Anda di halaman 1dari 25

Pendahuluan

PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian menggantikan PSAK 50 (2010): Instrumen
Keuangan: Penyajian. PSAK 50 ini merupakan adopsi IAS 32 Financial Instruments: Presentation ,
kecuali :

IAS 32 paragraf 96-97F tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi tidak diadopsi karena tidak
relevan.
IAS 32 paragraf 98-100 tentang penarikan tidak diadopsi karena tidak relevan.

PSAK 50 (revisi 2010) hanya mengatur tentang penyajian instrumen keuangan. Pengaturan tentang
pengungkapan instrumen keuangan diatur dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
PSAK 50 (revisi 2010) akan membahas mengenai :

Ruang lingkup & Definisi (puttable instrument)

Penyajian :

Liabilitas dan ekuitas

Instrumen keuangan majemuk

Saham treasuri

Bunga, dividen, keuntungan dan kerugian

Saling hapus aset dan liabilitas keuangan

Pengaturan baru : puttable instrument; Kewajiban menyerahkan bagian aset neto secara prorata
saat likuidasi; Reklasifikasi dari liabilitas keuangan ke instrumen ekuitas dan sebaliknya.
Tujuan PSAK 50 ini adalah untuk menetapkan:

Prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset
keuangan dan liabilitas keuangan.

Prinsip dalam pernyataan ini melengkapi :

Prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam PSAK 55
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan

Pengungkapan informasi mengenai prinsip tersebut dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan

Pengertian
Instrumen Keuangan adalah :
setiap kontrak yang menambah nilai:

aset keuangan entitas , dan (disisi lain)


liabilitas keuangan atau
instrumen ekuitas entitas lain.
1. Aset Keuangan terdiri dari :
b. Kas
c. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain
d. Hak kontraktual:
i. untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain; atau
ii. untuk mempertukarkan aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi
berpotensi untung; atau
e. Kontrak yang akan diselesaikan dengan penerbitan instrumen ekuitas entitas
i. Nonderivatif
ii. Derivatif
2. Liabilitas Keuangan terdiri dari :
a. Kewajiban kontraktual:
i. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
ii. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas;
b. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
i. non derivatif; atau
ii. derivatif
Kas adalah aset keuangan karena merupakan alat tukar dan menjadi dasar pengukuran dan
pengakuan seluruh transaksi dalam laporan keuangan.
Contoh instrumen keuangan yang mencerminkan hak kontraktual :
a. Piutang usaha dan utang usaha
b. Weset tagih dan wesel bayar
c. Pinjaman yang diberikan dan pinjaman yang diterima
d. Piutang obligasi dan utang obligasi
e. Instrumen utang perpetual
Liabilitas atau aset non kontraktual (seperti pajak penghasilan yang timbul karena peraturan
pemerintah) bukan liabilitas dan aset keuangan, kewajiban kontruktif bukan liabilitas keuangan.

Penyajian Liabilitas dan Ekuitas


Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal mengklasifikasikan instrumen tersebut atau
komponennya sebagai liabilitas keuangan, aset keuangan, atau instrumen ekuitas sesuai dengan

substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan, aset keuangan, dan instrumen
ekuitas.
Instrumen-instrumen ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi (a) dan (b) berikut terpenuhi:
a) Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual untuk:
i.

menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau

ii.

mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan
kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan penerbit.

b) jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:
i.

ii.

nonderivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya untuk


menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan
entitas; atau
derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas
atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan
entitas.

Instrumen yang Mempunyai Fitur Opsi Jual


Instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (puttable instrument) adalah instrumen keuangan yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual kembali instrumen kepada penerbit dan
memperoleh kas atau aset keuangan lain atau secara otomatis menjual kembali kepada penerbit
pada saat terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa yang akan datang atau kematian atau
purna karya dari pemegang instrumen.
Kewajiban kontraktual bagi penerbit untuk membeli kembali atau menebus instrumen tersebut dan
menerima kas atau aset keuangan lain pada saat melakukan eksekusi opsi jual tersebut.
Diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas jika memiliki semua fitur berikut:
a. Memberikan hak kepada pemegangnya bagian prorata atas aset neto entitas pada saat
dilikuidasi
b. Instrumen berada dalam kelas instrumen yang merupakan subordinat dari seluruh
instrumen lain
c. Selain bentuk instrumen keuangan (lihat definisi)
d. Jumlah arus kas yagn diharapkan didasarkan secara substansial pada laba rugi,
perubahan aset neto

Reklasifikasi Instrumen

Entitas mengklasifikasikan instrumen keuangan sebagai instrumen ekuitas (sejak tanggal ketika
instrumen memiliki seluruh fitur dan memenuhi kondisi yang ditetapkan.
Entitas mereklasifikasi instrumen keuangan sejak tanggal ketika instrumen tidak lagi memiliki
seluruh fitur atau memenuhi kondisi di paragraf tersebut.
Contoh: Jika entitas menebus seluruh instrumen tanpa opsi jual yang diterbitkan dan setiap
instrumen yang mempunyai fitur opsi jual yang masih beredar memiliki seluruh fitur dan memenuhi
semua kondisi di paragraf 13 dan 14, maka entitas mereklasifikasi instrumen yang mempunyai fitur
opsi jual sebagai instrumen ekuitas dari tanggal ketika entitas menebus instrumen tanpa opsi jual

Penyelesaian Kontijensi
Instrumen keuangan dapat mensyaratkan entitas untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain
tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa depan
(kontiijensi). Instrumen dengan penyelesaian kontijensi adalah liabilitas keuangan, kecuali jika:

Bagian dari ketentuan penyelesaian kontijensi adalah tidak sah

Penerbit dapat disyaratakan untuk menyelesaikan kewajiban hanya dalam kondisi penerbit
dilikuidasi

Instrumen tersebut memiliki fitur 16A&B

Jika instrumen keuangan derivatif memberi kepada salah satu pihak pilihan cara penyelesaian
(misalnya penerbit atau pemegang instrumen dapat memilih penyelesaian secara neto dengan kas
atau mempertukarkan saham dengan kas), maka instrumen tersebut adalah aset keuangan atau
liabilitas keuangan, kecuali jika seluruh alternatif penyelesaian yang ada menjadikannya sebagai
instrumen ekuitas.
Contoh: opsi saham yang memberi pilihan kepada penerbit untuk menentukan penyelesaian
secara neto dengan kas atau mempertukarkan sahamnya dengan sejumlah kas.
Oleh karenanya, instrumen keuangan adalah liabilitas keuangan bagi penerbit, kecuali jika:

bagian dari ketentuan penyelesaian kontinjensi yang mensyaratkan penyelesaian secara kas
atau melalui penyerahan aset keuangan lain (atau jika tidak, untuk menyelesaikannya
sebagaimana jika instrumen tersebut berupa liabilitas keuangan) adalah tidak sah (not
genuine); atau

penerbit disyaratkan untuk menyelesaikan kewajibannya dengan kas atau dengan


penyerahan aset keuangan lain (atau jika tidak, untuk menyelesaikannya sebagaimana jika
instrumen tersebut merupakan liabilitas keuangan) hanya dalam kondisi penerbit dilikuidasi;
atau

instrumen tersebut memiliki seluruhfitur dan memenuhi kondisi di paragraf 13 dan 14.

Instrumen Keuangan Majemuk


Penerbit instrumen keuangan nonderivatif mengevaluasi persyaratan instrumen keuangan untuk
menentukan apakah instrumen tersebut mengandung komponen liabilitas dan ekuitas. Komponen
tersebut diklasifikasikan secara terpisah sebagai liabilitas keuangan, aset keuangan,, atau instrumen
ekuitas sesuai dengan ketentuan di paragraf 11.
Entitas mengakui secara terpisah komponen instrumen keuangan yang:

menimbulkan liabilitas keuangan bagi entitas; dan

memberikan opsi bagi pemegang instrumen untuk mengkonversi instrumen keuangan


tersebut menjadi instrumen ekuitas dari entitas yang bersangkutan.
Contoh:
Obligasi atau instrumen serupa dapat dikonversi oleh pemegangnya menjadi saham biasa
dengan jumlah yang telah ditetapkan merupakan instrumen keuangan majemuk. Dari sudut
pandang entitas, instrumen ini terdiri dari dua komponen:

liabilitas keuangan (perjanjian kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset


keuangan lain); dan

instrumen ekuitas (opsi beli yang memberikan hak pada pemegangnya selama
jangka waktu tertentu untuk mengkonversi instrumen tersebut menjadi saham biasa
dengan jumlah yang telah ditetapkan).

Saham Treasuri
Jika entitas. memperoleh kembali instrumen ekuitasnya, maka instrumen tersebut (saham treasuri)
dikurangkan dari ekuitas.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari pembelian, penjualan, penerbitan, atau pembatalan
instrumen ekuitas entitas tersebut tidak diakui dalam laba rugi.
Saham treasuri tersebut dapat diperoleh dan dimiliki oleh entitas yang bersangkutan atau oleh
anggota lain dalam kelompok usaha yang dikonsolidasi. Imbalan yang dibayarkan atau diterima
diakui secara langsung di ekuitas.
Nilai saham treasuri yang dimiliki diungkapkan secara terpisah, dalam Iaporan posisi keuangan atau
catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.
Entitas mengungkapkan sesuai dengan PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi jika saham
treasuri diperoleh oleh pihak-pihak berelasi.

Bunga, Deviden, Kerugian dan Keuntungan

Bunga, dividen, keuntungan, dan kerugian yang terkait dengan instrumen keuangan atau komponen
yang merupakan liabilitas keuangan diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laba rugi.
Distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas didebit oleh entitas secara langsung ke ekuitas,
setelah dikurangi dampak pajak penghasilan terkait.
Biaya transaksi yang timbul dari transaksi ekuitas, dicatat sebagai pengurang ekuitas, setelah
dikurangi dampak pajak penghasilan terkait.
Pajak penghasilan yang terkait dengan distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas dan biaya
transaksi dicatat sesuai dengan PSAK 46: Pajak Penghasilan.

Saling Hapus
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi
keuangan jika, dan hanya jika, entitas:

saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan sating hapus
atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan

berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan
liabilitasnya secara simultan.

Dalam akuntansi untuk transfer atas aset keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi penghentian
pengakuan, entitas tidak boleh melakukan saling hapus aset keuangan yang ditransfer dan liabilitas
terkait (lihat PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 36).
Untuk memenuhi kriteria saling hapus, entitas saat ini harus memiliki hak yang dapat dipaksakan
secara hukum untuk melakukan saling hapus. Ini berarti bahwa hak saling hapus:

harus tidak kontinjen atas peristiwa di masa depan; dan

harus dapat dipaksakan secara hukum terhadap seluruh keadaan, sebagai berikut:

situasi bisnis yang normal;

peristiwa kegagalan; dan

peristiwa kepailitan atau kebangkrutan dari entitas dan seluruh pihak lawan.

Penerapan dan Contoh Aplikasi PSAK 50


Utang Yang Dapat Dikonversi
Contoh 1 :
PT. ABC menerbitkan obligasi yang dapat dikonversi 2.000 lembar pada awal 20X1.
Obligasi tersebut berjangka waktu 3 tahun dan dijual sebesar nilai nominalnya
Rp1.000 per lembar.
Bunga 6% dibayarkan di muka setiap tahunnya.
Tiap obligasi dapat dikonversikan setiap saat hingga saat jatuh temponya menjadi
250 lembar saham biasa.
Ketika obligasi tersebut diterbitkan, tingkat bunga pasar untuk utang sejenis tanpa
hak konversi sebesar 9%.
Penyelesaian :

Komponen liabilitas harus diukur terlebih dahulu

Selisih antara hasil yang diterima dengan nilai wajar komponen liabilitas dialokasikan sebagai
komponen ekuitas.

Nilai wajar komponen liabilitas dihitung menggunakan tingkat bunga diskonto 9 %,

Nilai sekarang dari pokok obligasi Rp2.000.000 yang harus


dibayar dalam tiga tahun
Nilai wajar dari bunga sebesar Rp120.000 yang harus dibayar
di muka setiap tahunnya selama tiga tahun
Total komponen liabilitas
Komponen Ekuitas

303.755
1.848.122
151.878

Hasil penerbitan obligasi


Jurnalnya :
Kas

1,544,367

2.000.000

2.000.000
Utang Obligasi
Agio saham Ekuitas konversi

1.848.122
151.878

Contoh 2 :
PT XYZ menerbitkan 1000 lembar obligasi yang dapat dikonversi dengan nilai nominal Rp 200.000
pada awal tahun 2013. Obligasi tersebut memiliki periode 6 tahun dengan pembayaran bunga 7
persen setiap akhir Desember. Setiap obligasi dapat dikonversi menjadi 100 lembar saham dengan
nilai par Rp 500. Suku bunga pasar untuk obligasi sejenis adalah 9 persen. Bagaimana penyajiannya?
Penyelesaian :
Komponen liabilitas pada obligasi saat diterbitkan pada nilai wajar

= Rp 119.253.465

PV nilai nominal =
PV pembayaran bunga =

Rp 62.802.860

PV komponen liabilitas

Rp 182.056.325

Komponen ekuitas pada obligasi saat diterbitkan pada nilai wajar


Nilai wajar obligasi pada tanggal penerbitan

Rp 200.000.000

Dikurangi: nilai wajar komponen liabilitas pada tanggal penerbitan

Rp 182.056.325

Nilai wajar komponen ekuitas pada tanggal penerbitan

Rp 17.943.675

Jurnal Akuntansinya :
Kas

200.000.000
Utang obligasi
Agio saham ekuitas konversi

182.056.325
17.943.675

Kondisi 1: Obligasi tidak dikonversi sampai maturity


Utang obligasi 200.000.000
Kas
200.000.000
Akun agio saham ekuitas konversi sebesar Rp 17.943.675 dapat ditransfer ke akun agio saham
biasa.
Kondisi 2: Obligasi dikonversi saat maturity
Agio saham ekuitas konversi 17.943.675
Utang obligasi
200.000.000
Saham biasa
50.000.000
Agio saham biasa
167.943.675
Akun agio saham ekuitas konversi sebesar Rp 17.943.675 ditransfer ke akun agio saham biasa.
Kondisi 3: Obligasi dikonversi sebelum maturity
Obligasi dikonversi menjadi saham pada tanggal 31 Desember 2015
Daftar Amortisasi Obligasi
Tanggal

Kas dibayarkan

Beban bunga

Amortisasi diskonto

01/01/2013

Nilai tercatat
182,056,325

31/12/2013

14,000,000

16,385,069

2,385,069

184,441,394

31/12/2014

14,000,000

16,599,725

2,599,725

187,041,120

31/12/2015

14,000,000

16,833,701

2,833,701

189,874,821

Agio saham ekuitas konversi 17.943.675


Utang obligasi
189.874.821
Saham biasa
Agio saham biasa

50.000.000
157.818.496

Saham Preferen Yang Dapat Dikonversi

Saham preferen yang dapat dikonversi adalah ekuitas, kecuali jika itu merupakan saham
preferen yang dapat ditebus.

Pengkonversian atau pembelian kembali di dasarkan pada nilai buku, tidak diakui kerugian
atau laba

Jumlah lebih yang dibayarkan di atas nilai buku sering didebit dari laba ditahan.

Waran Saham
Waran saham adalah pemberian hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga dan
periode tertentu. Biasanya penggunaan waran dapat berdampak dilusi dengan mengurangi jumlah
EPS. Situasi penerbitan waran:
agar sekuritas lebih menarik;
memberikan preemptive right kepada pemegan saham; dan
kompensasi kepada karyawan
Saham Diterbitkan dengan Sekuritas Lain
Contoh :
PT DEF menerbitkan 500 lembar saham biasa dengan nilai par Rp 100 dan nilai wajar Rp 600, serta
200 lembar saham preferen dengan nilai par Rp 200 dan nilai wajar Rp 1.000 yang dijual dengan
lump sum Rp 400.000. Penyelesaian :

Nilai

Jumlah saham

Saham biasa
Saham Preferen

500
200

Alokasi:
Harga penerbitan

Alokasi %
Total

Biasa
Rp 400.000
60%
Rp 240.000

Total

x Rp
600 = Rp 300.000
x
1.000
200.000
Nilai pasar
Rp 500.000
Preferen
Rp 400.000
40%
Rp 160.000

Kas

400.000
Preferen Stock (200xRp200)
PIC-P/S (160.000 40.000)
Common Stock (500xRp100)
PIC-C/S (240.000 50.000)

40.000
120.000
50.000
190.000

%
60%
40%
100%

Saham Treasuri
PT JKL menerbitkan 20.000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp 200 pada harga Rp 500 per
share. Sebagai tambahan, perusahaan juga memiliki laba ditahan sebesar Rp20.000.000.
Ekuitas
Saham biasa, Rp 200 par, 20.000 lembar diisukan dan beredar
Agio saham biasa
Laba ditahan
Total ekuitas

Rp

4.000.000
6.000.000
20.000.000
30.000.000

Kemudian pada tanggal 2 Februari, PT JKL melakukan reakuisisi saham sebanyak 5.000 lembar saham
dengan harga Rp 700.
Saham treasuri
Kas

3.500.000
3.500.000

Saham biasa, Rp 200 par, 20.000 lembar diisukan dan 15.000 Rp


beredar
Agio saham biasa
Laba ditahan
Dikurangi: biaya saham treasuri (5.000 lembar)
Total ekuitas

4.000.000
6.000.000
20.000.000
3.500.000
26.500.000

Tanggal 2 Maret, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan harga Rp
1.000
Kas
Saham treasuri
Agio saham treasuri

500.000
350.000
150.000

Tanggal 2 April, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan harga Rp
600.
Kas
Agio saham treasuri
Saham treasuri

2 April

300.000
50.000
350.000

Agio Saham Treasuri


50.000 2 Maret
Saldo

150.000
100.000

Tanggal 2 Mei, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 1.000 lembar dengan harga Rp
550.
Kas
Agio saham treasuri

550.000
100.000

Laba ditahan
Saham treasuri

50.000
350.000

Kebijakan Dividen
Jenis-jenis dividen:
1. Dividen kas
2. Dividen property
3. Dividen likuidasi
4. Dividen saham.
Semua dividen selain dividen saham mengurangi total ekuitas perusahaan. Ketika perusahaan
mengumumkan dividen saham, perusahaan tidak membayarkan sejumlah aset atau mengakui
kewajiban, tetapi hanya menerbitkan saham tambahan ke masing-masing pemegang saham.
Dividen Kas
Dewan direksi mengusulkan pengumuman dividen kas. Dividen kas yang diumumkan merupakan
kewajiban (biasanya termasuk kewajiban lancar). Perusahaan tidak mengumumkan atau membayar
dividen kas pada saham treasuri.
Tiga tanggal penting:
1. Tanggal pengumuman
Laba ditahan
xxx
Utang dividen
xxx
2. Tanggal pencatatan
No entry
3. Tanggal pembayaran
Utang dividen
xxx
Kas
xxx
Contoh :
Tanggal 2 Juni PT PQR m
engumumkan pembayaran kas dividen Rp 200 atas 200.000 saham
yang terutang pada tanggal 12 Juli kepada semua pemegang saham yang tercatat pada tanggal 22
Juni.
Tanggal pengumuman (2 Juni)
Laba ditahan
40.000.000
Utang dividen
40.000.000
Tanggal pencatatan (22 Juni)
No entry
Tanggal pembayaran (12 Juli)
Utang dividen
40.000.000
Kas
40.000.000
Dividen Properti
Merupakan utang dividen dalam bentuk aset selain kas. Properti yang akan didistribusikan
dinyatakan ulang ke dalam nilai wajar; keuntungan dan kerugian atas selisih nilai properti diakui
dalam Laporan laba-rugi.
Contoh :

PT QRS melakukan transfer kepada pemegang saham beberapa investasinya dalam bentuk sekuritas
senilai Rp 300.000.000 dengan mengumumkan dividen properti tanggal 12 Desember 2012, untuk
didistribusikan tanggal 22 Januari 2X13 kepada pemegang saham yang tercatat pada 2 Januari 2013.
Pada tanggal pengumuman, sekuritas tersebut memiliki nilai wajar Rp 200.000,000.
Tanggal pengumuman (12 Desember 2012)
Unrealized Holding Gain or LossKerugian
Investasi ekuitas
Laba ditahan
Utang dividen property
Tanggal distribusi (22 Januari 2013)
Utang dividen properti
Investasi ekuitas

100.000.000
100.000.000
200.000.000
200.000.000

200.000.000
200.000.000

Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada pendapatan / laba ditahan dan mengurangi ekuitas pemegang
saham. Dividen likuidasi lebih mengimplikasikan return atas modal investasi daripada profit yang
dihasilkan perusahaan.
Contoh :
PT RST menerbitkan sebuah dividen kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 220.000.000.
Pengumuman menyebutkan bahwa pemegang saham harus mempertimbangkan Rp 100.000.000
sebagai pendapatan dan sisanya sebagai pengembalian modal.
Tanggal pengumuman
Laba ditahan
Agio saham biasa
Utang dividen

100.000.000
120.000.000
220.000.000

Tanggal pembayaran
Utang dividen
Kas

220.000.000
220.000.000

Dividen Saham
Penerbitan saham sendiri kepada pemegang saham dengan basis pro rata, tanpa mendapatkan
pembayaran apapun (tidak ada kas masuk dan keluar). Ketika saham dividen kurang dari 2025
persen dari saham biasa yang beredar, maka perusahaan melakukan transfer nilai wajar dari laba
ditahan (dividen saham kecil). Ketika saham dividen lebih dari 2025 persen dari saham biasa yang
beredar, maka nilai par dialihkan dari laba ditahan ke modal saham (dividen saham besar).
Contoh :
PT UVW memiliki 2 juta lembar saham biasa beredar dengan nilai par Rp 200 dan laba ditahan
sebesar Rp 700 juta. Jika PT UVW mengumumkan 10 persen dividen saham, maka perusahaan
menerbitkan 200 ribu lembar saham tambahan kepada pemegang saham. Jika nilai wajar saham saat
itu adalah Rp 300 per lembar, maka pencatatannya adalah:

Tanggal pengumuman
Laba ditahan
Saham biasa yang dapat didistribusikan
Agio saham biasa

60.000.000
40.000.000
100.000.000

Tanggal distribusi
Saham biasa yang dapat didistribusikan
Saham biasa

40.000.000
40.000.000

PT UVW memiliki 2 juta lembar saham biasa beredar dengan nilai par Rp 200 dan laba ditahan
sebesar Rp 700 juta. Jika PT UVW mengumumkan 30 persen dividen saham, maka perusahaan
menerbitkan 600 ribu lembar saham tambahan kepada pemegang saham. Jika nilai wajar saham saat
itu adalah Rp 300 per lembar, maka pencatatannya adalah:
Tanggal pengumuman
Laba ditahan (600 ribu x Rp 200)
120.000.000
Saham biasa yang dapat didistribusikan
120.000.000
Tanggal distribusi
Saham biasa yang dapat didistribusikan
Saham biasa

120.000.000
120.000.000

Share Split
Untuk mengurangi nilai pasar saham.
No entry untuk pencatatan share split.
Mengurangi nilai pasar dan meningkatkan jumlah saham.
Ekuitas sebelum 2-for-1 split
Ekuitas sesudah 2-for-1 split
Saham biasa, 2 juta lembar
Rp 400 juta Saham biasa, 4 juta lembar
Rp 400 juta
dengan nilai par Rp 200
dengan nilai par Rp 100
Laba ditahan
200 juta Laba ditahan
200 juta
Total
600 juta Total
600 juta
Perbandingan Dividen Saham, Share Split, dan Dividen Kas

Berkurang
Tetap
Tetap
Berkurang

Tetap
Tetap
Tetap
Tetap

Pengumuman dan distribusi


Dividen saham
Dividen
Share split
kecil
saham besar
Berkuranga
Berkurangb
Tetap
b
b
Bertambah
Bertambah
Tetap
Bertambahc
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap

Berkurang

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap
Tetap

Berkurang
Tetap

Tetap
Bertambah

Tetap
Bertambah

Tetap
Bertambah

Pengumuman
dividen kas

Dampak pada
Laba ditahan
Modal saham
Agio saham
Jumlah
ekuitas
Working
capital
Jumlah aset
Jumlah
saham
beredar
a
Harga pasar

Pembayaran
dividen kas

Nilai par/dinyatakan

Nilai lebih harga pasar dengan nilai par

Penyajian Ekuitas

Ref. Laporan Keuangn PLN dari website perusahaan


Penyajian Laporan Perubahan Ekuitas

Ref. Laporan Keuangn PLN dari website perusahaan

PSAK 50:
ILUSTRASI
Bukan bagian dari Standar

Contoh 1 & 2
Kontrak berjangka Pembelian dan Penjualan Saham
Asumsi-asumsi
Tanggal Kontrak
1 Feb 20X2
Tanggal Jatuh Tempo 31 Jan 20X3
Harga pasar per lembar saham pada 1 Feb 20X2
Harga pasar per lembar saham pada 31 Des 20X2
Harga pasar per lembar saham pada 31 Jan 20X3
Fixed forward price yang harus dibayar 31 Jan 20X3
Nilai kini dari forward price pada 1 Feb 20X2
Jumlah saham berdasarkan kontrak berjangka
Nilai wajar kontrak berjangka pada 1 Feb 20X2
Nilai wajar kontrak berjangka 31 Desember 20X2
Nilai wajar kontrak berjangka pada 31 Januari 20X3

Rp100
Rp110
Rp106
Rp104
Rp100
1.000
Rp0
Rp6.300
Rp2.000

A. Kas untuk Kas (Penyelesaian Neto dengan Kas)


Kontrak pembelian berjangka atas saham akan diselesaikan neto secara tunai (tidak ada saham
milik entitas yang diserahterimakan dalam penyelesaian kontrak ini).
Pada 1 Februari 20X2, Entitas A menyepakati sebuah kontrak dengan Entitas B untuk menerima
pembayaran sejumlah nilai wajar dari 1.000 saham biasa Entitas A yang beredar sampai dengan
31 Januari 20X3 dengan menyerahkan kas sejumlah Rp104.000 (atau Rp104 per saham) pada 31
Januari 20X3. Kontrak tersebut akan diselesaikan netto secara tunai. Entitas A mencatat ayatayat jurnal sebagai berikut:
1 Februari 2002
Harga per lembar saham ketika kontrak ditandatangani pada 1 Februari 2002 adalah
Rp100
Nilai wajar awal kontrak berjangka pada 1 Februari 2002 adalah nol
Tidak ada ayat jurnal yang dibutuhkan karena nilai wajar derivatif sama dengan nol dan
tidak ada kas yang dibayarkan atau diterima.

31 Desember 2002
Pada 31 Desember 2002, harga pasar per lembar saham meningkat menjadi Rp110,
akibatnya nilai wajar kontrak berjangka meningkat menjadi Rp6.300
Untuk mencatat kenaikan dalam nilai wajar kontrak berjangka
Pembelian
Penjualan
Aset forward
Rp 6.300
Kerugian
Rp 6.300
Keuntungan
Rp 6.300
Liabilitas Berjangka
Rp 6.300

31 Januari 2003
Pada 31 Januari 2003, harga pasar per lembar saham turun menjadi Rp106. Nilai wajar dari
kontrak berjangka adalah Rp2.000 atau (Rp106 x 1000 Rp104.000). Pada hari yang sama,
kontrak tersebut diselesaikan neto secara tunai. Entitas A berkewajiban untuk menyerahkan
Rp104.000 kepada Entitas B, dan Entitas B berkewajiban menyerahkan Rp106.000 (Rp106 x
1000) kepada Entitas A, jadi Entitas B harus membayar selisihnya sebesar Rp2.000 kepada
Entitas A.
Untuk mencatat penurunan dalam nilai wajar kontrak berjangka (Rp4.300=Rp6.300Rp2.000)
Untuk mencatat penyelesaian kontrak berjangka
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 4.300
Liabilitas forward
Rp 4.300
Aset forward
Rp 4.300
Keuntungan
Rp 4.300
Kas
Rp 2.000
Liabilitas forward
Rp 2.000
Aset forward
Rp 2.000
Kas
Rp 2.000
B. Saham untuk Saham (Penyelesaian Neto dengan Saham)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada (a) dengan pengecualian bahwa
penyelesaiannya dilakukan secara neto dengan saham. Ayat-ayat jurnal yang dibuat Entitas A
sama dengan butir (a) di atas, kecuali untuk mencatat penyelesaian kontrak berjangka tersebut,
yaitu:
31 Januari 2003
Kontrak diselesaikan neto dengan saham. Entitas A berkewajiban menyerahkan sahamnya
yang bernilai Rp104.000 (Rp104 x 1000) kepada Entitas B, dan Entitas B berkewajiban
menyerahkan saham Entitas A senilai Rp106.000 (Rp106 x 1000) kepada Entitas A. Jadi Entitas
B harus menyerahkan saham senilai Rp2.000 (Rp106.000-Rp104.000) kepada Entitas A, atau
sama dengan 18,9 lembar saham (Rp2000/Rp106)
Untuk mencatat penyelesaian kontrak berjangka.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 2.000
Liabilitas forward
Rp 2.000
Aset forward
Rp 2.000
Ekuitas
Rp 2.000
C. Kas untuk Saham (Penyelesaian Fisik Bruto)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada (a), dengan pengecualian bahwa penyelesaian
akan dilakukan dengan penyerahan kas dan saham Entitas A yang nilai dan jumlahnya telah
ditetapkan. Sama seperti pada butir (a) dan (b) di atas, harga per lembar saham yang harus
dibayar oleh Entitas A setelah satu tahun ditetapkan sebesar Rp104.
Entitas A berkewajiban membayar Rp104.000 secara tunai kepada Entitas B dan Entitas B
berkewajiban menyerahkan 1.000 lembar saham beredar entitas A kepada entitas A setelah satu
tahun. Entitas A mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
1 Februari untuk mencatat kewajiban penyerahan Rp104.000 setelah satu tahun yang dibukukan
sesuai nilai wajarnya Rp100.000 yang didiskonto menggunakan tingkat bunga yang sesuai (lihat
PSAK 55 Paragraf PA79).

31 Desember 2002
Untuk membukukan bunga yang telah menjadi beban yang dihitung menggunakan metode
bunga efektif atas liabilitas pada nilai pelunasan/ penebusan saham.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 100.000
Tidak ada jurnal
Liabilitas
Rp 100.000
Beban Bunga
Rp 3.660
Tidak ada jurnal
Liabilitas
Rp 3.660
Pada 31 Januari 2003
Untuk membukukan bunga yang telah menjadi beban yang dihitung menggunakan metode
bunga efektif atas liabilitas pada nilai pelunasan/penebusan saham.
Untuk mencatat penyelesaian kewajiban penebusan saham Entitas A secara kas.
Pembelian
Penjualan
Beban Bunga
Rp 340
Tidak ada jurnal
Liabilitas
Rp 340
Liabilitas
Rp 104.000
Kas
Rp 104.000
Kas
Rp 104.000
Ekuitas
Rp 104.000
D. Pilihan Penyelesaian
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dengan saham) menjadikan kontrak pembelian kembali berjangka
(forward repurchase contract) sebagai aset keuangan atau liabilitas keuangan.
Jika alternatif yang dipilih adalah dengan mempertukarkan kas dengan saham (butir (c) di atas),
maka Entitas A harus membukukan liabilitasnya untuk menyerahkan kas sebagai utang, seperti
ilustrasi pada butir (c) di atas.
Jika tidak, maka Entitas A memperlakukan kontrak berjangka tersebut sebagai sebuah derivatif.
Contoh 3 & 4 : Pembelian dan Penerbitan Opsi-Beli atas Saham
Contoh ini mengilustrasikan ayat-ayat jurnal yang harus dibukukan atas hak yang timbul dari
pembelian atau penerbitan opsi beli atas saham milik entitas yang akan diselesaikan (a) neto
secara tunai, (b) neto dengan saham, atau (c) dengan pertukaran kas dengan saham milik
entitas. Contoh ini juga mendiskusikan efek dari pilihan penyelesaian (lihat butir (d) di bawah):
Asumsi-asumsi:
Tanggal Kontrak 1 Feb 2002
Tanggal Exercise 31 Jan 2003
(European terms; hanya dapat di-exercise pada saat jatuh tempo)
Pemegang hak exercise
Entitas A, Pihak Pertama
Entitas B, Pihak Kedua
Harga pasar per lembar saham pada 1 Feb 2002
Rp100
Harga pasar per lembar saham pada 31 Des 2002
Rp104
Harga pasar per lembar saham pada 31 Jan 2003
Rp104
Harga exercise yg ditetapkan untuk dibayar pada 31 Januari 2003 Rp102
Jumlah lembar saham menurut kontrak
1.000
Nilai wajar opsi pada 1 Feb 2002
Rp5.000
Nilai wajar opsi pada 31 Des 2002
Rp3.000

Nilai wajar opsi pada 31 Januari 2003

Rp2.000

Kas untuk Kas (Penyelesaian Neto dengan Kas)


Pada 1 Februari 2002, Entitas A menyepakati sebuah kontrak dengan Entitas B yang memberi
Entitas B kewajiban untuk menyerahkan, dan Entitas A hak untuk menerima, nilai wajar dari
1000 lembar saham biasa Entitas A yang beredar hingga 31 Januari 2003 atas kas senilai
Rp102.000 (Rp102 x 1000) yang akan diterimanya pada tanggal 31 Januari 2003, jika Entitas A
menggunakan hak tersebut. Kontrak tersebut akan diselesaikan neto secara tunai. Jika Entitas A
tidak menggunakan haknya, maka tidak terjadi pembayaran. Jurnal yang dibukukan oleh Entitas
A adalah sebagai berikut:
1 Februari 2002
Harga per lembar saham ketika kontrak disepakati pada 1 Februari 2002 adalah Rp100. Nilai
wajar awal dari kontrak pada 1 Februari 2002 adalah Rp5.000, yaitu sejumlah yang harus
dibayarkan oleh Entitas A pada Entitas B. Pada tanggal itu, opsi tersebut tidak memiliki nilai
intrinsik, hanya nilai waktu, karena harga exercise/strike price Rp102 melebihi harga pasar
per lembar saham (Rp100) sehingga tidaklah ekonomis jika Entitas A mengexercise opsinya.
Dengan kata lain, opsi beli tersebut dalam posisi tidak untung.
Pembelian
Penjualan
Aset Opsi Beli
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Aset Opsi Beli
Rp 5.000
31 Desember 2002
Pada 31 Desember 2002, harga pasar per lembar saham meningkat menjadi Rp104. Nilai
wajar opsi beli turun menjadi Rp3.000, dimana nilai intrinsiknya menjadi Rp2000 ([Rp104Rp102] X 1000), dan yang Rp1.000 adalah nilai waktu yang tersisa. Untuk mencatat
penurunan dalam nilai wajar opsi beli.
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 2.000
Kewajiban opsi beli
Rp 2.000
Aset Opsi Beli
Rp 2.000
Keuntungan
Rp 2.000
31 Januari 2003
Pada 31 Januari 2003, harga pasar per lembar saham masih Rp104. Nilai wajar opsi beli
turun menjadi Rp2.000 yang keseluruhannya merupakan nilai intrinsik ([Rp104-Rp102] x
1000) karena tidak ada lagi nilai waktu yang tersisa. Untuk mencatat penurunan dalam nilai
wajar opsi beli.
Pada hari yang sama, Entitas A menggunakan opsi belinya dan kontrak tersebut diselesaikan
neto secara tunai. Entitas B berkewajiban menyerahkan Rp104.000 (Rp104 x 1000) kepada
Entitas A, dan Entitas A berkewajiban menyerahkan Rp102.000 (Rp102 x 1000) kepada
Entitas B, sehingga Entitas A berhak menerima selisih sebesar Rp2.000 secara tunai. Untuk
mencatat penyelesaian kontrak.
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 1.000
Kewajiban opsi beli
Rp 1.000
Aset Opsi Beli
Rp 1.000
Keuntungan
Rp 1.000
Kas
Rp 2.000
Kas
Rp 2.000
Aset Opsi Beli
Rp 2.000
Kewajiban opsi beli
Rp 2.000

Saham untuk Kas (Penyelesaian Neto dengan Saham)


Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada (a), dengan pengecualian bahwa penyelesaian
akan dilakukan dalam bentuk serah terima saham. Jurnal yang harus dibuat oleh Entitas A sama
dengan jurnal pada butir (a), kecuali untuk pencatatan penyelesaian kontrak, yaitu:
31 Januari 2003
Entitas A melaksanan opsi belinya dan kontrak diselesaikan neto dengan saham. Entitas B
berkewajiban menyerahkan saham Entitas A senilai Rp104.000 (Rp104 x 1.000) kepada
Entitas A dan menerima saham Entitas A senilai Rp102.000 (Rp102 X 1000) dari Entitas A,
sehingga Entitas B harus menyerahkan saham Entitas A senilai Rp2.000 atau sebanyak 19.2
lembar saham (Rp2.000/Rp104) .Untuk mencatat penyelesaian kontrak. Penyelesaian ini
dianggap sebagai transaksi Saham yang Diperoleh Kembali (jadi tidak ada keuntungan atau
kerugian).
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 2.000
Ekuitas
Rp 2.000
Aset Opsi Beli
Rp 2.000
Kewajiban opsi beli
Rp 2.000

Saham untuk Kas (Penyelesaian Fisik Bruto)


Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada butir (a), dengan pengecualian bahwa
penyelesaian akan dilakukan melalui penerimaan saham dalam jumlah yang telah ditetapkan
dan penyerahan kas yang nilainya telah ditetapkan, jika Entitas A menggunakan opsinya. Seperti
pada butir (a) dan (b) di atas, harga exercise per lembar saham ditetapkan sebesar Rp102.
Entitas A berhak menerima 1.000 lembar saham beredarnya atas kas sejumlah Rp102.000
(Rp102 x 1.000) yang diserahkannya, jika Entitas A menggunakan opsinya.
1 Februari 2002
Untuk mencatat kas yang dibayarkan atas hak untuk membeli kembali saham Entitas A
setelah satu tahun dengan harga yang telah ditetapkan. Premi yang dibayarkan dibukukan
sebagai ekuitas
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Ekuitas
Rp 5.000
31 Desember 2002
Tidak ada jurnal yang dibukukan karena tidak ada kas yang diserahterimakan dan karena
kontrak memberi hak untuk menerima saham milik Entitas A dalam jumlah yang telah
ditetapkan dengan menyerahkan kas yang nilainya telah ditetapkan, maka kontrak tersebut
memenuhi definisi instrumen ekuitas.
31 Januari 2003
Entitas A menggunakan opsi belinya dan kontrak tersebut diselesaikan secara bruto. Entitas B
berkewajiban menyerahkan 1000 lembar saham Entitas A atas kas sebesar Rp102.000 yang
diterimanya.
Untuk mencatat penyelesaian kontrak.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 102.000
Kas
Rp 102.000
Kas
Rp 102.000
Ekuitas
Rp 102.000

Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dengan saham) menjadikan opsi beli tersebut sebuah aset keuangan. Opsi beli
tersebut tidak memenuhi definisi instrumen ekuitas karena tidak dapat diselesaikan dengan cara
lain, kecuali Entitas A membeli kembali sahamnya dalam jumlah yang telah ditetapkan dengan
menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya yang nilainya telah ditetapkan. Entitas A mengakui
sebuah aset derivatif sebagaimana yang diilustrasikan dalam butir (a) dan (b) di atas. Jurnal yang
dibukukan pada saat penyelesaian tergantung pada bagaimana penyelesaian tersebut dilakukan.
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mepertukarkan kas dan saham) menjadikan opsi beli sebagai sebuah liabilitas keuangan. Opsi
tersebut tidak memenuhi definisi instrumen ekuitas karena tidak dapat diselesaikan selain dengan
cara Entitas A menerbitkan sahamnya dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai pengganti kas
atau aset keuangan lain yang diterimanya. Entitas A mengakui liabilitas derivatifnya sesuai dengan
ilustrasi pada butir (a) dan (b) di atas. Jurnal yang dibukukan pada saat penyelesaian tergantung
pada bagaimana penyelesaian tersebut dilakukan.
Contoh 5&6: Pembelian atau Penerbitan Opsi Jual Saham
Asumsi
Tanggal Kontrak 1 Feb 2002
Tanggal Exercise 31 Jan 2003
(European terms; hanya dapat di-exercise pada saat jatuh tempo)
Pemegang hak exercise Entitas A, Pihak Pertama
Harga pasar per lembar saham pada 1 Feb 2002
Rp100
Harga pasar per lembar saham pada pada 31 Des 2002
Rp95
Harga pasar per lembar saham pada pada 31 Jan 2003
Rp95
Harga exercise yang ditetapkan untuk diterima pada 31 Januari 2003
Rp98
Jumlah lembar saham menurut kontrak
1.000
Nilai wajar opsi pada 1 Feb 2002
Rp5.000
Nilai wajar opsi pada 31 Des 2002
Rp4.000
Nilai wajar opsi pada 31 Jan 2003
Rp3.000
A. Penyelesaian Neto dengan Kas
Kontrak pembelian opsi yang akan diselesaikan neto secara tunai. Pada 1 Februari 2002, Entitas
A menyepakati sebuah kontrak dengan Entitas B yang memberi Entitas A sebuah hak untuk
menjual, dan Entitas B berkewajiban untuk membeli, nilai wajar dari 1000 lembar saham Entitas
A yang beredar hingga 31 Januari 2003 dengan strike price Rp98.000 (atau Rp98 per lembar)
pada 31 Januari 2003, jika Entitas A menggunakan opsinya. Kontrak tersebut akan diselesaikan
neto secara tunai. Jika Entitas A tidak menggunakan opsinya, maka pembayaran tidak akan
terjadi. Entitas A membukukan ayat jurnal sebagai berikut:
1 Februari 2002
Harga per lembar saham ketika kontrak ditandatangani pada 1 Februari 2002 adalah Rp100.
Nilai wajar awal kontrak berjangka pada 1 Februari 2002 adalah 5.000. Pada tanggal tersebut
opsi tidak memiliki nilai intrinsik, hanya nilai waktu karena exercisenya lebih rendah dari
harga pasar. Tidak ekonomis jika entitas menggunakan opsinya, posisi opsi tersebut tidak
mengutungkan.

Pembelian
Aset Opsi Jual
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000

Penjualan
Kas
Kewajiban opsi jual

Rp 5.000
Rp 5.000

31 Desember 2003
Pada 31 Desember 2002, harga pasar per lembar saham turun menjadi Rp95. Nilai wajar opsi
beli turun menjadi Rp4.000, dimana nilai intrinsiknya menjadi Rp3.000 ([Rp98-Rp95] x 1000)
dan Rp1.000 merupakan nilai waktu yang tersisa. Untuk mencatat penurunan dalam nilai
wajar opsi beli.
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 1.000
Kewajiban opsi jual
Rp 1.000
Aset Opsi Jual
Rp 1.000
Keuntungan
Rp 1.000
31 Januari 2003
Pada 31 Januari 2003, harga pasar per lembar saham tetap Rp95. Nilai wajar dari opsi beli
tersebut turun menjadi Rp3.000, yaitu sebesar nilai intrinsiknya ([Rp98-Rp95] x 1000) karena
nilai waktunya telah habis. Untuk mencatat penurunan dalam nilai wajar opsi.
Pada hari yang sama, Entitas A menggunakan opsi belinya dan kontrak tersebut diselesaikan
secara tunai. Entitas B berkewajiban menyerahkan Rp98.000 kepada Entitas A, dan Entitas A
berkewajiban menyerahkan Rp95.000 (Rp95 x 1000) kepada Entitas B, sehingga Entitas B
harus membayar selisih sebesar Rp3.000 pada Entitas A.
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 1.000
Liabilitas opsi jual
Rp 1.000
Aset Opsi Jual
Rp 1.000
Keuntungan
Rp 1.000
Kas
Rp 3.000
Liabilitas opsi jual
Rp 3.000
Aset Opsi Jual
Rp 3.000
Kas
Rp 3.000
B. Saham untuk Saham (Penyelesaian Neto dengan Saham)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada butir (a), dengan pengecualian bahwa
penyelesaian akan dilakukan dengan saham. Entitas A membukukan jurnal yang sama seperti
jurnal pada butir (a), kecuali:
31 Januari 2003
Entitas A menggunakan opsi belinya dan kontrak tersebut diselesaikan dengan saham.
Akibatnya, Entitas A berkewajiban menyerahkan saham Entitas A senilai Rp98.000 kepada
Entitas A, dan Entitas A berkewajiban menyerahkan saham miliknya senilai Rp95.000 (Rp95 x
1.000) pada Entitas B, sehingga akhirnya Entitas B harus menyerahkan saham Entitas A senilai
Rp2.000 atau sama dengan 31.6 (Rp3.000/Rp95) lembar saham pada Entitas A.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 3.000
Liabilitas opsi jual
Rp 3.000
Aset Opsi Jual
Rp 3.000
Ekuitas
Rp 3.000
C. Kas untuk Saham (Penyelesaian Fisik Bruto)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada butir (a), dengan pengecualian bahwa
penyelesaian akan dilakukan melalui penerimaan kas yang nilainya telah ditetapkan atas
penyerahan saham Entitas A yang jumlahnya telah ditetapkan, jika Entitas A menggunakan

opsinya. Seperti pada butir (a) dan (b) di atas, harga exercise per lembar ditetapkan sebesar
Rp98.
Entitas B berkewajiban menyerahkan kas sejumlah Rp98.000 (Rp98 x 1000) pada Entitas A
sebagai pengganti 1.000 lembar saham Entitas A yang diterimanya, jika Entitas A menggunakan
opsinya.
Entitas A berkewajiban membayar Rp98.000 secara tunai sebagai pengganti 1.000 lembar saham
beredar Entitas A yang diterimanya jika Entitas B menggunakan opsinya.Dicatat Untuk nilai kini
kewajiban penyerahan Rp98.000 dalam satu tahun, yakniRp95.000, sebagai liabilitas.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Ekuitas
Rp 5.000
Ekuitas
Rp 95.000
Liabilitas
Rp 95.000
31 Desember 2002
Tidak ada jurnal yang harus dibukukan pada 31 Desember 2002 karena serah terima kas tidak
terjadi dan karena kontrak memberi hak untuk menerima saham milik Entitas A dalam jumlah
yang telah ditetapkan dengan menyerahkan kas yang nilainya telah ditetapkan, maka
kontrak tersebut memenuhi definisi instrumen ekuitas.
Entitas A mengakui beban bunga yang dihitung menggunakan metode bunga efektif pada
liabilitas sebesar nilai penebusan saham.
Pembelian
Penjualan
Beban
Rp 2.750
Ekuitas
Rp 2.750
31 Januari 2003
Mengakui beban bunga yang dihitung menggunakan metode bunga efektif pada liabilitas
sebesar nilai penebusan saham.
Entitas A menggunakan opsi jualnya dan kontrak tersebut diselesaikan secara bruto. Entitas B
berkewajiban menyerahkan Rp98.000 secara tunai untuk 1.000 lembar saham Entitas A yang
diterimanya.
Pada hari yang sama, Entitas B menggunakan opsi jualnya, dan kontrak tersebut diselesaikan
secara bruto. Entitas A berkewajiban menyerahkan Rp98.000 secara tunai kepada Entitas B
sebagai pengganti.
Pembelian
Penjualan
Beban bunga
Rp 250
Ekuitas
Rp 250
Kas
Rp 98.000
Liabilitas
Rp 98.000
Ekuitas
Rp 98.000
Kas
Rp 98.000
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dan saham) menjadikan opsi jual tersebut sebagai aset keuangan.
Opsi tersebut tidak memenuhi kriteria instrumen ekuitas karena tidak dapat diselesaikan selain
dengan cara Entitas A menerbitkan saham dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai
pengganti kas atau aset keuangan lainnya yang diterimanya.

Entitas A mengakui aset derivatifnya sesuai dengan ilustrasi pada butir (a) dan (b) di atas. Jurnal
yang dibukukan pada saat penyelesaian tergantung pada bagaimana penyelesaian tersebut
dilakukan.
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dan saham) menjadikan opsi jual sebagai liabilitas keuangan. Jika alternatif
yang digunakan adalah mempertukarkan kas dengan saham (butir (c) di atas), Entitas A
membukukan liabilitasya untuk menyerahkan kas sebagaimana ilustrasi pada butir (c) di atas.
Jika tidak, Entitas A akan membukukan opsi jual tersebut sebagai liabilitas derivatif.
Entitas yang Tidak Memiliki Ekuitas
Laporan laba rugi laba

Laporan posisi keuangan

Pembelian Kembali Instrumen yang Dapat Dikonversi


Pada 1 Januari 1999, Entitas A menerbitkan sebuah 10% - debenture yang dapat dikonversi dengan
nilai nominal Rp1.000 dan jatuh tempo pada 31 Desember 2008. Debenture ini dapat dikonversi
menjadi saham biasa Entitas A dengan harga konversi Rp25 per lembar. Bunga dibayar tunai tiap

setengah tahun. Pada tanggal penerbitannya, Entitas A dapat menerbitkan instrumen utang
berjangka sepuluh tahun dengan tingkat bunga kupon 11 persen.(Debenture obligasi tanpa
jaminan).
Komponen Liabilitas
Nilai kini dari 20 kali pembayaran bunga tengah tahunan sebesar
Rp50 dengan tingkat bunga diskonto sebesar 11%
Nilai kini dari nilai nominal Rp1.000 yang jatuh tempo dalam 10 tahun
dengan tingkat bungadiskonto sebesar 11% majemuk setengah tahunan
Total
Komponen Ekuitas
(selisih antara Rp1000 total hasil dan Rp940 hasil alokasi di atas)
Total hasil yang diperoleh

597
343
940
60
1,000

Pada 1 Januari 2004, debenture yang dapat dikonversi tersebut memiliki nilai wajar Rp1.700.
Entitas A mengajukan tender offer kepada pemegang debenture untuk membeli kembali
debenture tersebut dengan harga Rp1.700, yang kemudian disetujui. Pada tanggal pembelian
kembali, Entitas A dapat menerbitkan instrumen utang yang tidak dapat dikonversi berjangka
lima tahun dengan tingkat bunga kupon sebesar 8 persen.

Komponen Liabilitas:

N. Tercatat Perb Wajar

Nilai kini dari 10 pembayaran bunga tengah tahunan sebesar


Rp50, yang di diskonto pada 11 dan 8%
Nilai kini dari Rp1.000 yang jatuh tempo dalam 5 tahun dan
didiskonto pada 11 dan 8%, bungamajemuk tengah tahunan
Kompnen Ekuitas
Total
Dr Komponen Liabilitas
Dr Beban Penyelesaian Utang (laporan laba rugi)
Cr Kas
Untuk mengakui pembelian kembali komponen liabilitas

377
585
962
60
1022

405
676
1,081 (119)
619 (559)
1700 (678)

Rp962
Rp119
Rp1.081

Dr Ekuitas
Rp619
Cr Kas
Rp619
Untuk mencatat kas yang dibayarkan untuk komponen ekuitas

Daftar Pustaka
IAI. PSAK 50 : Instrumen Keuangan (Revisi 2010)
Martani, Dwi.2014.ED PSAK 50 Revisi 2010. https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/EDPSAK-50-revisi-2010-Instrumen-Keuangan_Penyajian.pdf
Martani, Dwi.2014.Slide PSAK 50 : Instrumen Keuangan.
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/slide-psak/

Anda mungkin juga menyukai