Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No.

1 (2014)

PENGARUH FILM MARKETING MIX TERHADAP KEPUASAN AUDIENCE UNTUK MENONTON


SEKUEL FILM “X- MEN : DAYS OF FUTURE PAST”
Tan, Soraya Triasri Alatan dan Yohanes Sondang Kunto, S. Si., M. Sc.
Program Studi Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail : ayano_megumi@hotmail.com ; kunto_ys@peter.petra.ac.id

Abstract - In the world of marketing is the yang dituju yang disebut marketing mix (Kotler
term marketing mix. Marketing mix is the key to (1997:92)). Marketing mix memiliki 4 komponen
success in achieving success. Marketing mix yang dikenal dengan 4P, yang terdiri dari product
consists of product, price, place, and promotion. (produk), place (tempat), price (harga), dan
Product is everything that is offered to consumers. promotion (promosi). Pengertian product (produk)
Viewing today, many films on offer, so it may be menurut Kotler & Armstrong (2001: 346) adalah
said that the film is a product. The film is currently segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
circulating among people in the form of serialized untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
story better known sequel. This sequel is in great atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
demand by looking at the income earned enough to atau kebutuhan. Dalam pengertian tersebut, dapat
be "king" at the box office. disimpulkan film merupakan sebuah produk yang
This study aims to analyze the influence of mampu dikonsumsi dan mampu memenuhi
the film marketing mix (script / genre film, kebutuhan pasar. Seperti dikatakan sebelumnya,
actor/actress, age classification, and release strategi yang digunakan dinamakan film marketing
strategy) to the satisfaction of the audience “X- mix yang terdiri dari:
Men” and the intentions of the audience. This study a. Creative Team
will be conducted by distributing questionnaires to b. Naskah/Genre (menunjukkan seni dalam
120 audience “X-Men”. The analysis technique memainkan kata-kata)
used is the technique of quantitative analysis with c. Aktor/Aktris
multiple linear regression analysis method. d. Klasifikasi Umur
The research results prove that there is a e. Strategi Peluncuran Film
significant influence of the film marketing mix of
audience satisfaction on the film “X-Men: Days Of Film marketing mix adalah strategi yang
Future Past”, but there were no significant effects menjadi kunci keberhasilan/suksesnya sebuah film
of audience satisfaction of interest to watch the next untuk memberikan hasil yang memuaskan untuk
film “X-Men”. audience, tetapi tidak hanya itu, film marketing mix
juga mampu menghasilkan loyalitas yang berarti
Keywords: Film marketing mix, audience minat audience untuk menonton film sekuel
satisfaction, the intentions of the audience, script/ selanjutnya. Film sekuel ini menarik bagi pencipta
genre film, actor/actress, age classification, and dan penerbit karena risiko yang lebih kecil untuk
release strategy. keterlibatan karakter dari cerita yang populer,
dibanding dengan mengembangkan karakter baru
1. PENDAHULUAN dan pengaturannya belum teruji.
Film menjadi salah satu bentuk hiburan Untuk mengukur keberhasilan sebuah
yang ditawarkan dan diminati sejumlah audience produk dapat dilakukan dengan pembelian kembali
dengan disajikan melalui adaptasi dari novel, produk tersebut, sedangkan alat mengukur tingkat
komik, atau serial televisi, serta melalui berbagai keberhasilan untuk film hanya dapat dilakukan
macam media. Menonton film telah menjadi dengan menayangkan film sekuelnya, maka dapat
kebiasaan dengan hadirnya film-film Hollywood dilihat dari profit yang dihasilkan dari film sekuel,
yang menarik. Saat ini film-film Hollywood 300: Rise Of An Empire dengan penghasilan $ 45
mempersiapkan film-film bersambung dan akan juta, Captain America: The Winter Soldier dengan
dilanjutkan pada film selanjutnya yang biasa penghasilan $ 303.3 juta, The Amazing Spiderman 2
disebut film sekuel. Untuk menghasilkan dengan penghasilan $ 550 juta. Proses pengambilan
kesuksesan dalam sebuah film diperlukan sebuah keputusan (pengenalan kebutuhan, pencarian
strategi yang dinamakan film marketing mix. Setiap informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan
komponen film marketing mix mampu memberikan perilaku pasca pembelian) dirasakan audience
kontribusi untuk kesuksesan film. dalam memilih film untuk ditonton dengan melihat
Di dalam kegiatan pemasaran, juga dikenal film marketing mix yang muncul sebelum
sebuah strategi yang terdiri dari sejumlah alat-alat menikmati film tersebut. Terlihat dari pendapatan 2
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk film sekuel yang sukses (peningkatan penghasilan)
menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar di box office yaitu “X-Men”, sehingga melihat

1
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

fenomena yang terjadi, film “X-Men” menjadi objek yang menjadi jalan cerita dan kelangkaan penulis
penelitian ini. Untuk meneliti lebih jauh mengenai baik di Eropa yang terus-menerus dikutip sebagai
produksi film sekuel di kalangan audience, judul sebuah alasan mengapa film Eropa tidak berjalan
yang akan diambil PENGARUH FILM sama baiknya dengan film Hollywood. Mullally
MARKETING MIX TERHADAP KEPUASAN (1946:18) mengamati bahwa ada kelangkaan
AUDIENCE UNTUK MENONTON SEKUEL penulis yang mampu memahami dan membangun
FILM “X MEN : DAYS OF FUTURE PAST”. cerita yang kuat. Kurangnya screenwriting yang
disebabkan kurangnya pengembangan dana juga
Rumusan Masalah telah diidentifikasi sebagai masalah dalam industri
1. Bagaimana penilaian audience terhadap film film Nigeria dan film.
marketing mix dari film“X-Men : Days Of Future Penulis Eropa, seperti Arista dan Moondance,
Past”? memberikan bimbingan penulis skenario serta
2. Apakah film marketing mix berpengaruh terhadap menyediakan kesempatan untuk memperluas
kepuasan audience”X-Men : Days Of Future jaringan untuk pembuat film Eropa. Genre yang
Past”? popular saat ini adalah kisah cinta, awalnya disebut
3. Apakah film marketing mix berpengaruh terhadap sebagai gambar perempuan. Meskipun kisah cinta
minat audience untuk menonton film sekuel dari telah ada sejak awal dari industri film, menjadi
film”X-Men”? populer di tahun 1920-an, saat ini, wanita
merupakan kelompok sosial di bioskop yang
Tujuan Penelitian terbesar. Hal ini berbeda dengan situasi saat ini
1. Mengetahui penilaian audience terhadap film yang memiliki target utama adalah laki-laki muda.
marketing mix dari film”X-Men : Days Of Future Jenis film entertainment dihimbau kepada rakyat
Past”. karena memungkinkan mereka untuk melarikan diri
2. Mengetahui film marketing mix berpengaruh dari bosannya kehidupan sehari-hari.
terhadap kepuasan audience”X-Men : Days Of Genre film telah menjadi sebuah genre sendiri
Future Past”. dan masih populer di India serta pasar-pasar
3. Mengetahui film marketing mix terhadap minat internasional. Sementara yang terluput sebagai
audience untuk menonton film sekuel dari film”X- sebuah genre adalah well-trodden track dalam studi
Men”. film, hal tersebut tidak boleh menghalangi pemasar
film dalam upaya mereka untuk mengklasifikasikan
2. TINJAUAN PENELITIAN film untuk audience mereka. Meskipun istilah genre
A. Film Marketing mix film dapat dijadikan pelecehan untuk menunjukkan
Film marketing mix terdiri dari tim kreatif, aktor, rumusan film, dalam istilah pemasaran, kami dapat
script/genre, klasifikasi umur dan release strategi. mempertimbangkan genre sebagai indikasi dari
Tim kreatif, direksi, para produser, pengalaman yang akan dimiliki audience setelah
cinematographers dan personil kreatif lain menonton film tertentu. Identifikasi genre adalah
digabungkan ke dalam atribut aktor. Film yang elemen kunci dalam mempersiapkan strategi
menggunakan aktor/aktris terkemuka menjadi pemasaran dan salah satu komponen utama dari
ukuran keberhasilan dan hanya akan berfokus pada film marketing mix, identifikasi genre bukanlah
bakat akting, sehingga dapat diakui oleh audience. proses yang sederhana.
Sementara banyak yang terfokus pada b. Aktor/Aktris
pertimbangan keputusan casting aktor/aktris yang Sampai saat ini ada telah banyak perhatian
dan nilai seorang aktor/aktris, sehingga sebagian untuk peran yang dimainkan oleh aktor/aktris yang
orang menganggap rata-rata aktor/aktris mungkin berperan dalam film. Menurut film studi akademik
hanya bermain dalam film yang berisi dan Butler (1990), DeCordova (1985), Dyer (2007) dan
berpendapat bahwa berbagai jenis film, genre, Kindem (1982) yang menganggap peran aktor/aktris
anggaran, dan sebagainya, termasuk menentukan dalam konteks produksi film dan dalam beberapa
identifikasi aktor/aktris. Untuk anggaran besar, kasus, film konsumsi (Cook, 1979-1980). Dalam
daya tarik masa film, aktor/aktris, beberapa direktur literatur pemasaran, aktor/aktris umumnya
film yang lebih kecil, atau dalam beberapa kasus dianggap sebagai variabel yang diperhitungkan
produser, sinematografer atau anggota lain dari tim dalam analisis ekonometrik kinerja film di box
kreatif yang memainkan peran serupa yang office. Sastra yang dibahas di bawah ini tidak
dikontribusikan sebagai aktor/aktris seperti dalam memberikan jawaban yang pasti untuk pemasaran
buku Dyer (2007). film dalam kaitannya dengan aktor/aktris, tetapi hal
ini diakui bahwa aktor/aktris sering dapat menjadi
a. Script/Genre titik acuan bagi audience ketika memilih film
Personil kreatif seperti pemain dan kru dapat tertentu. Mayoritas penelitian empiris yang meneliti
dilihat sebagai tangible, unsur tetap film marketing aktor/aktris di industri film terbatas pada aktor dan
mix, yang memiliki pengaruh lain terhadap jalannya akan dimulai dengan pemeriksaan dampak aktor di
film yaitu script film dan genre film. Menurut dalam pengaruh keberhasilan box office.
Litman (1983), dia menekankan pentingnya script

2
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

Jacobs (1968) membagi faktor-faktor yang dan Cate Blanchett yang membintangi film
mempengaruhi pemilihan film di lima daerah film Elizabeth (1998) melanjutkan menjadi aktor/aktris
yang sudah ditentukan, dengan aktor/aktris utama setelah film ini diproduksi. Produsen terkonsentrasi
dilihat sebagai faktor paling penting dalam menarik pada casting, terutama karakter aktor dan beberapa
audience. Gomery (1991) menggambarkan dari aktor yang relatif tidak dikenal untuk memberikan
sektor independen (yang kemudian pergi ke script dan sinematografi dan dalam hal ini mereka
menjadi liga besar) menggunakan aktor/aktris berhasil.
sebagai kunci metode produk diferensiasi. Selain Strategi casting untuk Elizabeth sangat berbeda
meningkatkan kemampuan untuk membebankan dengan yang digunakan oleh produsen British
biaya lebih tinggi untuk film yang berisi sukses, Gosford Park (2001). Di Gosford Park,
aktor/aktris, munculnya aktor/aktris telah dilihat unique selling proposition adalah pemain
oleh sebagai aktor dapat membuat monopoli pribadi utamanya, yang dikenal sebagai pemain ensembel,
melalui budidaya citra yang unik. Pentingnya yang terdiri dari beberapa pemain paling terkenal di
pendapatan aktor/aktris diakui oleh Reporter Britania, terutama yang terkait erat dengan peran
Hollywood dengan layanan “star power” mereka. dalam kostum, drama, lainnya. Kerrigan (2005)
Layanan ini dapat diakses oleh pengguna yang menyoroti kepercayaan tim pemasaran dan
mengeluarkan berbagai jenis langganan dari produsen Elizabeth (1998). Berbeda dengan kasus
Reporter Hollywood. Sebagai contoh yang baik dari film-film yang dikenali aktor/aktris yang dapat
mana pembuat menolak untuk nama pemain membahayakan persepsi dan kinerja film, ada
aktor/aktris besar dalam film untuk menjaga beberapa jenis film yang meminta casting terkenal
integritas film adalah dalam Waking Ned Divine aktor/aktris. Sistem yang didirikan aktor/aktris
(1998). (aktor) Studio Hollywood dipandang sebagai salah
Penulis/Sutradara, Kirk Jones mencari produksi satu elemen kunci dari keunggulan kompetitif.
keuangan dan ditawarkan kesepakatan oleh US Vincendeau (2005) mengatakan aktor/aktris film
pada kondisi bahwa ia melemparkan aktor komedi Perancis ini menyoroti pentingnya aktor/aktris
US terkenal, Jack Lemon dan Walter Matthau dalam perekonomian dunia industri perfilman
dalam peran memimpin. Jones menolak untuk Perancis, sementara pada saat yang sama mengakui
membuat konsesi ini karena ia merasa bahwa kurangnya sebuah sistem formal mengelola
audience tidak akan menerima aktor komedi US aktor/aktris sebagai wujud di industri Hollywood.
terkenal seperti aktor-aktor dalam peran petani dari Seperti halnya untuk sebagian besar aktor non-AS,
sebuah desa kecil di Barat Ireland. Ketika film itu hanya sejumlah kecil dari aktor/aktris domestik
akhirnya dibuat, Jones melemparkan Irlandia menjadi dikenali dalam konteks internasional.
karakter aktor Ian Bannen dan David Kelly dan Di luar sistem Hollywood, sistem aktor/aktris
meskipun kurangnya aktor/aktris Hollywood yang Bollywood adalah setara dalam hal dampak dari
terkenal, film ini diakui di pasar internasional aktor/aktris di industri dan Lorenzen dan Taube
maupun di box office. Sementara Jones dan (2008) yang aktor/aktris memainkan peran lebih
produsennya berhasil mempertahankan hak-hak besar dalam keberhasilan film di Bollywood
mereka atas keputusan casting, ini bisa menjadi daripada Hollywood sementara pada saat yang sama
problematis untuk para pembuat film ketika mengakui bahwa dimasukkannya aktor/aktris tidak
mencoba untuk mengamankan produksi keuangan menjamin suksesnya box office. Gurinder Chadha
dari utama yang dapat mengerahkan tekanan untuk Bride and Prejudice (2004) melihat upaya untuk
pemain aktor/aktris terkenal dalam peran menjembatani tradisi pembuatan film Inggris dan
memimpin untuk meningkatkan daya tarik film di India dengan mengadaptasi cerita dasarnya British,
box office. Isu-isu kekuasaan dan reputasi terkait bahwa dari Jane Austin Pride and Prejudice
dengan kepercayaan juga dapat dilihat dengan konteks India dan casting Rai di sebuah film yang
memainkan peran penting dalam menentukan dibuat pada dasarnya untuk menarik para audience
keputusan casting. Barat, casting dapat dilihat sebagai suatu elemen
Kerrigan (2005) menunjukkan bagaimana film pemasaran yang penting dalam film.
tersebut berkerja, Elizabeth (1998), tim pemasaran c. Klasifikasi Umur
percaya bahwa kualitas nilai script dan produksi Elemen penting, dan banyak diabaikan film
yang cukup baik untuk mendukung sebagian besar marketing mix, adalah klasifikasi umur. Rating ini
dengan tidak diketahui pemain dan direktur. membatasi akses ke film serta bertindak sebagai
Meskipun para aktor dalam film ini, pada waktu itu, sinyal untuk audience dalam tipe film ditawarkan.
tidak mengenali aktor/aktris, produsen melakukan Badan-badan nasional atau negara bertanggung
pemilihan secara acak aktor Inggris dan seorang jawab untuk menilai klasifikasi sesuai untuk film
pemain sepak bola yang terkenal dalam film. individu. Di Inggris Dewan British Film klasifikasi
Menggunakan seorang pemain dari Manchester ini didirikan pada tahun 1912. Peringkat ini
United Bantulah Eric Cantona dalam peran bervariasi dari peringkat Amerika Serikat yang
Monsieur de Foix, produsen dituduh aksi casting. diatur oleh Motion Picture Association of America
Strategi ini tampaknya bekerja dan Geoffrey Rush yang memiliki empat kategori, G yang dibatasi;

3
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

Herman dan Leyens (1977) bekerja (Austin,


Film Classifications, BBFC (Adapted from 1981a). Dalam sebuah studi dari film-film yang
http://www.bbfc.co.uk/policy/policy- ditransmisikan oleh Belgia bahasa Perancis
thecategories.php) berdasarkan Stasiun TV, RTB, mereka
U – Universal, suitable for all menyimpulkan bahwa kualifikasi membuat film
PG – Parental Guidance, some scenes yang lebih diinginkan untuk viewers. Film-film
may be unsuitable for some children televisi dengan nasihat menonton lebih dari film
12 – No-one younger than 12 may rent or tanpa mereka (dikutip di Austin, 1981a: 390).
buy a 12 rated film d. Strategi Peluncuran Film
12A (cinemas only) – No-one younger than Di sebagian besar market film, film direlease
12 may see a 12A film in a cinema unless melalui apa yang dikenal sebagai sistem windows.
with an adult Dalam sistem ini, film pertama diedarkan di
15 – No-one younger than 15 may see a 15 bioskop dan adanya kontrak yang disepakati untuk
film in a cinema. No-one younger than 15 mengedarkan melalui DVD/Blu-Ray. Mengikuti
may rent or buy a 15 rated video kontrak lain yang disepakati, mereka bersedia untuk
18 – No-one younger than 18 may see an membayar per saluran televisi, kemudian gratis
18 film in a cinema. No-one younger than untuk melihat. Sejumlah layar yang dibuka untuk
18 may rent or buy an 18 rated video film beserta besarnya layar sebuah film bergantung
pada anggaran yang distributor untuk cetakan dan
PG yang mirip dengan rating yang sama di periklanan (P & A). Biaya cetak masing-masing
Inggris yang mana orang tua memperingatkan lebih dari 1000 dan satu cetakan diperlukan untuk
bahwa film melampaui PG rating tapi tidak dalam setiap layar menampilkan film. Dengan rendahnya
kategori berikutnya PG-13, R yang membutuhkan anggaran P & A akan dibatasi dalam hal jumlah
orang-orang di bawah usia 17 harus disertai oleh layar film dapat ditampilkan pada satu waktu.
orang tua atau wali dan akhirnya, penilaian Selain itu, menurut Kerrigan dan Culkin (1999),
tertinggi, NC-17 dimana orang-orang di bawah usia studio film utama, yang merupakan rantai pasokan
17 tidak diperbolehkan yang terintegrasi, dapat menegosiasikan jaminan
(http://www.mpaa.org/FlmRat_Ratings.asp). film berjalan di bioskop daripada distributor
Sementara peringkat ini dimaksudkan sebagai independen. Sebagai pertimbangan seperti
pedoman untuk orang tua dalam menilai kesesuaian aktor/aktris, genre dan track record pembuat film
sebuah film untuk anak-anak mereka, Litman yang berdampak pada pilihan audience; ini dapat
(1983) menekankan dampak yang peringkat film mempengaruhi dalam menentukan negosiasi untuk
dapat memiliki atas keberhasilan film dalam istilah- pereleasean film.
istilah pasar. Austin (1980), sesuai dengan Litman, Di AS, mengikuti keputusan Paramount, ada
mengacu pada konsep Brehm reactance psikologis pemisahan kepemilikan antara film distributor dan
yang berfokus pada respon motivasi dan perilaku pemilik film, tapi dalam banyak wilayah,
tertentu yang telah diberikan kebebasan individu pemisahan ini tidak ada. Hal ini dapat
terancam atau dihilangkan (Austin, 1980:384). mengakibatkan perlakuan untuk film yang dibiayai
Ketika sebuah film dinilai R atau X di AS (18 atau oleh perusahaan induk bioskop. Sejak munculnya
X di Eropa) film memiliki sesuatu aura yang multipleks, telah ada pemisahan yang jelas antara
dilarang. Publisitas yang diperoleh oleh film-film bioskop rumah seni dan multipleks. Selera bioskop
seperti The Last Temptation of Christ (1988), David telah berubah, perbedaan menjadi sedikit kabur,
Cronenberg Crash (1996) dan Natural Born Killers dengan beberapa film yang ditunjukkan oleh
(1994) ketika adanya larangan untuk dikonsumsi. bioskop multipleks, baik atas permintaan audience
Kontroversi ini dibuat harus melihat bahwa salah untuk film tersebut, atau sebagai akibat dari
satu adalah kehilangan pada referensi budaya yang kebijakan publik yang bertujuan untuk
penting dengan tidak melihat film tertentu yang meningkatkan keragaman konsumsi film, seperti
merupakan sesuatu yang setiap pemasar film jaringan layar digital film Dewan UK. Namun,
usahakan. dalam melakukan negosiasi dengan bioskop-
Brehm (1966:9) teori memprediksi bahwa bioskop rantai, penting untuk mencocokkan target
individu akan termotivasi untuk mencoba audience dengan profil demografis audience
mendapatkan kembali hilangnya atau terancamnya bioskop. Terjadinya perdebatan dengan masalah
kebebasan dengan apapun metode yang tersedia apakah distributor utama atau yang independen
dan sesuai. Oleh karena itu, ketika menerapkan dapat mengamankan kesepakatan distribusi yang
pada sistem rating fim, yang lebih terlarang adalah paling sukses. Sementara itu, mendistribusikan
untuk melihat film, lebih besar ingin melihat (istilah anggaran besar, profil film tinggi, independen dan
industri sangat kuat dari mulut ke mulut, yang spesialis distributor sering lebih cocok untuk
menciptakan besar antisipasi untuk film tertentu) distribusi film-film yang lebih kecil.
yang akan dibuat. Untuk mendukung keyakinan ini Strategi ini dinamakan platform release.
secara empiris, Austin menarik berdasarkan Sebagai RAS untuk film ini telah menunjukkan

4
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

bahwa itu akan menjadi hit besar, maka diputuskan evaluasi paska konsumsi untuk memilih beberapa
untuk memberikannya release cetakan 450 alternatif dalam rangka memenuhi harapan.
anggaran P & A yang terbesar yang mereka miliki C. Loyalitas/Intensi Audience
di Inggris sampai saat itu. Platform release adalah Menurut Griffin (2002), banyak perusahaan
pendekatan normal untuk film independen yang mengandalkan kepuasan pelanggan sebagai
umumnya tidak memiliki kekuatan negosiasi jaminan keberhasilan di kemudian hari tetapi
distributor utama yang diperlukan untuk menjamin kemudian kecewa mendapati bahwa para
release yang lebih luas dan anggaran P & A yang pelanggannya yang merasa puas dapat berbelanja
dibutuhkan untuk lebar release mahal untuk merchandise pesaing tanpa ragu-ragu. Berbeda dari
distributor independen yang mengandalkan dari kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat
mulut yang baik untuk secara bertahap membangun didefinisikan berdasarkan perilaku membeli.
audience untuk film, serta sebagai pendapatan, Pelanggan yang loyal adalah orang yang (Griffin,
distributor mampu meningkatkan ukuran anggaran 2002:31):
P & A. Dengan menjalankan platform untuk a. Melakukan pembelian berulang secara teratur.
distribusi digital dan pameran, biaya cetak b. Membeli antarlini merchandise dan jasa.
dikurangi secara drastis, tetapi dengan sebuah pasar c. Mereferensikan kepada orang lain.
yang semakin padat, kebutuhan untuk d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari
meningkatkan pengeluaran iklan (dalam pelbagai pesaing.
bentuknya) telah mengakibatkan anggaran P & A Fornell (1992) mengatakan bahwa loyalitas
yang tersisa relatif tinggi. Elemen-elemen dalam diukur dengan niat pembelian kembali dan toleransi
film marketing mix terdapat unsur-unsur lain seperti pricing (untuk pelanggan yang puas).
nilai-nilai produksi yang dapat dianggap, tetapi dari
sudut pandang pemasaran murni, ini diidentifikasi D. Kerangka Konseptual
sebagai faktor yang paling penting untuk
dipertimbangkan dalam posisi film di pasar dan
mengembangkan strategi marketing yang tepat. Script/genre
B. Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen sebagai evaluasi purnabeli, Aktor/aktris
dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk (pemeran)
Kepuasan Intensi
atau jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi
harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi Klasifikasi audience audience
terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, umur
maka yang terjadi adalah ketidakpuasan
(Umar:2003). Kotler (2000) mengatakan bahwa Release
kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan
strategy
seseorang setelah membandingkan antara kinerja
produk yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi
tingkat kepuasannya adalah fungsi dari perbedaan Film Marketing
antara kinerja yang dirasakan (performance) dengan Mix
harapannya (ekspectation importance). Wijono
(1999) sendiri mendefinisikan kepuasan sebagai Gambar 1 Kerangka Konseptual
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang E. Hipotesis
merupakan hasil dari membandingkan penampilan H1 : Diduga film marketing mix yang berupa
atau outcome produk yang dirasakan dalam script/genre, aktor/aktris, klasifikasi umur, dan
hubungannya dengan harapan seseorang. release strategy berpengaruh positif terhadap
Engel (1995) dalam Tjiptono (2002:146) kepuasan audience dalam memilih film yang akan
mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan ditonton.
merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif H2 : Diduga kepuasan audience memiliki pengaruh
yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil positif terhadap intensi audience.
(outcome) sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila 3. METODE PENELITIAN
hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan A. Jenis Penelitian
pelanggan. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen Jenis penelitian ini adalah causal research
adalah respon terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau penelitian kausal. Menurut Maholtra (2005,
atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan p.100), “Riset kausal adalah satu jenis konklusif
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang yang tujuan utamanya adalah mendapatkan bukti
dirasakan setelah pemakaian (Tse dan Wilson mengenai hubungan sebab-akibat (hubungan
dalam Nasution, 2004). Engel, Roger & Miniard kausal).” Dapat dikatakan bahwa penelitian kausal
(1994) mengatakan bahwa kepuasan adalah merupakan penelitian yang mencari hubungan

5
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

sebab-akibat untuk menentukan apakah satu atau b) Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan
lebih variabel menyebabkan atau berpengaruh besar sampel minimum 50 subjek.
terhadap perubahan variabel lainnya. Jadi penelitian c) Roscoe (1975) memberikan panduan untuk
kausal digunakan dengan tujuan untuk mengetahui menentukan ukuran sampel yaitu ukuran sampel
pengaruh antara satu variabel dengan variabel antara 30 sampai 500.
lainnya. Hubungan sebab akibat dalam penelitian
ini adalah mengungkapkan pengaruh film marketing B. Jenis dan Sumber Data
mix yang terdiri dari script/genre, aktor/aktris, 1. Data Primer
klasifikasi umur, dan release strategy yang Data primer adalah data yang dibuat oleh
digunakan dalam “X-Men : Days Of Future Past”. peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini masalah riset (Malhotra, 2005, p.120). Data
adalah pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan primer dalam penelitian ini adalah data yang
ini menekankan pada keluasan informasi, (bukan diperoleh langsung dari pelanggan berupa
kedalaman) sehingga metode ini cocok digunakan jawaban terhadap pertanyaan dalam kuisioner
untuk populasi yang luas dengan variabel yang dengan metode wawancara langsung kepada
terbatas, sehingga data atau hasil riset dianggap audience “X-Men : Days Of Future Past”.
merupakan representasi dari seluruh populasi”. 2. Data Sekunder
(Sugiyono, 2005, p.7) Data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan untuk maksud selain untuk
B. Populasi dan Sampel menyelesaikan masalah yang dihadapi
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan (Malhotra, 2005, p.121). Data sekunder dalam
adalah semua audience yang telah menonton film penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
“X-Men : Days Of Future Past” di bioskop, literature, studi pustaka dan media online
Surabaya. sebagai informasi pendukung penelitian ini.
Dengan meneliti audience yang telah menonton
“X-Men : Days Of Future Past” di bioskop dan E. Teknik Pengumpulan Data
menonton film sekuel X-Men sebelumnya, Instrumen penelitian yang digunakan oleh
diharapkan bahwa hasil yang didapat mampu peneliti dalam penelitian ini adalah kuisioner.
menggambarkan populasi yang bersangkutan. Menurut Malhotra (2004, p.280), kuisioner
Sampel yang diteliti oleh peneliti adalah 120 merupakan salah satu teknik terstruktur dalam
responden. mengumpulkan data yang terdiri dari sejumlah
pertanyaan, baik tertulis maupun lisan, yang
A. Teknik Pengambilan Sampel dijawab oleh responden. Kuisioner terdiri dari 2
Teknik pengambilan sampel yang digunakan bagian yaitu mengenai profil responden (screening)
dalam penelitian ini adalah non probability dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
sampling, dimana semua populasi tidak memiliki dengan film marketing mix (script/genre,
peluang yang sama untuk menjadi responden dan aktor/aktris, klasifikasi umur, dan release strategy),
pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan dan customer satisfaction dengan menggunakan
peneliti (Simamora, 2004, p.197). Metode skala Likert.
pengambilan sampel yang digunakan adalah
convenience sampling dimana peneliti mencoba F. Definisi Operasional Variabel
untuk mendapatkan sampel yang berada di sekitar 1. Variabel Eksogen
peneliti (Malhotra, 2004, p.321) serta accidental Disebut juga variabel bebas yang merupakan
sampling. Menurut Sugiyono (2006) accidental variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sampling adalah teknik penentuan sampel sebab atau timbulnya variabel dependen
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang (terikat)/endogen (Sugiyono, 2012, p.59).
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan Variabel tersebut adalah script/genre (X1),
sebagai sampel, bila dipandang orang yang aktor/aktris (X2), klasifikasi umur (X3), dan
kebetulan ditemui itu cocok sebagi sumber data. release strategy (X4).
Pertimbangan yang digunakan dalam memilih
responden adalah berdasarkan ketentuan bahwa 2. Variabel Endogen
responden dalam penelitian ini adalah audience, Disebut juga variabel terikat yang merupakan
yang telah menonton“X-Men : Days Of Future variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
Past”. karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012,
Jumlah anggota sampel atau besarnya sampel p.59). Dalam penelitian ini, variabel endogen
(sample size) ditetapkan 120 responden dengan adalah kepuasan pelanggan/ customer
pertimbangan teori yang menyatakan : satisfaction (Y1). Parameter yang digunakan
a) Gay dan Diehl (1992) mengatakan bahwa merupakan confirmatory yang bersumber dari
ukuran sampel untuk kepentingan korelasional buku karangan Sigit Triyono (2006).
dibutuhkan minimal sebanyak 30 subjek.

6
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

1) Kepuasan pelanggan terdiri dari 1 (satu) dengan nilai cronbrach's alpha. Jika
indikator, yaitu : Kepuasan pelanggan secara cronbrach's alpha yang dinyatakan dalam
keseluruhan (Y1). koefisien reliabel atau "α" > 0.7 maka
2) Loyalitas pelanggan terdiri dari 3 (tiga) jawaban konsumen dikatakan reliabel
indikator, yaitu : repeat purchase (Y2.1); sehingga data tersebut layak untuk
Rekomendasi kepada orang lain / refers others digunakan dalam penelitian selanjutnya.
(Y2.2); dan demonstrates immunity / menolak Dalam penelitian ini uji validitas dan
produk lain (Y2.3). reliabilitas diukur menggunakan SPSS for
windows, langkah dalam menguji
G. Teknik Analisa Data reliabilitas dan validitas adalah:
a. Statistik deskriptif (Malhotra, 2012, p.104) 1. Jika α > 0,7 maka alat ukur
adalah statistik yang digunakan untuk dinyatakan reliable, sebaliknya
menganalisa data dengan cara apabila α < 0,7 maka alat ukur
mendeskripsikan atau menggambarkan dinyatakan tidak reliable.
data yang telah terkumpul sebagaimana 2. Jika corrected item total correlation
adanya tanpa bermaksud membuat > r tabel, maka variabel tersebut
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau valid, tetapi jika corrected item total
generalisasi. Metode analisis data yang correlation < r tabel, maka variabel
digunakan dalam penelitian ini adalah tersebut tidak valid.
metode analisis statistik dengan c. Uji Heteroskesdastisitas
menggunakan persamaan regresi linear Uji Heteroskesdastisitas bertujuan
berganda dan sederhana (2 kali penelitian). untuk menguji apakah dalam regresi
Y = a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 terjadi ketidaksamaan variance dari
Y = kepuasan residual suatu pengamatan ke pengamatan
a = konstanta yang lain. Jika variance dari residual suatu
X1 = naskah/genre pengamatan ke pengamatan lain tetap,
X2 = actor/aktris maka disebut Homoskedastisitas dan jika
X3 = klasifikasi umur berbeda disebut Heteroskedastisitas.
X4 = release strategy Model regresi yang baik adalah yang
b1, b2, b3, b4 = besaran koefisien dari Homoskesdatisitas atau tidak terjadi
masing-masing variable Heteroskesdatisitas (Ghozali:2005).
e = error Ghozali (2005) menyatakan bahwa
Y = a + bx menggunakan scatter plot sebagai dasar
Y = Minat pengambilan keputusan adalah:
a = konstanta  Jika ada pola tertentu, seperti
b = besaran koefisien variable titik-titik yang ada membentuk pola
x = kepuasan tertentu yang teratur (bergelombang,
b. Uji Validitas dan Reliabilitas melebar kemudian menyempit, maka
Uji validitas digunakan untuk mengindikasikan telah terjadi
mengukur valid atau tidaknya suatu heteroskedastisitas
kuisioner. Malhotra menyatakan hasil  Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
penelitian dikatakan valid bila terdapat titik menyebar di atas dan di bawah angka
kesamaan antara data yang terkumpul 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
dengan data yang sesungguhnya terjadi heteroskedastisitas.
pada obyek yang diteliti (Malhotra, 2012, d. Uji Hipotesis
p.318). Uji validitas terhadap butir 1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
pertanyaan dalam kuesioner dapat Menurut Ghozali (2005:84) uji statistik
dilakukan dengan bantuan program SPSS, F pada dasarnya menunjukkan apakah
yaitu dengan melihat hasil output semua variabel independen yang dimaksud
Corrected Item-Total Correlation, dengan dalam model mempunyai pengaruh secara
ketemtuan jika nilainya positif dan lebih bersama-sama terhadap variabel dependen.
besar dari nilai r tabel (df = n-2 dan α= 5 Secara simultan, pengujian hipotesis
%) berarti butir pertanyaan telah valid dilakukan dengan uji F-test. Uji F
(Malhotra,2012, p. 497). digunakan untuk menunjukkan apakah
Sedangkan uji reliabilitas digunakan semua variabel independen yang
untuk memastikan bahwa respoden cukup dimasukkan dalam model mempunyai
konsisten. Hasil penelitian yang reliabel, pengaruh secara bersama-sama terhadap
apabila terdapat kesamaan data dalam variabel dependen. Bentuk pengujiannya
waktu yang berbeda (Malhotra adalah Ho: bi = b2 = ……= bk = 0, artinya
2012,p.317). Pengujian ini dilakukan semua variabel independen bukan

7
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

merupakan penjelas yang signifikan atau Karakteristik responden merupakan


tidak memiliki pengaruh terhadap variabel gambaran dari keberadaan responden yang
dependen dan Ha: b1 ≠ b2 ≠…….≠ b3= 0, menjadi sampel penelitian.
artinya semua variabel independen
merupakan penjelas yang signifikan Tabel 1 Profil Responden Berdasarkan
terhadap variabel dependen atau dengan Demografinya
kata lain semua variabel independen
tersebut memiliki pengaruh terhadap Profil Keterangan F %
variabel dependen. Uji ini dilakukan Laki 69 57,5

dengan membandingkan signifikansi F Jenis Kelamin Perempuan 51 42,5

hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 20 tahun 18 15


20-30 tahun 44 36,67
< 0,05 maka Ha diterima dan jika
31-40 tahun 41 34,17
signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak serta
41-50 tahun 11 9,17
membandingkan nilai F hasil perhitungan
Usia > 51 tahun 6 5
dengan F menurut tabel. Bila nilai F
Siswa 18 15
hitung lebih besar daripada nilai F tabel, Mahasiswa 36 30
maka Ha diterima dan sebaliknya. Profesional/Kar
yawan 39 32,5
2. Uji t (uji secara parsial) Wiraswasta 17 14,17
Uji secara parsial adalah untuk menguji Pekerjaan Lainnya 10 8,33
apakah setiap variabel bebas atau
Surabaya Utara 13 10,8
independen memiliki pengaruh atau tidak
Surabaya Barat 37 30,8
terhadap variabel dependen. Bentuk Surabaya
pengujiannya adalah Ho: bi = 0, artinya Selatan 21 17,5
suatu variabel independen bukan Surabaya
merupakan penjelas yang signifikan atau Timur 30 25
Surabaya
tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
Tengah 11 9,2
dependen dan Ha: bi ≠ 0, artinya suatu Domisili Lainnya 8 6,7
variabel independen merupakan penjelas
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari
yang signifikan terhadap variabel
jenis kelamin yang menjadi responden
dependen atau dengan kata lain variabel
dalam penelitian ini didominasi laki-laki
independen tersebut memiliki pengaruh
dengan persentase sebesar 57,5%
terhadap variabel dependen. Cara
dibanding jumlah responden perempuan
melakukan uji t adalah dengan
dengan persentase sebesar 42,5%.
membandingkan signifikansi t hitung
Berdasarkan kelompok usia di bawah 20
dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05
tahun yaitu sebanyak 18 responden atau
maka Ha diterima dan jika signifikansi >
sekitar 15%, sebanyak 44 responden atau
0,05 maka Ha ditolak serta dengan
sekitar 36,67% berusia antara 20-30 tahun,
membandingkan nilai statistik t dengan t
berikutnya sebanyak 41 responden atau
tabel, apabila nilai
sekitar 34,17% berusia 31-40 tahun,
statistik t > t tabel maka Ha diterima
responden berusia 41-50 tahun sebanyak
sedangkan nilai statistik t < t tabel maka
11 responden atau sekitar 9,17%, dan
Ha ditolak.
sebanyak 6 responden atau sekitar 5%
yang berusia di atas 51 tahun, sehingga
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
dapat disimpulkan bahwa mayoritas
A. Deskripsi Hasil Penelitian
responden yang pernah menonton film “X-
Analisis deskriptif bertujuan untuk
Men : Days Of Future Past” berumur
menggambarkan karakteristik responden
antara 20 sampai 30 tahun. Berdasarkan
dan jawaban responden terhadap
pekerjaan responden terdiri atas, siswa
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
sebanyak 18 responden atau sekitar 15%,
untuk masing-masing variabel. Analisis
mahasiswa sebanyak 36 responden atau
data dalam penelitian ini menggunakan
sekitar 30%, profesional/karyawan
analisis deskriptif dan analisis regresi
sebanyak 39 responden atau sekitar 32,5%,
linear berganda. Gambaran karakteristik
wiraswasta sebanyak 17 responden atau
responden dan jawaban responden dapat
sekitar 14,17%, dan pekerjaan lainnya
dilihat sebagai berikut:
sebanyak 10 responden atau sekitar 8,33%,
sehingga dapat disimpulkan mayoritas
1. Profil Responden
responden dalam penelitian ini mempunyai
pekerjaan sebagai professional/karyawan.
Berdasarkan domisili responden yaitu,

8
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

sebanyak 13 responden atau sekitar 10,8% bioskop XXI, dan sebanyak 28 responden atau
dari Surabaya Utara, kemudian sebanyak sekitar 23,3% menonton di bioskop Premier.
37 responden atau sekitar 30,8% dari Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Surabaya Barat, sebanyak 21 responden mayoritas responden menonton di bioskop XXI.
atau sekitar 17,5% dari Surabaya Selatan, Berdasarkan membeli tiket yaitu sebanyak 48
dari Surabaya Timur sebanyak 30 responden atau sekitar 40% membeli tiket dengan
responden atau sekitar 25%, yang sms atau M-Tix, kemudian sebanyak 47 responden
berdomisili di Surabaya Tengah (Pusat) atau sekitar 39,17% membeli tiket dengan langsung
sebanyak 11 responden atau sekitar 9,2%, datang ke counter, dan responden yang membeli
dan yang tinggal di daerah lain sebanyak 8 tiket secara online sebanyak 25 responden atau
responden atau sekitar 6,7%, sehingga sekitar 20,83%. Jadi kesimpulannya mayoritas
dapat disimpulkan mayoritas responden responden dalam penelitian ini memilih membeli
berdomisili di Surabaya Barat. tiket dengan sms atau M-Tix. Berdasarkan
pengeluaran yang dianggarkan secara khusus untuk
Tabel 2 Profil Responden Berdasarkan Perilakunya menonton di bioskop, sebanyak 49 responden atau
Profil Keterangan F % sekitar 40,83% menganggarkan untuk menonton
Teman 26 21,67
dan sebanyak 71 responden tidak
Pacar 34 28,33
Orang tua 22 18,33
menganggarkannya. Dengan demikian dapat
Menonton Sendiri 7 5,83 disimpulkan bahwa mayoritas responden tidak
Bersama Lainnya 31 25,83 menganggarkan pengeluaran menonton.
1-2 kali 24 20 Berdasarkan pengeluaran untuk membeli makanan
Sering Menonton 2-4 kali 27 22,5 dan minuman di bioskop yaitu 60 responden atau
Bioskop dalam 1 4-6 kali 35 29,17
bulan > 6 kali 34 28,33
sekitar 50% menjawab membeli makanan dan
Cinema 21 42 35 minuman dan 60 responden pula menjawab tidak
Menonton di XXI 50 41,67 membeli makanan dan minuman.
Bioskop Mana Premier 28 23,33 2. Genre film yang disukai
M-Tix 48 40
Datang ke
counter 47 39,17
Tabel 3 Genre Film
Cara Membeli
Tiket Beli online 25 20,83
< 50.000 28 23,33
50.000-
Genre Film Frekuensi Persentase
Anggaran Khusus 100.000 21 17.5
Untuk Menonton Tidak 71 59,17 Komedi 21 17,5
Pengeluaran Untuk < 50.000 58 48,33 Action 38 31,7
Membeli Makanan 50.000-
dan Minuman 100.000 2 1,67 Fantasi 48 40
Tidak 60 50 Epik/Sejarah 27 22,5
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat cara responden Adventure 41 34,2
menonton yaitu dengan teman sebanyak 26
Romantis 25 20,8
responden atau sekitar 21,67%, dengan pacar
sebanyak 34 responden atau sekitar 28,3%, dengan Sci-fi 26 21,7
orang tua sebanyak 22 responden atau sekitar Barat 14 11,7
18,3%, sebanyak 7 responden atau sekitar 5,83%
menonton sendiri, dan yang menonton dengan Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jenis film
orang yang lain sebanyak 31 responden atau sekitar yang diminati responden yaitu jenis komedi
25,83%. Dengan demikian mayoritas responden digemari 21 responden atau sekitar 17,5%, jenis
menonton dengan pacarnya. Berdasarkan seringnya action digemari 38 responden atau sekitar 31,7%,
responden menonton di bioskop dalam 1 bulan jenis fantasi digemari 48 responden atau sekitar
yaitu sebanyak 40%, jenis epik/sejarah digemari 27 responden atau
24 responden atau sekitar 20% 1 sampai 2 kali sekitar 22,5%, jenis adventure digemari 41
menonton dalam 1 bulan, kemudian sebanyak 27 responden atau sekitar 34,2%, jenis romantis
responden atau sekitar 22,5% menonton 2 sampai 4 digemari 25 responden atau sekitar 20,8%, jenis
kali dalam 1 bulan, sebanyak 35 responden atau sci-fi digemari 26 responden atau sekitar 21,7%,
sekitar 29,17% menonton 4 sampai 6 kali dalam 1 dan jenis barat digemari 14 responden atau sekitar
bulan, dan yang menonton lebih dari 6 kali dalam 1 11,7%, sehingga dari data penelitian jenis film yang
bulan sebanyak 34 responden atau sekitar 28,3%. digemari adalah jenis film fantasi, yang dilihat
Kesimpulannya mayoritas responden menonton 4 berdasarkan banyaknya responden yang
sampai 6 kali dalam 1 bulan. Berdasarkan menggemari jenis film ini.
seringnya responden menonton di bioskop mana
yaitu sebanyak 42 responden atau sekitar 35% 3. Analisis Deskriptif Film Marketing Mix
menonton di bioskop Cinema 21, sebanyak 50 Berikut ini dijelaskan jawaban responden
responden atau sekitar 41,67% menonton di mengenai variabel-variabel Film Marketing Mix

9
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

pada film “X-Men : Days Of Future Past”, yang Secara keseluruhan klasifikasi umur ini berhasil
meliputi naskah/genre, actor/aktris, klasifikasi dalam menayangkan film ini.
umur, dan release strategy:
Tabel 7 Deskripsi Dimensi Release Strategy
Tabel 4 Deskripsi Dimensi Naskah/Genre Jawaban
Indikator Jawaban Mean Std. Dev Indikator STS TS N S SS Mean Std. Dev
Thriller film“X-Men :
STS TS N S SS Days Of Future Past”
Jalan cerita “X-Men : 0 0 2 67 51 4,41 0,53 menarik 0 0 0 28 92 4,77 0,43
Days Of Future Past” Iklan poster film“X-
mudah untuk diikuti Men : Days Of Future
Past” menarik 0 0 0 33 87 4,73 0,45
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa
Kostum, latar, waktu, dan 0 0 5 46 63 4,63 0,49 mayoritas jawaban responden pada indikator
pemeran film “X-Men : dimensi release strategy adalah sangat setuju.
Days Of Future Past”
mendukung jalan cerita
Secara keseluruhan dimensi release strategy
mampu menarik audience untuk menonton.

4. Analisis Deskriptif Audience


Satisfaction/Kepuasan Penonton
Berikut ini akan dideskripsikan kepuasan
Pada penelitian ini menggunakan skala likert,
penonton film “X-Men : Days Of Future Past”
dengan interval 1 sampai dengan 5, dimana 1
yang menjadi responden penelitian:
(sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka
3 (netral), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat
Tabel 8 Deskripsi Kepuasan Penonton
setuju). Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Jawaban
mayoritas jawaban responden pada indikator Indikator STP TP N P SP Mean Std. Dev
dimensi naskah/genre adalah setuju dan sangat
setuju. Secara keseluruhan, setting dan jalan cerita Secara keseluruhan,
menunjukkan keberhasilan dalam menayangkan bagaimana kepuasan
Anda terhadap“X-Men :
film tersebut. Days Of Future Past” ? 0 0 0 57 63 4,58 0,5

Tabel 5 Deskripsi Dimensi Aktor/aktris Pada penelitian ini menggunakan skala likert,
Jawaban dengan interval 1 sampai dengan 5. Dimana 1
(sangat tidak puas), angka 2 (tidak puas), angka 3
Indikator STS TS N S SS Mean Std. Dev
Akting Hugh Jackman
(netral), angka 4 (puas), dan angka 5 (sangat puas).
sesuai dengan perannya Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kepuasan
Logan / Wolverine 0 0 2 36 82 4,67 0,51 penonton film “X-Men : Days Of Future Past”
Akting James McAvoy dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 1,48.
sesuai dengan perannya
Charles Xavier 0 0 0 27 93 4,78 0,42
5. Analisis Deskriptif Minat
Akting Peter
Dinklage sesuai dengan
Berikut ini akan dideskripsikan tingkat keunikan
perannya Dr. Bolivar dari bioskop film “X-Men : Days Of Future Past”
Trask 0 0 2 36 82 4,69 0,51 menurut responden penelitian:
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa
mayoritas jawaban responden pada indikator Tabel 9 Deskripsi Minat Audience Untuk Menonton
dimensi actor/aktris adalah sangat setuju. Secara Kembali
Indikator Jawaban Mean Std. Dev
keseluruhan dimensi actor/aktris sukses dalam
memilih actor yang sukses di film sebelumnya.
STM TM N M SM
Jika ada sekuel dari film 0 0 14 61 45 4,26 0,655
Tabel 6 Deskripsi Dimensi Klasifikasi Umur “X-Men” , apakah Anda
Jawaban berminat untuk menonton
Indikator STS TS N S SS Mean Std. Dev film sekuel tersebut?
Film “X-Men : Days Of
Future Past” sesuai Pada penelitian ini menggunakan skala likert,
dengan umur saya 0 0 0 37 83 4,69 0,47
dengan interval 1 sampai dengan 4, dimana 1
(sangat tidak minat), angka 2 (tidak minat), angka 3
(minat), dan angka 4 (sangat minat). Berdasarkan
Tabel 9 dapat dilihat responden sangat berminat
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk menonton film sekuel “X-Men” berikutnya,
mayoritas jawaban responden pada indikator hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
dimensi klasifikasi umur adalah sangat penting. keseluruhan sebesar 1.59 dan sekitar 40.83%

10
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

responden menjawab berminat menonton film B Std. Error


sekuelnya berikutnya serta 59.17% responden Hubungan antar
menjawab sangat berminat untuk menonton film variable
sekuel berikutnya. Naskah/genre 0,385 0,086
 Puas

B. Uji Validitas dan Realibilitas


Aktor/aktris  0,440 0,102
Uji validitas terhadap butir pertanyaan dalam Puas
kuesioner dilakukan dengan melihat hasil output
Corrected Item-Total Correlation dimana jika Klasifikasi umur 0,182 0,074
nilainya positif dan lebih besar dari nilai r tabel (df  Puas
= n-2 dan α= 5 %) berarti butir pertanyaan telah
valid. Release 0,260 0,108
Tabel 10 Item-Total Statistics strategy 
Puas
Komponen Film Corrected Puas  Minat 0,091 0,120

Marketing Mix Item-Total


Dari table 12, aktor dan naskah merupakan
Correlation
komponen Film Marketing Mix yang paling
N1 0,50 berpengaruh terhadap kepuasan audience dan
N2 0,51 kepuasan audience membentuk minat audience
A1 0,53 untuk menonton film sekuel selanjutnya sebesar
A2 0,46 0,091.
A3 0,42 Table 13 Model Summary
K1 0,17 Hubungan antar variable
R1 0,27 Adjusted R
R2 0,44 R Square Square
Film Marketing Mix
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil output  Puas
Corrected Item-Total Correlation nilainya positif, 0,498 0,481
sehingga dapat dikatakan valid. Uji reliabilitas Puas  Minat
dikatakan reliabel dengan melihat hasil nilai
cronbrach's alpha. Jika cronbrach's alpha yang 0,005 -0,004
dinyatakan dalam koefisien reliabel atau "α" > 0,7 Dari table 13 ini menyatakan bahwa variable-
maka jawaban konsumen dikatakan reliabel variable film marketing mixnya berpengaruh 48%
sehingga data tersebut layak untuk digunakan terhadap kepuasan, sedangkan sisanya dipengaruhi
dalam penelitian selanjutnya. oleh variable lainnya. Variable-variable kepuasan
Tabel 11 Reliability Statistics dipengaruhi oleh variable lain.
Cronbach's Alpha 0,72
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Dari table 11 terlihat hasil Cronbach Alpha
terlihat > 0,7, sehingga dapat dikatakan reliable,
Tabel 14 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
maka dapat dikatakan layak untuk digunakan dalam
penelitian selanjutnya. Hubungan antar Kolmogrov- P-Value
variable Smirnov
C. Analisis Regresi Linear Berganda Naskah, Aktor,
Klasifikasi, dan
Tabel 12 Coefficients(a) Release Strategy
 Kepuasan 1,417 0,036
Kepuasan 
Minat 2,754 0,000
Dapat dilihat dalam table 14 hubungan film
marketing mix terhadap kepuasan audience dan
kepuasan audience terhadap minat untuk menonton
sekuel selanjutnya signifikansinya < 0.05, sehingga
dapat dikatakan secara statistik termasuk tidak
berdistribusi normal.

2. Uji Multikolineritas

11
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

Tabel 15 Coefficients(a) 4. Uji Hipotesis


a. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Hubungan antar Tolerance VIF
variable Tabel 16 ANOVA(b)
Naskah/genre  0,735 1,360 Hubungan antar F P-
variable value
Puas
Film Marketing Mix 2 0,
Aktor/aktris  0,767 1,304  Puas 8,517 000(a)
Puas Puas  Minat 0, 0,
Klasifikasi umur 0,932 1,073 577 449(a)
 Puas
Release strategy 0,806 1,241 Dari table 16 dapat dikatakan komponen Film
 Puas Marketing Mix yang terdiri dari naskah/genre,
Puas  Minat 1,000 1,000 actor/aktris, klasifikasi umur dan release strategy
berpengaruh positif terhadap kepuasan audience
Dari table 15 penelitian ini menunjukkan
yang dapat dilihat dari hasil P-value dibawah 0,
nilai VIF < 10 dan dilihat dari value tolerance
sedangkan hubungan kepuasan audience terhadap
mendekati 1, sehingga dapat disimpulkan tidak
minat untuk menonton sekuel selanjutnya tidak
adanya multikolonearitas.
memiliki hubungan yang positif dengan hasil P-
valuenya di atas 0,05, dalam uji data ini dapat
3. Uji Heteroskesdastisitas
dikatakan audience memperhatikan komponen Film
Marketing Mixnya.
Scatterplot

Dependent Variable: Puas


b. Uji Secara Parsial (Uji T)
Regression
3 Studentized Residual
Tabel 17 Coefficients(a)
2
Hubungan antar
t P-value
1
variable
0
Naskah/genre  Puas 4,471 0,000
-1
Aktor/aktris  Puas 4,318 0,000
-2
Klasifikasi umur
2,457 0,015
-3 Puas
-2 0 2
Release strategy 
Regression Standardized Predicted Value 2,417 0,017
Puas
Dari scatter plot ini terlihat bahwa data ini telah Puas  Minat 0,760 0,449
terjadi heterokesdastisitas, sehingga adanya
variance dari pengamat satu ke pengamat yang lain Dari hasil table 17, komponen film marketing
berbeda. mix menghasilkan hubungan yang positif terhadap
kepuasan audience dengan dapat dilihat hasil P-
Scatterplot valuenya kurang dari 0.05, sedangkan hubungan
Dependent Variable: Minat
kepuasan audience terhadap minat untuk menonton
sekuel selanjutnya tidak berpengaruh positif.
Regression Studentized Residual Dalam beberapa peneliti terdahulu mengenai
pengaruh marketing mix terhadap loyalitas dan
1
pengaruh kepuasan terhadap loyalitas ditemukan
bahwa terdapat hubungan positif antar variable
0
tersebut. Sebagai contoh, menurut penelitian Siti
tahun 2013, product, price, place, dan promotion
-1
berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan
kerajinan tangan dengan bahan dasar enceng
-2
gondok di daerah Groyok Kabupaten Lamongan.
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Begitu pula dengan penelitian Fany tahun 2014,
Regression Standardized Predicted Value pengaruh yang signifikan antara produk, harga,
distribusi dan promosi terhadap loyalitas konsumen
Dari scatter plot ini terlihat bahwa data ini telah produk minuman teh botol Sosro di kalangan
terjadi heterokesdastisitas, sehingga adanya mahasiswa Fakultas Ekonomi UPI “YPTK”
variance dari pengamat satu ke pengamat yang lain Padang, tetapi lain halnya dengan film marketing
berbeda. mix. Film marketing mix berpengaruh terhadap
kepuasan, tetapi kepuasan tidak berpengaruh

12
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

terhadap minat untuk menonton sekuel selanjutnya. 3. Untuk penelitian mengenai film sekuel
Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor- selanjutnya, sampel yang digunakan
faktor lain yang berpengaruh untuk menentukan disarankan menggunakan film sebelumnya
audience berminat untuk menonton sekuel yang menjadi film utamanya dan mencari
selanjutnya, contoh dengan teknologinya (3D), faktor-faktor lain selain film marketing mix
reviewnya, atau pengaruh peer group. untuk mengetahui hal yang berpengaruh
terhadap minat audience untuk menonton
5. Kesimpulan dan Saran film sekuel selanjutnya (jika ada).
A. Kesimpulan:
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan DAFTAR PUSTAKA
dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: [1] Austin, B. 1980. Rating the movies. Journal of
1. Audience setuju dan suka terhadap film Popular Film and Television 7 (4), 384–399
marketing mix dari film ”X-Men : Days Of
Future Past”. Hal ini ditunjukkan dengan [2] Austin, B. A. 1989. Immediate Seating: a Look
hasil analisis deskriptif yang menunjukkan at Movie Audiences. Wadsworth, Belmont, CA
hasil setuju dan sangat setuju yang
dominan dari tiap-tiap variable film [3] Brehm, J.W. 1966. A Theory of Psychological
marketing mix. Hal ini disebabkan jalan Reactance. NewYork : Academic Press
cerita film tersebut menarik, aktor dan
aktrisnya dipilih berdasarkan film [4] Butler, J.G. (Ed.), 1990. Star Texts: Image and
sebelumnya, release strategynya menarik Performance in Film and Television. Detroit :
berdasarkan poster dan trailer yang ada. Wayne State University Press
2. Variabel film marketing mix berpengaruh
positif terhadap audience satisfaction. Di [5] Cook, P. 1979/1980. Star signs. Screen 20 (3/4),
dalam variable tersebut yang paling 80–88
berpengaruh yaitu actor/aktrisnya,
[6] De Cordova, R. 1985. The emergence of the star
sehingga dapat disimpulkan banyak
system in America. Wide Angle 6 (4), 4–13
audience yang mungkin menonton film
berdasarkan actor/aktris yang berperan, [7] Dyer, R. 2007. Stars. London : British Film
selain itu naskah/genre berpengaruh pula Institute
dalam menceritakan isinya dengan dilihat
dalam sinopsisnya. Hal ini disebabkan [8] Engel, J.F., Roger, D.B., and Paul W.M. 1992.
actor dan aktris yang dipilih berdasarkan Customer Behavior [6th ed.]. Chicago : The Dryden
film sebelumnya dan menarik audience Press
untuk menonton film selanjutnya.
3. Film marketing mix tidak berpengaruh [9] Fornell, C. 1992, A National Customer
positif terhadap minat audience untuk Barometer, The Swedish Experience. Journal of
menonton film “X-Men” selanjutnya. Hal Marketing Vol. 56 (Januari 1992) 66-12
ini disebabkan terdapat faktor lain yang
berpengaruh terhadap minat audience [10] Frankel, J. & Wallen, N. 1993. How to Design
untuk menonton film sekuel selanjutnya. and evaluate research in education. (2nd ed). New
York: McGraw-Hill Inc.
B. Saran:
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan [11] Gay, L.R., Diehl, P.L. 1992. Research
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Methods for Business and Management, Mac
1. Memilih dan menyeleksi per komponen Millan Publishing Company, New York
film marketing mix yang mampu
meningkatkan kepuasan audience, [12] Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPP. Semarang :
sehingga penelitian lebih lanjut untuk
mendeteksi variable-variable yang Undip Press
membentuk loyalitas misalnya dengan [13] Gomery, D. 1991. Movie History: a Survey.
trailer sekuelnya, poster, dan meneliti
Wadsworth, Belmont, CA
mengenai akhir cerita yang mungkin
membuat audience penasaran dan menanti [14] Griffin, J. 2002. Customer Loyalty Horw To
film sekuel selanjutnya. Earn It, How To Keep It. Kentucky : McGraw Hill
2. Untuk semua filmmaker dan bioskop,
membuat film yang sesuai dan mampu [15] Herman, G., Leyens, J-P. 1977. Rating Films
mengedukasi masyarakat dan menyeleksi on TV. Journal of Communication 27 (4), 48–53
film yang akan masuk di bioskop box
office.

13
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol 2, No. 1 (2014)

[16] Jacobs, L. 1968. The Rise of the American [31] Simamora, B. 2004. Riset pemasaran:
Film. New York : Teachers College Falsafah, teori, dan aplikasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
[17] Kerrigan, F. 2005. Evaluating the impact of an
integrated supply chain on the process of marketing [32] Sugiyono. 2005. Memahami penelitian
European feature films. Unpublished PhD thesis. kualitatif. Bandung : Alfabeta
University of Hertfordshire Business School
[33] Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
[18] Kerrigan, F. 2010. Film Marketing. United Cetakan Kesembilan. Bandung : CV Alfabeta
Kingdom : Elsevier
[34] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
[19] Kerrigan, F., Culkin, N. 1999, A reflection on Bandung: Alfabeta
the American domination of the film industry: an
historical and industrial perspective. University of [35] Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran.
Hertfordshire Business School Working Paper’s Yogyakarta: Andi
Series: 15
[36] Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku
[20] Kindem, G. 1982. Hollywood’s movie star Organisasi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
system: a historical overview. In: Kindem, F. (Ed.),
The American Movie Industry: the Business of [37] Vincendeau, G. 2005. Stars and stardom in
Motion Pictures. Southern Illinois University Press, French cinema. London : Continuum International
Carbondale and Edwardsville, pp. 79–93 Publishing Group

[21] Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. [38] Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan
Jakarta: Prenhallindo Kesehatan Vol. 1. Surabaya: Airlangga University
Press
[22] Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran [1st
ed.]. Diadaptasi oleh: A. B Susanto. diterjemahkan
Oleh : Ancella Anitawati. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat

[23] Kotler, P, Armstrong, G. 2001, Prinsip-


prinsip Pemasaran Jilid 1 [8th ed.], Jakarta:
Erlangga

[24] Litman, B.R. 1983. Predicting success of


theatrical movies: an empirical study. Journal of
Popular Culture 16 (4), 159–175

[25] Lorenzen, M. Ta¨ube, F. A. 2008. Breakout


from Bollywood? The roles of social networks and
regulation in the evolution of Indian film industry.
Journal of International Management 14, 286–299

[26] Malhotra, N. 2004. Marketing research. Upper


Saddle River: Pearson Prentice Hall. Intl.

[27] Malhotra, N. 2005. Riset penelitian:


Pendekatan terapan [4th ed.]. Jakarta : PT. Indeks
Kelompok Gramedia

[28] Malhotra, N.K. 2012. Basic Marketing


Research: Integration of Social Media. Jakarta: PT
Index Kelompok Gramedia

[29] Mullally, F. 1946. Films, An Alternative to


Rank: an Analysis of Power and Policy in the
British Film Industry., London : Socialist Book
Centre

[30] Nasution, M. N. 2004. Manajemen Jasa


Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai