu untuk mengonsumsi berbagai jenis ikan karena ikan mengandung
protein yang tinggi serta kaya zat besi untuk membantu mencukupi
kebutuhan sel darah merah dalam tubuh dan mencegah terjadinya
anemia, ikan juga kaya asam lemak omega 3 yang berperan penting
bagi sistem saraf dan otak janin yang tengah berkembang. (Ibu
mengerti dan bersedia meakukan)
5. Menginformasikan kepada ibu tanda bahaya anemia/kurang darah pada
masa kehamilan yaitu bisa terjadi abortus, dapat terjadi infeksi,
terjadinya tumbuh kembang janin,serta persalinan prematur. (Ibu
mengerti)
6. Menginformasikan kepada ibu untuk menjaga pola kebersihan diri
dengan mengganti pakaian dalam apabila terasa lembab atau basah
serta istirahat yang cukup, jangan bekerja terlalu berat dan capek,
minta lah bantuan suami dan keluarga untuk membantu pekerjaan
rumah. (Ibu mengerti)
7. Menginformasikan kepada ibu tanda bahaya Trimester I yaitu
perdarahan pervaginam, mual muntah berlebihan, sakit kepala yang
hebat, penglihatan kabur, demam tinggi, keluar air ketuban sebelum
waktunya. Ibu mengerti
8. Memberikan ibu vitamin penambah darah, diminum malam hari
sebelum tidur 1×1 untuk mengingat ibu agar tidak lupa, efek samping
dari SF yaitu menimbulkan mual. (Ibu mengerti dan bersedia)
9. Menganjurkan kepada ibu untuk mengecek kembali HB nya satu bulan
kedepan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas. (Ibu mengerti)
26
10. Memberitahukan kepada ibu senantiasa memeriksakan kehamilannya
secara rutin untuk mengetahui usia kehamilan, tafsiran besar janin, dan
letak janin dalam rahim. (Ibu mengerti dan bersedia melakukan)
11. Memberitahukan kepada ibu bahwa sebaiknya melahirkan di Fasilitas
Kesehatan supaya jika terjadi komplikasi ibu bisa cepat ditangani. (Ibu
mengerti)
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari pengkajian pada tanggal 18 Maret 2019 pada pukul 13.35 WIB
diperoleh data subjektif dari keluarga Tn K, Ny R mengatakan bebarapa hari
ini mengalami mual muntah. Diperoleh data subjektif dari keluarga Tn.K, dan
Ny.R merupakan ibu hamil usia 8-9 minggu dengan anemia ringan. Mengenai
riwayat kesehatannya, ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
apapun. Ibu mengatakan keluarga juga tidak memiliki riwayat penyakit
apapun. Dilihat dari kebiasaan adat istiadat keluarga Ny. R terdapat
pantangan pada saat kehamilan yaitu tidak boleh memakan makanan laut
terlalu banyak dan pantangan selesai melahirkan Ny R tidak boleh keluar
rumah selama 40 hari dan tidak boleh makan ikan dan makanan laut. Pada
pola kebiasaan sehari-hari mengenai nutrisi, ibu mengatakan makan 3x sehari
yaitu makan nasi, ikan dan sayur. Sedangkan pada pola nutrisi, personal
hygiene dan eliminasi tidak terdapat masalah.
Dari data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik umum hasilnya
keadaan umum, tidak ada masalah dalam pemeriksaan. Berat badan Ny R
27
tidak ada masalah. Dari pemeriksaan fisik ditemukan bahwa konjungtiva pada
mata Ny. R tampak pucat, dan dari pemeriksaan penunjang HB Ny. R 9,9 gr
%. Maka dari itu Ny. R diagnose mengalami anemia ringan pada
kehamilannya. Hal ini sejalan dengan teori bahwa HB 9-10 gr%
dikategorikan anemia ringan. Ibu hamil dikatakan anemia ringan jika kadar
Hb 9-10,9g%, anemia sedang jika kadar Hb 7-8,9g% dan anemia berat jika
kadar Hb kurang dari 7g% . Sedangkan menurut usia kehamilan ibu hamil
dikatakan anemia bila kadar Hb kurang dari 11g% pada trimester I dan III
atau Hb kurang dari 10,5g% pada trimester II (Prawirohardjo, 2009). Dalam
pemeriksaan fisik tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Sehingga setelah menegakkan diagnose berupa anemia ringan pada
ibu maka segera melakukan asuhan kebidanan yaitu memberitahu ibu tentang
keadaaanya, menginformasikan kepada ibu penyebab anemia yaitu kurangnya
asupan zat besi yang berperan sebagai penghasil hemoglobin dalam tubuh,
serta kurangnya vitamin c yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari serta asam folat untuk membantu mencukupi kebutuhan sel darah
merah dalam tubuh, menginformasikan kepada ibu untuk meningkatkan pola
nutrisinya, menganjurkan ibu untuk banyak makan yang mengandung zat
besi. Selain itu juga menganjurkan untuk meminum SF dan yang telah
diberikan oleh bidan dan menginformasikan untuk mengecek ulang HB nya
di puskesmas.
28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Anemia di definisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari 12 gr% pada wanita yang tidak hamil
(Prawirohardjo, 2009). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi dimana kadar
Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada
trimester 2 (Saifuddin, 2009). Ibu hamil dikatakan anemia ringan jika kadar Hb
9-10, 9g%, anemia sedang jika kadar Hb 7-8,9g% dan anemia berat jika kadar Hb
kurang dari 7g% .Sedangkan menurut usia kehamilan ibu hamil dikatakan anemia
bila kadar Hb kurang dari 11g% pada trimester I dan III atau Hb kurangdari 10,5g
% pada trimester II (Prawirohardjo, 2009). Anemia yang sering terjadi pada ibu
hamil yaitu anemia defisiensi zat besi dengan prevalensi 51% di seluruh dunia.
B. Saran
29
1. Diharapakan mahasiwa dapat menerapkan ilmu dan wawasan dilapangan dan
megambil pengalaman setelah pulang dari Mantang.
2. Diharapakan masyarakat dan seluruh tenaga kesehatan Mantang bisa menerima
apa yang telah kami lakukan dan berikan di Mantang dan bisa menerima apa
yang telah kami lakukan selama di Mantang.
3. Diharpakan fasilitas kesehatan dan istitusi yang terkait dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik terutama edukasi dan proses penyebaran
informasi mengenai usia ideal untuk hamil dan melahirkan serta faktor risiko
terkait
30