URUSAN : KESEHATAN
UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN KAB.DAIRI
LOKASI KEGIATAN : KABUPATEN DAIRI
SASARAN PROGRAM : KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI
MASYARAKAT
KEGIATAN
4. Peningkatan Mutu Layanan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Puskesmas dan RS,
Pendampingan Nakes di Puskesmas dan RS oleh Organisasi Profesi/ Ahli/
Pakar dan Pelaksanaan Penyeliaan fasilitatif KIA bagi Puskesmas, TPMB
( Tempat Praktik Mandiri Bidan) dan Klinik
Sasaran Kegiatan :
Ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan tenaga kesehatan
Indikator Kinerja Kegiatan:
Meningkatnya mutu layanan ibu dan bayi baru lahir
Keluaran:
Peningkatan Manajemen Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
termasuk monitoring dan evaluasi serta bimbingan teknis.
Indikator Keluaran:
Meningkatnya Persalinan di Fasilitas Kesehatan (Pf) sebagai upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibu bersalin di Fasilitas Kesehatan serta
dalam rangka percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN).
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025
b. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 25 ayat 1
dan 2.
Ayat 1 : Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
melalui pendidikan dan/atau pelatihan
Ayat 2 : Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah.
c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
d. Permenkes Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
e. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
f. Permenkes Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
g. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual
h. Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
i. Permenkes Nomor 8 tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan
2. Gambaran Umum
Kematian maternal neonatal masih menjadi masalah di Indonesia, terlihat dari
tingginya Angka Kematian Ibu dan Anga Kematian Bayi di Indonesia. Dalam beberapa
kajian terbaru tingkat dunia maupun data di indonesia menunjukan bahwa Angka
Kematian Bayi (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan negara-negara ASEAN. Beberapa program penurunan AKI dan AKN di
Indonesia telah dilakukan melalui kebijakan Making Pregnency Safer (MPS). Salah
satunya adalah meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan
ibu serta neonatal di pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Hal tersebut dapat di
lakukan dengan mengembangkan konsep Audit Maternal Perinatal/Neonatal (AMP)
tingkat Kabupaten/Kota. Ruang lingkup AMP yang di kembangkan dalam pedoman ini
mencakup audit untuk ibu dan bayi pada masa perinatal hingga neonatal. AMP dapat
dimanfaatkan untuk menggali permasalahan yang berperan atas kejadian morbiditas
maupun mortalitas. Melalui kegiatan ini diharapkan para pengelola program KIA di
Kabupaten Dairi dan para pemberi pelayanan di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas
dan Jajarannya) dan ditingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit) dapat menetapkan
prioritas untuk mengatasi faktor-faktor yang yang berpengaruh tersebut.
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari jumlah
penduduk maka kualitas tumbuh kembang balita mendapat perhatian serius yaitu
mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai, serta terjangkau oleh pelayanan
kesehatan berkualitas termaksud deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang. Pelaksanaan SDIDTK pada bayi dilakukan 4 kali dalam 1 tahun dan balita 1
tahun dilakukan 2 kali.
Remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa
ini sering disebut masa pubertas. Pada masa pubertas, rasa ingin tahu terhadap
perkembangan pada dirinya muncul. Ada tiga aspek yang perlu dipahami mengenai
kesehatan remaja, yaitu pengetahuan, persepsi, dan sikap/perilaku. Pengetahuan
mengenai kesehatan remaja yaitu pemberian informasi yang benar tentang kesehatan
sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang
seharusnya dihindari. Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial
yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga
mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu
terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang
ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi
yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi
keragaman gaya hidup dan pilihan karir. Berbagai hal tersebut dapat meningkatan
permasalahan – permasalahan yang akan dihadapi remaja. Usia anak remaja
merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga bukan orang dewasa, dan
mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi perhatian kita.
Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja dimana remaja pada
masa mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah melalui
kementerian kesehatan menggalakan program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja). Posyandu Remaja merupakan salah satu kegiatan PKPR yang berada di luar
gedung. Sebagai upaya dari Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan remaja
terhadap semua aspek kehidupan khususnya tentang kesehatan.
Salah satu faktor penyebab dan penyumbang tingginya angka kematian ibu dan
bayi, jumlah kekurangan gizi dan stunting (masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi) pada anak, lonjakan jumlah penduduk yang tidak
rasional serta penularan penyakit menular seksual dan peningkatan jumlah pengidap
penyakit degeneratif adalah rendahnya tingkat pengetahuan pasangan yang akan
membentuk sebuah keluarga tentang pentingnya pendidikan kesehatan yang adekuat
selama masa pra nikah. Pengetahuan dasar akan paradigma kesehatan dalam keluarga
adalah bekal penting dalam menjalani pernikahan, bereproduksi, hamil, hingga masa
nifas dan tatkala mendampingi masa-masa tumbuh kembang anak. Selain itu minimnya
deteksi awal tentang status kesehatan pasangan pre marital dapat menjadi faktor yang
mengurangi produktifitas dari sebuah pernikahan dan keluarga di tingkat dasar.
Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan serta
proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan
reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), juga untuk memperoleh kesiapan mental
sebagai bekal produktifitas yang positif selama masa pernikahan nantinya karena
masing-masing pasangan mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan
hidupnya. Secara garis besar pemeriksaan dan konseling kesehatan pada pasangan
calon pengantin menjadi sebuah early warning dan deteksi dini akan masalah-masalah
kesehatan yang terjadi dan mungkin terjadi serta menjadi modal awal terbentuknya
keluarga sehat.
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis
mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak
muncul pada lanjut usia. Untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia pemerintah
membuat beberapa kebjakan-kebijakan pelayanan kesehatan lansia. Tujuan umum
kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan
lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya guna
bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia,
meningkatkan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi dan pihak terkait lainnya, meningkatnya ketersediaan data dan
informasi di bidang kesehatan lansia, meningkatnya peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam upaya serta peningkatan
kesehatan lansia, meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan ini :
Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi
Masyarakat Kabupaten Dairi
Pemeriksaan Kesehatan, Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Usia Sekolah dan
Remaja, Edukasi Gizi Seimbang dan Pendidikan Kespro pada Anak Usia Sekolah
dan Remaja
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja bagi petugas kesehatan
a. Pembentukan Posyandu Remaja
b. Pelayanan Kesehatan Remaja
c. Penyuluhan kesehatan di posyandu remaja
d. Koordinasi lintas program dan lintas sector terkait kegiatan PKPR
e. Monitoring/ Evaluasi pelaksanaan posyandu remaja dan pemberian TTD
pada remaja puter
Peningkatan Mutu Layanan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Puskesmas dan RS,
Pendampingan Nakes di Puskesmas dan RS oleh Organisasi Profesi/ Ahli/ Pakar
dan Pelaksanaan Penyeliaan fasilitatif KIA bagi Puskesmas, TPMB ( Tempat
Praktik Mandiri Bidan) dan Klinik
Kegiatan berbentuk pertemuan dengan mengundang tim ahli untuk Peningkatan Mutu
Layanan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Puskesmas dan RS
Surveilans Gizi, Pelacakan dan Konfirmasi Masalah Gizi serta Pengumpulan dan
Pelaporan Data Terintegrasi dalam Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Lansia
2. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Tahapan
Menyusun TOR, jadwal, undangan, membuat anggaran biaya dan akomodasi
b. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan : Januari s/d Desember 2022
F. BIAYA
Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan Kesehatan Keluarga dan Gizi
Masyarakat tersebut dalam rencana anggaran belanja RAB berasal dari Dana
Alokasi Khusus ( DAK) Non Fisik Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten
Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2022.