Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN STRATEGIK

ANALISIS INDUSTRI DAN PERUSAHAAN PERFILMAN VISINEMA


PICTURES DUNIA DAN INDONESIA:
BEFORE AND AFTER COVID-19 PANDEMIC

Oleh Kelompok 6:
Wani Marlen P. O * 041811333227
Fahmid 041911333065
Priska Defania 041911333068
Yusma Dwi Fitriani 041911333079
Rizfy Azzahra 041911333085
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………...1


BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………...2
Latar Belakang …………………………………………………...………………………...2
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………....3
Tujuan Penelitian ………………………………………..………………………………...3
Manfaat penelitian ………………………………………………………………………...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………...4
2.1 Kajian Teori ………..……………………………………………………………………...4
2.1.1 Definisi Industri Film .…………………………………………4
2.1.2. Visinema Pictures
2.1.2 Definisi COVID-19 Pandemic ……………………………………………………...5
2.2 Metode yang Digunakan …………………………………………………………………..5
2.3 Deskripsi Variabel ………………………………………………………………..………..5
2.3.1 Variabel Independen …………………………………………………..…..………...5
2.3.2 Variabel Dependen ……………………………………………..…………………...5
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………..……………..6
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………..………………………….….6
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………..……………….6
3.3 Sumber dan Strategi Pengumpulan Data ……………………………………………..…...6
3.4 Penentuan Variabel ……………………………………………..………………………....6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………...7
4.1 Perkembangan Industri Perfilman di Dunia Sebelum dan
Sesudah Pandemi COVID-19 …...……………………………………………..……………...7
4.2 Perkembangan Perusahaan Film Visinema Pictures di Indonesia Sebelum dan
Sesudah Pandemi COVID-19 ……………………………………………..…………………..9
BAB V PENUTUP ……………………………………………..……………….…………....14
5.1 Kesimpulan ……………………………………………..……………….………………..14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..……………….…………16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah produksi merupakan perusahaan pembuatan rekaman video dan atau
perusahaan pembuatan rekaman audio yang kegiatan utamanya membuat rekaman acara
siaran, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk keperluan lembaga
penyiaran.

Secara umum, production house (PH) merupakan tempat memproduksi klip video dan
juga film. Tempat inilah yang menjadi wadah yang menampung ide kreatif para sineas dan
juga kreator video yang berada di Indonesia. Banyak sekali bermunculan production house
(PH) dengan 2 spesialisasinya masing-masing, seperti video klip musik, iklan, film, FTV,
sinetron, dan juga lainnya.

Sebagai tempat yang menghasilkan karya yang komersil, tentunya tempat ini juga
merupakan entitas bisnis yang penghasilannya cukup menggiurkan dalam sekali proyek.
Lapangan pekerjaan yang diciptakan karena hadirnya berbagai production house (PH) cukup
banyak, karena usaha ini secara langsung bersentuhan dengan usaha di sektor lainnya, seperti
catering, studio animasi, penyewaan mobil, penyewaan properti, sampai waralaba bioskop di
Indonesia.

Tren perkembangan industri film Indonesia menunjukkan tren yang positif dan dinilai
cukup konsisten bila dilihat dari jumlah penonton yang terdata di tahun 2016 sampai 2017.
Seperti yang dapat dilihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah penonton
film Indonesia terus meningkat. Bagi produser film, production house, dan pengusaha
bioskop kondisi ini merupakan masa yang membahagiakan. Dengan meningkatnya jumlah
penonton film Indonesia bukan semata-mata banyaknya uang mengalir ke pundi-pundi.
Indikasi lainnya adalah makin cintanya masayarakat Indonesia kepada film produksi buatan
anak bangsa. Indonesia sudah mampu menjadi rumah bagi film-film lokal, yang membuat
film di Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya minat penonton film
Indonesia, dan tumbuhnya perusahaan– perusahaan film baru tentunya membutuhkan layar
lebih banyak lagi. Jumlah layar yang sekarang ini jumlahnya 1.500 layar di seluruh
Indonesia, idealnya harus ditambah sekitar 500 layar. Dan hal ini baru terserap 10 persen dari
total yang jumlah kebutuhan ideal.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, didapat rumusan masalah
sebagai berikut:

a. Bagaimana perkembangan industri film di dunia dan Indonesia sebelum dan sesudah
Pandemi COVID-19?

b. Bagaimana perkembangan perusahaan visinema di Indonesia sebelum dan sesudah


Pandemi COVID-19?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perkembangan industri film di dunia dan Indonesia sebelum dan
sesudah Pandemi COVID-19.
b. Untuk mengetahui perkembangan perusahaan Visinema di Indonesia sebelum dan
sesudah Pandemi COVID-19.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi dan gambaran mengenai perkembangan industri film di dunia dan
Indonesia, serta perusahaan Visinema di Indonesia sebelum dan sesudah Pandemi
COVID-19.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Industri Film

Film merupakan suatu kombinasi antara usaha penyampaian pesan melalui gambar
yang bergerak, pemanfaatan teknologi kamera, warna dan suara. Unsur-unsur tersebut di latar
belakangi oleh suatu cerita yang mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara
kepada khalayak film (Susanto, 1982:60). Film tercipta apabila ada suatu cerita yang
mengandung sebuah pesan untuk diperlihatkan kepada khalayak atau penonton. Film
menyampaikan pesannya melalui gambar yang bergerak, warna dan suara. Karena film
mencakup semuanya hingga penonton mudah mencermati apa isi dari film tersebut.

Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu film
fiksi dan film dokumenter. Film fiksi/cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita
yang dikarang. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di
bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan
tertentu.

Menurut Prat dan Gornostaeva (2005), industri film memiliki dinamika yang khas dan
bersifat unik. Jika dalam industri manufaktur yang lain ada kemungkinan uji prototipe dulu
sebelum dilepas di pasaran, maka dalam industri film dinamikanya berbeda, hanya ada dua
kemungkinan dalam membuat film: film yang laku atau film yang tidak laku, yang
dinyatakan sebagai berikut :

―...in the film industry, every project is a prototype. There is no chance to redesign a
bad movie. You either make a good film and sell it, or you make a stinker.

Film yang dibuat oleh movie-maker hanya memiliki dua kemungkinan, bisa diterima
oleh masyarakat dan laku di pasaran, atau, tidak bisa atau kurang dihargai oleh masyarakat
(penonton). Karenanya, tidak ada istilah film festival atau film komersil, di mata penonton
hanya ada dua film: film bagus, karenanya laku, dan film tidak bagus.
Film sebagai sebuah industri, memiliki kekhasan tersendiri. Ada suatu kreativitas,
totalitas yang unik, yang tidak mungkin untuk didesain ulang. Sebuah film tidak bisa dibuat
prototype-nya dulu untuk diuji di pasar terbatas sebelum dilempar ke pasar bebas. Hanya ada
dua kemungkinan: film yang dibuat bagus dan laku dipasarkan, atau film itu buruk.

Sebuah industri perfilman memiliki beberapa karakteristik unik. Pertama, dinamika


yang unik, karena terjadi negosiasi terus menerus di sepanjang prosesnya, dan karenanya
sebuah film selalu ―siap berubah‖ dari ide cerita awal karena melibatkan banyak pemain dan
banyak negosiasi; Kedua, produk film bersifat seperti cair, lentur, belum membeku sampai
massa/penonton menyaksikan dan memberi penilaian, Ketiga, di sepanjang prosesnya sebuah
film akan memobilisasi banyak kepentingan sehingga hasil akhir sebuah film akan sangat
bergantung pada proses negosiasi di dalamnya –negosiasi ini tidak terlihat ketika sebuah film
ditonton, serta Keempat, sebuah film melibatkan pendanaan yang sangat besar, proses
produksi yang kompleks, dan hasil yang mengejutkan dan aneh.

2.1.2 Visinema Pictures

Visinema Pictures adalah perusahaan film berbasis di Jakarta yang berdiri sejak tahun
2008, dan memproduksi berbagai film, TV Program, Music Video dan berbagai materi audio
visual untuk corporate dan brand. Visinema Pictures bertujuan menjadi pemain regional pada
tahun 2017. Film yang dihasilkan merupakan kombinasi antara aspek artistik dan komersial.
Visinema Pictures mengembangkan film dengan pendekatan kolaborasi melalui konsep
co-production dan branded content. Bagi Visinema Pictures, hal itulah yang mendefinisi
Industri Film hari ini.

Visinema Pictures dipimpin oleh Angga Dwimas Sasongko sekaligus Chief Executive
Officer (CEO) dari Visinema Pictures. Adapun kepala divisi yang terdapat pada Visinema
Pictures yaitu Chief of Business & Partnership yang dipimpin oleh Ajeng selaku kepala,
Chief Content & Strategy yang dipimpin oleh Anggia Kharisma selaku kepala, Chief
Creative yang dipimpin oleh Andriano selaku kepala, Chief Finance, dan Chief of Staff yang
dipimpin oleh Stephanie selaku kepala.

Karya Visinema Pictures diantaranya, Cahaya dari Timur: Beta Maluku yang
dinobatkan sebagai pemenang kategori Film Terbaik dan Aktor Terbaik pada FFI 2014 dan
Filosofi Kopi yang memenangkan kategori Penyunting Gambar Terbaik dan Penulis Skenario
Adaptasi Terbaik pada FFI 2015. Karya terbaru dari visinema pictures diantaranya adalah
Keluarga Cemara, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan Eggnoid: Cinta dan Portal Waktu.

beberapa karya film yang dihasilkan oleh Visinema Pictures. Sumber: google

Awalnya Visinema Pictures mulai membuat karya berupa iklan-iklan dan video klip.
Hingga pada 2014, mereka mulai merambah dunia perfilman. Filmografi dari Visinema
Pictures adalah sebagai berikut.

Tahun Film Sutradara

2014 Cahaya dari Timur: Beta Maluku Angga Dwimas Sasongko

2015 Filosofi Kopi Angga Dwimas Sasongko

2016 Surat dari Praha Angga Dwimas Sasongko


Wonderful Life Agus Makkie

2017 Bukaan 8 Angga Dwimas Sasongko


Filosofi Kopi 2: Ben & Jody Angga Dwimas Sasongko

2018 Love for Sale Andibachtiar Yusuf


2019 Keluarga Cemara Yandy Laurens
Terlalu Tampan Sabrina Rochelle Kalangie
Mantan Manten Farishad Latjuba
Bridezilla Andibachtiar Yusuf
Love for Sale 2 Andibachtiar Yusuf
Eggnoid: Cinta dan Portal Waktu Naya Anindita

2020 Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Angga Dwimas Sasongko
Generasi 90an: Melankolia
Story of Kale: When Someone’s in Love M. Irfan Ramli
Nussa Angga Dwimas Sasongko
-

TBA Kostan Mas Jay -


Open Trip -
Filosofi Kopi 3 -
FlawLess -
Mencuri Raden Saleh -
Keluarga Cemara 2 -

2.1.3 Deskripsi Situasi COVID-19 Pandemic

Menurut World Health Organization (WHO), Coronavirus didefinisikan sebagai virus


RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk
di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sementara itu, WHO juga mendefinisikan pandemi
sebagai wabah patogen baru yang menyebar dengan mudah dari orang ke orang di seluruh
dunia. COVID-19 dikategorikan sebagai pandemi karena virus ini menyebar di seluruh
belahan dunia.

2.2 Deskripsi Metode

Menurut Kasiram (2008:149) dalam bukunya yang berjudul metodologi penelitian


kualitatif dan kuantitatif menyebutkan metode penelitian kualitatif adalah proses menemukan
5 pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui.

2.3. Deskripsi Variabel

2.3.1 Variabel Independen

Sugiyono dalam Zulfikar (2016) menjelaskan bahwa variabel independen adalah


variabel yang menjadi penyebab adanya atau timbulnya perubahan variabel dependen,
disebut juga variabel yang mempengaruhi. Menurut Widiyanto (2013) variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.

2.3.2 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono dalam Zulfikar (2016), variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau dikenal juga sebagai variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel
independen. Widiyanto (2013) juga menjelaskan bahwa variabel dependen adalah variabel
yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif korelasional.


Menurut Saryono (2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan
kuantitatif. Sudjana, Nana, dan Ibrahim (2007: 77) menjelaskan pengertian dari metode
penelitian deskriptif korelasional, “studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau
lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variabel lain”.
Hasil penelitian yang dihasilkan berupa deskriptif korelasional, yaitu bersifat menjelaskan
dan memaparkan hubungan atau korelasi antara variabel independen (adanya COVID-19) dan
variabel dependen (perkembangan industri dan perusahaan batik Mahkota Laweyan)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa. Koordinasi dan diskusi


dilakukan secara daring. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 - 24 November 2020.

3.3 Sumber dan Strategi Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Nur Indrianto dan
Bambang Supomo (2013:143) data sekunder adalah: Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain)”. Data sekunder ini kami dapatkan melalui literatur-literatur, baik
dari buku, jurnal, maupun internet.

3.4 Penentuan Variabel


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
dependen. Variabel independen atau bebas dari penelitian ini adalah kondisi sebelum dan
sesudah adanya pandemi COVID-19. Variabel dependen atau terikat dari penelitian ini adalah
perkembangan industri film dan perusahaan film Visinema Pictures di Indonesia.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Industri Film di Dunia dan Indonesia Sebelum dan Sesudah
Pandemi COVID-19

Penyebaran virus Corona yang begitu luas membuat industri film di luar dan di dalam
negeri ikut kena dampaknya. Diketahui, virus SARS-CoV-2 ini telah menyebar ke 119
negara, dengan jumlah orang terdampak telah lebih dari 119.000 kasus. Selain Cina, negara
lain yang paling terdampak adalah Italia—dengan jumlah kasus lebih dari 10.000, Iran
dengan jumlah kasus lebih dari 8.000, dan Korea Selatan dengan jumlah kasus lebih dari
7.700.

Industri perfilman tak luput dari terjangan pandemi virus corona. Penayangan dan
promosi sejumlah film tertunda dan bioskop tutup karena kebijakan pembatasan sosial.
Kondisi ini masih berlangsung sampai sekarang dan belum dapat dipastikan kapan akan
pulih.

Di dalam negeri, film Generasi 90an: Melankolia yang diproduksi Visinema batal
tayang perdana pada 9 April. Film itu pun gagal meramaikan rangkaian perayaan Hari Film
Nasional yang jatuh pada 30 Maret.

Dari luar negeri, penayangan film James Bond: No Time to Die mesti ditunda sampai
akhir tahun ini. Sementara film produksi Disney berjudul Mulan harus ditunda sampai Juli
nanti. Penundaan ini berarti kerugian besar. Bila berkaca pada seri James Bond terakhir,
Spectre (2015), yang mendapat keuntungan mencapai US$ 880 juta. Maka, sebuah film
Hollywood yang batal tayang bisa mengalami kerugian sebesar itu.

Selain itu, pengangguran juga meningkat dari industri selama pandemi corona.
Melansir Euronews, diperkirakan 200 ribu orang di bidang perfilman kehilangan pekerjaan di
seluruh dunia akibat produksi tak bisa berjalan. Hal ini belum pernah dialami industri
perfilman dalam satu waktu.
Dilansir The Hollywood Reporter, industri perfilman dunia dikabarkan akan
kehilangan pendapatan sebesar 5 miliar dolar (sekitar Rp70,9 triliun) di 2020 melihat situasi
pada Maret lalu. Hal ini baru diprediksi berdasarkan penutupan bioskop di Tiongkok (pasar
perfilman terbesar kedua di dunia), Jepang, Korea Selatan, dan Italia. Tentunya, kerugian
tersebut bisa bertambah jika pandemi tak kunjung berakhir serta diakumulasi lagi dari negara
lain.

Padahal, pada 2019 lalu industri perfilman dunia mencetak rekor dengan meraih
pendapatan sebesar 42.5 miliar dolar (sekitar Rp602,3 triliun) dan naik 2% dari tahun
sebelumnya. Namun, jika melihat kondisi seperti yang dibahas di atas, pendapatan ini
kemungkinan besar mengalami penurunan sepanjang 2020.

Menparekraf Wishnutama Kusubandio pun telah menyadari pukulan terhadap industri


perfilman. Pada 13 Mei, ia menyatakan sedang menyiapkan protokol untuk new normal
industri perfilman pasca-pandemi. Salah satunya adalah mendorong sineas dan masyarakat
memanfaatkan layanan video on demand (VoD) sebagai lahan berkarya dan menikmati film.

4.1.1 Strategi Industri Film

1. Perubahan Jumlah Kru

Karena, produksi di masa mendatang tak akan lagi sama. Kru seperti
pembantu bagian perlengkapan dan pemeran pembantu bisa dikurangi.

2. Mengurangi Lokasi Syuting

Lokasi syuting yang biasanya berpindah-pindah untuk satu film akan


digantikan dengan efek visual atau VFX. Tindakan itu dilakukan untuk
meminimalisir pengambilan gambar di lokasi terbuka dan banyak tempat.
Sehingga risiko kru terkena virus corona bisa dikurangi. Langkah ini juga bisa
untuk memangkas ongkos produksi.

3. Perubahan Konsep Bioskop

Setelah pandemi, bioskop pun harus dipaksa tetap memberlakukan


pembatasan sosial.

4. Muncul Bioskop Mobil


Perubahan konsep menjadi bioskop mobil atau drive in-cinema pun mungkin
dilakukan.

4.1.2 Analisis SWOT

Strength : Mulai maraknya pasar media film online pengganti bioskop seperti Netflix,
DisneyHotstar.

Weakness : Meningkatnya pengangguran di bidang perfilman, penutupan bioskop


besar-besaran, Penundaan jam tayang film.

Opportunities : Menggandeng media film online untuk bekerja sama. Memunculkan


ide konsep bioskop mobil.

Threat : Menyesuaikan diri dengan masyarakat karena pendapatan yang lebih


diutamakan untuk kebutuhan pokok daripada kebutuhan hiburan.

4.1.3 Analisis Strategi PT. Malika Wisata Utama Berdasarkan Matriks BCG
Berdasarkan posisi matriks BCG Visinema pada tahun 2019 dan tahun
2020, letak posisi titik berada di kuadran bintang atau stars dengan indikasi
pertumbuhan pasar yang tinggi dan pangsa pasarnya yang tinggi. Ini berarti
jumlah pertumbuhan Visinema tinggi dan pangsa pasar juga tinggi.
Dalam penetapan strategi pemasaran, Visinema menetapkan beberapa
strategi pemasaran yang tepat dimana strategi pemasaran mempunyai peranan
penting dalam upaya memasarkan produk-produk yang akan dijual yaitu jumlah
penonton untuk menghasilkan laba atau keuntungan yang maksimal.
Dalam penetapan strategi pemasaran, Visinema menetapkan beberapa
strategi pemasaran yang tepat dimana strategi pemasaran mempunyai peranan
penting dalam upaya memasarkan produk-produk yang akan dijual yaitu jumlah
penonton untuk menghasilkan laba atau keuntungan yang maksimal.
Dalam menerapkankan strategi hold atau mempertahankan, Visinema melakukan
beberapa strategi, diantaranya sebagai berikut:
a. Kualitas Produk.

Meningkatkan inovasi dan mempertahankan kualitas film Visinema,


baik dari segi harga, akomodasi dan lain sebagainya, sehingga respon
penonton terhadap film yang diproduksi oleh Visinema semakin baik.
b. Kualitas pelayananan.

Memperbaiki kualiatas pelayanan dari berbagai sisi untuk


memberikan kenyamanan pelayanan bagi penonton.
c. Komunikasi Pemasaran.

Meningkatkan komunikasi pemasaran sehingga brand image atau


citra Visinema tetap tertanam di benak penonton.

Menyesuaikan
4.2 Perkembangan Perusahaan Film Visinema Pictures di Indonesia Sebelum dan
Sesudah Pandemi COVID-19

Visinema Pictures dimulai dari sebuah Langkah kecil yang dilakukan Angga Dwimas
Sasongko, pada 2008. Sebuah garasi di Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (Jaksel),
milik seorang kawannya ia sewa dan jadikan kantor. Dengan bantuan seorang pegawai,
inventaris kala itu hanya dua buah meja dari kayu jati, beberapa kursi, dan seperangkat
komputer.

Saat ini, Visinema bertempat di sebuah kantor yang berdiri di atas lahan seluas 2000
meter persegi itu dengan total pegawai mencapai sekitar 120 orang. Berbeda dengan kantor
perusahaan film lain, dinding di kantor Visinema lebih banyak memajang lukisan alih-alih
poster film yang telah mereka produksi. Serasa berada di dalam galeri lukisan. Hal itu
dimaksudkan untuk menciptakan atmosfer bahwa mereka semua bekerja di perusahaan
kreatif.

“When you buy something from a filmmaker, you are buying more than an entertainment.
You're buying hundreds of hours of errors and experimentation. You're buying years of
frustration and moments of pure joy. You're not buying just one thing. You're buying a piece
of a heart, a piece of a soul, a small piece of someone else's life” -Rebekah Joy Plett.

Visinema adalah tempat bagi bakat-bakat muda yang ingin sama-sama tumbuh
mencari celah baru, pangsa pasar baru, dan kemungkinan-kemungkinan dalam penceritaan
yang baru. Seperti yang terjadi dalam pembuatan film Filosofi Kopi (2015) dan sekuelnya
yang meluncur dua tahun berselang. Pola racikan dua film tersebut sangat berbeda. Dalam
Filkop, untuk pertama kalinya mereka mengenalkan yang namanya “user generated movie”.
Khalayak diperkenankan menyumbang ide visual dan elemen-elemen artistik film. Tujuannya
agar gambar dalam versi film bisa mewakili imajinasi pembaca cerpennya.

Saat hendak memproduksi sekuelnya, Filosofi Kopi: Ben & Jody, giliran khalayak
diperkenankan menentukan cerita dan menciptakan karakter pendamping baru lewat
kompetisi #NgeracikCerita. Hingga kemudian hadirlah tokoh Tarra (diperankan Luna Maya)
dan Brie (Nadine Alexandra).

Pengalaman dari dua kali melibatkan partisipasi khalayak tadi semakin membuka
mata Angga. Sesungguhnya ada banyak talenta baru nan berbakat di luar sana yang
menantikan datangnya kesempatan. Untuk itu, ia berkomitmen menjadikan Visinema sebagai
rumah bagi para bakat baru untuk tumbuh dan berkembang bersama dalam berkarya.

Perkembangan film-film yang diproduksi oleh Visinema Pictures, yang


direpresentasikan dengan jumlah penontonnya, dirangkum dalam Infografis dibawah ini.
Prestasi Cahaya dari Timur: Beta Maluku sebagai Film Terbaik dalam Festival Film
Indonesia 2014, lalu menyusul keberhasilan melebarkan potensi bisnis Filosofi Kopi tidak
hanya sebatas film, membuat Angga berani memancang target.

Sumber pendanaan untuk mewujudkan bayangan tentang Visinema yang lebih besar
berasal dari dua momen permodalan. Pertama seturut masuknya dukungan dari Ancora
Capital melalui Gita Wirjawan sebagai angel investor saat memproduksi Cahaya dari Timur.
Momen kedua terjadi tahun lalu seturut masuknya Global Digital Prima (GDP) Venture.

Kini Visinema Pictures telah bertransformasi menjadi Visinema Group. Di dalamnya


selain ada Visinema Pictures dan ritel Filkop, juga menaungi Visinema Content, Visinema
Campus, Visinema Music, Visinema Think, Visinema Animation, Sinedu, dan Skriptura.

Berbekal sumber daya manusia mumpuni dan keragaman cerita yang menjadi
investasi terbesar dalam menjalankan lini bisnis, Visinema Group mulai tahun ini giat
meningkatkan kapasitas produksi.

Khusus dari sektor film, Jika sebelumnya mereka paling banter memproduksi dua film
dalam setahun, maka angka itu melonjak hingga tiga kali lipat. Filkop juga telah membuka
satu kedai baru di Semarang. Menyusul kehadirannya di Jakarta dan Yogyakarta. Tahun ini
mereka berencana membuka cabang baru lagi di Makassar.

Dari ranah musik, persembahan terbaru label Visinema Music adalah album mini
berisi lima lagu dari kelompok Arah, yang beranggotakan Roy Sungkono (vokalis), Tanta
Ginting (gitaris), Gilbert Pohan (bassis), dan Azizah Hanum (drummer) juga menjadi judul
sebuah serial web berisi lima episode yang jadi ranah penggarapannya Visinema Content.

Sementara satu lini bisnis lain yang akan segera mereka kembangkan potensinya
adalah Visinema Animation. Produksi pertama dari bisnis ini adalah Animasi Nussa
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Industri perfilman tak luput dari terjangan pandemi virus corona. Penayangan dan
promosi sejumlah film tertunda dan bioskop tutup karena kebijakan pembatasan sosial.
Kondisi ini masih berlangsung sampai sekarang dan belum dapat dipastikan kapan akan
pulih.

Selain itu, pengangguran juga meningkat dari industri selama pandemi corona.
Melansir Euronews, diperkirakan 200 ribu orang di bidang perfilman kehilangan pekerjaan di
seluruh dunia akibat produksi tak bisa berjalan. Hal ini belum pernah dialami industri
perfilman dalam satu waktu.

Visinema adalah tempat bagi bakat-bakat muda yang ingin sama-sama tumbuh
mencari celah baru, pangsa pasar baru, dan kemungkinan-kemungkinan dalam penceritaan
yang baru. Pengalaman dari dua kali melibatkan partisipasi khalayak semakin membuka mata
Angga, Pendiri Visinema Pictures. Sesungguhnya ada banyak talenta baru nan berbakat di
luar sana yang menantikan datangnya kesempatan. Untuk itu, ia berkomitmen menjadikan
Visinema sebagai rumah bagi para bakat baru untuk tumbuh dan berkembang bersama dalam
berkarya.

Maka strategi pertahanan di masa covid 19 adalah dengan merubah jumlah kru,
Mengurangi lokasi syuting, dan berencana merubah bioskop dengan drive in cinema
merupakan strategi yang tepat dilakukan karena dengan menerapkan protokol kesehatan kita
juga bisa dalam bertahan di masa pandemi covid 19 seperti saat ini.

Maka strategi pertahanan di masa covid 19 adalah


dengan merubah jumlah kru, Mengurangi lokasi syuting,
dan berencana merubah bioskop dengan drive in cinema
merupakan strategi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Djaya, A. B. (2019, Juli 14). Langkah Besar Visinema. Retrieved November 24, 2020, from
Lokadata: https://lokadata.id/artikel/langkah-besar-visinema

Riovaldy, K. N. (2019). Tinjauan Umum. Laporan Praktik Kerja Lapangan pada Visinema
Pictures, 19-20.

Wikipedia. (2020, Oktober 2020). Visinema Pictures. Retrieved November 24, 2020, from
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Visinema_Pictures

Wikipedia. (2020, Oktober 2020). Spectre Film. Retrieved November 23, 2020, from
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Spectre_(film_2015)

SinarHarapan. (2020, Maret 29). Dampak Pandemik COVID-19 pada Industri Perfilman
Dunia. Retrieved November 23, 2020, from SinarHarapan Co:
https://www.sinarharapan.co/lifestyle/read/15321/dampak_pandemik_covid_19_pad
a_industri_perfilman_dunia

Herlambang, Helmy. (2020, Juni 07). Bagaimana Industri Perfilman Bertahan di Tengah
Pandemi Corona?. Retrieved November 23, 2020, from Kincir :
https://www.kincir.com/movie/cinema/industri-perfilman-bertahan-corona

Anda mungkin juga menyukai