Anda di halaman 1dari 18

ANALISA JABATAN PENGELOLA PROGRAM GIZI

DI SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI


DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEBIJAKAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
Rima Amalia,S.Gz. NIM : BMR0210016

STIKKU
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinas Kesehatan (Dinkes) merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dilingkungan
pemerintah Kota Tasikmalaya yang bertanggung jawab dalam bidang pembangunan kesehatan, fungsi
Dinkes sebagai lembaga dinas teknis yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan membantu melaksanakan tugas
teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan,
pencegahan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, pelayanan
farmasi dan pengawasan makanan dan minuman serta pembinaan program berdasarkan kebijakan Walikota
Tasikmalaya.
Kemajuan zaman dan teknologi membuat masyarakat semakin sadar akan kebutuhan kesehatannya. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin meningkatnya permintaan akan pelayanan kesehatan. Untuk itu dibutuhkan
jumlah tenaga kesehatan yang memadai agar masyarakat di daerah dapat menikmati pelayanan kesehatan
yang lebih baik dengan akses yang relatif mudah. Hal ini tentunya akan menghasilkan pola pikir masyarakat
untuk hidup di lingkungan masyarakat dengan perilaku yang jauh lebih sehat. Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Adapun yang termasuk
kedalam kelompok tenaga kesehatan menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 antara lain tenaga
medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis,
tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya. Sementara yang
termasuk kedalam tenaga non kesehatan, antara lain staf administrasi, staf keuangan, teknisi, staf sistem
informasi, petugas keamanan dan sebagainya.(1) Kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung
pembangunan kesehatan harus disusun secara menyeluruh, baik untuk fasilitas kesehatan milik pemerintah
secara lintas sektor termasuk pemerintah daerah dan swasta, serta mengantisipasi keadaan darurat kesehatan
dan pasar bebas di era globalisasi. Di samping itu kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung manajemen
kesehatan (administrator dan regulator), pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan
pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, perlu pula disusun
kebutuhannya. Pengelolaan perencanaan, sumber daya pendukung dan pengembangan perencanaan penting
untuk ditingkatkan.(2) Kementerian Kesehatan terus berusaha untuk berorientasi kemasa depan yang
mengedepankan profesionalis mendalam pelaksanaan program - program kesehatan. Salah satu upaya
Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan profesionalisme ialah dengan menetapkan jabatan fungsional
administrator kesehatan (jabfung adminkes) sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor: 42/ Kep/ Menpan/ 12/ 2000. Jabatan Fungsional Tertentu merupakan suatu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian maupun
keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Dalam rangka mencapai tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai
Negeri Sipil dengan mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasilguna di dalam
melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan
sebaikbaiknya atas dasar sistem karier dan prestasi kerja.(3) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara mengenai jabatan fungsional adminkes dan angka kreditnya, dalam keputusannya menyebutkan
peran dan fungsi adminkes adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab
secara penuh untuk melakukan analisis kebijakan di bidang administrasi pelayanan, perijinan, akreditasi dan
sertifikasi program-program pembangunan kesehatan. Berdasarkan survei awal di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Padang diperoleh data jumlah adminkes di Dinas Kesehatan Kota Padang berjumlah 12
orang yang tersebar di beberapa bidang dan seksi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Padang. Sementara
Puskesmas Belimbing merupakan satu-satunya Puskesmas yang memiliki tenaga adminkes di Wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Padang. Salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana pentingnya peranan
adminkes di wilayah Dinas Kesehatan Kota Padang penulis tertarik untuk melakukan analisis beban kerja
tenaga adminkes yang ada di Dinas Kesehatan Kota Padang menggunakan metode WISN. Analisis
penghitungan beban kerja perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan akan tenaga administrator yang ada
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang. Bila terjadi kekurangan tenaga adminkes, tentu upaya
melakukan analisis kebijakan di bidang administrasi pelayanan, perijinan, akreditasi dan sertifikasi program-
program pembangunan kesehatan tidak berjalan dengan baik. Perhitungan beban kerja dengan metode WISN
telah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya yaitu pada penelitian Fandi Kurniawan
tentang Analisis Beban Kerja Tenaga Kesehatan Masyarakat Bidang Epidemiologi di Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan waktu kerja yang tersedia bagi petugas epidemiologi
adalah sebesar 271 hari/orang/tahun atau 216 jam/orang/ tahun atau 16260 menit/orang/tahun. Standar
kelonggaran yang ada di Puskesmas Kota Semarang berjumlah 0,024 jam/tahun. Beban kerja petugas
epidemiologi di Puskesmas se – Kota Semarang adalah tinggi (rasio WISN < 1). (4) Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penghitungan Beban
Kerja Tenaga Adminkes di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018”.
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan kebijakan,
pelaksanaan dan pembinaan upaya bina kesehatan keluarga dan gizi. (2) Rincian tugas Seksi Kesehatan Keluarga
dan Gizi: a. melaksanakan penyusunan rencana program kerja Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi; b.
melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis dan standarisasi program kesehatan ibu, bayi dan anak balita,
program kesehatan anak usia sekolah, remaja dan lanjut usia serta upaya perbaikan gizi keluarga dan
masyarakat; c. melaksanakan program kesehatan ibu, bayi dan anak serta keluarga berencana; d. melaksanakan
program kesehatan anak usia sekolah, remaja dan lansia; e. menyelenggarakan survailans gizi, resiko tinggi serta
kematian ibu dan anak skala daerah; f. melaksanakan upaya perbaikan gizi dan penanggulangan gizi buruk yang
meliputi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), pelayanan gizi institusi, penanggulangan masalah gizi dan Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); g. melaksanakan penyiapan bahan kerjasama/kemitraan pelaksanaan
program kesehatan ibu, bayi dan anak balita, program kesehatan anak usia sekolah, remaja dan lanjut usia serta
upaya perbaikan gizi keluarga dan masyarakat; h. melaksanakan pengawasan, pengendalian dan serta
pembinaan program kesehatan ibu, bayi dan anak balita, program kesehatan anak usia sekolah, remaja dan
lanjut usia serta upaya perbaikan gizi keluarga dan masyarakat upaya perbaikan gizi; i. melaksanakan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi; i.
melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan j. melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Pasal 1.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perhitungan frekuensi penyakit dengan menggunakan
a. Rate?
b. Rasio?
c. Proporsi?
2. Bagaimana menentukan ukuran morbiditas
a. Insidensi?
b. Prevalensi?
3. Bagaimana menetukan ukuran mortalitas
a. Crude Death Rate (CDR)?
b. Angka Kematian Kasar (CDR)?
c. Infant Mortality Rate (IMR)?
d. Perinatal Mortality Rate (PMR)?
e. Maternal Mortality Rate (MMR)?
4. Bagaimana menentukan ukuran Fertilitas (Crude Birth Rate/CBR)

C. Tujuan:
1. Mengetahui perhitungan frekuensi penyakit dengan menggunakan
a. Rate
b. Rasio
c. Proporsi
2. Mengetahui penentuan ukuran morbiditas
a. Insidensi
b. Prevalensi
3. Mengetahui penentuan ukuran mortalitas
a. Crude Death Rate (CDR)
b. Angka Kematian Kasar (CDR)
c. Infant Mortality Rate (IMR)
d. Perinatal Mortality Rate (PMR)
e. Maternal Mortality Rate (MMR)
4. Mengetahui penentuan ukuran Fertilitas (Crude Birth Rate/CBR)
BAB II
ISI
(PENDALAMAN MATERI UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI)

1. Mengetahui perhitungan frekuensi penyakit dengan rasio, proporsi dan rate.


a. Rasio
Rasio merupakan angka perbandingan atau dapat diterjemahkan sebagai “dibanding dengan”.
Jadi rasio adalah perbandingan suatu peristiwa (event) sebagai numerator (x) dan peristiwa
lainnya yang tidak berhubungan sebagai denominator (y). Ratio juga digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian, contoh sex ratio.
X
Rumus rasio sebagai berikut: y Rasio = x k
Dimana:
x = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu.
y = banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu, tetapi
dalam hal ini berbeda atributnya dengan anggota x.
k = konstanta (1) karena k = 1, maka rumus rasio dapat disederhanakan menjadi Rasio = x/y
Contoh soal:
Jumlah kejadian keracunan makanan di desa X adalah 100 orang, dengan rincian pria sebesar 25
dan wanita 75. Berapakah rasio kasus keracunan makanan laki-laki terhadap wanitadi desa X
tersebut?
Penyelesaian:
Rasio kasus laki-laki : wanita = 25/75 = 1/3
Jadi rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan adalah 1:3

b. Proporsi
Proporsi adalah bagian dari suatu peristiwa atau ukuran yang membandingkan suatu peristiwa
sebagai numerator (x) dan peristiwa lainnya sebagai denominator (y) yang mengandung
peristiwa numerator (x+y). Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam
populasi. Contohnya adalah proporsi kejadian gizi buruk diantara masalah gizi lainnya.

X
Rumus proporsi sebagai berikut: Proporsi = x k
(x+y)

Dimana:
x = banyaknya peristiwa atau orang dll yang terjadi dalam kategori tertentu atau sub kelompok
dari kelompok yang lebih besar
y = banyaknya peristiwa atau orang dll, yang terjadi dalam semua kategori dari kelompok data
tsb.
k = konstanta (selalu sama 100)

Contoh soal:
Dalam suatu KLB penyakit Leptospirosis, jumlah penderita laki-laki sebanyak 25 orang dan
jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Berapa proporsi penderita laki-laki?
Penyelesaian :
Proporsi penderita laki-laki = 25/(25+10) x 100% = 71,43%
Proporsi dapat diartikan sebagai suatu persen (yakni proporsi dari jumlah peristiwa–peristiwa
dalam sekelompok data yang mengenai masing–masing kategori/sub kelompok dari kelompok
itu). Dapat pula dikatakan bahwa proporsi adalah jumlah perbandingan (ratio) dimana
pembilangnya merupakan sebagian dari penyebutnya. Hasilnya merupakan bilangan pecahan
dan nilai terbesar adalah satu.
Proporsi umumnya dipakai dalam keadaan dimana tidak mungkin menghitung angka insidensi;
karena itu ia tidak dapat menunjukkan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika banyaknya
peristiwa, orang, dll, terhadap mana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub
kelompok. Akan tetapi hal ini biasanya sangat jarang terjadi. Karena x dan y berada pada tempat
yang sama, berbagai persen dalam kelompok data yang asda dan seharusnya dapat saling
ditambahkan dari semua kategori data, dan jumlahnya harus menjadi 100 %. Sedangkan angka
rate tidaklah demikian. Interpretasi proporsi adalah dari jumlah frekwensi dimana suatu jenis
peristiwa tertentu terjadi, kejadiannya dinyatakan dalam persen dari berbagai sub kelompok
utama
Berikut hasil proporsi yang didapatkan dalam sebuah jurnal dengan judul Hubungan Personal
Hygiene dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Madani Unggulan, Kabupaten Bintan
(Samosir dkk, 2018), adalah sebagai berikut :
1. Populasi dan sample dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs dan MA Pondok
Pesantren Madani Unggulan yang berjumlah 106 siswa.
2. sebagian besar responden tidak mengalami kejadian skabies yaitu sebesar 81,1%.
3. Distribusi responden berdasarkan personal hygiene , responden yang memiliki personal
hygiene baik terdapat 56 responden (52,8%).
4. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin lebih besar pada jenis kelamin perempuan,
yaitu sebanyak 65 responden (61,3%).
5. Berdasarkan tingkat Pendidikan responden, sebagian besar responden pada tingkat
Pendidikan MTs, yaitu sebanyak 61 responden (57,5%).
6. Berdasarkan pengetahuan tentang penyakit skabies, sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 75 responden (70,8%).
7. Berdasarkan umur, sebagian besar berumur < 15 Tahun yaitu 69 responden ( 65,1%).
Berdasarkan lama tingal, sebagian besar lama tinggal < 28 bulan 68 responden (64,2%).
8. Distribusi responden berdasarkan faktor lingkungan, yaitu ketersediaan air bersih, luas
ventilasi, kelembaban, pencahayaan, dan kepadatan hunian. Berdasarkan ketersediaan air
bersih, sebagian responden termasuk kategori mencukupi, yaitu sebanyak 102 responden
(96,2%).
9. Berdasarkan luas ventilasi kamarnya, sebagian besar responden luas ventilasi kamarnya tidak
memenuhi syarat, yaitu sebanyak 105 responden (99,1%).
10. Distribusi responden berdasarkan kelembaban kamarnya diketahui bahwa sebagian besar
tidak memenuhi syarat, yaitu sebanyak 77 responden (72,6%).
11. Berdasarkan pencahayaan kamar, sebagian besar responden tidak memenuhi syarat, yaitu
sebanyak 95 responden (89,6%).
12. Berdasarkan kepadatan hunian, hampir semua tidak memenuhi syarat, yaitu sebanyak 105
responden (99,1%).
13. dapat diketahui bahwa pada kelompok personal higiene kurang proporsi yang mengalami
skabies, yaitu sebesar 32% dan pada kelompok personal higiene baik proporsi yang
mengalami kejadian skabies, yaitu sebesar 7,1%.

c. Rate
Rate adalah besarnya peristiwa/kejadian yang terjadi pada keseluruhan populasi dalam waktu
tertentu. Nilai rate mengukur kemungkinan kejadian dalam populasi terhadap beberapa peristiwa
tertentu, misalnya kasus atau kematian karena penyakit infeksi.
Terdapat berbagai macam ukuran frekuensi masalah kesehatan dengan mengunakan rasio,
proporsi dan rate. Berikut adalah penggunaan dari ketiganya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1. Penggunaan rasio, proporsi dan rate

INDEKS RASIO PROPORSI RATE


Morbiditas a. Risk ratio (relative a. Attributable a. Incidence rate
(kesakitan) risk) proportion b. Attack rate
b. Rate ratio b. Point prevalence c. Secondary attack
c. Odd ratio rate d. Period
prevalence
a. Death-to-case ratio Case Fatality rate a. Crude mortality
b. Maternal mortality rate b. Cause specific
rate mortality rate
c. Proportionate c. Age specific
mortality ratio mortality rate d. Age-
d. Postneonatal adjusted mortality
mortality rate rate e. Neonatal
mortality rate f. Infant
mortality rate
Natalitas (kelahiran)
Natalitas (kelahiran) a. Crude birth rate
b. Crude fertility rate

Sumber : http://eprints.uad.ac.id/24230/1/Buku%20Ajar%20SURVEILANS%202_Bu
%20liena_Rokhmayanti_Fatma.pdf

2. Mengetahui penetuan ukuran morbiditas


Digunakan untuk menggambarkan kejadian penyakit di populasi atau peluang (risiko) terjadinya
penyakit. Indeks kesakitan terdiri dari insidensi dan prevalensi.
a. Insidensi
1) Insidence rate (Angka Insidensi) adalah suatu ukuran frekuensi kejadian kasus baru penyakit
dalam suatu populasi tertentu selama suatu periode waktu tertentu atau jumlah kejadian baru
dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang mempunyai risiko (population at risk)
terhadap kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu dikalikan dengan konstanta “k”.
Insiden Rate = Jumlah penderita baru pada waktu tertentu Insidence rate
------------------------------------------------------------- xk
Jumlah population at risk waktu tertentu
Contoh:
Pada tahun 2009 terdapat kasus tuberkulosis paru sebesar 90 orang yang dilaporkan terjadi
di kota berpenduduk 200.000 orang. Berpakah angka insidensi per 100.000 penduduk di
kota tersebut?
Penyelesaian: Insidence rate= 90/200.000 x 100.000 = 45
Jadi Insidence ratetuberkulosis paru di kota tersebut pada tahun 2009 adalah 45 per 100.000
penduduk

2) Attack rate adalah angka insidensi, biasanya dinyakatan dalam persen dan digunakan untuk
mengamati kejadian penyakit di populasi pada waktu yang terbatas, contohnya adalah
selama terjadinya wabah atau KLB.
Jumlah penderita baru pada suatu saat Attack rate
Attack Rate = -------------------------------------------------------------------- x
k
Jumlah population at risk penyakit tersebut pada saat itu

*k = hampir selalu 100, meskipun mungkin 1000.


Jika k = 100, attack rate dapat dinyatakan baik sebagai jumlah kasus per 100 penduduk
maupun sebagai persen (%)
jumlah frekwensi kejadian penyakit pada suatu populasi/penduduk tertentu. Untuk penilaian
besarnya angka tersebut harus dilengkapi dengan tempat atau waktu kejadian. Pada dasarnya ada
tiga angka kesakitan yang sering digunakan yakni insidensi, angka serangan (attack rate) dan
prevalensi.
Dan dalam jurnal dengan judul Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Madani Unggulan, Kabupaten Bintan (Samosir dkk, 2018), didapatkan informasi nilai
Attack Rate (Angka Serangan), dari beberapa penelitian menunjukkan kejadian scabies cukup
tinggi pada pondok pesantren berkisar 36,6% - 72,2%. Angka Serangan (Attack Rate) Adalah
rate insidensi yang biasanya dihitung dalam nilai persen dan secara umum digunakan untuk
menilai letusan/wabah penyakit menular ataupun pada peristiwa keracunan (misalnya pada
common source epidemics). Dalam perhitungan angka serangan secara umum, maka jumlah
penderita (jumlah mereka yang terserang) pada suatu waktu tertentu didasarkan pada pelaporan
penyakit tersebut atau dilakukan pencarian dan pelaporan penderita secara rutin. Dengan
demikian, maka derajat kebenaran nilai ini (tingkat reabilitasnya) sangat dipengaruhi oleh :
o Kemantapan sistem yang digunakan dalam mencatat dan pelaporan penderita
o Sifat alamiah penyakit itu sendiri.
Pada penyakit dengan gejala yang tidak jelas, atau sulit dilakukan diagnose, maka nilai angka
serangan ini akan lebih rendah mutunya (kurang reliable). Penyebut dapat merupakan seluruh
penduduk yang bersifat khusus (umur, jenis kelamin, ras dan lain sebagainya) atau penduduk
dengan kategori lainnya (anak sekolah, tukang dokar dll). Dengan sendirinya data penyebut
sangat dipengaruhi kebenaran catatan yang dimiliki. Sedangkan besarnya populasi juga
dipengaruhi oleh periode waktu terjadinya serangan.

b. Prevalensi
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada jangka waktu tertentu
di sekelompok masyarakat tertentu.
1) Angka prevalensi periode (PeriodPrevalenceRate)
adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada jangka waktu yang bersangkutan
dikalikan konstanta.
Jumlah penderita lama dan baru
Period Prevalence rate= -------------------------------------------------------------- x k
Jumlah penduduk pertengahan tahun

2) Angka Prevalensi poin (Point prevalence rate)


adalah jumlah kasus yang ditemukan pada suatu titik waktu tertentu dibagi dengan populasi
berisiko pada suatu waktu tertentu dikali konstanta

Jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat


Point Prevalence Rate = -------------------------------------------------------------------- x
k
Jumlah penduduk tersebut pada saat itu

Rasio dan Risiko Ukuran epidemiologi digunakan untuk melihat hubungan paparan dengan
penyakit. Ukuran ini dapat diekpresikan dalam rasio yaitu risk rasio, odds rasio, dan rasio
prevalensi.
1) Risk Rasio Risk rasio disebut juga relative risk (RR) sebagai ukuran yang dapat
menunjukkan berapa kali risiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar
dibandingkan dengan populasi yang tidak terpapar.
2) Odds Rasio Adalah perbandingan odds subjek sakit dengan odds subjek tidak sakit. Odds
rasio merupakan sebuah pendekatan risiko relatif yang digunakan dalam penelitian kasus
kontrol. Pada penelitian case control, laju insidensi hampir tidak mungkin diketahui karena
paparan tidak diamati dari awal penelitian.
3) Rasio Prevalensi Ukuran rasio prevalensi dapat menggunakan rumus odds rasio maupun risk
rasio akan tetapi daya yang digunakan adalah data prevalensi bukan data kumulatif
insidensi. Penghitungan rasio prevalensi dengan menggunakan pendekatan risk rasio dan
odds rasio.
Kemudian dalam sebuah jurnal dengan judul Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Madani Unggulan, Kabupaten Bintan (Samosir dkk, 2018)
didapatkan data prevalensi, yang merupakan jumlah penderita penyakit tertentu dalam suatiu
kelompok penduduk tertentu pada suatu jangka waktu tertentu, atau pada suatu titik waktu
tertentu. Dalam perhitungan prevalensi, maka yang sering digunakan adalah prevalensi pada titik
waktu tertentu (Point Prevalence) sedangkan prevalensi pada periode waktu tertentu (Period
Prevalence) biasanya digunakan dalam laporan rutin atau data referensi.
Menurut data dari pihak Puskesmas Toapaya tahun 2017, pada tahun 2015-2016, Pondok
Pesantren Madani Unggulan Bintan pernah mengalami peningkatan kasus penyakit scabies
sebanyak 35 Penderita. Pada tahun 2017 penderita scabies meningkat menjadi sebanyak 40
penderita. Pada tahun 2018 dilaporkan bahwa santri yang masih menderita scabies sebanyak 20
orang.
Nilai prevalensi merupakan niai yang menyatakan keadaan penyakit dalam masyarakat pada
waktu itu, dan sangat berguna untuk :
- Menilai keadaan penyakit pada masyarakat tertentu bila dibandingkan dengan populasi lain
atau pada waktu yang berbeda.
- Menjadi dasar dalam perencanaan kesehatan.
- Membantu menyusun fasilitas dana, material maupun tenaga.
- Untuk menilai hasil kegiatan terutama bidang kesehatan

3. Mengetahui penentuan ukuran mortalitas


Angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi terjadinya kematian dalam suatu populasi tertentu
selama suatu masa jeda tertentu.
1) Case Fatality Rate
adalah jumlah seluruh kematian akibat satu penyebab dalam jangka waktu tertentu dibagi jumlah
seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen (per 100 kasus).
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam
1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama
Rumus:
CFR = (P/T)k
P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentu
T = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun
yang sama
perhitungan ini dapat digu8nakan uutk mengetahui tingakat penyakit dengan tingkat keamtia
yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut goklongan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan lain-lain

2) Crude Death Rate atau angka kematian kasar


adalah sebuah estimasi proporsi orang yang meninggal pada suatu populasi selama periode
waktu tertentu. Angka kematian kasar tidak mempertimbangkan kematian berdasarkan variasi
pada umur, jenis kelamin atau faktor lain.
Definisi yang lain Angka keamtian kasar adalah jumlah keamtian ang dicata selama 1 tahun per
1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena akngka ini dihitung
secatra menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga
tingkat kematian yang berbeda-beda.
Rumus:
CDR= (D/P)k
D= jumlah keamtian yang dicata selama 1 tahun
P=Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
Manfaat CDR
a) Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
b) Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
c) Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
d) Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis
e) Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

3) Angka kematian ibu, Neonatal dan Bayi


Kematian ibu dan kematian bayi merupakan indikator utama dalam menentukan status kesehatan
masyarakat.
a. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
Angka kematian ibu adalah kematian perempuan yang mengandung atau meninggal dalam 42
hari setelah akhir kehamilannya (sampai 42 hari postpartum), terlepas dari lamanya kehamilan
atau letak kehamilannya. Angka kematian ibu merupakan risiko meninggal dari penyebab
yang berhubungan dengan kelahiran anak.
Definisi yang lain Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
Rumus:
MMR = (I/T)k
I = adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas
T = Kelahiran hidup pada tahun yang sama.
k = konstanta
Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada:
• Sosial ekonomi
• Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
• Pelayanan terhadap ibu hamil
• Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

b. Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate)


Adalah jumlah kematian bayi usia kurang dari 28 hari (< 28 hari) pada periode tertentu,
biasanya dalam satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian
neonatal menunjukkan buruknya perawatan neonatal, berat badan lahir rendah, infeksi,
kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, cidera, premature dan cacat lahir.
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian Neonatal adalah
jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatata selama 1 tahun per
1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama
Rumus:
NMR = (d1/ B)k
di = Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari
B = Kelahiran hidup pada tahun yang sama
k = konstanta
Manfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut;
1. untuyk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
2. Untuk mengetahui program Imuninsasi
3. Untuk pertolongan persalina
4. untuk mengetahui penyakit infeksi

c. Angka Kematian Bayi


Adalah jumlah seluruh kematian bayi (usia < 1 tahun) pada jangka waktu tertentu dibagi
jumlah kelahiran hidup.
Definisi yang lain Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang
berumur kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama.
Rumus:
IMR = (d0 /B)k
d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun
B = Jumlah lahir hidup pada thun yang sama
k = Konstanta
Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikit:
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi
2. Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
3. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
4. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Program Keluaga berencana (KB)
5. untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi

d. Angka Kematian Balita Under Five Mortality Rate


adalah jumlah seluruh kematian balita pada satu jangka waktu tertentu dibagi jumlah seluruh
balita pada tahun yang sama.
Angka kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian
anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selam satu tahun per 1000
penduduk balita pada tahun yang sama
Rumus:
UFMR = (M/R)k
M = Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun
R = Penduduk balita pada tahun yang sama
` k = Konstanta
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena
angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus keseahtan bayi dan anak

e. Angka Kematian Perinatal


Adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih
ditambah dengan jumlah kematian bayi
Jumlah penduduk balita pada tahun yang sama kurang dari 7 hari yang dicatat selama satu
tahun per 1000 kehamilan hidup pada tahun yang sama. Angka kematian perinatal digunakan
untuk menggambarkan kesehatan ibu hamil dan bayi karena faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya angka ini adalah banyaknya kasus BBLR, Status gizi ibu dan bayi, sosial ekonomi,
penyakit infeksi dan pertolongan persalinan.
Definisi yang lain Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan
pada usia kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur
kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun
yang sama.
Rumus:
PMR = (P+M/R)k
P = jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu
M =ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 har
R = 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut:
• Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah
• Status gizi ibu dan bayi
• Keadaan sosial ekonomi
• Penyakit infeksi terutama ISPA
• Pertolongan persalinan

4. Mengetahui penetuan ukuran Fertilitas (Crude Birth Rate/CBR)


a. Age Spesific Fertilty Rate (ASFR)
Angka fertilitas menurut golongan umur
Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur
tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang dicata per 1000 penduduk wanita pada golongan umur
tertentu apda tahun yang sama
Rumus:
ASFR = (F/R)k
F = Kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicata
R = Penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang
sama
Angka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pada
angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap golongan umur tidak sama hingga
gambaran kelahiran menjadi lebih teliti
b. Total Fertility Rate ( TFR) Angka fertilitas total
Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat sealma 1 tahun
Rumus:
TFR = Jumlah angka fertilitas menurut umur X k
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate (angka), rasio dan proporsi.
Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan,
kematian, dan nilai statistik vital lainnya.
1. ANGKA / RATE / PURATA merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang
akan diukur, biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan
didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlah bilangan atau angka mutlak suatu
kasus atau kematian.
2. PROPORSI digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena itu proporsi tidak
dapat menunjukan perkiraan peluang infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa
dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok, tetapi biasanya hal ini tidak terjadi.
3. RASIO adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang memiliki
perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lain misalnya rasio orang sakit kanker
dibandingkan dengan orang sehat.
4. INSIDENSI adalah jumlah kejadian/penyakit (kasus baru) pada kelompok penduduk tertentu
dalam suatu kurun waktu tertentu
5. PREVALENSI adalah jumlah seluruh penderita (lama+baru) yang ada pada suatu saat tertentu.
6. CRUDE DEATH RATE (CDR) adalah jumlah kematian yang dicatat selama satu tahun per 1000
penduduk di pertengahan tahun yang sama
7. CRUDE BIRTH RATE (CBR) adalah angka kelahiran kasar atau jumlah kelahiran yang dicatat
selama satu tahun per 1000 penduduk di pertengahan tahun yang sama.
8. AGE SPESIFIC FERTILTY RATE (ASFR) adalah Angka fertilitas menurut golongan umur
adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang
dicata per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda tahun yang sama.
9. TOTAL FERTILITY RATE (TFR) adalah Angka fertilitas total
Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat sealma 1 tahun

B. Saran
Kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari materi
tentang epidemiologi dasar. Dan harapan kami makalah ini tidak hanya berguna bagi kami tetapi
juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari kami walaupun makalah ini kurang sempurna kami
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


2. Bustan, M.N. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Rinea Cipta. Jakarta. Cetakan kedua. Edisi revisi,
Agustus 2006.
3. Djaja, Sarimawar. 2012.”Transisi Epidemiologi di Indonesia dalam Dua Dekade Terakhir dan
Implikasi Pemeliharaan Kesehatan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga, Suskernas, Riskesdas
(1986-2007)”.Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Nomor 142.
4. Hasmi. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta: Trans Info Media.
5. hblom, A & S Norel.Pengantar Epidemiologi Modern.editor : Suhardi, januar Ahmad.yayasan
essentia medika.1988
6. Murti, Bhisma. 2013. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi: Edisi ke 3. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
7. Noor, N.N. Epidemiologi. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 2008
8. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
9. Samosir,Dkk.2018. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren
Madani Unggulan, Kabupaten Bintan

Anda mungkin juga menyukai