PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian menggantikan PSAK 50 (2010): Instrumen
Keuangan: Penyajian. PSAK 50 ini merupakan adopsi IAS 32 Financial Instruments: Presentation ,
kecuali :
IAS 32 paragraf 96-97F tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi tidak diadopsi karena tidak
relevan.
IAS 32 paragraf 98-100 tentang penarikan tidak diadopsi karena tidak relevan.
PSAK 50 (revisi 2010) hanya mengatur tentang penyajian instrumen keuangan. Pengaturan tentang
pengungkapan instrumen keuangan diatur dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
PSAK 50 (revisi 2010) akan membahas mengenai :
Penyajian :
Saham treasuri
Pengaturan baru : puttable instrument; Kewajiban menyerahkan bagian aset neto secara prorata
saat likuidasi; Reklasifikasi dari liabilitas keuangan ke instrumen ekuitas dan sebaliknya.
Tujuan PSAK 50 ini adalah untuk menetapkan:
Prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset
keuangan dan liabilitas keuangan.
Prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam PSAK 55
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
Pengungkapan informasi mengenai prinsip tersebut dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan
Pengertian
Instrumen Keuangan adalah :
setiap kontrak yang menambah nilai:
substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan, aset keuangan, dan instrumen
ekuitas.
Instrumen-instrumen ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi (a) dan (b) berikut terpenuhi:
a) Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual untuk:
i.
menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
ii.
mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan
kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan penerbit.
b) jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:
i.
ii.
Reklasifikasi Instrumen
Entitas mengklasifikasikan instrumen keuangan sebagai instrumen ekuitas (sejak tanggal ketika
instrumen memiliki seluruh fitur dan memenuhi kondisi yang ditetapkan.
Entitas mereklasifikasi instrumen keuangan sejak tanggal ketika instrumen tidak lagi memiliki
seluruh fitur atau memenuhi kondisi di paragraf tersebut.
Contoh: Jika entitas menebus seluruh instrumen tanpa opsi jual yang diterbitkan dan setiap
instrumen yang mempunyai fitur opsi jual yang masih beredar memiliki seluruh fitur dan memenuhi
semua kondisi di paragraf 13 dan 14, maka entitas mereklasifikasi instrumen yang mempunyai fitur
opsi jual sebagai instrumen ekuitas dari tanggal ketika entitas menebus instrumen tanpa opsi jual
Penyelesaian Kontijensi
Instrumen keuangan dapat mensyaratkan entitas untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain
tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa depan
(kontiijensi). Instrumen dengan penyelesaian kontijensi adalah liabilitas keuangan, kecuali jika:
Penerbit dapat disyaratakan untuk menyelesaikan kewajiban hanya dalam kondisi penerbit
dilikuidasi
Jika instrumen keuangan derivatif memberi kepada salah satu pihak pilihan cara penyelesaian
(misalnya penerbit atau pemegang instrumen dapat memilih penyelesaian secara neto dengan kas
atau mempertukarkan saham dengan kas), maka instrumen tersebut adalah aset keuangan atau
liabilitas keuangan, kecuali jika seluruh alternatif penyelesaian yang ada menjadikannya sebagai
instrumen ekuitas.
Contoh: opsi saham yang memberi pilihan kepada penerbit untuk menentukan penyelesaian
secara neto dengan kas atau mempertukarkan sahamnya dengan sejumlah kas.
Oleh karenanya, instrumen keuangan adalah liabilitas keuangan bagi penerbit, kecuali jika:
bagian dari ketentuan penyelesaian kontinjensi yang mensyaratkan penyelesaian secara kas
atau melalui penyerahan aset keuangan lain (atau jika tidak, untuk menyelesaikannya
sebagaimana jika instrumen tersebut berupa liabilitas keuangan) adalah tidak sah (not
genuine); atau
instrumen tersebut memiliki seluruhfitur dan memenuhi kondisi di paragraf 13 dan 14.
instrumen ekuitas (opsi beli yang memberikan hak pada pemegangnya selama
jangka waktu tertentu untuk mengkonversi instrumen tersebut menjadi saham biasa
dengan jumlah yang telah ditetapkan).
Saham Treasuri
Jika entitas. memperoleh kembali instrumen ekuitasnya, maka instrumen tersebut (saham treasuri)
dikurangkan dari ekuitas.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari pembelian, penjualan, penerbitan, atau pembatalan
instrumen ekuitas entitas tersebut tidak diakui dalam laba rugi.
Saham treasuri tersebut dapat diperoleh dan dimiliki oleh entitas yang bersangkutan atau oleh
anggota lain dalam kelompok usaha yang dikonsolidasi. Imbalan yang dibayarkan atau diterima
diakui secara langsung di ekuitas.
Nilai saham treasuri yang dimiliki diungkapkan secara terpisah, dalam Iaporan posisi keuangan atau
catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.
Entitas mengungkapkan sesuai dengan PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi jika saham
treasuri diperoleh oleh pihak-pihak berelasi.
Bunga, dividen, keuntungan, dan kerugian yang terkait dengan instrumen keuangan atau komponen
yang merupakan liabilitas keuangan diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laba rugi.
Distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas didebit oleh entitas secara langsung ke ekuitas,
setelah dikurangi dampak pajak penghasilan terkait.
Biaya transaksi yang timbul dari transaksi ekuitas, dicatat sebagai pengurang ekuitas, setelah
dikurangi dampak pajak penghasilan terkait.
Pajak penghasilan yang terkait dengan distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas dan biaya
transaksi dicatat sesuai dengan PSAK 46: Pajak Penghasilan.
Saling Hapus
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi
keuangan jika, dan hanya jika, entitas:
saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan sating hapus
atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan
berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan
liabilitasnya secara simultan.
Dalam akuntansi untuk transfer atas aset keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi penghentian
pengakuan, entitas tidak boleh melakukan saling hapus aset keuangan yang ditransfer dan liabilitas
terkait (lihat PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 36).
Untuk memenuhi kriteria saling hapus, entitas saat ini harus memiliki hak yang dapat dipaksakan
secara hukum untuk melakukan saling hapus. Ini berarti bahwa hak saling hapus:
harus dapat dipaksakan secara hukum terhadap seluruh keadaan, sebagai berikut:
peristiwa kepailitan atau kebangkrutan dari entitas dan seluruh pihak lawan.
Selisih antara hasil yang diterima dengan nilai wajar komponen liabilitas dialokasikan sebagai
komponen ekuitas.
303.755
1.848.122
151.878
1,544,367
2.000.000
2.000.000
Utang Obligasi
Agio saham Ekuitas konversi
1.848.122
151.878
Contoh 2 :
PT XYZ menerbitkan 1000 lembar obligasi yang dapat dikonversi dengan nilai nominal Rp 200.000
pada awal tahun 2013. Obligasi tersebut memiliki periode 6 tahun dengan pembayaran bunga 7
persen setiap akhir Desember. Setiap obligasi dapat dikonversi menjadi 100 lembar saham dengan
nilai par Rp 500. Suku bunga pasar untuk obligasi sejenis adalah 9 persen. Bagaimana penyajiannya?
Penyelesaian :
Komponen liabilitas pada obligasi saat diterbitkan pada nilai wajar
= Rp 119.253.465
PV nilai nominal =
PV pembayaran bunga =
Rp 62.802.860
PV komponen liabilitas
Rp 182.056.325
Rp 200.000.000
Rp 182.056.325
Rp 17.943.675
Jurnal Akuntansinya :
Kas
200.000.000
Utang obligasi
Agio saham ekuitas konversi
182.056.325
17.943.675
Kas dibayarkan
Beban bunga
Amortisasi diskonto
01/01/2013
Nilai tercatat
182,056,325
31/12/2013
14,000,000
16,385,069
2,385,069
184,441,394
31/12/2014
14,000,000
16,599,725
2,599,725
187,041,120
31/12/2015
14,000,000
16,833,701
2,833,701
189,874,821
50.000.000
157.818.496
Saham preferen yang dapat dikonversi adalah ekuitas, kecuali jika itu merupakan saham
preferen yang dapat ditebus.
Pengkonversian atau pembelian kembali di dasarkan pada nilai buku, tidak diakui kerugian
atau laba
Jumlah lebih yang dibayarkan di atas nilai buku sering didebit dari laba ditahan.
Waran Saham
Waran saham adalah pemberian hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga dan
periode tertentu. Biasanya penggunaan waran dapat berdampak dilusi dengan mengurangi jumlah
EPS. Situasi penerbitan waran:
agar sekuritas lebih menarik;
memberikan preemptive right kepada pemegan saham; dan
kompensasi kepada karyawan
Saham Diterbitkan dengan Sekuritas Lain
Contoh :
PT DEF menerbitkan 500 lembar saham biasa dengan nilai par Rp 100 dan nilai wajar Rp 600, serta
200 lembar saham preferen dengan nilai par Rp 200 dan nilai wajar Rp 1.000 yang dijual dengan
lump sum Rp 400.000. Penyelesaian :
Nilai
Jumlah saham
Saham biasa
Saham Preferen
500
200
Alokasi:
Harga penerbitan
Alokasi %
Total
Biasa
Rp 400.000
60%
Rp 240.000
Total
x Rp
600 = Rp 300.000
x
1.000
200.000
Nilai pasar
Rp 500.000
Preferen
Rp 400.000
40%
Rp 160.000
Kas
400.000
Preferen Stock (200xRp200)
PIC-P/S (160.000 40.000)
Common Stock (500xRp100)
PIC-C/S (240.000 50.000)
40.000
120.000
50.000
190.000
%
60%
40%
100%
Saham Treasuri
PT JKL menerbitkan 20.000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp 200 pada harga Rp 500 per
share. Sebagai tambahan, perusahaan juga memiliki laba ditahan sebesar Rp20.000.000.
Ekuitas
Saham biasa, Rp 200 par, 20.000 lembar diisukan dan beredar
Agio saham biasa
Laba ditahan
Total ekuitas
Rp
4.000.000
6.000.000
20.000.000
30.000.000
Kemudian pada tanggal 2 Februari, PT JKL melakukan reakuisisi saham sebanyak 5.000 lembar saham
dengan harga Rp 700.
Saham treasuri
Kas
3.500.000
3.500.000
4.000.000
6.000.000
20.000.000
3.500.000
26.500.000
Tanggal 2 Maret, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan harga Rp
1.000
Kas
Saham treasuri
Agio saham treasuri
500.000
350.000
150.000
Tanggal 2 April, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan harga Rp
600.
Kas
Agio saham treasuri
Saham treasuri
2 April
300.000
50.000
350.000
150.000
100.000
Tanggal 2 Mei, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 1.000 lembar dengan harga Rp
550.
Kas
Agio saham treasuri
550.000
100.000
Laba ditahan
Saham treasuri
50.000
350.000
Kebijakan Dividen
Jenis-jenis dividen:
1. Dividen kas
2. Dividen property
3. Dividen likuidasi
4. Dividen saham.
Semua dividen selain dividen saham mengurangi total ekuitas perusahaan. Ketika perusahaan
mengumumkan dividen saham, perusahaan tidak membayarkan sejumlah aset atau mengakui
kewajiban, tetapi hanya menerbitkan saham tambahan ke masing-masing pemegang saham.
Dividen Kas
Dewan direksi mengusulkan pengumuman dividen kas. Dividen kas yang diumumkan merupakan
kewajiban (biasanya termasuk kewajiban lancar). Perusahaan tidak mengumumkan atau membayar
dividen kas pada saham treasuri.
Tiga tanggal penting:
1. Tanggal pengumuman
Laba ditahan
xxx
Utang dividen
xxx
2. Tanggal pencatatan
No entry
3. Tanggal pembayaran
Utang dividen
xxx
Kas
xxx
Contoh :
Tanggal 2 Juni PT PQR m
engumumkan pembayaran kas dividen Rp 200 atas 200.000 saham
yang terutang pada tanggal 12 Juli kepada semua pemegang saham yang tercatat pada tanggal 22
Juni.
Tanggal pengumuman (2 Juni)
Laba ditahan
40.000.000
Utang dividen
40.000.000
Tanggal pencatatan (22 Juni)
No entry
Tanggal pembayaran (12 Juli)
Utang dividen
40.000.000
Kas
40.000.000
Dividen Properti
Merupakan utang dividen dalam bentuk aset selain kas. Properti yang akan didistribusikan
dinyatakan ulang ke dalam nilai wajar; keuntungan dan kerugian atas selisih nilai properti diakui
dalam Laporan laba-rugi.
Contoh :
PT QRS melakukan transfer kepada pemegang saham beberapa investasinya dalam bentuk sekuritas
senilai Rp 300.000.000 dengan mengumumkan dividen properti tanggal 12 Desember 2012, untuk
didistribusikan tanggal 22 Januari 2X13 kepada pemegang saham yang tercatat pada 2 Januari 2013.
Pada tanggal pengumuman, sekuritas tersebut memiliki nilai wajar Rp 200.000,000.
Tanggal pengumuman (12 Desember 2012)
Unrealized Holding Gain or LossKerugian
Investasi ekuitas
Laba ditahan
Utang dividen property
Tanggal distribusi (22 Januari 2013)
Utang dividen properti
Investasi ekuitas
100.000.000
100.000.000
200.000.000
200.000.000
200.000.000
200.000.000
Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada pendapatan / laba ditahan dan mengurangi ekuitas pemegang
saham. Dividen likuidasi lebih mengimplikasikan return atas modal investasi daripada profit yang
dihasilkan perusahaan.
Contoh :
PT RST menerbitkan sebuah dividen kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 220.000.000.
Pengumuman menyebutkan bahwa pemegang saham harus mempertimbangkan Rp 100.000.000
sebagai pendapatan dan sisanya sebagai pengembalian modal.
Tanggal pengumuman
Laba ditahan
Agio saham biasa
Utang dividen
100.000.000
120.000.000
220.000.000
Tanggal pembayaran
Utang dividen
Kas
220.000.000
220.000.000
Dividen Saham
Penerbitan saham sendiri kepada pemegang saham dengan basis pro rata, tanpa mendapatkan
pembayaran apapun (tidak ada kas masuk dan keluar). Ketika saham dividen kurang dari 2025
persen dari saham biasa yang beredar, maka perusahaan melakukan transfer nilai wajar dari laba
ditahan (dividen saham kecil). Ketika saham dividen lebih dari 2025 persen dari saham biasa yang
beredar, maka nilai par dialihkan dari laba ditahan ke modal saham (dividen saham besar).
Contoh :
PT UVW memiliki 2 juta lembar saham biasa beredar dengan nilai par Rp 200 dan laba ditahan
sebesar Rp 700 juta. Jika PT UVW mengumumkan 10 persen dividen saham, maka perusahaan
menerbitkan 200 ribu lembar saham tambahan kepada pemegang saham. Jika nilai wajar saham saat
itu adalah Rp 300 per lembar, maka pencatatannya adalah:
Tanggal pengumuman
Laba ditahan
Saham biasa yang dapat didistribusikan
Agio saham biasa
60.000.000
40.000.000
100.000.000
Tanggal distribusi
Saham biasa yang dapat didistribusikan
Saham biasa
40.000.000
40.000.000
PT UVW memiliki 2 juta lembar saham biasa beredar dengan nilai par Rp 200 dan laba ditahan
sebesar Rp 700 juta. Jika PT UVW mengumumkan 30 persen dividen saham, maka perusahaan
menerbitkan 600 ribu lembar saham tambahan kepada pemegang saham. Jika nilai wajar saham saat
itu adalah Rp 300 per lembar, maka pencatatannya adalah:
Tanggal pengumuman
Laba ditahan (600 ribu x Rp 200)
120.000.000
Saham biasa yang dapat didistribusikan
120.000.000
Tanggal distribusi
Saham biasa yang dapat didistribusikan
Saham biasa
120.000.000
120.000.000
Share Split
Untuk mengurangi nilai pasar saham.
No entry untuk pencatatan share split.
Mengurangi nilai pasar dan meningkatkan jumlah saham.
Ekuitas sebelum 2-for-1 split
Ekuitas sesudah 2-for-1 split
Saham biasa, 2 juta lembar
Rp 400 juta Saham biasa, 4 juta lembar
Rp 400 juta
dengan nilai par Rp 200
dengan nilai par Rp 100
Laba ditahan
200 juta Laba ditahan
200 juta
Total
600 juta Total
600 juta
Perbandingan Dividen Saham, Share Split, dan Dividen Kas
Berkurang
Tetap
Tetap
Berkurang
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Berkurang
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Berkurang
Tetap
Tetap
Bertambah
Tetap
Bertambah
Tetap
Bertambah
Pengumuman
dividen kas
Dampak pada
Laba ditahan
Modal saham
Agio saham
Jumlah
ekuitas
Working
capital
Jumlah aset
Jumlah
saham
beredar
a
Harga pasar
Pembayaran
dividen kas
Nilai par/dinyatakan
Penyajian Ekuitas
PSAK 50:
ILUSTRASI
Bukan bagian dari Standar
Contoh 1 & 2
Kontrak berjangka Pembelian dan Penjualan Saham
Asumsi-asumsi
Tanggal Kontrak
1 Feb 20X2
Tanggal Jatuh Tempo 31 Jan 20X3
Harga pasar per lembar saham pada 1 Feb 20X2
Harga pasar per lembar saham pada 31 Des 20X2
Harga pasar per lembar saham pada 31 Jan 20X3
Fixed forward price yang harus dibayar 31 Jan 20X3
Nilai kini dari forward price pada 1 Feb 20X2
Jumlah saham berdasarkan kontrak berjangka
Nilai wajar kontrak berjangka pada 1 Feb 20X2
Nilai wajar kontrak berjangka 31 Desember 20X2
Nilai wajar kontrak berjangka pada 31 Januari 20X3
Rp100
Rp110
Rp106
Rp104
Rp100
1.000
Rp0
Rp6.300
Rp2.000
31 Desember 2002
Pada 31 Desember 2002, harga pasar per lembar saham meningkat menjadi Rp110,
akibatnya nilai wajar kontrak berjangka meningkat menjadi Rp6.300
Untuk mencatat kenaikan dalam nilai wajar kontrak berjangka
Pembelian
Penjualan
Aset forward
Rp 6.300
Kerugian
Rp 6.300
Keuntungan
Rp 6.300
Liabilitas Berjangka
Rp 6.300
31 Januari 2003
Pada 31 Januari 2003, harga pasar per lembar saham turun menjadi Rp106. Nilai wajar dari
kontrak berjangka adalah Rp2.000 atau (Rp106 x 1000 Rp104.000). Pada hari yang sama,
kontrak tersebut diselesaikan neto secara tunai. Entitas A berkewajiban untuk menyerahkan
Rp104.000 kepada Entitas B, dan Entitas B berkewajiban menyerahkan Rp106.000 (Rp106 x
1000) kepada Entitas A, jadi Entitas B harus membayar selisihnya sebesar Rp2.000 kepada
Entitas A.
Untuk mencatat penurunan dalam nilai wajar kontrak berjangka (Rp4.300=Rp6.300Rp2.000)
Untuk mencatat penyelesaian kontrak berjangka
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 4.300
Liabilitas forward
Rp 4.300
Aset forward
Rp 4.300
Keuntungan
Rp 4.300
Kas
Rp 2.000
Liabilitas forward
Rp 2.000
Aset forward
Rp 2.000
Kas
Rp 2.000
B. Saham untuk Saham (Penyelesaian Neto dengan Saham)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada (a) dengan pengecualian bahwa
penyelesaiannya dilakukan secara neto dengan saham. Ayat-ayat jurnal yang dibuat Entitas A
sama dengan butir (a) di atas, kecuali untuk mencatat penyelesaian kontrak berjangka tersebut,
yaitu:
31 Januari 2003
Kontrak diselesaikan neto dengan saham. Entitas A berkewajiban menyerahkan sahamnya
yang bernilai Rp104.000 (Rp104 x 1000) kepada Entitas B, dan Entitas B berkewajiban
menyerahkan saham Entitas A senilai Rp106.000 (Rp106 x 1000) kepada Entitas A. Jadi Entitas
B harus menyerahkan saham senilai Rp2.000 (Rp106.000-Rp104.000) kepada Entitas A, atau
sama dengan 18,9 lembar saham (Rp2000/Rp106)
Untuk mencatat penyelesaian kontrak berjangka.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 2.000
Liabilitas forward
Rp 2.000
Aset forward
Rp 2.000
Ekuitas
Rp 2.000
C. Kas untuk Saham (Penyelesaian Fisik Bruto)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada (a), dengan pengecualian bahwa penyelesaian
akan dilakukan dengan penyerahan kas dan saham Entitas A yang nilai dan jumlahnya telah
ditetapkan. Sama seperti pada butir (a) dan (b) di atas, harga per lembar saham yang harus
dibayar oleh Entitas A setelah satu tahun ditetapkan sebesar Rp104.
Entitas A berkewajiban membayar Rp104.000 secara tunai kepada Entitas B dan Entitas B
berkewajiban menyerahkan 1.000 lembar saham beredar entitas A kepada entitas A setelah satu
tahun. Entitas A mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
1 Februari untuk mencatat kewajiban penyerahan Rp104.000 setelah satu tahun yang dibukukan
sesuai nilai wajarnya Rp100.000 yang didiskonto menggunakan tingkat bunga yang sesuai (lihat
PSAK 55 Paragraf PA79).
31 Desember 2002
Untuk membukukan bunga yang telah menjadi beban yang dihitung menggunakan metode
bunga efektif atas liabilitas pada nilai pelunasan/ penebusan saham.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 100.000
Tidak ada jurnal
Liabilitas
Rp 100.000
Beban Bunga
Rp 3.660
Tidak ada jurnal
Liabilitas
Rp 3.660
Pada 31 Januari 2003
Untuk membukukan bunga yang telah menjadi beban yang dihitung menggunakan metode
bunga efektif atas liabilitas pada nilai pelunasan/penebusan saham.
Untuk mencatat penyelesaian kewajiban penebusan saham Entitas A secara kas.
Pembelian
Penjualan
Beban Bunga
Rp 340
Tidak ada jurnal
Liabilitas
Rp 340
Liabilitas
Rp 104.000
Kas
Rp 104.000
Kas
Rp 104.000
Ekuitas
Rp 104.000
D. Pilihan Penyelesaian
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dengan saham) menjadikan kontrak pembelian kembali berjangka
(forward repurchase contract) sebagai aset keuangan atau liabilitas keuangan.
Jika alternatif yang dipilih adalah dengan mempertukarkan kas dengan saham (butir (c) di atas),
maka Entitas A harus membukukan liabilitasnya untuk menyerahkan kas sebagai utang, seperti
ilustrasi pada butir (c) di atas.
Jika tidak, maka Entitas A memperlakukan kontrak berjangka tersebut sebagai sebuah derivatif.
Contoh 3 & 4 : Pembelian dan Penerbitan Opsi-Beli atas Saham
Contoh ini mengilustrasikan ayat-ayat jurnal yang harus dibukukan atas hak yang timbul dari
pembelian atau penerbitan opsi beli atas saham milik entitas yang akan diselesaikan (a) neto
secara tunai, (b) neto dengan saham, atau (c) dengan pertukaran kas dengan saham milik
entitas. Contoh ini juga mendiskusikan efek dari pilihan penyelesaian (lihat butir (d) di bawah):
Asumsi-asumsi:
Tanggal Kontrak 1 Feb 2002
Tanggal Exercise 31 Jan 2003
(European terms; hanya dapat di-exercise pada saat jatuh tempo)
Pemegang hak exercise
Entitas A, Pihak Pertama
Entitas B, Pihak Kedua
Harga pasar per lembar saham pada 1 Feb 2002
Rp100
Harga pasar per lembar saham pada 31 Des 2002
Rp104
Harga pasar per lembar saham pada 31 Jan 2003
Rp104
Harga exercise yg ditetapkan untuk dibayar pada 31 Januari 2003 Rp102
Jumlah lembar saham menurut kontrak
1.000
Nilai wajar opsi pada 1 Feb 2002
Rp5.000
Nilai wajar opsi pada 31 Des 2002
Rp3.000
Rp2.000
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dengan saham) menjadikan opsi beli tersebut sebuah aset keuangan. Opsi beli
tersebut tidak memenuhi definisi instrumen ekuitas karena tidak dapat diselesaikan dengan cara
lain, kecuali Entitas A membeli kembali sahamnya dalam jumlah yang telah ditetapkan dengan
menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya yang nilainya telah ditetapkan. Entitas A mengakui
sebuah aset derivatif sebagaimana yang diilustrasikan dalam butir (a) dan (b) di atas. Jurnal yang
dibukukan pada saat penyelesaian tergantung pada bagaimana penyelesaian tersebut dilakukan.
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mepertukarkan kas dan saham) menjadikan opsi beli sebagai sebuah liabilitas keuangan. Opsi
tersebut tidak memenuhi definisi instrumen ekuitas karena tidak dapat diselesaikan selain dengan
cara Entitas A menerbitkan sahamnya dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai pengganti kas
atau aset keuangan lain yang diterimanya. Entitas A mengakui liabilitas derivatifnya sesuai dengan
ilustrasi pada butir (a) dan (b) di atas. Jurnal yang dibukukan pada saat penyelesaian tergantung
pada bagaimana penyelesaian tersebut dilakukan.
Contoh 5&6: Pembelian atau Penerbitan Opsi Jual Saham
Asumsi
Tanggal Kontrak 1 Feb 2002
Tanggal Exercise 31 Jan 2003
(European terms; hanya dapat di-exercise pada saat jatuh tempo)
Pemegang hak exercise Entitas A, Pihak Pertama
Harga pasar per lembar saham pada 1 Feb 2002
Rp100
Harga pasar per lembar saham pada pada 31 Des 2002
Rp95
Harga pasar per lembar saham pada pada 31 Jan 2003
Rp95
Harga exercise yang ditetapkan untuk diterima pada 31 Januari 2003
Rp98
Jumlah lembar saham menurut kontrak
1.000
Nilai wajar opsi pada 1 Feb 2002
Rp5.000
Nilai wajar opsi pada 31 Des 2002
Rp4.000
Nilai wajar opsi pada 31 Jan 2003
Rp3.000
A. Penyelesaian Neto dengan Kas
Kontrak pembelian opsi yang akan diselesaikan neto secara tunai. Pada 1 Februari 2002, Entitas
A menyepakati sebuah kontrak dengan Entitas B yang memberi Entitas A sebuah hak untuk
menjual, dan Entitas B berkewajiban untuk membeli, nilai wajar dari 1000 lembar saham Entitas
A yang beredar hingga 31 Januari 2003 dengan strike price Rp98.000 (atau Rp98 per lembar)
pada 31 Januari 2003, jika Entitas A menggunakan opsinya. Kontrak tersebut akan diselesaikan
neto secara tunai. Jika Entitas A tidak menggunakan opsinya, maka pembayaran tidak akan
terjadi. Entitas A membukukan ayat jurnal sebagai berikut:
1 Februari 2002
Harga per lembar saham ketika kontrak ditandatangani pada 1 Februari 2002 adalah Rp100.
Nilai wajar awal kontrak berjangka pada 1 Februari 2002 adalah 5.000. Pada tanggal tersebut
opsi tidak memiliki nilai intrinsik, hanya nilai waktu karena exercisenya lebih rendah dari
harga pasar. Tidak ekonomis jika entitas menggunakan opsinya, posisi opsi tersebut tidak
mengutungkan.
Pembelian
Aset Opsi Jual
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Penjualan
Kas
Kewajiban opsi jual
Rp 5.000
Rp 5.000
31 Desember 2003
Pada 31 Desember 2002, harga pasar per lembar saham turun menjadi Rp95. Nilai wajar opsi
beli turun menjadi Rp4.000, dimana nilai intrinsiknya menjadi Rp3.000 ([Rp98-Rp95] x 1000)
dan Rp1.000 merupakan nilai waktu yang tersisa. Untuk mencatat penurunan dalam nilai
wajar opsi beli.
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 1.000
Kewajiban opsi jual
Rp 1.000
Aset Opsi Jual
Rp 1.000
Keuntungan
Rp 1.000
31 Januari 2003
Pada 31 Januari 2003, harga pasar per lembar saham tetap Rp95. Nilai wajar dari opsi beli
tersebut turun menjadi Rp3.000, yaitu sebesar nilai intrinsiknya ([Rp98-Rp95] x 1000) karena
nilai waktunya telah habis. Untuk mencatat penurunan dalam nilai wajar opsi.
Pada hari yang sama, Entitas A menggunakan opsi belinya dan kontrak tersebut diselesaikan
secara tunai. Entitas B berkewajiban menyerahkan Rp98.000 kepada Entitas A, dan Entitas A
berkewajiban menyerahkan Rp95.000 (Rp95 x 1000) kepada Entitas B, sehingga Entitas B
harus membayar selisih sebesar Rp3.000 pada Entitas A.
Pembelian
Penjualan
Kerugian
Rp 1.000
Liabilitas opsi jual
Rp 1.000
Aset Opsi Jual
Rp 1.000
Keuntungan
Rp 1.000
Kas
Rp 3.000
Liabilitas opsi jual
Rp 3.000
Aset Opsi Jual
Rp 3.000
Kas
Rp 3.000
B. Saham untuk Saham (Penyelesaian Neto dengan Saham)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada butir (a), dengan pengecualian bahwa
penyelesaian akan dilakukan dengan saham. Entitas A membukukan jurnal yang sama seperti
jurnal pada butir (a), kecuali:
31 Januari 2003
Entitas A menggunakan opsi belinya dan kontrak tersebut diselesaikan dengan saham.
Akibatnya, Entitas A berkewajiban menyerahkan saham Entitas A senilai Rp98.000 kepada
Entitas A, dan Entitas A berkewajiban menyerahkan saham miliknya senilai Rp95.000 (Rp95 x
1.000) pada Entitas B, sehingga akhirnya Entitas B harus menyerahkan saham Entitas A senilai
Rp2.000 atau sama dengan 31.6 (Rp3.000/Rp95) lembar saham pada Entitas A.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 3.000
Liabilitas opsi jual
Rp 3.000
Aset Opsi Jual
Rp 3.000
Ekuitas
Rp 3.000
C. Kas untuk Saham (Penyelesaian Fisik Bruto)
Asumsi yang digunakan sama dengan asumsi pada butir (a), dengan pengecualian bahwa
penyelesaian akan dilakukan melalui penerimaan kas yang nilainya telah ditetapkan atas
penyerahan saham Entitas A yang jumlahnya telah ditetapkan, jika Entitas A menggunakan
opsinya. Seperti pada butir (a) dan (b) di atas, harga exercise per lembar ditetapkan sebesar
Rp98.
Entitas B berkewajiban menyerahkan kas sejumlah Rp98.000 (Rp98 x 1000) pada Entitas A
sebagai pengganti 1.000 lembar saham Entitas A yang diterimanya, jika Entitas A menggunakan
opsinya.
Entitas A berkewajiban membayar Rp98.000 secara tunai sebagai pengganti 1.000 lembar saham
beredar Entitas A yang diterimanya jika Entitas B menggunakan opsinya.Dicatat Untuk nilai kini
kewajiban penyerahan Rp98.000 dalam satu tahun, yakniRp95.000, sebagai liabilitas.
Pembelian
Penjualan
Ekuitas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Kas
Rp 5.000
Ekuitas
Rp 5.000
Ekuitas
Rp 95.000
Liabilitas
Rp 95.000
31 Desember 2002
Tidak ada jurnal yang harus dibukukan pada 31 Desember 2002 karena serah terima kas tidak
terjadi dan karena kontrak memberi hak untuk menerima saham milik Entitas A dalam jumlah
yang telah ditetapkan dengan menyerahkan kas yang nilainya telah ditetapkan, maka
kontrak tersebut memenuhi definisi instrumen ekuitas.
Entitas A mengakui beban bunga yang dihitung menggunakan metode bunga efektif pada
liabilitas sebesar nilai penebusan saham.
Pembelian
Penjualan
Beban
Rp 2.750
Ekuitas
Rp 2.750
31 Januari 2003
Mengakui beban bunga yang dihitung menggunakan metode bunga efektif pada liabilitas
sebesar nilai penebusan saham.
Entitas A menggunakan opsi jualnya dan kontrak tersebut diselesaikan secara bruto. Entitas B
berkewajiban menyerahkan Rp98.000 secara tunai untuk 1.000 lembar saham Entitas A yang
diterimanya.
Pada hari yang sama, Entitas B menggunakan opsi jualnya, dan kontrak tersebut diselesaikan
secara bruto. Entitas A berkewajiban menyerahkan Rp98.000 secara tunai kepada Entitas B
sebagai pengganti.
Pembelian
Penjualan
Beban bunga
Rp 250
Ekuitas
Rp 250
Kas
Rp 98.000
Liabilitas
Rp 98.000
Ekuitas
Rp 98.000
Kas
Rp 98.000
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dan saham) menjadikan opsi jual tersebut sebagai aset keuangan.
Opsi tersebut tidak memenuhi kriteria instrumen ekuitas karena tidak dapat diselesaikan selain
dengan cara Entitas A menerbitkan saham dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai
pengganti kas atau aset keuangan lainnya yang diterimanya.
Entitas A mengakui aset derivatifnya sesuai dengan ilustrasi pada butir (a) dan (b) di atas. Jurnal
yang dibukukan pada saat penyelesaian tergantung pada bagaimana penyelesaian tersebut
dilakukan.
Adanya pilihan penyelesaian (seperti neto secara tunai, neto dengan saham, atau dengan
mempertukarkan kas dan saham) menjadikan opsi jual sebagai liabilitas keuangan. Jika alternatif
yang digunakan adalah mempertukarkan kas dengan saham (butir (c) di atas), Entitas A
membukukan liabilitasya untuk menyerahkan kas sebagaimana ilustrasi pada butir (c) di atas.
Jika tidak, Entitas A akan membukukan opsi jual tersebut sebagai liabilitas derivatif.
Entitas yang Tidak Memiliki Ekuitas
Laporan laba rugi laba
setengah tahun. Pada tanggal penerbitannya, Entitas A dapat menerbitkan instrumen utang
berjangka sepuluh tahun dengan tingkat bunga kupon 11 persen.(Debenture obligasi tanpa
jaminan).
Komponen Liabilitas
Nilai kini dari 20 kali pembayaran bunga tengah tahunan sebesar
Rp50 dengan tingkat bunga diskonto sebesar 11%
Nilai kini dari nilai nominal Rp1.000 yang jatuh tempo dalam 10 tahun
dengan tingkat bungadiskonto sebesar 11% majemuk setengah tahunan
Total
Komponen Ekuitas
(selisih antara Rp1000 total hasil dan Rp940 hasil alokasi di atas)
Total hasil yang diperoleh
597
343
940
60
1,000
Pada 1 Januari 2004, debenture yang dapat dikonversi tersebut memiliki nilai wajar Rp1.700.
Entitas A mengajukan tender offer kepada pemegang debenture untuk membeli kembali
debenture tersebut dengan harga Rp1.700, yang kemudian disetujui. Pada tanggal pembelian
kembali, Entitas A dapat menerbitkan instrumen utang yang tidak dapat dikonversi berjangka
lima tahun dengan tingkat bunga kupon sebesar 8 persen.
Komponen Liabilitas:
377
585
962
60
1022
405
676
1,081 (119)
619 (559)
1700 (678)
Rp962
Rp119
Rp1.081
Dr Ekuitas
Rp619
Cr Kas
Rp619
Untuk mencatat kas yang dibayarkan untuk komponen ekuitas
Daftar Pustaka
IAI. PSAK 50 : Instrumen Keuangan (Revisi 2010)
Martani, Dwi.2014.ED PSAK 50 Revisi 2010. https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/EDPSAK-50-revisi-2010-Instrumen-Keuangan_Penyajian.pdf
Martani, Dwi.2014.Slide PSAK 50 : Instrumen Keuangan.
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/slide-psak/