Anda di halaman 1dari 20

STANDAR AUDIT (“SA”) 210

PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN PERIKATAN AUDIT


Standar Audit (SA) 210 berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam menyepakati
syarat perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan, dnganpihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola entitas.SA ini juga menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu
audit, tanggung jawab manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola entitas. SA 220' berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang berada dalam
pengendalian auditor.
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit hanya ketika
basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati, melalui: Penetapan apakah terdapat
prakondisi untuk suatu audit; dan Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang
ketentuan perikatan audit antara auditor, manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas.
Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas, jika relevan. Jika peraturan perundang-undangan telah
menentukan secara rinci ketentuan perikatan audit, auditor tidak perlu mencantumkan dlam
kesepakatan tertulis. Kecuali untuk fakta bahwa peraturan perundang-undangan tersebut berlaku
dan manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya.
Dalam penerimaan perubahan ketentuan perikatan audit, auditor tidak boleh menyepakati
perubahan dalam ketentuan perikatan audit jika tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan
perubahan tersebut. Jika ketentuan perikatan audit diubah, auditor dana manajemen harus
sepakat atas ketentuan yang baru dan menuangkan ke dalam surat perikatan baru.
Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan organisasi penyusun standar yang
berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan perundang-undangan, auditor
harus mempertimbangkan apakah benturan antara standar pelaporan keuangan dan ketentuan
tambahan tersebut.
Dalam laporan auditor yang ditentukan oleh perundang-undangan, apabila auditor
menyimpulkan bahwa penjelasan tambahan dalam laporan auditor tidak dapat mencegah
kemungkinan kesalahpahaman, auditor tidak boleh menerima perikatan audit tersebut, kecuali
jika disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Konsekuensinya, auditor tidak boleh
memasukkan pengacuan apapun dalam laporan auditor bahwa audit telah dilaksanakan
berdasarkan SA.

Prakondisi untuk Suatu Audit


 Kerangka penyusunan laporan keuangan
 Menentukan dapat diterimanya kerangka penyusunan laporan keuangan
 Kerangka pelaporan bertujuan umum
 Kerangka pelaporan keuangan yang ditentukan oeleh peraturan perundang-undangan
 Yurisdisi yang tidak memiliki organisasi penyususnan standar atau kerangka pelaporan
keuangan
 Persetujuan atas tanggung jawab manajemen
 Penyusunan laporan keuangan
 Pengendalian internal
 Pertimbangan untuk entitas yang lebih kecil

Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit

 Menyetujui ketentuan perikatan audit


 Bentuk dan isi surat perikatan audit
 Audit terhadap komponen
 Tanggung jawab manajemen yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
 Pertimbangan khusus untuk entitas sektor publik
STANDAR AUDIT (“SA”) 300
PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Standar Audit ("SA") ini mengatur tanggung jawab auditor untuk merencanakan audit
atas laporan keuangan. SA ini ditulis dalam konteks audit berulang. Perencanaan suatu audit
melibatkan penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk perikatan tersebut dan
pengembangan rencana audit. Pertimbangan tambahan dalam perikatan audit tahun pertama
diidentifikasi secara terpisah.
Keterlibatan anggota tim perikatan utama adalah rekan perikatan dan anggota tim
perikatan lainnya harus dilibatkan dalam perencanaan audit. Dalam aktivitas awal perikatan,
auditor harus menetapkan suatu pemahaman atas ketentuan perikatan. Aktivitas Perencanaan
auditor harus menetapkan strategi audit secara keseluruhan yang menetapkan ruang lingkup,
waktu, dan arah audit serta yang memberikan panduan bagi pengembangan rencana audit.
Sifat dan luas aktivitas perencanaan akan bervariasi sesuai dengan ukuran dan
kompleksitas entitas, pengalaman lalu anggota tim perikatan utama dengan entitas, dan
perubahan kondisi yang terjadi selama perikatan audit. Perencanaan bukan merupakan suatu fase
audit yang terpisah dari fase audit lainnya, tetapi lebih merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan berulang yang sering dimulai seketika setelah penyelesaian audit periode
sebelumnya dan berlanjut hingga penyelesaian perikatan audit periode kini. Auditor dapat
memutuskan untuk mendiskusikan elemen-elemen perencanaan dengan manajemen entitas untuk
memfasilitasi pelaksanaan dan pengelolaan perikatan audit.
Proses penetapan strategi audit secara keseluruhan membantu auditor untuk menentukan
hal-hal sebagai berikut, tergantung dari penyelesaian prosedur penilaian risiko oleh auditor:
 Sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu
 Jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu
 Kapan sumber daya tersebut dialokasikan,
 Bagaimana sumber daya tersebut dikelola, diarahkan, dan disupervisi, seperti kapan akan
dimulai dan diakhiri rapat tim, bagaimana penelaahan dilakukan oleh rekan perikatan dan
manajer perikatan
Rencana audit adalah lebih rinci daripada strategi audit secara keseluruhan, karena
rencana audit mencakup sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh anggota
tim perikatan. Perencanaan atas prosedur audit tersebut terjadi selama pelaksanaan audit seiring
dengan berkembangnya rencana audit untuk perikatan tersebut. Untuk perikatan audit tahun
pertama, hal-hal tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menetapkan strategi
audit secara keseluruhan dan rencana audit.
Pertimbangan dalam menetapkan strategi audit secara keseluruhan memberikan contoh-
contoh atas hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menetapkan strategi audit
secara keseluruhan. Banyak hal-hal tersebut juga akan memengaruhi rencana audit detail yang
dibuat oleh auditor.
Tujuan Pelaporan, Saat Audit, dan Sifat Komunikasi
 Jadwal pelaporan entitas, seperti pelaporan interim dan pelaporan final.
 Pengorganisasian rapat dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola untuk mendiskusikan sifat, saat, dan luas pekerjaan audit.
 Pembahasan dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
tentang tipe dan saat penerbitan laporan, dan komunikasi lainnya, baik secara tulisan
maupun lisan, termasuk laporan auditor, surat rekomendasi kepada manajemen, dan
komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
 Pembahasan dengan manajemen tentang komunikasi yang diharapkan atas status
pekerjaan audit selama perikatan berlangsung.
 Komunikasi dengan auditor komponen tentang tipe dan saat penerbitan laporan, dan
komunikasi lainnya dalam hubungannya dengan audit komponen.
 Sifat dan waktu komunikasi yang diharapkan di antara anggota tim perikatan, termasuk
sifat dan waktu pertemuan tim perikatan, dan saat penelaahan hasil kerja tim perikatan.
Pemilihan tim perikatan dan penugasan pekerjaan audit kepada anggota tim perikatan,
termasuk penugasan anggota tim perikatan dengan pengalaman yang tepat pada area yang
mengandung risiko kesalahan penyajian material yang lebih tinggi.

STANDAR AUDIT 315


PENGINDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO
KESALAHAN PENYAJIAN MATERIAL MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS
DAN LINGKUNGANNYA
Standar Audit 315 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko kesalahan penyajian material, apakah karena kecurangan atau kesalahan dalam
laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal entitas. Oleh karena itu menyediakan dasar untuk merancang dan
mengimplementasikan respons pada risiko yang ditetapkan atas kesalahan penyajian material.
Tujuan auditor dalam SA 315 adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material, apakah karena kecurangan atau kesalahan pada tingkat laporan keuangan dan
asersi, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas, oleh karena itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan mengimplementasikan
respons terhadap risiko yang ditetapkan atas kesalahan penyajian material tersebut.
Prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat
sebagai dasar opini audit. Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh
dari proses penerimaan atau keberlanjutan hubungan dengan klien, relevan dengan audit kini
untuk mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.
Rekan perikatan dan anggota kunci tim perikatan harus mendiskusikan kerentanan
laporan keuangan entitas terhadap kesalahan penyajian material, dan penerapan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku terhadap fakta dan kondisi entitas tersebut. Rekan perikatan
harus menentukan hal mana yang dikomunikasikan kepada anggota tim perikatan yang tidak
terlibat dalam diskusi.
Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya
termasuk pengendalian internal entitas, diantaranya :
(a) Faktor-faktor industri, peraturan, dan eksternal lain
(b) Sifat entitas,
(c) Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas
(d) Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis
(e) Pengukuran dan penelahaan atas kinerja keuangan entitas.
Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian internal yang relevan
dengan audit kemungkian berhubungan dengan pelaporan keuangan. Namun tidak semua
pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan relevan dengan audit. Auditor
harus mengevaluasi rancangan pengendalian dan menentukan apakah pengendalian telah
diimplementasikan, dengan melaksanakan prosedur sebagai tambahan terhadap permintaan
keterangan dari personel entitas.
Dalam komponen pengendalian internal, auditor harus memperoleh pemahaman atas
lingkungan pengendalian yang harus dievaluasi. Saat menilai risiko entitas, auditor harus
memperoleh suatu pemahaman tentang entitas memiliki suatu proses. Jika entitas telah
menetapkan proses penilaian risiko entitas, auditor harus memperoleh pemahaman tentang
proses tersebut dan hasilnya.
Jika entitas belum menetapkan proses tersebut memiliki proses khusus (ad hoc), maka
auditor harus mendiskusikan dengan manajemen tentang apakah risiko bisnis yang relevan
dengan tujuan pelaporan keuangan telah diidentifikasi dan bagaimana risiko tersebut ditangani.
Auditor harus menentukan apakah ketiadaan tersebut merupakan suatu defisiensi signifikan
dalam pengendalian internal. Sistem informasi, termasuk proses bisnis yang terkait, yang
relevan dengan pelaporan keuangan, dan komunikasi.
Untuk aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit, auditor harus memperoleh suatu
pemahaman tentang aktivitas pengendalian yang dipandang perlu oleh auditor untuk dipahami
agar dapat menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dan merancang
prosedur audit lebih lanjut yang responsif terhadap risiko yang dinilai. Dalam memahami
aktivitas pengendalian entitas, auditor harus paham bagaimana entitas telah merespon risiko yang
timbul dari suatu teknologi.
Dalam pemantauan atas pengendalian, auditor harus memperoleh pemahaman tentang
aktivitas utama yang digunakan oleh entitas untuk memantau pengendalian internal atas
pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengendakuan relevan dengan audit dan bagaimana
entitas melaksanakan perbaikan defisiensi dalam pengendalian. Dalam pengidentifikasian dan
penilaian risiko kesalahan material, auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk golongan transdaksi,
saldo akun, dan pengungkapan untuk menyediakan basis perancangan dan pelaksanaan prosedur
audit lanjutan.
Dalam revisi penilaian risiko, auditor atas risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi dapat berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti audit
tambahan dari pelaksanaan prosedur audit lanjutan atau ketika informasi baru diperoleh.
Banyak informasi yang didapat dari permintaan keterangan oleh auditor diperoleh dari
manajemen dan personel yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan. Namun, auditor
dapat juga memperoleh informasi, atau suatu perspektif yang berbeda dalam mengidentifikasi
risiko kesalahan penyajian material, melalui permintaan keterangan dari personel lain dalam
entitas dan karyawan lain dari berbagai tingkat wewenang.
Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat
mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor dan dapat membantu
dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar menyediakan suatu basis untuk
perancangan dan pengimplementasian respons terhadap risiko yang dinilai.
Beberapa entitas kecil mungkin tidak memiliki informasi keuangan interim atau bulanan
yang dapat digunakan untuk tujuan prosedur analis. Auditor perlu merencanakan pelaksanaan
prosedur analitis untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material ketika
draft awal laporan keuangan entitas tersedia.
Pengalaman auditor dengan entitas dan prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit
sebelumnya dapat menyediakan bagi auditor informasi tentang kesalahan penyajian periode lalu,
sifat entitas dan lingkungannya, pengendalian entitas, dan perubahan signifikan dalam entitas
atau operasi sejak periode keuangan lalu.
Suatu pemahaman tentang sifat suatu entitas memungkinkan auditor untuk memahami
apakah entitas memiliki suatu struktur yang kompleks, kepemilikan dan hubungan antara pemilik
dengan pihak lain atau entitas lain. Hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh auditor ketika
memperoleh suatu pemahaman tentang sifat entitas mencakup operasi bisnis, investasi dan
aktivitas investasi, pendanaan dan aktivitas pendanaan, dan pelaporan keuangan.
Suatu pemahaman atas pengendalian internal membantu auditor dalam mengidentifikasi
tipe-tipe kesalahan penyajian yang potensial dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
kesalahan penyajian material, serta dalam merancang sifat, ssat, dan luas prosedur audit lebih
lanjut. Pengendalian internal dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara untuk merespons
risiko bisnis yang teridentifikasi yang mengancam pencapaian setiap tujuan entitas yang
berkaitan dengan keandalan pelaporan keuangan entitas, efektifitas dan efisiensi operasi entitas,
dan kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan.
Bukti audit untuk unsur-unsur lingkungan pengendalian menggunakan bukti audit yang
relevan dapat diperoleh melalui suatu kombinasi permintaan keterangan dan prosedur penilaian
risiko kesalahan penyajian material.
Lingkungan pengendalian pada entitas kecil kemungkinan besar berbeda dari lingkungan
pengendalian pada entitas yang lebih besar. Sifat lingkungan pengendalian dapat juga
dipengaruhi oleh signifikansi pengendalian lain atau tidak adanya pengendalian lain. Selain itu,
bukti audit untuk unsur-unsur lingkungan pengendalian pada entitas yang lebih kecil mungkin
tidak tersedia dalam bentuk dokumen, terutama ketika komunikasi antara manajemen dengan
personel lain bersifat informal, meskipun efektif.
Kemungkinan besar manajemen akan mengidentifikasi risiko melalui keterlibatan
langsung manajemen dalam bisnis. Namun, tanpa menghiraukan kondisi tersebut, permintaan
keterangan tentang risiko yang teridentifikasi dan bagaimana risiko tersebut direspons oleh
manajemen tetap diperlukan.
Sistem informasi dan proses bisnis yang relevan dengan pelaporan keuangan pada entitas
kecil kemungkinan tidak serumit hal yang sama dalam entitas yang lebih besar, namun
signifikansi perannya tetap sama dan dapat lebih bergantung pada permintaan keterangan
daripada penelaahan atas dokumentasi.
Komunikasi oleh entitas tentang peran dan tanggung jawab pelaporan keuangan dan hal-
hal signifikan yang berkaitan dengan pelaporan keuangan mencakup penyediaan pemahaman
peran dan tanggung jawab individu terkait dengan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Hal ini mencakup hal-hal seperti seberapa luas pemahaman personel tentang
bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan berkaitan dengan
pekerjaan personel lain dan cara untuk melaporkan penyimpangan kepada tingkat lebih tinggi
yang tepat dalam entitas.
Konsep yang mendasari aktivitas pengendalian dalam entitas kecil kemungkinan sama
dengan yang mendasari aktivitas pengendalian dalam entitas yang lebih besar, tetapi formalitas
yang digunakan untuk menjalankannya mungkin berbeda. Selain itu, entitas kecil mungkin
menemukan bahwa jenis tertentu dari aktivitas pengendalian tidak relevan karena pengendalian
yang diterapkan oleh manajemen. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas entitas
yang lebih kecil kemungkinan berhubungan dengan siklus transaksi utama seperti pendapatan,
pembelian, dan biaya kepegawaian.
Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk
menentukan bagaimana risiko dikelola. Jika proses tersebut sudah tepat sesuai dengan
kondisinya, termasuk sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas, maka hal ini membantu auditor
dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material. Ketepatan atas kesesuaian proses
penilaian risiko entitas dengan kondisinya ditentukan oleh pertimbangan auditor.
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur baik dalam sistem teknologi
informasi maupun sistem manual yang membantu untuk menjamin bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian spesifik mencakup aktivitas yang berkaitan dengan hal-hal
seperti, otorisasi, penelaahan kinerja, pengelolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan
tugas. Aktivitas pengendalian diharuskan yang berkaitan dengan risiko signifikan dan dipandang
relevan dalam pertimbangan auditor.
Penggunaan teknologi informasi memengaruhi cara aktivitas pengendalian
diimplementasikan. Dari perspektif auditor, pengendalian umum terhadap sistem teknologi
informasi adalah efektif ketika pengendalian tersebut memelihara integritas informasi dan
keamanan data seperti proses sistem, serta mencakup efektifitas pengendalian umum dan
pengendalian aplikasi dari teknologi informasi. pengendalian umum pada umumnya
diimplementasikan untuk menangani risiko-risiko.
Pemantauan pengendalian adalah suatu proses untuk menilai efektivitas pelaksanaan
pengendalian internal secara berkala dan tepat waktu, serta melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan dengan pemantauan pengendalian melalui aktivitas yang sedang berlangsung
pengevaluasian secara terpisah, atau kombinasi dari keduanya yang mencakup penggunaan
informasi dari komunikasi dengan pihak eksternal.
Fungsi audit internal entitas kemungkinan relevan dengan audit jika sifat tanggung
jawab dan aktivitas fungsi audit internal terkait dengan pelaporan keuangan entitas, dan auditor
mengharapkan untuk menggunakan hasil pekerjaan auditor internal untuk memodifikasi sifat
atau waktu atau mengurangi luas prosedur audit yang dilaksanakan.
Sumber Informasi
Kebanyakan informasi yang digunakan dalam pemantauan dapat dihasilkan oleh sistem
informasi entitas. Jika manajemen mengasumsikan bahwa data yang digunakan untuk
pemantauan adalah akurat tanpa memiliki suatu basis untuk asumsi tersebut, maka kesalahan
yang mungkin terdapat dalam informasi tersebut dapat secara potensial menuntun manajemen
pada kesimpulan yang salah dari aktivitas pemantauan yang dilakukannya.

Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material pada Tingkat Laporan Keuangan


Risiko pada tingkat laporan keuangan dapat dihasilkan terutama dari lingkungan
pengendalian yang defisien (meskipun risiko ini dapat juga berkaitan dengan faktor lain, seperti
kondisi ekonomi yang sedang menurun). Pemahaman auditor atas pengendalian internal dapat
menimbulkan keraguan tentang keterauditan laporan keuangan suatu entitas.
Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material pada Tingkat Asersi
Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi,
auditor dapat menyimpulkan bawa risiko yang teridentifikasi berkaitan secara lebih pervasif
dengan laporan keuangan secara keseluruhan dan secara potensial memengaruhi banyak asersi.
Asersi yang digunakan oleh auditor dalam mempertimbangkan jenis-jenis kesalahan penyajian
potensial yang berbeda selama seluruh aspek yang dapat terjadi.
Pertimbangan Spesifik Terhadap Entitas Sektor Publik
Ketika membuat asersi tentang laporan keuangan entitas sektor publik, manajemen sering dapat
membuat asersi bahwa transaksi dan peristiwa telah dilaksanakan dan terjadi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan atau otoritas lainnya.
Pengaitan Pengendalian dengan Asersi
Dalam melakukan penilaian risiko, auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang
kemungkinan dapat mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian material
dalam asersi tertentu. Pengendalian dapat dihubungkan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan suatu asersi. Semakin tidak langsung hubungan tersebut, semakin kurang
efektif pengendalian tersebut mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian
dalam asersi, begitupun sebaliknya.
Risiko signifikan sering berkaitan dengan transaksi nonrutin yang signifikan atau hal-hal
yang memerlukan pertimbangan. Transaksi nonrutin adalah transaksi yang tidak biasa, karena
ukuran maupun sifatnya, dan oleh karena itu, tidak sering terjadi. Meskipun risiko yang berkaitan
dengan hal-hal nonrutin atau memerlukan pertimbangan yang signifikan sering kali
kemungkinannya terpapar dengan pengendalian rutin, manajemen mungkin memiliki respons
lain yang ditujukan untuk menghadapi risiko tersebut.
Selama audit, auditor mungkin memperoleh suatu informasi yang berbeda secara
signifikan dengan informasi yang digunakannya sebagai dasar penilaian risiko. Penilaian risiko
mungkin tidak mencerminkan secara tepat kondisi sebenarnya dari entitas dan prosedur audit
lebih lanjut yang telah direncanakan mungkin tidak efektif dalam mendeteksi kesalahan
mpenyajian material.
Dokumentasi
Audit mendokummentasi hal-hal yang mencakup unsur-unsur yang mendasari penilaian auditor
atas risiko kesalahan penyajian material. Untuk audit yang berulang, dokumentasi tertentu dapat
digunakan kembali untuk audit berikutnya, yang dimutakhirkan sebagaimana diperlukan untuk
mencerminkan perubahan dalam bisnis atau proses entitas.
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian meliputi unrus-unsur sebagai berikut:
a. Komunikasi dan penegakan nilai integritas dan etika.
b. Komitmen terhadap kompentensi.
c. Partisipasi oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
d. Falsafah dan gaya operasi manajemen.
e. Struktur organisasi.
f. Penugasan wewenang dan tanggung jawab.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Untuk tujuan pelaporan keuangan, proses penilaian risiko entitas mencakup bagaimana
manajemen mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan entitas yang berlaku, mengestimasi signifikansi
risiko bisnis tersebut, menilai kemungkinan keterjadiannya, dan memutuskan tindakan untuk
merespons dan mengelola risiko tersebut beserta hasil proses penilaian risiko tersebut.
Aktivitas Pengendalian yang relevan dengan suatu audit dapat dikategorikan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan Penelaahan kinerja, Pengolahan informasi,
Pengendalian fisik, dan Pemisahan tugas. Aktivitas pengendalian tertentu dapat bergantung pada
eksistensi kebijakan tingkat lebih tinggi yang tepat yang ditetapkan oleh manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Pemantauan pengendalian oleh manajemen mencakup pertimbangan apakah
pengendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang dimaksudkan dan pengendalian tersebut
dimodifikasi sebagaimana diperlukan sehubungan dengan perubahan dalam kondisi. Pemantauan
pengendalian dapat mencakup aktivitas seperti penelaahan manajemen tentang apakah
rekonsiliasi bank dibuat secara tepat waktu, evaluasi auditor internal atas kepatuhan personel
penjualan terhadap kebijakan entitas atas ketentuan kontrak penjualan, dan pengawasan
departemen legal atas kepatuhan terhadap kebijakan etika atau kebijakan praktik bisnis.

STANDAR AUDIT (“SA”) 320


MATERIAL DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN AUDIT

Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk menerapkan
konsep matrealitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit dalam laporan keuangan.
Kerangka pelaporan keuangan memebahas konsep penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kerangka tersebut menjelaskan bahwa:
 Kesalahan penyajian termasuk penghilangan dianggap mempengaruhi keputusan ekonomi.
 Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi.
 Pertimbangan tentang hal-hal material laporan keuangan didasarkan pada kebutuhan
informasi keuangan yang umum dan diperlukan oleh pengguna laporan keuangan.
Jika kerangka peloporan keuangan tidak mencakup pembahasan tentang konsep
materilitas maka karektiristik paragraf 2 dapat digunakan. Penentuan materialitas oleh auditor
membutuhkan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh presepsi auditor tentang
kebutuhan informasi keuangan oleh para pengguna laporan keuangan. Dalam perencanaan audit,
auditor membuat pertimbangan-pertimbangan bentuk penyajian yang dipandang material.
Pertimbangan itu sebagai dasar untuk:
 Menentukan sifat, saat, dan luas produser penilaian resiko
 Mengidentifikasi dan menilai resiko kesalahan penyajian material
 Menentukan sifat, saat, dan luas produser audit lanjutan.
Pada tahap perencanaan tidak semena-mena tidak dapat dikoreksi sebagai bentuk
kesalahan penyajian, auditor menilai sebagai bentuk kesalahan penyajian apabila berada dibawah
tingkat materialitas.
Tujuan auditor dalam SA 320 adalah untuk menerapkan konsep materialitas secara tepat
dalam perencanaan dan pelaksanaan audit. Untuk tujuan SA ini materialitas pelaksanaan adalah
suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada tingkat yang lenih rendah dari pada materialitas
pada laporan keuangan secara keseluruhan, untuk ke tingkat rendah semestinya kesalahan
penyajian tidak dikoreksi
Strategi audit secara keseluruhan auditor harus menentukan materialistas secara
keseluruhan, jika terdapat entitas terdapat satu atau lebih transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu mengandung kesalahan yang jumlah lebih rendah dari materialitas maka
akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan
keuangan tersebut. Auditor harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk menilai resiko
kesalahan , penyajian material, dan menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
Sejalan dengan progres auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan, jika auditor menyadari adanya informasi selama audit, maka auditor bisa saja
merubah jumblah materialitas. Jika auditor menyadari bahwa jumblah materialitas lebih rendah
dari pada sebelumnya, maka auditor harus merevisi apakah jumblah tersebut sudah tepat secara
keseluruhan.
Dalam dokumentasi, auditor harus memasukkan dokumentasi auditnya dengan faktor-
faktor penentuannya, yaitu :
 Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (paragraf 10)
 Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun, atau pengugkapan
tertentu
 Materialitas pelaksanaan (lihat paragraf 11) dan
 Revisi yang dibuat atas butir (a)-(c) sejalan dengan progres audit (lihat paragraf 12-13)
Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan tujuannya untuk mendapatkan
roasonable assurancc bahwa laporan keungan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
materia roasonable assurancc dapat mengurangi resiko audit ke tingkat yang lebih rendah.
Resiko audit adalah kesalahan bentuk penyajian dengan resiko deteksi, audit harus
dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat:
 Mengidentifikasi dan menilai resiko kesalahan penyajian material
 Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya, dan
 Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidaak dikoreksi, jika ada terhadap laporan
keuangan.
Pertimbangan Apesifik atas Entitas Sektor Publik
Dalam kasus entitas sektor publik, pembuat undang-undang dan badann pengatur
merupakan pengguna utama laporan keuangan. Penentuan materialitas dipengaruh oleh undang-
undang dan masyarakat umum berkaitan dengan program sektor publik.
Materialitas berkaitan dengan laporan keuangan yang diaudit dan dilaporkan oleh auditor.
Jka laporan keuangan disusun untuk periode pelaporan keuangan yang lebih atau kurang dari 12
bulan. Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan pertimbangan profesional, faktor yang
mempengaruhi tolak ukur mencakup:
 Unsur-unsur laporan keuangan (aset,liabilitas,ekuitas,pendapatan, dan beban)
 Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus laporan keuangan (tujuan
pengevaluasian kinerja keuangan, laporan keuangan fokus pada laba dan aset bersih)
 Sifat entitas posisi entitas dalam siklus hidupnya dan industri serta lingkungannya ekonomi
di dalam entitas tersebut beroperaso
 Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas ( hanya dari hutang dan bukan ekuitas , maka
laporan keuangan lenih menekankan pada aset dari pada pendapatan entitas)
 Fluktasi relatif tolak ukur tersebut
Dalam hubungannya dengan tolak ukur yang dipilih, data keuangan, yang relevan
biasanya meliputi hasil dan posisi keuangan sebelumnya (adanya akuisisi yang significant).
Suatu entitas ditentukan berdasarkan laba sebelum pajak dari operasi berjalan, kondisi yang
mengakibatkan naik turunnya laba) maka digunakan laba sebelum pajak dari operasi yang telah
dinormalisasikan dari hasil masa lalu.
Pertimbangan spesifik bagi entitas yang lebih kecil
Ketika suatu entitas memilki laba sebelum pajak dari operasi secara konsisten bernilai
kecil. Seperti suatu usaha yang dikelolah sendiri oleh pemiliknya. Dalam suatu audit jumlah
biaya bersih dikurangi pendapatan atau pengeluaran dikurangi penerimaan dapat menjadi tolak
ukur yang tepat untuk aktivitas program.
Dalam kondisi spesifik tertentu entitas mempetimbangkan ada atau tidak adanya
golongan transaksi, saldo akun, auditor perlu mendapatkan pemahaman atas harapan dari pihak
yang bertanggung jawab.
Perencanaan audit hanya untuk mendeteksi kesalahan penyajian secara individual dan
juga tidak meninggalkan celah bagi kemungkinan kesalahan penyajian. Materialitas pelaksanaan
berkaitan dengan tingkat materialitas yang ditentukan untuk golongn transaksi. Penentuan
materialitas pelaksanaan bukan merupakan suatu perhitungan mekanis yang sederhana dan
membutukan adanya pertimbangan profesional.
Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan mungkin perlu di revisi sebagai
akaibat dari perubahan selama proses audit.sebagai contoh jika selama audit ditemukan bahwa
hasil keuangan berbeda secarah subtansial maka laporan keuangan harus merevisi materialitas
tersebut.
STANDAR AUDIT 320
RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI

Standar Audit ("SA") ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan
menerapkan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai
oleh auditor dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan
dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan
respons yang tepat terhadap risiko tersebut.
Penilaian risiko yang telah diidentifikasi oleh auditor pada tingkat asersi memberikan
suatu dasar untuk mempertimbangkan pendekatan audit yang tepat untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit lebih lanjut. Misalnya, auditor dapat menentukan bahwa:
a) Dengan melakukan pengujian pengendalian saja, auditor dapat mencapai respons yang
efektif untuk risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai untuk asersi
b) Melaksanakan prosedur substantif saja
c) Kombinasi pendekatan dengan menggunakan pengujian pengendalian dan prosedur
substantif merupakan suatu pendekatan yang efektif.
Sifat suatu prosedur audit mengacu kepada tujuan dilakukannya prosedur tersebut.Saat
prosedur audit mengacu kepada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau periode atau tanggal
bukti audit tersebut berlaku. Luas prosedur audit mengacu kepada kuantitas prosedur yang
dilaksanakan, misalnya ukuran sampel atau jumlah observasi terhadap aktivitas pengendalian.
Untuk audit entitas sektor publik, mandat audit dan ketentuan audit khusus lainnya
mungkin dapat memengaruhi pertimbangan auditor terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit.
Untuk audit entitas yang sangat kecil, tidak terdapat banyak aktivitas pengendalian yang dapat
diidentifikasi oleh auditor, atau luas keberadaan atau operasinya yang telah didokumentasikan
oleh entitas mungkin terbatas. Dalam beberapa kasus, akan lebih efisien bagi auditor untuk
melaksanakan prosedur audit lanjutan yang mengutamakan prosedur substantif. Namun, dalam
beberapa kasus yang jarang terjadi, tidak adanya komponen pengendalian lainnya dapat
membuat auditor tidak mungkin memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Ketika memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan karena penilaian risiko yang lebih
tinggi, auditor dapat meningkatkan kuantitas bukti, atau memperoleh bukti yang lebih relevan.
Pengujian Pongendalian
 Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Pengujian atas pengendalian dilaksanakan hanya untuk pengendalian yang auditor
yakini tepat dirancang untuk mencegah, atau mendeteksi, dan mengoreksi kesalahan
penyajian material atas suatu asersi.
 Bukti Audit dan Keandalan yang ingin Dituju
Suatu tingkat keyakinan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui efektivitas operasi
pengendalian ketika pendekatan yang diterapkan terutama terdiri dari pengujian
pengendalian, khususnya jika tidak mungkin atau tidak praktis untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat hanya dari prosedur substantif.
 Pengujian atas pengendalian tidak langsung
Karena proses pengolahan teknologi informasi mempunyai sifat konsistensi, bukti
audit tentang implementasi pengendalian aplikasi otomatis, pada saat dipertimbangkan dalam
kombinasi dengan bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian umum entitas (secara
khusus, perubahan pengendalian), dapat juga memberikan bukti audit penting tentang
efektivitas operasi.
 Penggunaan bukti audit yang diperoleh selama periode interim.
Dalam menentukan bukti audit tambahan apa yang diperoleh tentang pengendalian
yang dioperasikan selama periode sisa setelah suatu periode interim mencakup:
 Signifkansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.
 Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan perubahan penting atas
pengendalian
 Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
 Lamanya sisa periode.
 Luas prosedur substantif lebih lanjut
 Lingkungan pengendalian.
 Penggunaan bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya
Bukti audit yang diperoleh dari audit periode lalu dapat memberikan bukti audit
ketika auditor melakukan prosedur audit untuk membuat pengacuan untuk audit periode kini
yang berkaitan dengan efektivitas operasi pengendalian.
Ketika terdapat beberapa pengendalian yang diperoleh dari audit periode lalu, yang
auditor ingin andalkan sebagai bukti audit, maka pengujian terbadap beberapa pengendalian
dalam setiap audit memberikan informasi yang mendukung tentang efektivitas lingkungan
pengendalian hingga audit periode kini.
Auditor merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, tanpa memperhatikan risiko yang telah dinilai atas
kesalahan penyajian material. Ketentuan ini mencerminkan fakta bahwa penilaian risiko oleh
auditor merupakan suatu pertimbangan dan mungkin tidak dapat mengidentifikasi semua risiko
kesalahan penyajian material dan terdapat keterbatasan bawaan dalam pengendalian internal,
termasuk di dalamnya pengabaian pengendalian oleh manajemen.
 Sifat dan Luas Prosedur Substantif
Sesuai dengan kondisi, auditor dapat menentukan bahwa hanya melaksanakan prosedur
analitis substantif saja sudah cukup untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
diterima.
 Pertimbangan Apakah Prosedur Konfirmasi Eksternal Dilaksanakan.
Prosedur konfirmasi eksternal seringkali relevan ketika ditujukan ke asersi yang berkaitan
dengan saldo akun dan unsurnya, tetapi tidak terbatas pada saldo akun dan unsurnya tersebut.
Prosedur konfirmasi eksternal juga dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti audit tentang tidak
adanya beberapa kondisi.Situasi lainnya dimana prosedur konfirmasi eksternal mungkin
merupakan bukti audit yang relevan dalam merespons risiko yang telah dinilai atas kesalahan
penyajian material mencakup:
 Saldo bank dan informasi lain yang relevan dengan hubungan perbankan.
 Saldo piutang usaha dan syarat-syaratnya.
 Sediaan yang berada di tangan pihak ketiga
 Akta kepemilikan properti yang dipegang oleh pengacara atau konsultan keuangan
 Investasi yang dipegang oleh pihak ketiga
 Jumlah yang terhutang kepada kreditur
 Saldo hutang usaha dan ketentuannya.
Meskipun konfirmasi eksternal dapat memberikan bukti audit relevan atas asersi-asersi
tertentu, namun terdapat beberapa asersi yang diperoleh dari konfirmasi eksternal kurang
memberikan bukti audit relevan.
Faktor yang dapat membantu auditor dalam menentukan apakah prosedur konfirmasi
eksternal perlu dilakukan sebagai prosedur audit substantif mencakup:
 Pengetahuan pihak yang akan dikonfirmasi tentang hal pokok.
 Kemampuan atau kesediaan pihak yang dikonfirmasi untuk memberikan respons.
 Objektivitas pihak yang dikonfirmasi
Prosedur Substantif Terkait dengan Proses Tutup Buku Laporan Keuangan
merupakan sifat, dan juga luas, pemeriksaan auditor atas entri jurnal dan penyesuaian lainnya
tergantung pada sifat dan kompleksitas proses pelaporan keuangan entitas dan risiko kesalahan
penyajian material yang terkait. Prosedur Substantif yang Responsif terhadap Risiko
Signifikan mensyaratkan auditor untuk melakukan prosedur substantif yang secara khusus
memberikan respons atas risiko yang telah ditetapkan auditor sebagai risiko yang signifikan.
Waktu Prosedur Substantif merupakan bukti audit dari prosedur audit substantif
periode lalu memberikan sedikit atau tidak memberikan sama sekali bukti audit untuk periode
kini. Namun, ada beberapa pengecualian, misalnya, opini hukum yang diperoleh dalam audit
periode lalu yang berkaitan dengan struktur perubahan aset menjadi sekuritas yang tidak ada
perubahan yang terjadi, yang mungkin masih relevan untuk periode audit kini.
Dalam kondisi tertentu, auditor dapat menentukan bahwa hal efektif untuk melakukan
prosedur substantif pada suatu tanggal interim, dan untuk membandingkan dan merekonsiliasi
informasi tentang saldo pada akhir periode dengan informasi yang dapat dibandingkan pada saat
tanggal interim tersebut untuk mengidentifikasi jumlah yang tampak tidak biasa, menginvestigasi
jumlah yang tidak biasa tersebut dan melakukan prosedur analitik substantif.
Pelaksanaan prosedur substantif pada suatu tanggal interim tanpa melakukan prosedur
tambahan di tanggal kemudian meningkatkan risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi
kesalahan penyajian material yang mungkin ada pada saat tanggal neraca. Risiko ini meningkat
seiring bertambahnya periode antara interim dengan tanggal neraca. Faktor berikut ini dapat
memengaruhi apakah perlu untuk melakukan prosedur substantif pada suatu tanggal interim.
Kesalahan penyajian yang diketahui pada suatu tanggal interim Jika auditor
menyimpulkan bahwa sifat, saat, dan luas prosedur substantif yang direncanakan yang mencakup
periode di antara tanggal interim dan tanggal neraca perlu dimodifikasi sebagai akibat dari
kesalahan penyajian yang tidak diperkirakan terjadi pada tanggal interim, modifikasi tersebut
mungkin berupa perluasan atau pengulangan prosedur yang telah dilakukan pada tanggal interim
tersebut pada tanggal neraca.
Penilaian terhadap penyajian keseluruhan laporan keuangan, termasuk pengungkapan
terkait, berkaitan dengan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan sedemikian rupa
dengan cara menyajikan penggolongan dan penjelasan informasi keuangan, serta bentuk,
pengaturan, dan isi laporan keuangan serta catatan yang ditambahkandengan tepat.

Evaluasi terhadap kecukupan dan ketepatan Bukti


Audit atas laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif dan berulang. Selama auditor
melakukan prosedur audit yang direncanakan, bukti audit yang diperoleh dapat menyebabkan
auditor untuk melakukan modifikasi sifat, saat, serta luas prosedur lain yang direncanakan.
Auditor mungkin menyadari kekurangan dalam catatan akuntansi, atau bukti yang bertentangan
atau hilang. Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap penelaahan secara menyeluruh terhadap
audit dapat menunjukkan risiko kesalahan penyajian material yang belum diketahui sebelumnya.
Dalam kondisi demikian, auditor mungkin perlu untuk mengkaji ulang prosedur audit
yang telah direncanakan, berdasarkan atas pertimbangan yang telah diubah atas risiko yang telah
ditetapkan untuk seluruh atau sebagian golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan dan
asersi terkait. Auditor tidak dapat menganggap bahwa kecurangan atau kesalahan merupakan
kejadian yang terisolasi. Oleh karena itu, pertimbangan mengenai bagaimana mendeteksi
kesalahan penyajian dapat memengaruhi risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai
adalah penting dalam menentukan apakah penilaian risiko kesalahan penyajian masih tepat.

Anda mungkin juga menyukai