Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN RISIKO

RISIKO FRAUD

DOSEN PENGAMPU: ANZU ELVIA ZAHARA,SE.M.E.Sy

KELOMPOK 5:

1. CELA KUMALA SARI


2. NAHLA ZAMHARIRA
3. DWI ASHARA
4. HESTI ULANSARI
5. ERLIYANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Risiko
Fraud”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

Penulis

Jambi, April 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Fraud dan Risiko Fraud………………………………… 3


B. Tanda-Tanda Pihak Manajemen Melakukan Fraud……………... 5
C. Bentuk-Bentuk Fraud…………………………………………… 9
D. Fraud pada Bagian Marketing…………………………………… 11
E. Fraud pada Bagian Produksi…………………………………….. 11
F. Fraud pada Bagian Keuangan dan Tugas Auditor………………. 11
G. Fraud Pada Bagian Sumber Daya Manusia……………………… 16
H. Bentuk Fraud pada Earning Management………………………. 17
I. Bentuk Fraud pada Insiden Traiding……………………………. 19
J. Bentuk Tindakan Investigasi Fraud dengan Pendekatan Interview 21
K. Beberapa Solusi untuk Mencegah Terjadinya Risiko Fraud……. 23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….. 25
B. Saran…………………………………………………………........ 25

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cela Kumala Sari

Tempat/tanggal Lahir : Jambi, 16 Juni 1998

NIM : 504172076

No.Telp : 0895704198037

Nama Ayah : Budi Kaslianto

Nama Ibu : Misni

Alamat : jl. Kopral Ramli Rt.37, kel. Talang Bakung

Motto : Selagi masih ada usaha pasti ada jalan keluar untuk

setiap kesulitan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nahla Zamharira

Tempat/tanggal Lahir : Jambi, 23 November 1999

NIM : 504172126

No.Telp : 089622229762

Nama Ayah : Asfial. D

Nama Ibu : Maya Rumanti

Alamat : Perum Bougenville Lestari Blok GF No.12

Motto : Tidak ada eskalator kesuksesan, kau harus menaiki

tangga
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Dwi Ashara

Tempat /tanggal lahir :Teluk Majelis, 29-juli-1999

NIM : 504172084

NO Telp : 08153862352

Nama Ayah : M. Sayuti

Nama Ibu : Maryati

Alamat : Jl. Pelabuhan, rt. 09,dusun 02,Desa teluk majelis,

Kec. Kuala jambi.

Motto : Hidup ini seperti sepeda agar tetap seimbang kau

Harus terus bergerak.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : HESTI ULANSARI

Tempat/Tanggal Lahir : DURIAN LUNCUK 15 MEI 1998

NIM : 504172094

No.Telp : 085267868142

Nama Ayah : A.MUSTAFIK

Nama Ibu : NURVADILA

Alamat : Komplek transito RT 09 No.72

Motto : Kesuksesan adalah buah dari usaha-usaha kecil yang


diulang hari demi hari
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ERLIYANA

Tempat/Tanggal Lahir : TALANG SEGEGAH 09 OKTOBER 1997

NIM : 504172088

No.Telp : 085267655716

Nama Ayah : MATNOR

Nama Ibu : ZAHROH

Alamat : Komplek transito RT 09 No.72

Motto : Jawaban sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar Dan


Tak Kenal Putus Asa
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraud dapat diistilahkan sebagai kecurangan yang mengandung makna
suatu penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum (illegal act). Yang
dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau
memberikan gambaran keliru (mislead) kepada pihak-pihak lain, yang
dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar orgamisasi.
Kecurangan dirancang untuk dimanfaatkan peluang-peluang secara tidak
jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.
Fraud merupakan suatu kondisi yang mungkin akan ditemukan oleh
auditor dalam sebuah audit. Auditor mungkin akan menemui berbagai temuan
dan bentuk yang terjadi di lapangan. Bukan hanya itu mungkin auditor juga
akan melihat berbagai cara yang dilakukan oleh pelaku dalam melakukan
fraud serta siapa saja pelaku yang memungkinkan untuk melakukan fraud.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi dan risiko fraud
2. Bentuk-bentuk fraud
3. Pencegahan fraud

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami risiko fraud dalam manajemen risiko dan
bagaimana cara mencegah terjadi nya tindakan fraud itu sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Fraud dan Risiko Fraud

Fraud (kecurangan) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja


untuk tujuan pribadi atau kelompok, dimana tindakan yang disengaja tersebut telah
menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau institusi tertentu. Dalam kata fraud itu
sendiri dapat diartikan dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya seperti:

 Kecurangan
 Kebohongan
 Penipuan
 Kejahatan
 Penggelapan barang-barang
 Manipulasi data-data
 Rekayasa informasi
 Mengubah opini public dengan pemutarbalikan fakta yang ada
 Menghilangkan barang bukti secara sengaja

Ada beberapa pendapat para ahli yang telah mendefinisikan tenang fraud ini.
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim bahwa:

“ Fraud (kecurangan) merupakan tindakan yang disengaja oleh perorangan atau


kesatuan untuk menipu orang lain yang menyebabkan kerugian. Khususnya
terjadi misrepresentation ( penyajian yang keliru ) untuk merusak, atau dengan
maksud menahan data bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan keputusan
terdahulu.”
Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mencontohkan tentang pemegang buku yang
memalsukan catatan agar dapat mencuri uang.

Dalam Black’s Law Dictionary dijelaskan bahwa:

Fraud is a generic term embracing all the multifarious means which human
ingenuity can devise, shich are resorted to by one individual, to get an
advantage over another by false representation. No definite and invariable
rule can be laid down as a general proposition in defining fraud, as it
includes surprise, trick, cunning and unfair ways by which limit human
knavery.

( kecurangan adalah istilah umum, mencakup berbagai ragam alat seseorang


individual, untuk memperoleh manfaat terhadap pihak lain dengan penyajian yang
palsu. Tidak ada aturan yang tetap dan tampak kecuali dapat ditetapkan sebagai
dalil umum dalam mendefinisikan kecurangan karena kecurangan mencakup
kekagetan, akal (muslihat), kelicikan dan cara-cara yang tidak layak/wajar untuk
menipu orang lain. Batasan satu-satunya mendefinisikan kecurangan adalah apa
yang membatasi kebangsatan manusia).

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan fraud (kecurangan)
tersebut merupakan sesuatu yang disebabkan oleh keinginan seseorang yang
teraplikasi dalam bentuk prilakunya untuk melakukan suatu tindakan yang
menyalahi aturan.

Risiko fraud adalah risiko yang dialami oleh suatu perusahaan atau institusi
karena faktor terjadinya tindakan fraud atau kecurangan yang disengaja, baik
kerugian yang bersifat materi maupun non materi, dimana kerugian materi diukur
dari segi nilai financial dengan mengacu pada mata uang yang dipakai (rupiah,
dollar, ringgit, yen, euro, dan sebagainya) dan kerugian non material menyangkut
dengan kerugian yang bersifat non keuangan seperti menurunnya kepercayaan
public pada perusahaan.1

B. Tanda-Tanda Pihak Manajemen Melakukan Fraud

1. Memberikan informasi yang salah dengan menutupi informasi yang


sebenarnya, dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, informasi tersebut bisa
ditujukan kepada pihak komisaris dan juga public.
2. Telah terjadi keterlambatan atau menyalahi perjanjian dalam kesepakatan
dengan pihak ketiga (mitra bisnis) dalam urusan bisnis atau sejenisnya, yang
mana sifat itu perlu dicurigai , atau diwaspadai karena memungkinkan
timbulnya kerugian bagi perusahaan.
3. Dalam melakukan kinerja operasi telah menunjukkan tanda-tanda yang
berbeda atau telah terdapat sisi kelainan dari yang biasanya.
4. Telah mengubah bentuk struktur organisasi yang ada dengan bentuk lain yang
baru dan dengan alasan-alasan tertentu, seperti karena kepentingan
perusahaan.
5. Sering dalam rapat memberikan usulan-usulan yang mengarah pada maksud-
maksud tertentu, atau memberikan pendapat yang mencoba mengubah opini
audience (pihak yang mengikuti rapat)

Dalam konsep keilmuan digariskan bahwa sebuah tindak kejahatan dalam skala yang
kecil akan perlahan menjadi besar pada saat orang mulai melihat itu sebagai bagian
pencari nilai tambah yang wajar dan itu terjadi tanpa ada yang bisa
mengungkapkannya. Perbuatan kecurangan itu akan terus berlangsung dengan aman
kecuali ada control dan tindakan tegas dari pimpinan. Maka dari itu bentuk
kecurangan atau tanda-tanda timbulnya fraud akan dapat di minimalisir dengan cara
menerapkan sebuah sistem pengendalian intern yang kuat, dimana diberikan bentuk-

1
Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Bandung: ALFABETA, 2015) Hal. 134-135
bentuk penjelasan komperehensif kepada para karyawan tentang bagaimana
pentingnya penerapan sistem pengendalian intern guna menemukan atau menghindari
timbulnya kecurangan-kecurangan.

Lebih jauh Laurence B. Sawyer mengemukakan empat puluh macam bentuk-bentuk


kecurangan sebagai berikut:

1. Mencuri perangku yang dimiliki perusahaan.


2. Mencuri barang dagangan, peralatan kecil, perlengkapan kantor, dan peralatan
kerja lainnya.
3. Mengambil sejumlah kecil uang dari dana kas dan cash register.
4. Tidak mencatat penjualan dari barang dagangan dan mengambil uang hasil
penjualan itu.
5. Membuat saldo kas pada cash registers dan uang kas berlebih dengan
mencatat lebih rendah dari nilai sebenarnya, supaya kelebihan kas itu nantinya
bisa diambil.
6. Pembebanan yang berlebih pada biaya perjalanan atau memakai uang muka
(perjalanan) untuk kepentingan pribadi.
7. Melakukan lapping pada penagihan piutang.
8. Mengantongi pembayaran piutang dari pelanggan, dan membuat bukti
penerimaan pembayaran uang yang tidak sah atau bukti buatan sendiri.
9. Menerima pembayaran tagihan, mengambil uangnya untuk kepentingan
pribadi dan tidak melaporkannya.
10. Membebankan pada pelanggan uang yang dicuri.
11. Melakukan pengkreditan untak claim pelanggan dan retur penjualan yang
sebenarnya tidak terjadi.
12. Tidak melakukan setoran ke bank setiap hari atau hanya menyetorkan
sebagian dari uang yang seharusnya di setor.
13. Mengubah tanggal pada bukti setoran untuk menutupi penggelapan uang.
14. Melakukan pembulatan setoran untuk menutupi kekurangan yang mungkin
terjadi pada akhir bulan.
15. Pada daftar gaji, mencatat adanya kerja ekstra yang sebenarnya tidak ada,
menaikan tarif gaji perjamnya atau menambah jumlah jam kerja yang
dilakukan.
16. Pegawai yang sudah berhenti tetap dimasukan kedalam daftar gaji.
17. Memalsukan adanya penambahan pada gaji yang harus dibayarkan, menahan
gaji yang belum diambil.
18. Menghancurkan, mengubah, atau membatalkan bukti penjualan tunai dan
mengambil uangnya.
19. Menahan tanda terima penjualan tunai dengan menggunakan perkiraan
pelanggan yang tidak benar.
20. Mencatat unwarranted cash discount.
21. Memperbesar jumlah bukti pengeluaran kas kecil, dan/ atau membesar total
pengeluaran melalui kas kecil pada saat pengisian kembali kas kecil tersebut.
22. Memakai bukti pengeluaran pribadi pada saat mempertanggung jawabkan
biaya perjalanan dinas.
23. Memakai copy voucer yang sudah pernah dipakai sebelumnya atau
menggunakan voucer periode sebelumnya yang sudah diotorisasi dengan
mengganti tanggalnya.
24. Mebayar tagihan palsu, yang dibuat sendiri atau dengan bekerja sama dengan
pihak lain.
25. Memperbesar jumlah faktor pemasok yang dilakukan dengan cara kolusi.
26. Membedakan pembelian pribadi pada perusahaan dengan jalan
menyalahgunakan pesanan pembelian.
27. Membedakan nilai dari barang dagangan yang dicuri pada pelanggan yang
fiktif.
28. Mengirimkan barang hasil curian kepada anak buah atau keluarga dirumah.
29. Memalsukan nilai persediaan untuk menutupi kecurian atau kelalaian yang
dilakukan.
30. Mengambil cek yang seharusnya dibayarkan pada perusahaan atau pada
pemasok.
31. Memperbesar jumlah cek yang dibatalkan untuk menutupi jurnal-jurnal fiktif.
32. Memasukan ledger sheets yang fiktif.
33. Membuat penjumlahan (voting) yang salah pada buku penerimaan dan
pengeluaran kas.
34. Dengan sengaja membuat suatu keadaan yang membingungkan dalam
melakukan posting ke pemasok buku besar umum dan buku tambahan.
35. Menjual barang-barang sisa proses produksi dan hasilnya dikantongi sendiri.
36. ”Menjual” kunci pintu atau angka kombinasi dari safe deposit box atau
brankas pada pihak luar.
37. Menciptakan saldo kredit pada buku besar dan mengubahnya menjadi kas.
38. Memalsukan Bill of Lading dan melakukan kolusi dengan perusahaan
pengangkutan (pelayaran).
39. Mendapatakan blanko cek dan membuat tanda tangan palsu.
40. Mengizinkan pemberian harga khusus atau hak khusus pada konsumen, atau
memprioritaskan pemasok tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan kick
back.2

2
Irham Fahmi, Etika Bisnis (Bandung: ALFABETA, 2015) Hal.164-167
C. Bentuk-Bentuk Fraud

Kecurangan pada prinsipnya mempunyai banyak sekali bentuknya. Perkembangan


fraud adalah sejalan dengan semakin banyaknya aktifitas kehidupan. Bahwa tindakan
fraud telah merasuki berbagai sektor baik private sector maupun dalam ruang lingkup
aktifitas pemerintahan. Untuk mencegah timbulnya kecurangan maka jalan yang
terbaik adalah dengan memahami apa dan bagimana saja bentuk-bentuk kecurangan
itu.

Sukrisno Agoes mengatakan bahwa kekeliruan dan kecurangan bisa terjadi dalam
berbagai bentuk, yaitu:

 Intentional error
Kekeliruan bisa disengaja dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri
dalam bentuk window dressing (merekayasa laporan keuangan supaya terlihat
lebih baik agar lebih mudah mendapat kredit dari bank) dan check kiting
(saldo rekening bank ditampilkan lebih besar sehingga rasio lancar terlihat
lebih baik.
 Unintentional error
Kecurangan yang terjadi secara tidak disengaja (kesalahan manusiawi),
misalnya salah menjumlah atau penerapan standar akuntasi yang salah karena
kitidaktahuan.
 Collusion
Kecurangan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dengan cara bekerja
sama dengan tujuan untuk menguntungkan orang-orang tersebut, biasanya
merugikan perusahaan atau pihak ketiga. Misalnya, disuatu perusahaan terjadi
kolusi antara bagian pembelian, bagian gudang, bagian keuangan, dan
pemasok dalam pembelian bahan atau barang. Kolusi merupakan bentuk
kecurangan yang sulit dideteksi, walaupun pengendalian intern perusahaan
cukup baik.
 Intentional misrepresentation
Memberi saran bahwa sesuatu itu benar, padahal itu salah, oleh seseorang
yang mengetahui bahwa itu salah.
 Negligent misrepresentation
Pernyataan bahwa sesuatu itu salah oleh seseorang yang tidak mempunyai
dasar yang kuat untuk menyatakan bahwa itu betul.
 Faise promises.
Sesuatu janji yang diberikan tanpa keinginan untuk memenuhi janji tersebut.
 Employee fraud
Kecurangan yang dilakukan pegawai untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Hal ini banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari office boy
yang memainkan bon pembelian makanan sampai pegawai yang memasukan
pengeluaran pribadi untuk keluarganya sebagai biaya perusahaan.
 Management farud
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen sehingga merugikan pihak lain,
termasuk pemerintah. Misalnya manipulasi pajak, manipulasi kredit bank,
kontraktor yang menggunakan cost plus fee
 Organized crime
Kejahatan yang terorganisasi, misalnya pemalsuan kartu kredit, pengiriman
barang melebihi atau kurang dari yang seharusnya dimana si pelaksana akan
mendapat bagian 10%.
 Computer crime
Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi komputer, sehingga si pelaku bisa
mentransfer dana dari rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.
 White collar crime
Kejahatan yang dilakukan orang-orang berdasi (kalangan atas), misalnya
mafia tanah, paksaan secara halus untuk merger, dan lain-lain.3

3
Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Bandung: ALFABETA, 2015) Hal. 135-137
D. Fraud pada Bagian Marketing

Untuk bagian marketing tindakan fraud bisa terjadi dalam beberapa bentuk
yang secara umum seperti mengubah biaya advertising dengan harga yang berbada
dari yang berlaku umum dengan alasan-alasan tertentu,membuat event dan ajang
promosi dengan mengundang selebritis,secara berlebihan sehingga terkesan lebih
pada keinginan mempopularutaskan diri dari manajer marketing tersebut bukan pada
usaha untuk menaikan angka penjualan produk.Dalam konteks ini bisa saja si manajer
marketing ingin pindah pada perusahaan lain dan ia menginginkan media masa
khususnya pihak infotaiment berfokus khusus pada dirinya. Atau kadangkala bagian
marketing mengatakan bahwa bagian marketing,tetapi pada bagian produksi yang
tidak mempunyai standar produk terhadap hasil produksinya.

E. Fraud pada Bagian Produksi

Pada bagian produksi fraud itu bisa terjadi dalam berbagai hal seperti tingkat
ketelitian pada standar produk yang seharusnya.Memproduksi dalam jumlah yang
lebih namun melaporkannya dalam jumlah yang tidak sebenarnya,dan kelebihan
produksi itu ia simpan dan pasarkan secara bawah tangan atau sembunyi-
sembunyi.tindakan lainya seperti melaporkan kerusakan mesin pabrik dalm bentuk
habisnya umur ekonomis onderdil atau mesin dan harus diganti dengan yang
baru.Usulan ini bisa saja terjadi karena faktor sudah adanya deal(kesepakatan) dengan
pihak rekanan bisnis dan ada jumlah fee atau pun bonus yang akan ia terima nantinya.

F. Fraud pada Bagian Keuangan dan Tugas Auditor

Pada bagian keuangan sudah jelas jika fraud(kecurangan)itu berkaitan dengan


perubahan angka-amgka pada laporan keuangan(financial statement).Dimana angka-
angka tersebut tidak lagi disajikan sewajarnya tapi sudah di ubah-ubah dan itu sering
terjadi karena adanya pressure (tekanan) dari pihak manajemen,sehingga informasi
yang diperoleh publik bukan lagi informasi dengan data yang sebenarnya namun
sudah penuh dengan rekayasa.

Dalam berbagai tindakan yang sifatnya fraud seperti itu,maka sudah menjadi
kewajiban seorang auditor untuk melaporkan keadaan yang sebenarnya kepada pihak
yang berkepentingan.Namun mewujudkan tersampainya sebuah informasi yang
akurat dan detail bukan suatu urusan yang mudah , karena sisi independensi dari
seorang auditor akan diuji.

Tujuan utama pemeriksaan akuntan(audit) adalah untuk menentukan apakah


financial statement(laporan keuangan) menyajikan secara wajar atau tidak keadaan
keuangan dan hasil usaha suatu company(perusahan).Penyajian financial statement
secra wajar merupakan suatu kerharusan bagi seorang akuntan,namun tentu penyajian
finacial statement tersebut harus sesuai dengan kaidah -kaidah atau prinsip-prinsip
akutansi yang berlaku umum,maka untuk mewujudkan keadaan seperti itu segala
sesuatu yang menyangkut informasi keuangan yang dibutuhkan harus disajikan
dengan jelas dan baik atau kata lain cermat dan teliti,seperti menyangkut pemeriksaan
transaksi dan saldo substansi agar tidak terjadi atau terbentuk suatu informasi yang
keliru.

Ketentuan dalam memberikan pendapat ini telah memposisikan betapa begitu


pentingannya ketegasan penilaian yang harus diberikan atau direkomendasikan oleh
seorang auditor.Penyimpangan-penyimpanganyang terjadi diperoleh dari hasil
pemeriksaan itu pada dasarnya sangat tergantung pada materalitas yang ada,karena
dari bentuk materialitas itu pula lahirnya berbagai jenis pendapat.

Mulyadi mengatakan Auditing adalah suatu proses sistematik untuk


memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menempatkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan,serta penyampaian hasil hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Dalam perkembangan dan dinamika ilmu pengetahuan sekarang ini yang
begitu pesat ,maka perkembangan ilmu audit juga berkembang mengikuti perubahan
yang terjadi yaitu munculnya konsep baru tentang audit forensik.Audit forensik disini
menyangkut dengan pengungkapan kecurangan yang bisa terjadi pada suatu
perusahan(company).Kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan biasanya
dilakukan secara sengaja dan sangat rapi.Karena kerapianya,perlu dilakukan
pemeriksaan secara intensif dan komprehensif,dengan tujuan agar bisa dibongkar
siapa pelaku yamg telah menimbulkan kerungian tersebut. Seseorang tidak akan
melakukan fraud jika ia tidak begitu menguasai kondisi dan situasi secara
maksimal,Karena ia mengatahui benar dampak yang akan diterima akibat
perbuatannya jika nanti diketahui oleh pihak lain.Menurut Arens &Loebbecke 17)
bahwa pernyataan standar auditing (PSA) baru akan dibuat apabila timbul masalah
auditing yang cukup penting sehingga menghendaki suatu interpretasi yang resmi dari
IAL.

Pihak yang paling membutuhkan laporan keungan adalah investor. Karena


investor menjadikan laporan keuangan sebagai bagian yang bisa memberinya suatu
masukan dalam mendorong keputusannya.Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh white, sondhi, dan freid 19) bahwa laporan keungan sering digunakan sebagai
benchmark untuk menilai kinerja manajer perusahaan.

Karena itu Baridwan (1992) mengatakan agar laporan keuangan yang sudah
diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi dasar yang berguna bagi pengambilan
keputusan salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat kriteria
perlunya disclosure (pengungkapan) tertentu yang dapat mencakup semua perusahaan
publik. Tindakan disclosure pada prinsipnya adalah tindakan yang mengedepankan
kejujuran dalam menginformasikan tentang kondisi perusahaan.

Namun,diperolehnya laporan keuangan yang bisa memberikan suatu masukan


yang benar-benar membantu banyak pihak investor adalah suatu yang
sulit.Bagaimana tidak seringnya terjadi bahwa laporan keuangan yang diberikan
selalu tidak memberikan data yang benar-benar diinginkan.Dilakukan manipulasi
laporan keuangan sebagai bagian dari upaya untuk memberikan informasi kinerja
yang lebih baik agar pasar atau public memberikan respon yang positif.Manipulasi
tersebut misalnya adalah dilakukan dengan mengakui biaya sekarang(current cost)
sebagai biaya masa depan(future cost ) dan pendapatan masa depaan sebagai
pendapatan sekarang.

Kebijakan perusahaan dengan menambah angka kreditnya jelas akan


memberi pengaruh pada kinerja yang dimiliki semakin tinggi tingkat kredit atau
financial leverage perusahan maka semakin dekat kepada kegagalan perusahan dalam
membayar cicilan utangnya yang akan berdampak lebih jauh pada timbulnya
wanprestasi dari si debitur. Karena secara konsep pada saat angka pinjaman(debt)
lebih besar dari kepemilikan modal maka resiko yang diterima perusahaan akan
semakin besar.

Sehingga pada situasi seperti ini memungkinkan sekali pihak perusahan


melakukan tindakan fraud dalam bentuk rekayasa laporan keuangan dengan berbagai
tujuan.

Adapun tujuan pihak manajemen melakukan fraud dibidang keuangan antara lain
seperti sebagai berikut:

a) Melakukan rekayasa menaikan laba bersih yang dilaporkan,dengan dengan


tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahan.
b) Bahwa pihak perusahaan atau debitur ingin menyampaikan informasi kepada
pihak eksternal (khususnya kreditor) bahwa perusahan tersebut memiliki
kinerja yang baik,yang terhindar dari pelanggaran perjanjian untang ( debt
contract).
c) Pihak manajemen perusahan melaporkan bahwa penjualan dan peroleh
keuntungan perusahan mengalami penurunan,dengan tujuan agar pembayaran
pajak menjadi kecil.
d) Pnecatatan suatu laporan keuangan dengan mejelaskan bahwa perolehan
keuntungan perusahan mengalami penurunan berada dalam jumlah yang kecil
juga ditujukan kepada public (masyarakt),seperti yang mengajukan
pemohonan proposal untuk memperoleh bantuan dana dalam acara-acara pada
even-even tertentu.

Dalam pasar modal (capital market ) yang terjadi adalah walaupun investor
mempunyai informasi yang cukup mengenai perusahaan namun asimentri
informasi(information asimmetry) tetap terjadi dalam penawaran . Kebijakan
perusahan melakukan manipulasi terhadap kinerja terutama menjelang Seasoned
equity Offering (SEO) merupakan penjelasan yang logis mengapa perusahan tidak
mampu mempertahakan kinerjanya.

Terjadinya manipulasi data ini kemungkinan besar disebabkan adanya gap


informasi yang ada diantara manajemen dan investor di pasar merupakan slaah satu
motivasi manajer melakukan manipulasi terhadap kinerja dengan menaikkan
labanya(income increasing).Ini menunjukan sebuah sikap oportunisrik yang dinilai
secara ekstrim sebagai sikap curang (fraud)manajemen yang diimplikasiakn dalam
laporan keuangannya pada saat investor menangkap sinyal informasi
tersebut.Sehingga pada saat investor menangkap sinyal informasi tersebut ia akan
melakukan reaksi negatif yang menyebabkan turunnya harga saham dipasar,yang
mengindikasikan ketidak mampuan manajemen perusahan untuk melanjutkan
manipulasi tersebut.

Faktor ini yang sangat memungkinkan suatu perusahaan melakukan menipulasi


dalam data laporan keuangannya adalah :
1) pertama ,kemampuan perusahan menghasilkan laba tidak memadai atau leboh
redah dibanding dengan perusahan lain yang sejenis.
2) Kedua, tingkat perusahan rata-rata industri sejenis terlalu cepat
3) Ketiga, tuntutan ganti rugi dan keluhan dari mitra kerja dan pelanggan
meningkat
4) Keempat, government policy yang dapt mempengaruhi laba atau stabilitas
keungan perusahan
5) Kelima, kerentanan hasil usaha perusahan terhadap faktor-faktor ekonomi.

Sebenarnya ada sebuah letak perbedaan antara manajer dan pemegang


saham.Mereka memiliki resiko yang berbeda.Para manajer memiliki investasi sumber
daya manusia yang tidak terdiversifikasi dalam perusahan yang dikelolahnya.
Kepemilikan kekayaan (keuangan) mereka yang tinggi digabungkan dengan opsi
saham dan rencana partisipasi ekuitas lain menghasilkan beberapa titik temu dalam
preferensi resiko dengan pemegang saham.Dengan begitu terlihat bahwa manajer
cenderung untuk menghidari risiko terutama,majer bawahan,namun ini berbeda
dengan pemengang saham yang cenderung lebih menyukai resiko.

Penurunan grafik secara tiba-tiba tentunya memiliki asalan,secara umum


penurunan grafik secara tiba-tiba adalah karena masukanya suatu informasi yang
sifatnya secara tib-tiba yang merupak informasi diluar prediksi.

G. Fraud Pada Bagian Sumber Daya Manusia

Tindakan fruad pada bagian sumber daya manusia sering juga terjadi,namun kadang
kalah itu terjadi karena melibatkan orang dalam sebagai oreang yang telah
mengetahui kondisi di lapangan.Kejadian lain juga bisa terjadi karena adanya tekanan
oleh pihak dari luar perusahan.4

4
Irham Fahmi, Etika Bisnis ( Bandung: ALFABETA, 2015) Hal. 149-157
H. Bentuk Fraud pada Earning Management

Earnings management (manajemen laba ) adalah suatu tindakan yang mengatur


laba sesuai dengan yang dikehendaki oleh pihak tertentu atau terutama oleh
manajemen perusahaan ( Company Management ). Tindakan earnings management
sebenarnya didasarkan oleh berbagai tujuan dan maksud-maksud yang terkandung di
dalamnya.

Adapun pengertian manajemen laba menurut healy dan wahlen (19992) adalah,
“Earnings management occurs when managers Use judgement In finansial reporting
and In structuring transactions alter Financial report to either mislead some
stockholder about underlying economic performance of the Company or to influence
contractual that depend on reported accounting numbers.

Tindakan melakukan earning management bersifat mengambil keuntungan


jangka pendek, tanpa menunggu proses yang sewajarnya. Dorongan tindakan pihak
manajemen melakukannya karena ingin memperlihatkan kepada pihak pemegang
saham terhadap prestasi kinerja perusahaan yang semakin lama semakin baik, dan
lebih jauh pihak manajemen perusahaan memungkinkan untuk dipertahankan karena
prestasinya yang menonjol tersebut. Namun sebenarnya apa yang di laporkan oleh
pihak manajemen perusahaan merupakan suatu penipuan yang bersifat sangat tidak
etis. Ini seperti yang dikatakan oleh merchant dan rockness, bahwa tindakan manajer
melakukan manajemen laba tersebut bisa dikategorikan sebagai suatu penipuan dan
tidak etis.

Secara akuntansi ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan


berani melakukan earnings management.

 Pertama, standar akuntansi keuangan (SAK) memberikan fleksibilitas kepada


manajemen untuk memilih prosedur dan metode akuntansi untuk mencatat
suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda, seperti mempergunakan
metode LIFO dan FIFO dalam menetapkan harga pokok persediaan, metode
depresiasi aktiva tetap dan sebagainya.
 Kedua, SAK memberikan fleksibilitas kepada pihak manajemen dapat
menggunakan judgement dalam menyusun estimasi.
 Ketiga, pihak manajemen perusahaan berkesempatan untuk mereka yang
transaksi dengan cara menggeser pengukuran biaya dan pendapatan.

Secara akuntansi manajemen laba diukur dengan mempergunakan discretionary


accruals.Dimna discreonary accruals diperoleh dengan cara total accruals dikurangi
non-discretionary accruals. Total accruals diperoleh dengan cara arus kas operasi
dikurangi arus kas investasi. Adapun pengertian discretionary accruals Jones dan
Dharma (2001) mengatakan “discretionary accruals are those accounting choices
avaitable to management wthin the flexibility of GAAP. “

Faktor lain timbulnya earnings management adalah adanya hubungan yang


bersifat asymetric information yang pada awalnya didasarkan karena fonflicty of
interest antara agent dan parsial . Agent adalah manajemen perusahaan (internal).
Pihak parsial di sini adalah tidak hanya komisaris perusahaan, tetapi juga termasuk
kreditur, government dan lainnya.5

I. Bentuk Fraud pada Insiden Traiding

Ada istilah yang berlaku di kalangan pebisnis untuk selalu bisa menjaga
rahasia perusahaan. Rahasia perusahaan menyangkut berbagai kebijakan perusahaan
baik yang berhubungan dengan masalah keuangan atau non-keuangan.

Insider traiding adalah informasi yang hanya dikuasai oleh sekelompok


orang yang harusnya disebar tapi ditahan oleh sekelompok orang tertentu. Tindakan
menyimpan informasi dengan cara melakukan kontrol informasi dalam arti memberi
atau pen of information adalah dilakukan dalam batas-batas yang dikaji sejauh mana

5
Ibid, Hal. 158-159
itu akan memberi dampak pada perusahaan khususnya pengaruhnya pada harga
saham.

Beberapa pihak menyebutkan bahwa semakin baik suatu perusahaan dapat dilihat
pada tindakan perusahaan yang begitu “care “atau perhatian untuk menyampaikan
berbagai informasi yang berhubungan dengan perusahaan kepada publik, atau dalam
akuntansi biasa dikenal dengan tindakan disclosure. Semakin disclosure-nya suatu
perusahaan maka semakin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin
qualified mempunyai keeratan yang kuat. Tapi jika mengaji hubungan dari disclosure
and Trus (keterbukaan dan kepercayaan) maka mungkin sudah banyak penulis dan
peneliti yang memberikan rekomendasi tentang hal tersebut.

Namun, sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang disclosure dalam konteks
Insider traiding ini maka perlulah dipahami terlebih dahulu pengertian dari disclosure
itu sendiri. Menurut R. J. Shook disclosure (pengungkapan) adalah perusahaan harus
melaporkan semua praktik manajemen, situasi keuangan, dan keterlibatannya secara
hukum , bila hal tersebut dapat mempengaruhi suatu keputusan investasi. Adapun
menurut Joel G. Siegel dan Jea K. Shim disclosure adalah informasi yang di berikan
sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan.
Lebih jauh mereka mengatakan bahwa informasi ini menyediakan penjelasan posisi
keuntungan dan hasil operasi perusahaan.

Sehingga disclosure dapat dipahami sebagai bentuk keterbukaan suatu


perusahaan dalam melaporkan kebenaran kondisi keuangan (finansial) dan non
keuangan (non finansial) yang dimili-kinya secara terbuka terutama kepada pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti investor. Dengan tujuan agar
informasi yang diterima adalah informasi yang menggambarkan tentang kondisi
perusahaan yang sesungguhnya bukan dalam bentuk rekayasa atau ada semacam
tindakan melakukan earnings management (manajemen laba).
Persoalan disclosure ini menjadi penting jika kita tetap menghubungkannya
dari segi Trust. Jika kajian menempatkan dari segi Trust maka menjadi suatu kaji
topik yang luas, yaitu menyangkut pihak -pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan tersebut dan efek yang mungkin timbul terhadap naik turunnya Trust
tersebut. Mungkin salah satu guna menumbuhkan Trust bagi pihak pengguna
finansial statement adalah dengan menempatkan footnote yang diletakkan pada setiap
halaman neraca. Sehingga diharapkan dengan adanya catatan kaki (footnote) tersebut
akan menempatkan finansial statement perusahaan tersebut pada posisi yang
disclosure.

Kiranya sudah menjadi kewajiban government untuk mampu menjaga dan


mempertahankan trust tersebut guna menjaga terciptanya suatu kondisi yang kondusif
dalam dunia usaha. Sehingga dirasa perlu bagi pemerintah memberi perhatian khusus
dalam setiap regulasi yang dikeluarkannya tanpa terkecuali regulasi yang berkaitan
dengan pasar keuangan.

Dalam hal ini Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani mengatakan


“government regulation of Financial markets take one of four forms:(1) disclosure
regulation, (2) Financial activities regulation, (3) regulation of Financial institution,
anda (4) regulation of foreidn participants.

Adapun pengertian dari regulation itu sendiri adalah peraturan yang


menjelaskan berbagai hal yang berkenaan dengan yang dimaksud, seperti peraturan
yang menyangkut urusan kredit mulai dari proses pengajuan, pencairan, mekanisme
pembayaran, dan juga saksi yang di berikan pada saat kredit tersebut mengalami
keterlambatan dalam pembayaran (peninggalan).

Terciptanya suatu kondisi perusahaan dengan jauh dari nuansa Insider traiding
tidak bisa dilepaskan dari peranan pemerintah khususnya dalam hal ini adalah
Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan).untuk membuat
suatu bentuk peraturan yang lebih ketat dan lebih modern. Kejadian yang sifatnya
insider traiding ini pada dasarnya memang bisa dihilangkan sebagai tindakan Fraud
atau kecurangan karena telah menyebabkan kerugian pada pihak lain yaitu monopoli
informasi ataupun melakukan pengontrolan informasi itu dengan tujuan kemudian
menarik keuntungan atas suatu kejadian yang tidak normal Karena itu berlangsung
secara tidak normal atau bukan karena terbentuk dalam konsep perfect market maka
itu adalah suatu kesalahan.

J. Bentuk Tindakan Investigasi Fraud dengan Pendekatan Interview

Untuk memperoleh data-data dan informasi yang akurat dan tepat, maka
ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam interview, yaitu:

a. Gunakan cara interogasi yang halus dan sopan, hindari kekerasan dan
intimidasi, yaitu:
b. Gunakan asas penduga tak bersalah terhadap tersangka.
c. Kemukakan fakta, bukan opini.
d. Tugaskan dua orang intervewer, satu mengajukan pertanyaan dan satu lagi
mendengarkan, memperhatikan (menyaksikan) dan mencatat.
e. Gunakan alat perekam.
f. Dengarkan jawaban tersangka dengan penuh kesabaran, lakukan interupsi
hanya untuk memperjelas jawaban tersangka.
g. Ajukan pertanyaan-pertanyaan atau kalimat-kalimat untuk menumbuhkan
kepercayaan diri dan keberanian tersangka untuk menceritakan dengan kata-
katanya sendiri kejadian yang sebenarnya.
h. Walaupun sulit (hanya bisa dilakukan oleh interogator yang terlatih dan
berpengalaman). Coba untuk mengetahui apakah tersangka berbohong atau
menjawab dengan jujur.
i. Jangan perbolehkan tersangka kembali ke ruang kerjanya, untuk menghindari
lenyapnya bukti-bukti yang diperlukan.
j. Perhatikan “Boby languange”.
k. Jangan mengajukan pertanyaan yang bersifat memancing emosi harga dirinya,
karena jika itu terjadi maka pertanyaan yang diajukan tidak akan terjawab
karena yang bersangkutan merasa harga dirinya Diremehkan
l. Jelaskan padanya bahwa hasil interview ini akan membawa pengaruh pada
kemajuan perusahaan, yaitu sesuai dengan yang dicita-citakan oleh banyak
pihak tidak terkecuali bagi dirinya sendiri.
m. Penjelasan secara tegas dan jelas bahwa secara agama manapun tindakan dan
perbuatan Fraud adalah tidak dibenarkan dan dapat dikategorikan berdosa,
sehingga yang bersangkutan perlu secepatnya mengakui perbuatan salah
tersebut. 6

K. Beberapa Solusi untuk Mencegah Terjadinya Risiko Fraud

Risiko dan tindakan terjadinya Fraud sangat berbahaya bagi suatu


perusahaan jika ini terus dibiarkan, maka ada beberapa saran untuk mencegah
terjadinya kecurangan, yaitu:

a. Tingkatan pengendalian intern yang terdapat di perusahaan.


b. Lakukan seleksi pegawai secara ketat, gunakan jasa psikolog dan hindari
katebelece dalam penerimaan pegawai.
c. Tingkatan keandalan internal audit department, antara lain dengan:
 Memberikan balas jasa yang menarik
 Memberikan perhatian yang cukup besar terhadap laporan mereka.
 Mengharuskan internal auditor melaksanakan continuing profesional
education.
d. Berikan imbalan yang memadai untuk seluruh pegawai, timbulkan”dende of
belonging”di antara pegawai.
e. Lakukan rotation of ditiru dan wajibkan para pegawai untuk menggunakan
hak cuti mereka.

6
Ibid, Hal. 158-163
f. Lakukan pembinaan rohani.
g. Berikan saksi yang tegas kepada mereka yang melakukan kecurangan dan
berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
h. Tumbuhan iklim keterbukaan di dalam perusahaan
i. Manajemen harus memberikan contoh dengan bertindak jujur, adil, dan
bersih.
j. Buat kebijakan tertulis mengenai Fair dealing.

Jika perusahaan menemukan adanya fraud maka hal yang harus dilakukan oleh
perusahaan adalah:
1) Mengamankan barang bukti
2) Mengamankan asset-aset yang telah ada
3) Melaporkan terjadinya fraud kepada pihak yang berwenang dan shareholders
4) Menjalankan rencana public relation untuk menyelamatkan image
perusahaan.7

7
Dewi Hanggraeni, Pengelolaan Risiko Usaha ( Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2010) Hal. 156
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko fraud adalah risiko yang dialami oleh suatu perusahaan atau
institusi karena faktor terjadinya tindakan fraud atau kecurangan yang
disengaja, baik kerugian yang bersifat materi maupun non materi, dimana
kerugian materi diukur dari segi nilai financial dengan mengacu pada mata
uang yang dipakai (rupiah, dollar, ringgit, yen, euro, dan sebagainya) dan
kerugian non material menyangkut dengan kerugian yang bersifat non
keuangan seperti menurunnya kepercayaan public pada perusahaan.
Timbulnya fraud dapat disebabkan oleh banyak hal terutama dari
individu itu sendiri seperti faktor ketidakstabilan emosional atau kurangnya
kemampuan control yang mendalam dari pihak yang bersangkutang. Salah
satu cara mengatasi tindakan fraud adalah dengan melakukan seleksi
kepegawaian secara ketat dengan cara menggunakan jasa psikolog dan
meningkatkan pengendalian intern yang terdapat di perusahaan.

B. Saran
Untuk penyempurnaan pembuatan makalah kedepannya, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari teman-teman
terutama pada dosen pengampu, karena penulis menyadari banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Irham Fahmi, Etika Bisnis (Bandung: ALFABETA, 2015)

Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Bandung: ALFABETA, 2015)

Dewi Hanggraeni, Pengelolaan Risiko Usaha ( Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia, 2010)

Herman Darmawi, Manajemen Risiko (Jakarta: Bumi Aksara, 2016)

Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah
( Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

Anda mungkin juga menyukai