3
1.2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila
adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan
tanah airnya yang di dasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang di arahkan agar
Bangsa Indonesia senantiasa menempatkan Persatuan dan Kesatuan, kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan, menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar
sesama manusia dan sesame bangsa, menumbuhkan sikap saling mencintai sesame
manusia serta mengembangkan sikap tenggang rasa.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN, bahkan
tidak sekedar wawasan kebangsaan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan
nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih
penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.
Nilai-nilai nasionalisme yang sesuai lima sila dalam Pancasila. Yaitu
sebagai berikut :
1. KeTuhanan Yang Maha Esa : religius, toleran, amanah, terpercaya, percaya diri.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab : humanis, tenggang rasa, persamaan
derajat, saling menghormati dan tidak diskriminatif.
3. Persatuan Indonesia : cinta tanah air, rela berkorban, menjaga ketertiban,
mengutamakan kepentingan publik dan gotong royong.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
dan perwakilan : musyawarah atau mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat,
bijaksana.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : adil, tidak serakah, tolong
menolong, kerja keras dan sederhana.
4
1.3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian
kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan
publik. Kode Etik adalah adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku atau etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang di harapkan dapat di pegang
teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarakan Undang-Undang ASN, kode etik dank ode perilaku ASN
yakni sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasam atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika perintah.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efesien.
8. Menjaga agar tidak terjadinya konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapatkan dan mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.
5
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengeni disiplin
pegawai ASN.
6
1.5. Anti Korupsi
Korupsi adalah melakukan tindak pidana memperkaya diri sendiri yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan/ perekonomian negara.
Selain korupsi, ada perilaku buruk lain yaitu kolusi. Kolusi adalah bentuk
kerjasama antara pejabat pemerintahan dengan oknum lain secara illegal
(melanggar hukum) untuk mendapatkan keuntungan material bagi mereka.
Sedangkan Nepotisme adalah perilaku yang memperlihatkan kesukaan yang
berlebihan kepada kerabat dekat atau kecenderungan untuk mengutamakan sanak
saudara sendiri terutama dalam jabatan dan pangkat di lingkungan pemerintahan.
Dasar hukum perilaku anti korupsi bagi warga negara Indonesia adalah UU
N0. 81 tahun 1981, UU No.31 tahun 1999 dan UU No.20 tahun 2001.Definisi
Korupsi secara gamblang telah diuraikan dengan jelas dalam 13 pasal dalam UU
No.31 tahun 1999 dan UU No. 20 tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut
korupsi dirumuskan dalam 30 bentuk / jenis tindak pidana korupsi. Ke 30 bentuk /
jenis tindak pidana korupsi tersebut dikelompokkan menjadi 7 kelompok sebagai
berikut :
1. Kerugian Keuangan Negara
2. Suap Menyuap
3. Penggelapan dalam Jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan Curang
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
7. Gratifikasi.
KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti
korupsi, yaitu : Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung Jawab, Kerja Keras,
Sederhana, Berani, Adil
7
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WoG juga
dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas dan lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai
respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
Ada 3 (tiga) alasan yang menyebabkan WOG menjadi penting dan tumbuh
sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah, yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor eksternal
Seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan, dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang
lebih baik.
2. Faktor internal
Dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari
adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
3. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar
belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal.
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Salah satu alternatifnya
adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang
ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka
koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.Membentuk lembaga koordinasi khusus
2. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status kelembagaan setingkat lebih
tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikannya.
3. Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di
luar struktur formal, yang sidatnya tidak permanen. Pembentukan gugus
tugas biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam
koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.
8
4. Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini.
9
9. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.
10
Tabel Faskesdes UPT Puskesmas Drien Rampak
Nama Faskesdes Letak
4 unit puskesmas pembantu (Pustu) a. Pustu Simpang Peut
b. Pustu Peulanteu
c. Pustu Suak Bidok
d. Pustu Alue Bagok
11
2.4. Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai UPT Puskesmas Drien Rampak
1. Visi
Terwujudnya masyarakat Arongan Lambalek sehat dan mandiri serta berwawasan
kesehatan.
2. Misi
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, dan
berwawasan kesehatan.
b. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan.
c. Meningkatkan pemberdayaan kesehatan masyarakat yang berkesinambungan
d. Menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan berwawasan kesehatan
dan kemitraan
e. Mendorong terwujudnya kemandirian untuk hidup sehat
3. Motto
“Melayani dengan Sepenuh Hati”
4. Tata Nilai
“SELAMAT”
S = Salam
E = Empati
12
L = Layak
A = Aktif
M = Mitra
A = Antusias
T = Tepat
2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Terampil UPT Puskesmas Drien Rampak
1. Melaksanakan tugas Asuhan Keperawatan (ASKEP) di dalam gedung maupun di
luar gedung.
2. Berkolaborasi dengan dokter dalam pelayanan pengobatan pasien.
3. Bertanggungjawab atas kebersihan dan penataan ruangan serta bertanggungjawab
atas pemeliharaan dan pengamanan alat-alat medis dan non medis di ruang
perawatan.
4. Membantu kegiatan lintas program antara lain kegiatan pemberantasan penyakit
menular, UKS, penyuluhan kesehatan masyarakat dan kegiatan lapangan lainnya
5. Melaksanakan kegiatan puskesmas di luar gedung.
6. Membantu pelaksanaan posyandu balita.
7. Membantu kepala puskesmas dalam membuat laporan kegiatan.
13