Anda di halaman 1dari 25

MATERIALITAS DAN SALAH SAJI

Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang


materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo
akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu
disebut dalam SAS 107 (AU 312) sebagai salah saji yang dapat
ditoleransi (tolerrable misstatement). Auditor mengalami tiga
kesulitan utama dalam mengalokasi kan materialitas pada akun-
akun neraca:
1.Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih
banyak salah saji diabndingkan akun-akun lainnya.
2.Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3.Biaya auditor relatif mempengaruhi pengalokasian ini.
singkatnya, tujuan mengalokasi pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas ke akun-akun neraca, adalah membantu
auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan bagi
setiap akun dalam neraca maupun laporan laba rugi. Salah satu
sasaran pengalokasian ini adalah meminimalkan biaya audit tanpa
mengorbankan mutu audit.
MENGESTIMASI SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN
PERTIMBANGAN PENDAHULUAN

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit,


auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang
ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1.Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji


dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
2.Salah saji yang mungkin (likely misstatement) terbagi lagi menjadi
dua jenis. Jenis pertama adalah salah saji yang berasal dari perbedaan
antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo
akun. Jenis kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengujian
auditor atas sampel dari suatu populasi.
Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji (direct projection
estimate of misstatement) adalah:

Salah saji bersih dalam sampel X Total Populasi yang


tercatat = Proyeksi Langsung estimasi salah saji
Total Sampel

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya


mengambil sampel dari sebagian populasi dan ada resiko bahwa
sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.
Definisi Materialitas (FASB):

Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi


yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau
dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut
menunjukkan seberapa besar salah saji dapat diterima oleh
auditor agar pemakai LK tidak terpengaruh oleh salah saji
tersebut
Pertimbangan Awal Materialitas

• Pertimbangan awal materialitas = materialitas yang


direncanakan (6-9 bulan sebelum tanggal neraca)

• Pertimbangan materialitas mencakup 2 hal:


• Kuantitatif (jumlah salah saji)
• Kualitatif (penyebab salah saji)

• Penerapan materialitas pada 2 tingkatan yaitu:


• Tingkat LK
• Tingkat saldo rekening

6
Pertimbangan Awal Materialitas

• Tingkat LK yaitu:
besarnya keseluruhan salah saji minimum dlm suatu LK yg
cukup penting sehingga membuat LK menjadi tidak
disajikan secara wajar sesuai dengan PABU

• Tingkat saldo rekening yaitu:


adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material

• Utk tujuan perencanaan: digunakan salah saji gabungan


terkecil yang dianggap material terhadap salah satu LK

7
Pengalokasian Materialitas LK ke Rekening-rekening

Rekening Saldo %

Kas Rp500,000.00 5%

Piutang Dagang Rp1,500,000.00 15%


Persediaan Rp3,000,000.00 30%
Aktiva Tetap Rp5,000,000.00 50%
Rp10,000,000.00 100%

Pengalokasian Materalitas
Rekening Rencana A % Rencana B %
Kas Rp500,000.00 5% Rp200,000.00 2%

Piutang Dagang Rp1,500,000.00 15% Rp1,800,000.00 18%


Persediaan Rp3,000,000.00 30% Rp5,000,000.00 50%
Aktiva Tetap Rp5,000,000.00 50% Rp3,000,000.00 30%
Total Rp10,000,000.00 100% Rp10,000,000.00 100%
5
Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit

Semakin rendah tingkat


materialitas semakin banyak
bukti audit

Materialitas Bukti Audit

Salah saji Rp100.000,00 banyak


Salah saji Rp300.000,00 sedikit
Risiko Audit

 adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material

• semakin besar keinginan auditor menyatakan pendapat yang


benar, semakin rendah risiko audit yang akan bisa ia terima
• jika diinginkan keyakinan 99%, maka risiko
• audit yangdapat diterima adalah 1%
Komponen-komponen Risiko Audit
 Risiko audit terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Risiko Melekat (Inherent risk)
2. Risiko Pengendalian (Control risk)
3. Risiko Deteksi (Redection Risk)
Model Risiko Audit:
RA = RB x RP x RD

RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan/Melekat
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Risiko Bawaan/Melekat (Inherent risk)

Adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi


terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait
Risiko Pengendalian (Control risk)

Adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat


terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi
tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha

13
Risiko Deteksi (Retection Risk)

Adalah resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah


saji material yang terdapat dalam suatu asersi
Bagan Komponen-komponen Risiko Audit
RISIKO BAWAAN RISIKO PENGENDALIAN RISIKO DETEKSI

Kerentanaan Salah saji Salah saji material Salah saji


Asersi-asersi material tidak Prosedur- yang tetap tidak material
Individual Struktur dapat dicegah prosedur terdeteksi dalam dalam
terhadap salah saji Pengendalian atau dideteksi auditor untuk asersi-asersi laporan
saji material Intern memeriksa individual keuangan
oleh struktur
asersi-asersi dengan
pengendalian
intern klien

Salah saji bisa Salah saji bisa


dicegah atau dideteksi oleh
dideteksi oleh prosedur audit
struktur yang digunakan
pengendalian auditor
intern klien
Matrik Komponen Risiko Audit
Perhitungan Perhitungan Risiko Pengendalian
Risiko Bawaan Maksimum Tinggi Moderat Rendah
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk mencapai
risiko audit terendah
Maksimum Sangat rendah Sangat rendah Rendah Rendah
Tinggi Sangat rendah Rendah Rendah Moderat

Moderat Rendah Rendah Moderat Tinggi

Rendah rendah Moderat Tinggi *


Hubungan antara Risiko Audit
dengan Bukti Audit
Risiko Audit Bukti Audit
Semakin rendah risiko audit ↓ banyak ■■■■■■■■■

Semakin tinggi risioko audit ↑ sedikit ■■■■

Risiko Audit ↓↑ Jumlah Bukti Audit, artinya:


Semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin
dicapai, semakin banyak jumlah bukti audit yang
diperlukan
Hubungan antara Risiko
Deteksi
dengan Bukti Audit
Risiko Deteksi Bukti Audit
Semakin rendah risiko deteksi ↓ banyak ■■■■■■■■■

Semakin tinggi risiko deteksi ↑ sedikit ■■■■

Risiko deteksi ↓↑ Jumlah Bukti Audit, artinya:


Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
yang ditetapkan auditor, semakin banyak jumlah bukti audit
yang diperlukan untuk membatasi tingkat risiko deteksi
pada tingkat tersebut
Hubungan antara Risiko Bawaan & Risiko
Pengendalian dengan Bukti Audit
Bukti Audit
Risiko Bawaan & Risiko
Pengendalian
Semakin rendah risiko audit ↓ sedikit ■■■■
Semakin tinggi risioko audit ↑ banyak ■■■■■■■■■

Risiko Bawaan & Risiko Pengendalian mempunyai


hubungan langsung dengan Jumlah Bukti Audit yang
diperlukan, artinya:
bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila risikonya
rendah, karena dalam situasi demikian risiko
deteksinya dapat menjadi tinggi
Strategi Audit Awal utk Asersi-asersi Material LK

Pendekatan Pendekatan
Risiko Pengendalian Strategi Audit Risiko Pengendalian
Ditetapkan maks Ditetapkan lebih rendah

Tingkat Risiko Pengendalian


Direncanakan
Max Rendah
Tinggi Moderat

Luas Pemahaman atas


Struktur Pengendalian Intern

Pengujian Pengendalian

Tingkat Pengujian
Substantif
Direncanakan

Biaya keseluruhan prosedur


Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit,
dan Bukti Audit

BUKTI
AUDIT

TINGKAT RISIKO AUDIT


MATERIALITAS
Strategi Audit Awal
Komponen-komponen strategi audit awal:
1.Penetapan tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan
2.Luasnya pemahaman SPI yang harus dicapai
3.Pengujian pengendalian yang akan dilakukan dlm penentapan
risiko pengendalian
4.Tingkat pengujian substantif direncanakan yang akan
dilakukan utk mengurangi risiko audit pada tingkat rendah yang
sesuai
Strategi Audit Awal
Pendekatan Tingkat Risiko Pendekatan Tingkat Risiko
Pengendalian Ditetapkan Pengendalian Ditetapkan
Maksimum (Primarily Lebih Rendah (Lower
Substantive Approach) Assessed Level of Control
 Tingkat risiko pengendalian isk Approach)
yg direncanakan ditetapkan Tingkat risiko
maksimum pengendalian yang
 Pemahaman SPI minimum direncanakan ditetapkan
 Pengujian pengendalian moderat/rendah
sedikit (atau bahkan tidak Pemahaman SPI
ada) mendalam
 Pengujian substantif Pengujian pengendalian
ekstensif (risiko deteksi ekstensif
rendah) Membatasi pengujian
substantif (risiko deteksi
moderat/rendah)
Hubungan antara Strategi dengan Siklus
Transaksi

 Strategi audit awal tidak diterapkan pada


keseluruhan audit, tetapi hanya sebagai sebagai
pendekatan alternatif untuk mengaudit asersi
secara individual.
 Tetapi seringkali, strategi audit awal diterapkan
pada sekelompok asersi yang terpengaruh oleh
oleh suatu kelompok transaksi dalam suatu
siklus transaksi

21
Hubungan antara Strategi dengan
Siklus Transaksi

Siklus Kelompok
Transaksi
Pendapatan Penjualan, penerimaan kas, dan
penyesuaian
Pengeluaran penjualan
Jasa Personil Pembelian dan pengeluaran kas
Produksi Penggajian
Investasi Manufaktur
Keuangan Investasi jangka pendek dan jangka panjang
Utang jangka panjang dan modal saham

Anda mungkin juga menyukai