1 (2014)
Abstract - In the world of marketing is the yang dituju yang disebut marketing mix (Kotler
term marketing mix. Marketing mix is the key to (1997:92)). Marketing mix memiliki 4 komponen
success in achieving success. Marketing mix yang dikenal dengan 4P, yang terdiri dari product
consists of product, price, place, and promotion. (produk), place (tempat), price (harga), dan
Product is everything that is offered to consumers. promotion (promosi). Pengertian product (produk)
Viewing today, many films on offer, so it may be menurut Kotler & Armstrong (2001: 346) adalah
said that the film is a product. The film is currently segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
circulating among people in the form of serialized untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
story better known sequel. This sequel is in great atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
demand by looking at the income earned enough to atau kebutuhan. Dalam pengertian tersebut, dapat
be "king" at the box office. disimpulkan film merupakan sebuah produk yang
This study aims to analyze the influence of mampu dikonsumsi dan mampu memenuhi
the film marketing mix (script / genre film, kebutuhan pasar. Seperti dikatakan sebelumnya,
actor/actress, age classification, and release strategi yang digunakan dinamakan film marketing
strategy) to the satisfaction of the audience “X- mix yang terdiri dari:
Men” and the intentions of the audience. This study a. Creative Team
will be conducted by distributing questionnaires to b. Naskah/Genre (menunjukkan seni dalam
120 audience “X-Men”. The analysis technique memainkan kata-kata)
used is the technique of quantitative analysis with c. Aktor/Aktris
multiple linear regression analysis method. d. Klasifikasi Umur
The research results prove that there is a e. Strategi Peluncuran Film
significant influence of the film marketing mix of
audience satisfaction on the film “X-Men: Days Of Film marketing mix adalah strategi yang
Future Past”, but there were no significant effects menjadi kunci keberhasilan/suksesnya sebuah film
of audience satisfaction of interest to watch the next untuk memberikan hasil yang memuaskan untuk
film “X-Men”. audience, tetapi tidak hanya itu, film marketing mix
juga mampu menghasilkan loyalitas yang berarti
Keywords: Film marketing mix, audience minat audience untuk menonton film sekuel
satisfaction, the intentions of the audience, script/ selanjutnya. Film sekuel ini menarik bagi pencipta
genre film, actor/actress, age classification, and dan penerbit karena risiko yang lebih kecil untuk
release strategy. keterlibatan karakter dari cerita yang populer,
dibanding dengan mengembangkan karakter baru
1. PENDAHULUAN dan pengaturannya belum teruji.
Film menjadi salah satu bentuk hiburan Untuk mengukur keberhasilan sebuah
yang ditawarkan dan diminati sejumlah audience produk dapat dilakukan dengan pembelian kembali
dengan disajikan melalui adaptasi dari novel, produk tersebut, sedangkan alat mengukur tingkat
komik, atau serial televisi, serta melalui berbagai keberhasilan untuk film hanya dapat dilakukan
macam media. Menonton film telah menjadi dengan menayangkan film sekuelnya, maka dapat
kebiasaan dengan hadirnya film-film Hollywood dilihat dari profit yang dihasilkan dari film sekuel,
yang menarik. Saat ini film-film Hollywood 300: Rise Of An Empire dengan penghasilan $ 45
mempersiapkan film-film bersambung dan akan juta, Captain America: The Winter Soldier dengan
dilanjutkan pada film selanjutnya yang biasa penghasilan $ 303.3 juta, The Amazing Spiderman 2
disebut film sekuel. Untuk menghasilkan dengan penghasilan $ 550 juta. Proses pengambilan
kesuksesan dalam sebuah film diperlukan sebuah keputusan (pengenalan kebutuhan, pencarian
strategi yang dinamakan film marketing mix. Setiap informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan
komponen film marketing mix mampu memberikan perilaku pasca pembelian) dirasakan audience
kontribusi untuk kesuksesan film. dalam memilih film untuk ditonton dengan melihat
Di dalam kegiatan pemasaran, juga dikenal film marketing mix yang muncul sebelum
sebuah strategi yang terdiri dari sejumlah alat-alat menikmati film tersebut. Terlihat dari pendapatan 2
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk film sekuel yang sukses (peningkatan penghasilan)
menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar di box office yaitu “X-Men”, sehingga melihat
1
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
fenomena yang terjadi, film “X-Men” menjadi objek yang menjadi jalan cerita dan kelangkaan penulis
penelitian ini. Untuk meneliti lebih jauh mengenai baik di Eropa yang terus-menerus dikutip sebagai
produksi film sekuel di kalangan audience, judul sebuah alasan mengapa film Eropa tidak berjalan
yang akan diambil PENGARUH FILM sama baiknya dengan film Hollywood. Mullally
MARKETING MIX TERHADAP KEPUASAN (1946:18) mengamati bahwa ada kelangkaan
AUDIENCE UNTUK MENONTON SEKUEL penulis yang mampu memahami dan membangun
FILM “X MEN : DAYS OF FUTURE PAST”. cerita yang kuat. Kurangnya screenwriting yang
disebabkan kurangnya pengembangan dana juga
Rumusan Masalah telah diidentifikasi sebagai masalah dalam industri
1. Bagaimana penilaian audience terhadap film film Nigeria dan film.
marketing mix dari film“X-Men : Days Of Future Penulis Eropa, seperti Arista dan Moondance,
Past”? memberikan bimbingan penulis skenario serta
2. Apakah film marketing mix berpengaruh terhadap menyediakan kesempatan untuk memperluas
kepuasan audience”X-Men : Days Of Future jaringan untuk pembuat film Eropa. Genre yang
Past”? popular saat ini adalah kisah cinta, awalnya disebut
3. Apakah film marketing mix berpengaruh terhadap sebagai gambar perempuan. Meskipun kisah cinta
minat audience untuk menonton film sekuel dari telah ada sejak awal dari industri film, menjadi
film”X-Men”? populer di tahun 1920-an, saat ini, wanita
merupakan kelompok sosial di bioskop yang
Tujuan Penelitian terbesar. Hal ini berbeda dengan situasi saat ini
1. Mengetahui penilaian audience terhadap film yang memiliki target utama adalah laki-laki muda.
marketing mix dari film”X-Men : Days Of Future Jenis film entertainment dihimbau kepada rakyat
Past”. karena memungkinkan mereka untuk melarikan diri
2. Mengetahui film marketing mix berpengaruh dari bosannya kehidupan sehari-hari.
terhadap kepuasan audience”X-Men : Days Of Genre film telah menjadi sebuah genre sendiri
Future Past”. dan masih populer di India serta pasar-pasar
3. Mengetahui film marketing mix terhadap minat internasional. Sementara yang terluput sebagai
audience untuk menonton film sekuel dari film”X- sebuah genre adalah well-trodden track dalam studi
Men”. film, hal tersebut tidak boleh menghalangi pemasar
film dalam upaya mereka untuk mengklasifikasikan
2. TINJAUAN PENELITIAN film untuk audience mereka. Meskipun istilah genre
A. Film Marketing mix film dapat dijadikan pelecehan untuk menunjukkan
Film marketing mix terdiri dari tim kreatif, aktor, rumusan film, dalam istilah pemasaran, kami dapat
script/genre, klasifikasi umur dan release strategi. mempertimbangkan genre sebagai indikasi dari
Tim kreatif, direksi, para produser, pengalaman yang akan dimiliki audience setelah
cinematographers dan personil kreatif lain menonton film tertentu. Identifikasi genre adalah
digabungkan ke dalam atribut aktor. Film yang elemen kunci dalam mempersiapkan strategi
menggunakan aktor/aktris terkemuka menjadi pemasaran dan salah satu komponen utama dari
ukuran keberhasilan dan hanya akan berfokus pada film marketing mix, identifikasi genre bukanlah
bakat akting, sehingga dapat diakui oleh audience. proses yang sederhana.
Sementara banyak yang terfokus pada b. Aktor/Aktris
pertimbangan keputusan casting aktor/aktris yang Sampai saat ini ada telah banyak perhatian
dan nilai seorang aktor/aktris, sehingga sebagian untuk peran yang dimainkan oleh aktor/aktris yang
orang menganggap rata-rata aktor/aktris mungkin berperan dalam film. Menurut film studi akademik
hanya bermain dalam film yang berisi dan Butler (1990), DeCordova (1985), Dyer (2007) dan
berpendapat bahwa berbagai jenis film, genre, Kindem (1982) yang menganggap peran aktor/aktris
anggaran, dan sebagainya, termasuk menentukan dalam konteks produksi film dan dalam beberapa
identifikasi aktor/aktris. Untuk anggaran besar, kasus, film konsumsi (Cook, 1979-1980). Dalam
daya tarik masa film, aktor/aktris, beberapa direktur literatur pemasaran, aktor/aktris umumnya
film yang lebih kecil, atau dalam beberapa kasus dianggap sebagai variabel yang diperhitungkan
produser, sinematografer atau anggota lain dari tim dalam analisis ekonometrik kinerja film di box
kreatif yang memainkan peran serupa yang office. Sastra yang dibahas di bawah ini tidak
dikontribusikan sebagai aktor/aktris seperti dalam memberikan jawaban yang pasti untuk pemasaran
buku Dyer (2007). film dalam kaitannya dengan aktor/aktris, tetapi hal
ini diakui bahwa aktor/aktris sering dapat menjadi
a. Script/Genre titik acuan bagi audience ketika memilih film
Personil kreatif seperti pemain dan kru dapat tertentu. Mayoritas penelitian empiris yang meneliti
dilihat sebagai tangible, unsur tetap film marketing aktor/aktris di industri film terbatas pada aktor dan
mix, yang memiliki pengaruh lain terhadap jalannya akan dimulai dengan pemeriksaan dampak aktor di
film yaitu script film dan genre film. Menurut dalam pengaruh keberhasilan box office.
Litman (1983), dia menekankan pentingnya script
2
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
Jacobs (1968) membagi faktor-faktor yang dan Cate Blanchett yang membintangi film
mempengaruhi pemilihan film di lima daerah film Elizabeth (1998) melanjutkan menjadi aktor/aktris
yang sudah ditentukan, dengan aktor/aktris utama setelah film ini diproduksi. Produsen terkonsentrasi
dilihat sebagai faktor paling penting dalam menarik pada casting, terutama karakter aktor dan beberapa
audience. Gomery (1991) menggambarkan dari aktor yang relatif tidak dikenal untuk memberikan
sektor independen (yang kemudian pergi ke script dan sinematografi dan dalam hal ini mereka
menjadi liga besar) menggunakan aktor/aktris berhasil.
sebagai kunci metode produk diferensiasi. Selain Strategi casting untuk Elizabeth sangat berbeda
meningkatkan kemampuan untuk membebankan dengan yang digunakan oleh produsen British
biaya lebih tinggi untuk film yang berisi sukses, Gosford Park (2001). Di Gosford Park,
aktor/aktris, munculnya aktor/aktris telah dilihat unique selling proposition adalah pemain
oleh sebagai aktor dapat membuat monopoli pribadi utamanya, yang dikenal sebagai pemain ensembel,
melalui budidaya citra yang unik. Pentingnya yang terdiri dari beberapa pemain paling terkenal di
pendapatan aktor/aktris diakui oleh Reporter Britania, terutama yang terkait erat dengan peran
Hollywood dengan layanan “star power” mereka. dalam kostum, drama, lainnya. Kerrigan (2005)
Layanan ini dapat diakses oleh pengguna yang menyoroti kepercayaan tim pemasaran dan
mengeluarkan berbagai jenis langganan dari produsen Elizabeth (1998). Berbeda dengan kasus
Reporter Hollywood. Sebagai contoh yang baik dari film-film yang dikenali aktor/aktris yang dapat
mana pembuat menolak untuk nama pemain membahayakan persepsi dan kinerja film, ada
aktor/aktris besar dalam film untuk menjaga beberapa jenis film yang meminta casting terkenal
integritas film adalah dalam Waking Ned Divine aktor/aktris. Sistem yang didirikan aktor/aktris
(1998). (aktor) Studio Hollywood dipandang sebagai salah
Penulis/Sutradara, Kirk Jones mencari produksi satu elemen kunci dari keunggulan kompetitif.
keuangan dan ditawarkan kesepakatan oleh US Vincendeau (2005) mengatakan aktor/aktris film
pada kondisi bahwa ia melemparkan aktor komedi Perancis ini menyoroti pentingnya aktor/aktris
US terkenal, Jack Lemon dan Walter Matthau dalam perekonomian dunia industri perfilman
dalam peran memimpin. Jones menolak untuk Perancis, sementara pada saat yang sama mengakui
membuat konsesi ini karena ia merasa bahwa kurangnya sebuah sistem formal mengelola
audience tidak akan menerima aktor komedi US aktor/aktris sebagai wujud di industri Hollywood.
terkenal seperti aktor-aktor dalam peran petani dari Seperti halnya untuk sebagian besar aktor non-AS,
sebuah desa kecil di Barat Ireland. Ketika film itu hanya sejumlah kecil dari aktor/aktris domestik
akhirnya dibuat, Jones melemparkan Irlandia menjadi dikenali dalam konteks internasional.
karakter aktor Ian Bannen dan David Kelly dan Di luar sistem Hollywood, sistem aktor/aktris
meskipun kurangnya aktor/aktris Hollywood yang Bollywood adalah setara dalam hal dampak dari
terkenal, film ini diakui di pasar internasional aktor/aktris di industri dan Lorenzen dan Taube
maupun di box office. Sementara Jones dan (2008) yang aktor/aktris memainkan peran lebih
produsennya berhasil mempertahankan hak-hak besar dalam keberhasilan film di Bollywood
mereka atas keputusan casting, ini bisa menjadi daripada Hollywood sementara pada saat yang sama
problematis untuk para pembuat film ketika mengakui bahwa dimasukkannya aktor/aktris tidak
mencoba untuk mengamankan produksi keuangan menjamin suksesnya box office. Gurinder Chadha
dari utama yang dapat mengerahkan tekanan untuk Bride and Prejudice (2004) melihat upaya untuk
pemain aktor/aktris terkenal dalam peran menjembatani tradisi pembuatan film Inggris dan
memimpin untuk meningkatkan daya tarik film di India dengan mengadaptasi cerita dasarnya British,
box office. Isu-isu kekuasaan dan reputasi terkait bahwa dari Jane Austin Pride and Prejudice
dengan kepercayaan juga dapat dilihat dengan konteks India dan casting Rai di sebuah film yang
memainkan peran penting dalam menentukan dibuat pada dasarnya untuk menarik para audience
keputusan casting. Barat, casting dapat dilihat sebagai suatu elemen
Kerrigan (2005) menunjukkan bagaimana film pemasaran yang penting dalam film.
tersebut berkerja, Elizabeth (1998), tim pemasaran c. Klasifikasi Umur
percaya bahwa kualitas nilai script dan produksi Elemen penting, dan banyak diabaikan film
yang cukup baik untuk mendukung sebagian besar marketing mix, adalah klasifikasi umur. Rating ini
dengan tidak diketahui pemain dan direktur. membatasi akses ke film serta bertindak sebagai
Meskipun para aktor dalam film ini, pada waktu itu, sinyal untuk audience dalam tipe film ditawarkan.
tidak mengenali aktor/aktris, produsen melakukan Badan-badan nasional atau negara bertanggung
pemilihan secara acak aktor Inggris dan seorang jawab untuk menilai klasifikasi sesuai untuk film
pemain sepak bola yang terkenal dalam film. individu. Di Inggris Dewan British Film klasifikasi
Menggunakan seorang pemain dari Manchester ini didirikan pada tahun 1912. Peringkat ini
United Bantulah Eric Cantona dalam peran bervariasi dari peringkat Amerika Serikat yang
Monsieur de Foix, produsen dituduh aksi casting. diatur oleh Motion Picture Association of America
Strategi ini tampaknya bekerja dan Geoffrey Rush yang memiliki empat kategori, G yang dibatasi;
3
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
4
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
bahwa itu akan menjadi hit besar, maka diputuskan evaluasi paska konsumsi untuk memilih beberapa
untuk memberikannya release cetakan 450 alternatif dalam rangka memenuhi harapan.
anggaran P & A yang terbesar yang mereka miliki C. Loyalitas/Intensi Audience
di Inggris sampai saat itu. Platform release adalah Menurut Griffin (2002), banyak perusahaan
pendekatan normal untuk film independen yang mengandalkan kepuasan pelanggan sebagai
umumnya tidak memiliki kekuatan negosiasi jaminan keberhasilan di kemudian hari tetapi
distributor utama yang diperlukan untuk menjamin kemudian kecewa mendapati bahwa para
release yang lebih luas dan anggaran P & A yang pelanggannya yang merasa puas dapat berbelanja
dibutuhkan untuk lebar release mahal untuk merchandise pesaing tanpa ragu-ragu. Berbeda dari
distributor independen yang mengandalkan dari kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat
mulut yang baik untuk secara bertahap membangun didefinisikan berdasarkan perilaku membeli.
audience untuk film, serta sebagai pendapatan, Pelanggan yang loyal adalah orang yang (Griffin,
distributor mampu meningkatkan ukuran anggaran 2002:31):
P & A. Dengan menjalankan platform untuk a. Melakukan pembelian berulang secara teratur.
distribusi digital dan pameran, biaya cetak b. Membeli antarlini merchandise dan jasa.
dikurangi secara drastis, tetapi dengan sebuah pasar c. Mereferensikan kepada orang lain.
yang semakin padat, kebutuhan untuk d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari
meningkatkan pengeluaran iklan (dalam pelbagai pesaing.
bentuknya) telah mengakibatkan anggaran P & A Fornell (1992) mengatakan bahwa loyalitas
yang tersisa relatif tinggi. Elemen-elemen dalam diukur dengan niat pembelian kembali dan toleransi
film marketing mix terdapat unsur-unsur lain seperti pricing (untuk pelanggan yang puas).
nilai-nilai produksi yang dapat dianggap, tetapi dari
sudut pandang pemasaran murni, ini diidentifikasi D. Kerangka Konseptual
sebagai faktor yang paling penting untuk
dipertimbangkan dalam posisi film di pasar dan
mengembangkan strategi marketing yang tepat. Script/genre
B. Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen sebagai evaluasi purnabeli, Aktor/aktris
dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk (pemeran)
Kepuasan Intensi
atau jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi
harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi Klasifikasi audience audience
terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, umur
maka yang terjadi adalah ketidakpuasan
(Umar:2003). Kotler (2000) mengatakan bahwa Release
kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan
strategy
seseorang setelah membandingkan antara kinerja
produk yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi
tingkat kepuasannya adalah fungsi dari perbedaan Film Marketing
antara kinerja yang dirasakan (performance) dengan Mix
harapannya (ekspectation importance). Wijono
(1999) sendiri mendefinisikan kepuasan sebagai Gambar 1 Kerangka Konseptual
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang E. Hipotesis
merupakan hasil dari membandingkan penampilan H1 : Diduga film marketing mix yang berupa
atau outcome produk yang dirasakan dalam script/genre, aktor/aktris, klasifikasi umur, dan
hubungannya dengan harapan seseorang. release strategy berpengaruh positif terhadap
Engel (1995) dalam Tjiptono (2002:146) kepuasan audience dalam memilih film yang akan
mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan ditonton.
merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif H2 : Diduga kepuasan audience memiliki pengaruh
yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil positif terhadap intensi audience.
(outcome) sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila 3. METODE PENELITIAN
hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan A. Jenis Penelitian
pelanggan. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen Jenis penelitian ini adalah causal research
adalah respon terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau penelitian kausal. Menurut Maholtra (2005,
atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan p.100), “Riset kausal adalah satu jenis konklusif
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang yang tujuan utamanya adalah mendapatkan bukti
dirasakan setelah pemakaian (Tse dan Wilson mengenai hubungan sebab-akibat (hubungan
dalam Nasution, 2004). Engel, Roger & Miniard kausal).” Dapat dikatakan bahwa penelitian kausal
(1994) mengatakan bahwa kepuasan adalah merupakan penelitian yang mencari hubungan
5
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
sebab-akibat untuk menentukan apakah satu atau b) Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan
lebih variabel menyebabkan atau berpengaruh besar sampel minimum 50 subjek.
terhadap perubahan variabel lainnya. Jadi penelitian c) Roscoe (1975) memberikan panduan untuk
kausal digunakan dengan tujuan untuk mengetahui menentukan ukuran sampel yaitu ukuran sampel
pengaruh antara satu variabel dengan variabel antara 30 sampai 500.
lainnya. Hubungan sebab akibat dalam penelitian
ini adalah mengungkapkan pengaruh film marketing B. Jenis dan Sumber Data
mix yang terdiri dari script/genre, aktor/aktris, 1. Data Primer
klasifikasi umur, dan release strategy yang Data primer adalah data yang dibuat oleh
digunakan dalam “X-Men : Days Of Future Past”. peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini masalah riset (Malhotra, 2005, p.120). Data
adalah pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan primer dalam penelitian ini adalah data yang
ini menekankan pada keluasan informasi, (bukan diperoleh langsung dari pelanggan berupa
kedalaman) sehingga metode ini cocok digunakan jawaban terhadap pertanyaan dalam kuisioner
untuk populasi yang luas dengan variabel yang dengan metode wawancara langsung kepada
terbatas, sehingga data atau hasil riset dianggap audience “X-Men : Days Of Future Past”.
merupakan representasi dari seluruh populasi”. 2. Data Sekunder
(Sugiyono, 2005, p.7) Data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan untuk maksud selain untuk
B. Populasi dan Sampel menyelesaikan masalah yang dihadapi
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan (Malhotra, 2005, p.121). Data sekunder dalam
adalah semua audience yang telah menonton film penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
“X-Men : Days Of Future Past” di bioskop, literature, studi pustaka dan media online
Surabaya. sebagai informasi pendukung penelitian ini.
Dengan meneliti audience yang telah menonton
“X-Men : Days Of Future Past” di bioskop dan E. Teknik Pengumpulan Data
menonton film sekuel X-Men sebelumnya, Instrumen penelitian yang digunakan oleh
diharapkan bahwa hasil yang didapat mampu peneliti dalam penelitian ini adalah kuisioner.
menggambarkan populasi yang bersangkutan. Menurut Malhotra (2004, p.280), kuisioner
Sampel yang diteliti oleh peneliti adalah 120 merupakan salah satu teknik terstruktur dalam
responden. mengumpulkan data yang terdiri dari sejumlah
pertanyaan, baik tertulis maupun lisan, yang
A. Teknik Pengambilan Sampel dijawab oleh responden. Kuisioner terdiri dari 2
Teknik pengambilan sampel yang digunakan bagian yaitu mengenai profil responden (screening)
dalam penelitian ini adalah non probability dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
sampling, dimana semua populasi tidak memiliki dengan film marketing mix (script/genre,
peluang yang sama untuk menjadi responden dan aktor/aktris, klasifikasi umur, dan release strategy),
pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan dan customer satisfaction dengan menggunakan
peneliti (Simamora, 2004, p.197). Metode skala Likert.
pengambilan sampel yang digunakan adalah
convenience sampling dimana peneliti mencoba F. Definisi Operasional Variabel
untuk mendapatkan sampel yang berada di sekitar 1. Variabel Eksogen
peneliti (Malhotra, 2004, p.321) serta accidental Disebut juga variabel bebas yang merupakan
sampling. Menurut Sugiyono (2006) accidental variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sampling adalah teknik penentuan sampel sebab atau timbulnya variabel dependen
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang (terikat)/endogen (Sugiyono, 2012, p.59).
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan Variabel tersebut adalah script/genre (X1),
sebagai sampel, bila dipandang orang yang aktor/aktris (X2), klasifikasi umur (X3), dan
kebetulan ditemui itu cocok sebagi sumber data. release strategy (X4).
Pertimbangan yang digunakan dalam memilih
responden adalah berdasarkan ketentuan bahwa 2. Variabel Endogen
responden dalam penelitian ini adalah audience, Disebut juga variabel terikat yang merupakan
yang telah menonton“X-Men : Days Of Future variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
Past”. karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012,
Jumlah anggota sampel atau besarnya sampel p.59). Dalam penelitian ini, variabel endogen
(sample size) ditetapkan 120 responden dengan adalah kepuasan pelanggan/ customer
pertimbangan teori yang menyatakan : satisfaction (Y1). Parameter yang digunakan
a) Gay dan Diehl (1992) mengatakan bahwa merupakan confirmatory yang bersumber dari
ukuran sampel untuk kepentingan korelasional buku karangan Sigit Triyono (2006).
dibutuhkan minimal sebanyak 30 subjek.
6
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
1) Kepuasan pelanggan terdiri dari 1 (satu) dengan nilai cronbrach's alpha. Jika
indikator, yaitu : Kepuasan pelanggan secara cronbrach's alpha yang dinyatakan dalam
keseluruhan (Y1). koefisien reliabel atau "α" > 0.7 maka
2) Loyalitas pelanggan terdiri dari 3 (tiga) jawaban konsumen dikatakan reliabel
indikator, yaitu : repeat purchase (Y2.1); sehingga data tersebut layak untuk
Rekomendasi kepada orang lain / refers others digunakan dalam penelitian selanjutnya.
(Y2.2); dan demonstrates immunity / menolak Dalam penelitian ini uji validitas dan
produk lain (Y2.3). reliabilitas diukur menggunakan SPSS for
windows, langkah dalam menguji
G. Teknik Analisa Data reliabilitas dan validitas adalah:
a. Statistik deskriptif (Malhotra, 2012, p.104) 1. Jika α > 0,7 maka alat ukur
adalah statistik yang digunakan untuk dinyatakan reliable, sebaliknya
menganalisa data dengan cara apabila α < 0,7 maka alat ukur
mendeskripsikan atau menggambarkan dinyatakan tidak reliable.
data yang telah terkumpul sebagaimana 2. Jika corrected item total correlation
adanya tanpa bermaksud membuat > r tabel, maka variabel tersebut
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau valid, tetapi jika corrected item total
generalisasi. Metode analisis data yang correlation < r tabel, maka variabel
digunakan dalam penelitian ini adalah tersebut tidak valid.
metode analisis statistik dengan c. Uji Heteroskesdastisitas
menggunakan persamaan regresi linear Uji Heteroskesdastisitas bertujuan
berganda dan sederhana (2 kali penelitian). untuk menguji apakah dalam regresi
Y = a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 terjadi ketidaksamaan variance dari
Y = kepuasan residual suatu pengamatan ke pengamatan
a = konstanta yang lain. Jika variance dari residual suatu
X1 = naskah/genre pengamatan ke pengamatan lain tetap,
X2 = actor/aktris maka disebut Homoskedastisitas dan jika
X3 = klasifikasi umur berbeda disebut Heteroskedastisitas.
X4 = release strategy Model regresi yang baik adalah yang
b1, b2, b3, b4 = besaran koefisien dari Homoskesdatisitas atau tidak terjadi
masing-masing variable Heteroskesdatisitas (Ghozali:2005).
e = error Ghozali (2005) menyatakan bahwa
Y = a + bx menggunakan scatter plot sebagai dasar
Y = Minat pengambilan keputusan adalah:
a = konstanta Jika ada pola tertentu, seperti
b = besaran koefisien variable titik-titik yang ada membentuk pola
x = kepuasan tertentu yang teratur (bergelombang,
b. Uji Validitas dan Reliabilitas melebar kemudian menyempit, maka
Uji validitas digunakan untuk mengindikasikan telah terjadi
mengukur valid atau tidaknya suatu heteroskedastisitas
kuisioner. Malhotra menyatakan hasil Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
penelitian dikatakan valid bila terdapat titik menyebar di atas dan di bawah angka
kesamaan antara data yang terkumpul 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
dengan data yang sesungguhnya terjadi heteroskedastisitas.
pada obyek yang diteliti (Malhotra, 2012, d. Uji Hipotesis
p.318). Uji validitas terhadap butir 1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
pertanyaan dalam kuesioner dapat Menurut Ghozali (2005:84) uji statistik
dilakukan dengan bantuan program SPSS, F pada dasarnya menunjukkan apakah
yaitu dengan melihat hasil output semua variabel independen yang dimaksud
Corrected Item-Total Correlation, dengan dalam model mempunyai pengaruh secara
ketemtuan jika nilainya positif dan lebih bersama-sama terhadap variabel dependen.
besar dari nilai r tabel (df = n-2 dan α= 5 Secara simultan, pengujian hipotesis
%) berarti butir pertanyaan telah valid dilakukan dengan uji F-test. Uji F
(Malhotra,2012, p. 497). digunakan untuk menunjukkan apakah
Sedangkan uji reliabilitas digunakan semua variabel independen yang
untuk memastikan bahwa respoden cukup dimasukkan dalam model mempunyai
konsisten. Hasil penelitian yang reliabel, pengaruh secara bersama-sama terhadap
apabila terdapat kesamaan data dalam variabel dependen. Bentuk pengujiannya
waktu yang berbeda (Malhotra adalah Ho: bi = b2 = ……= bk = 0, artinya
2012,p.317). Pengujian ini dilakukan semua variabel independen bukan
7
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
8
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
sebanyak 13 responden atau sekitar 10,8% bioskop XXI, dan sebanyak 28 responden atau
dari Surabaya Utara, kemudian sebanyak sekitar 23,3% menonton di bioskop Premier.
37 responden atau sekitar 30,8% dari Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Surabaya Barat, sebanyak 21 responden mayoritas responden menonton di bioskop XXI.
atau sekitar 17,5% dari Surabaya Selatan, Berdasarkan membeli tiket yaitu sebanyak 48
dari Surabaya Timur sebanyak 30 responden atau sekitar 40% membeli tiket dengan
responden atau sekitar 25%, yang sms atau M-Tix, kemudian sebanyak 47 responden
berdomisili di Surabaya Tengah (Pusat) atau sekitar 39,17% membeli tiket dengan langsung
sebanyak 11 responden atau sekitar 9,2%, datang ke counter, dan responden yang membeli
dan yang tinggal di daerah lain sebanyak 8 tiket secara online sebanyak 25 responden atau
responden atau sekitar 6,7%, sehingga sekitar 20,83%. Jadi kesimpulannya mayoritas
dapat disimpulkan mayoritas responden responden dalam penelitian ini memilih membeli
berdomisili di Surabaya Barat. tiket dengan sms atau M-Tix. Berdasarkan
pengeluaran yang dianggarkan secara khusus untuk
Tabel 2 Profil Responden Berdasarkan Perilakunya menonton di bioskop, sebanyak 49 responden atau
Profil Keterangan F % sekitar 40,83% menganggarkan untuk menonton
Teman 26 21,67
dan sebanyak 71 responden tidak
Pacar 34 28,33
Orang tua 22 18,33
menganggarkannya. Dengan demikian dapat
Menonton Sendiri 7 5,83 disimpulkan bahwa mayoritas responden tidak
Bersama Lainnya 31 25,83 menganggarkan pengeluaran menonton.
1-2 kali 24 20 Berdasarkan pengeluaran untuk membeli makanan
Sering Menonton 2-4 kali 27 22,5 dan minuman di bioskop yaitu 60 responden atau
Bioskop dalam 1 4-6 kali 35 29,17
bulan > 6 kali 34 28,33
sekitar 50% menjawab membeli makanan dan
Cinema 21 42 35 minuman dan 60 responden pula menjawab tidak
Menonton di XXI 50 41,67 membeli makanan dan minuman.
Bioskop Mana Premier 28 23,33 2. Genre film yang disukai
M-Tix 48 40
Datang ke
counter 47 39,17
Tabel 3 Genre Film
Cara Membeli
Tiket Beli online 25 20,83
< 50.000 28 23,33
50.000-
Genre Film Frekuensi Persentase
Anggaran Khusus 100.000 21 17.5
Untuk Menonton Tidak 71 59,17 Komedi 21 17,5
Pengeluaran Untuk < 50.000 58 48,33 Action 38 31,7
Membeli Makanan 50.000-
dan Minuman 100.000 2 1,67 Fantasi 48 40
Tidak 60 50 Epik/Sejarah 27 22,5
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat cara responden Adventure 41 34,2
menonton yaitu dengan teman sebanyak 26
Romantis 25 20,8
responden atau sekitar 21,67%, dengan pacar
sebanyak 34 responden atau sekitar 28,3%, dengan Sci-fi 26 21,7
orang tua sebanyak 22 responden atau sekitar Barat 14 11,7
18,3%, sebanyak 7 responden atau sekitar 5,83%
menonton sendiri, dan yang menonton dengan Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jenis film
orang yang lain sebanyak 31 responden atau sekitar yang diminati responden yaitu jenis komedi
25,83%. Dengan demikian mayoritas responden digemari 21 responden atau sekitar 17,5%, jenis
menonton dengan pacarnya. Berdasarkan seringnya action digemari 38 responden atau sekitar 31,7%,
responden menonton di bioskop dalam 1 bulan jenis fantasi digemari 48 responden atau sekitar
yaitu sebanyak 40%, jenis epik/sejarah digemari 27 responden atau
24 responden atau sekitar 20% 1 sampai 2 kali sekitar 22,5%, jenis adventure digemari 41
menonton dalam 1 bulan, kemudian sebanyak 27 responden atau sekitar 34,2%, jenis romantis
responden atau sekitar 22,5% menonton 2 sampai 4 digemari 25 responden atau sekitar 20,8%, jenis
kali dalam 1 bulan, sebanyak 35 responden atau sci-fi digemari 26 responden atau sekitar 21,7%,
sekitar 29,17% menonton 4 sampai 6 kali dalam 1 dan jenis barat digemari 14 responden atau sekitar
bulan, dan yang menonton lebih dari 6 kali dalam 1 11,7%, sehingga dari data penelitian jenis film yang
bulan sebanyak 34 responden atau sekitar 28,3%. digemari adalah jenis film fantasi, yang dilihat
Kesimpulannya mayoritas responden menonton 4 berdasarkan banyaknya responden yang
sampai 6 kali dalam 1 bulan. Berdasarkan menggemari jenis film ini.
seringnya responden menonton di bioskop mana
yaitu sebanyak 42 responden atau sekitar 35% 3. Analisis Deskriptif Film Marketing Mix
menonton di bioskop Cinema 21, sebanyak 50 Berikut ini dijelaskan jawaban responden
responden atau sekitar 41,67% menonton di mengenai variabel-variabel Film Marketing Mix
9
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
pada film “X-Men : Days Of Future Past”, yang Secara keseluruhan klasifikasi umur ini berhasil
meliputi naskah/genre, actor/aktris, klasifikasi dalam menayangkan film ini.
umur, dan release strategy:
Tabel 7 Deskripsi Dimensi Release Strategy
Tabel 4 Deskripsi Dimensi Naskah/Genre Jawaban
Indikator Jawaban Mean Std. Dev Indikator STS TS N S SS Mean Std. Dev
Thriller film“X-Men :
STS TS N S SS Days Of Future Past”
Jalan cerita “X-Men : 0 0 2 67 51 4,41 0,53 menarik 0 0 0 28 92 4,77 0,43
Days Of Future Past” Iklan poster film“X-
mudah untuk diikuti Men : Days Of Future
Past” menarik 0 0 0 33 87 4,73 0,45
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa
Kostum, latar, waktu, dan 0 0 5 46 63 4,63 0,49 mayoritas jawaban responden pada indikator
pemeran film “X-Men : dimensi release strategy adalah sangat setuju.
Days Of Future Past”
mendukung jalan cerita
Secara keseluruhan dimensi release strategy
mampu menarik audience untuk menonton.
Tabel 5 Deskripsi Dimensi Aktor/aktris Pada penelitian ini menggunakan skala likert,
Jawaban dengan interval 1 sampai dengan 5. Dimana 1
(sangat tidak puas), angka 2 (tidak puas), angka 3
Indikator STS TS N S SS Mean Std. Dev
Akting Hugh Jackman
(netral), angka 4 (puas), dan angka 5 (sangat puas).
sesuai dengan perannya Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kepuasan
Logan / Wolverine 0 0 2 36 82 4,67 0,51 penonton film “X-Men : Days Of Future Past”
Akting James McAvoy dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 1,48.
sesuai dengan perannya
Charles Xavier 0 0 0 27 93 4,78 0,42
5. Analisis Deskriptif Minat
Akting Peter
Dinklage sesuai dengan
Berikut ini akan dideskripsikan tingkat keunikan
perannya Dr. Bolivar dari bioskop film “X-Men : Days Of Future Past”
Trask 0 0 2 36 82 4,69 0,51 menurut responden penelitian:
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa
mayoritas jawaban responden pada indikator Tabel 9 Deskripsi Minat Audience Untuk Menonton
dimensi actor/aktris adalah sangat setuju. Secara Kembali
Indikator Jawaban Mean Std. Dev
keseluruhan dimensi actor/aktris sukses dalam
memilih actor yang sukses di film sebelumnya.
STM TM N M SM
Jika ada sekuel dari film 0 0 14 61 45 4,26 0,655
Tabel 6 Deskripsi Dimensi Klasifikasi Umur “X-Men” , apakah Anda
Jawaban berminat untuk menonton
Indikator STS TS N S SS Mean Std. Dev film sekuel tersebut?
Film “X-Men : Days Of
Future Past” sesuai Pada penelitian ini menggunakan skala likert,
dengan umur saya 0 0 0 37 83 4,69 0,47
dengan interval 1 sampai dengan 4, dimana 1
(sangat tidak minat), angka 2 (tidak minat), angka 3
(minat), dan angka 4 (sangat minat). Berdasarkan
Tabel 9 dapat dilihat responden sangat berminat
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk menonton film sekuel “X-Men” berikutnya,
mayoritas jawaban responden pada indikator hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
dimensi klasifikasi umur adalah sangat penting. keseluruhan sebesar 1.59 dan sekitar 40.83%
10
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
2. Uji Multikolineritas
11
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
12
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
terhadap minat untuk menonton sekuel selanjutnya. 3. Untuk penelitian mengenai film sekuel
Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor- selanjutnya, sampel yang digunakan
faktor lain yang berpengaruh untuk menentukan disarankan menggunakan film sebelumnya
audience berminat untuk menonton sekuel yang menjadi film utamanya dan mencari
selanjutnya, contoh dengan teknologinya (3D), faktor-faktor lain selain film marketing mix
reviewnya, atau pengaruh peer group. untuk mengetahui hal yang berpengaruh
terhadap minat audience untuk menonton
5. Kesimpulan dan Saran film sekuel selanjutnya (jika ada).
A. Kesimpulan:
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan DAFTAR PUSTAKA
dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: [1] Austin, B. 1980. Rating the movies. Journal of
1. Audience setuju dan suka terhadap film Popular Film and Television 7 (4), 384–399
marketing mix dari film ”X-Men : Days Of
Future Past”. Hal ini ditunjukkan dengan [2] Austin, B. A. 1989. Immediate Seating: a Look
hasil analisis deskriptif yang menunjukkan at Movie Audiences. Wadsworth, Belmont, CA
hasil setuju dan sangat setuju yang
dominan dari tiap-tiap variable film [3] Brehm, J.W. 1966. A Theory of Psychological
marketing mix. Hal ini disebabkan jalan Reactance. NewYork : Academic Press
cerita film tersebut menarik, aktor dan
aktrisnya dipilih berdasarkan film [4] Butler, J.G. (Ed.), 1990. Star Texts: Image and
sebelumnya, release strategynya menarik Performance in Film and Television. Detroit :
berdasarkan poster dan trailer yang ada. Wayne State University Press
2. Variabel film marketing mix berpengaruh
positif terhadap audience satisfaction. Di [5] Cook, P. 1979/1980. Star signs. Screen 20 (3/4),
dalam variable tersebut yang paling 80–88
berpengaruh yaitu actor/aktrisnya,
[6] De Cordova, R. 1985. The emergence of the star
sehingga dapat disimpulkan banyak
system in America. Wide Angle 6 (4), 4–13
audience yang mungkin menonton film
berdasarkan actor/aktris yang berperan, [7] Dyer, R. 2007. Stars. London : British Film
selain itu naskah/genre berpengaruh pula Institute
dalam menceritakan isinya dengan dilihat
dalam sinopsisnya. Hal ini disebabkan [8] Engel, J.F., Roger, D.B., and Paul W.M. 1992.
actor dan aktris yang dipilih berdasarkan Customer Behavior [6th ed.]. Chicago : The Dryden
film sebelumnya dan menarik audience Press
untuk menonton film selanjutnya.
3. Film marketing mix tidak berpengaruh [9] Fornell, C. 1992, A National Customer
positif terhadap minat audience untuk Barometer, The Swedish Experience. Journal of
menonton film “X-Men” selanjutnya. Hal Marketing Vol. 56 (Januari 1992) 66-12
ini disebabkan terdapat faktor lain yang
berpengaruh terhadap minat audience [10] Frankel, J. & Wallen, N. 1993. How to Design
untuk menonton film sekuel selanjutnya. and evaluate research in education. (2nd ed). New
York: McGraw-Hill Inc.
B. Saran:
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan [11] Gay, L.R., Diehl, P.L. 1992. Research
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Methods for Business and Management, Mac
1. Memilih dan menyeleksi per komponen Millan Publishing Company, New York
film marketing mix yang mampu
meningkatkan kepuasan audience, [12] Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPP. Semarang :
sehingga penelitian lebih lanjut untuk
mendeteksi variable-variable yang Undip Press
membentuk loyalitas misalnya dengan [13] Gomery, D. 1991. Movie History: a Survey.
trailer sekuelnya, poster, dan meneliti
Wadsworth, Belmont, CA
mengenai akhir cerita yang mungkin
membuat audience penasaran dan menanti [14] Griffin, J. 2002. Customer Loyalty Horw To
film sekuel selanjutnya. Earn It, How To Keep It. Kentucky : McGraw Hill
2. Untuk semua filmmaker dan bioskop,
membuat film yang sesuai dan mampu [15] Herman, G., Leyens, J-P. 1977. Rating Films
mengedukasi masyarakat dan menyeleksi on TV. Journal of Communication 27 (4), 48–53
film yang akan masuk di bioskop box
office.
13
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)
[16] Jacobs, L. 1968. The Rise of the American [31] Simamora, B. 2004. Riset pemasaran:
Film. New York : Teachers College Falsafah, teori, dan aplikasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
[17] Kerrigan, F. 2005. Evaluating the impact of an
integrated supply chain on the process of marketing [32] Sugiyono. 2005. Memahami penelitian
European feature films. Unpublished PhD thesis. kualitatif. Bandung : Alfabeta
University of Hertfordshire Business School
[33] Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
[18] Kerrigan, F. 2010. Film Marketing. United Cetakan Kesembilan. Bandung : CV Alfabeta
Kingdom : Elsevier
[34] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
[19] Kerrigan, F., Culkin, N. 1999, A reflection on Bandung: Alfabeta
the American domination of the film industry: an
historical and industrial perspective. University of [35] Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran.
Hertfordshire Business School Working Paper’s Yogyakarta: Andi
Series: 15
[36] Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku
[20] Kindem, G. 1982. Hollywood’s movie star Organisasi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
system: a historical overview. In: Kindem, F. (Ed.),
The American Movie Industry: the Business of [37] Vincendeau, G. 2005. Stars and stardom in
Motion Pictures. Southern Illinois University Press, French cinema. London : Continuum International
Carbondale and Edwardsville, pp. 79–93 Publishing Group
[21] Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. [38] Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan
Jakarta: Prenhallindo Kesehatan Vol. 1. Surabaya: Airlangga University
Press
[22] Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran [1st
ed.]. Diadaptasi oleh: A. B Susanto. diterjemahkan
Oleh : Ancella Anitawati. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat
14