1. Peran serta masyarakat, berhak memperoleh jawaban tentang laporan (15 hari, 30 hari,
...);
Jawaban:
Peran Serta Masyarakat harus tertuang pada Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Intern
di Lingkungan Pemerintah yang termuat dalam Mekanisme dan Prosedur Pengawasan
Intern pada Perencanaan Jangka Pendek (PKPT, Program Kerja Pengawasan Tahunan).
Pada konteks Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang, secara kompleks
Uraian tugas tersebut telah tertuang pada Peraturan Bupati Sidenreng Rappang Nomor
40 Tahun 2016, tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian
Tugas dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Sidenreng Rappang. Dalam Uraian
Peraturan Bupati tersebut diatas. Peran serta masyarakat berada pada BAB IV
Pengawasan dan BAB V Tata Kerja, tentang Sosialisasi Mekanisme Pelaporan (Audit,
Reviu, Pemantauan dan Evaluasi) serta Sosialisasi Laporan Hasil Pemeriksaan yang telah
diterbitkan Inspektorat.
2. Memberi suap untuk mmbuat KTP, Sogok Polisi termasuk (perilaku koruptif, suap,
gratifikasi...)
Jawaban:
Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001
Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Korupsi
Pelbagai substansi hukum (legal substance) telah dibangun untuk memberantas KKN
dan menciptakan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN seperti Tap MPR
No XI/MPR/1998 dan UU No 28 Tahun 1999, UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No 15 Tahun 2002 jo UU No
25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No 30 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Bahkan Indonesia telah
meratifikasi UN Convention Against Corruption 2003. Dalam konvensi ini ada empat hal
yang menonjol, yaitu penekanan pada unsur pencegahan, kriminalisasi yang lebih luas,
kerja sama internasional, dan pengaturan lembaga asset recovery untuk mengembalikan
aset yang dilarikan ke luar negeri.
Dari sisi struktur hukum (legal structure) di samping telah dibentuk Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang juga menggabungkan KPKPN di dalamnya,
atas dasar UU No 30 Tahun 2002 dimungkinkan pula pembentukan pengadilan tindak
pidana korupsi yang bersifat khusus pengadilan ad hoc. Belum lagi dibentuknya komisi-
komisi untuk mengawasi perilaku penegak hukum seperti: Komisi Kepolisian, Komisi
Kejaksaan, dan Komisi Yudisial
Suap
Kriminalisasi terhadap tindak pidana suap secara mendasar sudah dilakukan melalui
Pasal 209 KUHP yang mengatur penyuapan aktif (actieve omkooping atau active
bribery) terhadap pegawai negeri. Pasangan dari pasal ini adalah Pasal 419 KUHP yang
mengatur tentang penyuapan pasif (passive omkooping atau passive bribery), yang
mengancam pidana terhadap pegawai negeri yang menerima hadiah atau janji tersebut
di atas. Selanjutnya Pasal 210 KUHP yang mengatur penyuapan terhadap hakim dan
penasihat di pengadilan. Hakim dan penasihat yang menerima suap tersebut diancam
pidana oleh Pasal 420 KUHP. Keempat pasal tersebut kemudian dinyatakan sebagai
tindak pidana korupsi melalui UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001.
8. Auditor tidak menyelesaikan audit dimana tetanggax bekerja disitu bertentangan dgn
kode etik (perilaku profesional, obyektifitas, ...)
Jawaban;
Profesi auditor adalah profesi yang penting untuk menjaga kode etik profesi sehingga
bisa menjalankan pekerjaan audit dengan tepat.
1. Integritas
Seorang auditor harus bersikap jujur, adil, dan sebenar-benarnya dalam melakukan
proses audit. Auditor harus mampu memberikan penilaian yang baik, dapat
dipercaya, dan mampu menaati hukum yang berlaku.
2. Objektivitas
Seorang auditor harus selalu bersikap netral dalam menjalankan proses audit,
interpretasi bukti audit dan laporan keuangan yang sudah ditelaah bersama.
Penilaian dari auditor harus bersifat objektif atau seimbang tanpa dikaitkan dengan
masalah pribadi.
3. Kompetensi Profesional dan Kecermatan
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan serta memiliki keterampilan sesuai
dengan profesionalnya dalam memberikan jasa auditor. Auditor juga harus
meningkatkan pelayanannya dengan pengetahuan dan keterampilan dalam
bidangnya.
4. Kerahasiaan
Seorang auditor harus bisa menjaga kerahasiaan informasi ataupun hubungan
dengan klien. Dilarang keras memberitahukan informasi tanpa seizin dari klien
kecuali ada ketentuan hukum yang mengharuskan auditor untuk mengungkapkan
informasinya. Auditor harus berhati-hati menggunakan dan menjaga informasi
organisasi untuk kepentingan pribadi dalam bentuk apapun.
5. Perilaku Profesional
Seorang auditor harus mampu menahan diri dari setiap perilaku yang dapat merusak
citra profesi auditor seperti kelalaian dalam melakukan tugas, melecehkan pihak lain,
membandingkan baik dan buruknya klien satu dengan yang lain.
Etika profesi auditor ini diatur dalam undang-undang yaitu Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Nomor PER/04/M.PAN/2008 tanggal 31 Maret 2008 yang
berisi tentang:
- Tindakan yang tidak sesuai atau melanggar kode etik tidak dapat ditoleransi
meskipun tindakan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau dalam perintah
pimpinan organisasi.
- Seorang auditor tidak diperkenakan untuk meminta atau memaksa karyawan lain
dalam melakukan tinakan yang melawan hukum.
- Pimpinan Aparat Pengawasan Intern pemerintah akan melaporkan tindakan
pelanggaran etik oleh seorang auditor kepada pimpinan organisasi tersebut.
3. Konfirmasi (confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien.
Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis,
namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima
untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi
menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti
tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang independen.
5. Perhitungan (counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah perhitungan fisik sumber daya
berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan akuntansi seluruh dokumen
dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat
dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal
perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik
perhitungan ini menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong
untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi
dari prosedur perhitungan.
6. Penelusuran (tracing)
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan
menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat
dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian
prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri
kembali asal-usul aliran data melalui sistem akuntansi. Karena proesdur ini memberikan
keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan
dalam akun, maka secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya
salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement)
dalam catatan akuntansi.
8. Pengamatan (observing)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin
jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja
sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan
klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf
terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan
menginspeksi.
11. Untuk perluasan gedung kementrian, ada pejabat eselon yg memiliki lahan yg akan
digunakan untuk perluasan, maka yg menentukan batas tanah adalah (presiden,
BPN, kementrian, inspektorat jendral, pejabat eselon)
Jawaban;
Pendaftaran Tanah di Badan Pertanahan Nasional (BPN)
BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan,
termasuk dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survey dan
pemetaan tanah sebagaimana diterangkan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 huruf
b Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional.
Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh BPN sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
5 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP
24/1997”).
Namun, Pasal 6 ayat (1) PP 24/1997 kemudian menegaskan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaan pendaftaran tanah
dilakukan oleh kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang
oleh PP 24/1997 atau peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
ditugaskan kepada pejabat lain.
Oleh karena itu, BPN, melalui kantor pertanahan, menerbitkan surat dalam bentuk
sertifikat atas satuan hak atas tanah. Penerbitan sertifikat tersebut didasarkan dari
adanya data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam buku tanah.
Data-data dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, kecuali ada pihak
yang keberatan serta mengajukan gugatan dan adanya putusan pengadilan yang
menyatakan sebaliknya.
Hal ini tercermin dalam Penjelasan Pasal 32 ayat (1) PP 24/1997 yang
berbunyi:
Sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak
dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya
harus diterima sebagai data yang benar. Sudah barang tentu data fisik maupun data
yuridis yang tercantum dalam sertifikat harus sesuai dengan data yang tercantum
dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan, karena data itu diambil dari
buku tanah dan surat ukur tersebut.
12. Perangkat daerah diisi oleh (PNS berdasarkan UU, staf ahli, anggota DPRD terpilih,
Perangkat daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dengan personil organisasi yang diisi oleh pegawai aparatur sipil
Negara dalam setiap tingkat jabatan sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara beserta peraturan pelaksananya.
Perangkat daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat,
dinas dan badan dipetakan sesuai dengan indikator yang jelas dan tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah serta
menggambarkan tugas dan fungsi dari perumpunan urusan pemerintahan walaupun
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja perangkat daerah
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Dasar utama pembentukan Perangkat Daerah, yaitu adanya Urusan Pemerintahan
yang diserahkan kepada Daerah yang terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan
Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi atas Urusan
Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan Urusan Pemerintahan
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
Menurut PP Nomor 18/2016 tersebut tidak terlihat pengaturan tenaga ahli yang
membidangi urusan pemerintahan tetapi hanya disebutkan pada sekretariat DPRD,
namun lain halnya dengan staf ahli yang tercermin dalam Pasal 102 dan Pasal 103
artinya pembentukan staf ahli sebagai bagian dari perangkat daerah dapat dibentuk
dengan kedudukannya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada gubernur
dan secara administratif dikoordinasikan oleh sekretaris Daerah, sedangkan
pembentukan tenaga ahli belum mempunyai dasar hukum untuk dijadikan bagian
dari perangkat daerah walaupun dikemas dengan sebutan lain yang mempekerjakan
orang selain aparatur sipil Negara.
Dalam Pasal 215 UU Nomor 23/2014 juncto Pasal 9 (4), Pasal 31 (4) PP Nomor
18/2016 menyebutkan bahwa tenaga ahli disediakan dan dikoordinasikan oleh
Sekretariat DPRD untuk keperluan DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan kebutuhan sedangkan tugas staf ahli bertugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada gubernur atau bupati/wali kota sesuai keahliannya.
Mengenai tenaga ahli yang disediakan oleh sekretariat DPRD tertuang juga dalam
Pasal 123 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota yang berbunyi “Sekretariat DPRD menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga
ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas Fraksi sesuai dengan kebutuhan dan
dengan memperhatikan kemampuan APBD”.
13. Pembagian kewenangan mengelola SDA laut berapa mil perhitungannya dr mana;
Jawaban;
Berdasar pada UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004;
Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana paling jauh
12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan
provinsi untuk kabupaten/kota.
Apabila wilayah laut antara 2 (dua) provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil,
kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut dibagi sama jarak atau
diukur sesuai prinsip garis tengah dari wilayah antar 2 (dua) provinsi tersebut, dan
untuk kabupaten/kota memperoleh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan
provinsi dimaksud.
14. (a) Yg harus dikomunikasikan auditor dgn manajemen dan dewan; (b) Yg dibahas
saat laporan hasil audit, kecuali (hal yg diperhatikan untuk audit kedepanx, temuan
audit, dampak,...)
Jawaban;
Salah satu fungsi komite audit adalah menjembatani pemegang saham (share
holder) dan dewan komisaris dengan kegiatan pengendalian yang diselenggarakan
oleh manajemen, auditor internal dan eksternal auditor. Komite audit pada
umumnya memiliki akses langsung dengan setiap unsur pengendalian dalam
perusahaan.
Pada saat ini komunikasi antara komite audit dengan berbagai pihak, belum terjalin
dengan erat dan belum berjalan sebagaimana mestinya. Komunikasi komite audit
dengan pihak yang berkepentingan yang berjalan dengan lancar, akan menghasilkan
kinerja perusahaan meningkat, terutama dari aspek pengendalian.
10. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan
umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan
tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik
berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya
pesan dengan benar oleh komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang
menandakan bahwa pesannya telah dimengerti oleh komunikan. Sebagai contoh,
auditor meminta data anggaran kepada auditan. Auditan mengerti permintaan
auditor, tetapi menolak memberikan data tersebut, maka komunikasi yang terjadi
telah efektif. Komunikasi tersebut efektif, meskipun umpan balik tidak sesuai
keinginan auditor, karena pesan telah dimengerti dengan benar dan diberikan
umpan balik. Agar komunikasi efektif terjadi terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
a. Keselarasan elemen-elemen komunikasi dengan pesan. Elemen-
elemen komunikasi harus mendukung isi pesan.Elemen-elemen
komunikasi tersebut adalah komunikator, encoding, saluran,
decoding, dan komunikannya. Komunikasi akan efektif jika terdapat
keselarasan isi pesan dengan elemen-elemen lain dari proses
komunikasi.
b. Minimalisasi hambatan komunikasi. Komunikasi akan efektif jika
hambatan berhasil diminimalkan. Hambatan komunikasi dapat terjadi
pada tiap elemen komunikasi termasuk pada situasi komunikasi
Berikut ini ilustrasi ketika keselarasan elemen-elemen komunikasi tidak diperhatikan
yang mendorong komunikasi menjadi tidak efektif.
Seorang auditor memerlukan data anggaran belanja suatu kantor. Untuk itu, dia
meminta seorang petugas kebersihan kantor tersebut untuk meminta data anggaran
belanja ke bagian keuangan. Maka, petugas kebersihan tersebut mendatangi salah
seorang staf keuangan, dan meminta anggaran belanja. Kemudian, petugas
kebersihan kembali ke tempat auditor dan menyerahkan anggaran belanja kepada si
auditor. Ketika anggaran tersebut dibaca oleh auditor, maka yang terbaca oleh
auditor adalah daftar rencana belanja alat-alat dan bahan-bahan kebersihan satu
tahun mendatang. Komunikasi ini tidak efektif karena staf keuangan sebagai
komunikan tidak memahami pesan dengan benar. Hal ini disebabkan
ketidakselarasan elemen komunikator, yaitu petugas kebersihan, dengan isi pesan.
16. Materi terkait tipikor aku dapat lumayan banyak sepertinya lebih dari 10 soal,
(termasuk nomor uu nya) selebihnya soal lebih berupa studi kasus gitu.
17. Materi Pengelolaan Keuangan Daerah juga lumayan banyak (Ada Video)
18. Pemahaman Dasar terkait istilah Assurance dan Cunsulting juga ada, miss: reviu,
pemantauan, jenis audit dll. (Bisa dibaca di modul Audit Intern)
Jawaban;
Dewasa ini fungsi audit intern dituntut untuk mencetak para auditor yang
berkualifikasi dan berpengalaman dalam memahami aktivitas dan risiko organisasi.
Jadi, manakala muncul risiko organisasi yang kompleks, auditor intern dapat diminta
untuk turut serta membantu mengatasinya. Karena itu, dalam disiplin ilmu audit
intern, tugas utama audit intern selain bersifat asurans juga ada yang bersifat
konsultansi. Pengenalan konsep dua tugas pokok audit intern tersebut
sesungguhnya memancing pertanyaan besar di benak banyak orang. Apa arti dan
perbedaan keduanya? Apa tantangannya? Bagaimana keduanya bisa dijalankan
beriringan secara baik? Pengertian Istilah asurans bisa ditelusuri dari berbagai
definisi. Istilah ini berasal dari kata “assurance” yang dalam kamus Oxford artinya “a
positive declaration intended to give confidence”, suatu pernyataan positif yang
dimaksudkan untuk memberikan keyakinan. Meski belum dikenal di KBBI, istilah ini
telah dipakai dalam Undang-Undang Akuntan Publik (UU Nomor 5 Tahun 2011)
untuk mendefinisikan jasa asurans, yaitu jasa yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi keuangan
dan nonkeuangan berdasarkan suatu kriteria. Lain lagi The Institute of Internal
Auditors (IIA), yang mendefinisikan jasa asurans sebagai penilaian bukti secara
objektif oleh auditor intern untuk memberikan kesimpulan/opini independen terkait
suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau subjek lainnya. Poin penting yang
dapat disimpulkan dari berbagai definisi itu adalah bahwa kegiatan asurans oleh
auditor intern menghasilkan pendapat/opini independen, diperoleh melalui proses
objektif dan bertujuan menambah kepercayaan atau keyakinan para pihak yang
memanfaatkannya. Istilah konsultansi yang diterjemahkan dari kata “consulting”
punya makna yang beda orientasinya dibanding kata asurans. Jika mengambil
definisi kamus Oxford, consulting bisa diartikan “the business of giving expert advice
to other professionals”, usaha memberikan saran ahli untuk profesional lainnya.
Dalam KBBI, kata konsultansi juga belum dikenal. Yang dikenal adalah kata
“konsultasi”, yaitu pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasihat,
saran, dan sebagainya) yang sebaik-baiknya. Namun kata konsultansi telah dipakai
dalam pengertian audit intern versi bahasa Indonesia pada website IIA dan
pengertian audit intern versi standar audit Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI). Inti definisi konsultansi yang dibuat oleh kedua organisasi profesi
audit intern itu ialah kegiatan pemberian saran. Secara esensi, makna consulting,
konsultansi, ataupun konsultasi adalah sejalan atau tidak bertentangan. Jadi tak
usah diperdebatkan bila ada yang memakai istilah penugasan konsultansi atau
konsultasi. Semuanya, dalam konteks kegiatan audit intern, memiliki orientasi yang
sama yaitu memberikan saran ahli, bukan berupa opini. Saran ahli menyiratkan
tuntutan kompetensi profesional yang tinggi bagi auditor dalam menilai suatu kondisi
atau masalah. Hasil konsultansi sangat dinanti oleh pihak yang meminta konsultansi
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pembeda Dalam praktik nyata
audit intern, tak ada batas hitam putih yang memisahkan tugas asurans dan
konsultansi. Apalagi hanya dari sisi nama, tidak bisa! Reding et.al (2013)
mengungkapkan bahwa mungkin saja keduanya blended dalam satu penugasan.
Suatu kegiatan reviu atau evaluasi oleh auditor intern bisa saja di dalamnya
mengandung unsur asurans dan konsultansi. Maka apabila jelas bagian mana yang
masuk asurans dan bagian mana yang masuk konsultansi, pelaporan keduanya
diharapkan terpisah. Sebagai rambu-rambu untuk membedakan asurans dan
konsultansi, minimal ada empat parameter yang dapat dipakai. Parameter pertama
adalah fokus tujuan penugasan. Pada penugasan asurans, fokus utamanya adalah
memberikan pendapat atau penilaian independen terhadap suatu entitas, operasi,
fungsi, proses, sistem, atau subjek lainnya. Saat memberikan asurans, auditor bisa
saja memberikan saran karena adanya kelemahan material yang ditemukan pada
auditi tapi itu bukan jadi tujuan utama. Sementara itu, fokus tujuan penugasan
konsultansi adalah memberikan saran, pelatihan dan/atau fasilitasi terhadap suatu
entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau subjek lainnya. Dalam konsultansi,
auditor tidak dituntut untuk memberikan suatu pendapat atau penilaian
independen. Parameter kedua adalah penentu lingkup dan sifat penugasan. Untuk
penugasan asurans, sifat dan lingkup penugasan sepenuhnya ditentukan oleh
auditor intern. Adapun penugasan konsultansi umumnya ditentukan melalui
kesepakatan antara pihak yang diberi konsultansi dengan auditor, meski pada
kondisi tertentu auditor dapat memutuskan sendiri untuk melakukannya. Parameter
ketiga adalah pihak-pihak yang terlibat atau berkepentingan dengan penugasan.
Untuk penugasan asurans, ada tiga pihak yang terlibat yaitu auditi selaku pihak yang
diaudit, auditor intern selaku pihak yang mengaudit dan pihak ketiga yang
memanfaatkan hasil kegiatan asurans, bisa manajemen puncak atau lembaga
pengawas (di swasta ada komite audit dan dewan komisaris). Sedangkan dalam
penugasan konsultansi, yang terlibat hanya dua pihak yaitu manajemen selaku
klien/peminta/penerima saran dan auditor intern selaku pemberi saran. Parameter
keempat adalah format komunikasi hasilnya. Seluruh penugasan asurans bertujuan
akhir mengungkapkan opini/pendapat sehingga format komunikasinya relatif baku.
Sedangkan penugasan konsultansi mengomunikasikan hasil tugas sesuai dengan
tujuan dan lingkup yang disepakati. Hal ini menyebabkan bervariasinya format
komunikasi untuk tiap penugasan konsultansi. Ada yang komunikasinya formal, ada
pula yang informal, tergantung mana yang paling efektif dan efisien untuk
menyampaikan pesan. Apakah penting membedakan asurans dan konsultansi?
Sangat penting! Khususnya bagi auditor intern. Sebab, perbedaan keduanya akan
menentukan strategi dan langkah kerja audit intern. Dalam best practices audit
intern, pembedaan keduanya juga sangat menentukan standar audit intern mana
yang harus diikuti oleh auditor. Dilema Meski pengkategorian tugas menjadi asurans
dan konsultansi telah diterima secara luas namun penyatuan keduanya dalam satu
wadah kegiatan audit intern sebenarnya menimbulkan dilema tersendiri. Bagaimana
tidak? Asurans memerlukan independensi dan objektivitas yang tinggi sehingga
dalam praktiknya auditor perlu “membatasi hubungan” dengan pihak yang diaudit.
Beda lagi dengan konsultansi. Ia memerlukan “hubungan dekat” antara auditor
dengan pihak yang diberi konsultansi. Hubungan itu diperlukan agar rumusan solusi
atau rekomendasi auditor tepat sasaran, dapat diterima dan diterapkan dengan baik
oleh pihak yang diberi konsultansi. Tampak berlawanan, bukan? Auditor intern
seperti bermuka dua, kadang membatasi hubungan, kadang mengintensifkan
hubungan, tergantung saat itu ia bertugas apa. Tantangan Tantangan bagi auditor
intern adalah memerankan tugas asurans dan konsultansi secara berimbang. Terlalu
berlebihan menjalankan tugas konsultansi berisiko mengurangi independensi dan
objektivitas auditor intern. Padahal itu menjadi standar dan etika profesi yang mesti
dijunjung tinggi (baca: standar audit intern dan kode etik auditor intern). Namun
mengabaikan tugas konsultansi juga tidak baik. Auditor intern memiliki keahlian dan
pengalaman yang lebih dalam memetakan risiko dan menilai pengendalian
organisasi. Karena itu perannya sangat dibutuhkan dalam pengembangan atau
perbaikan proses bisnis organisasi. Risiko independensi dan objektivitas sering
mengemuka karena pelaksanaan asurans dan konsultansi berpotensi menimbulkan
kejadian mengaudit diri sendiri (self-audit) bagi auditor. Maksudnya, bisa saja terjadi
auditor mengaudit bidang yang sebelumnya ia terlibat konsultansi di dalamnya.
Independensi dan objektivitasnya bisa diragukan, bukan? Apalagi Jika auditor itu
turut menyetujui atau mengambil keputusan. Masalahnya benar-benar nyata! Solusi
yang paling mungkin adalah menghindarinya dengan cara menugaskan auditor yang
berbeda, bisa berasal dari dalam unit audit intern sendiri atau meminta bantuan
pihak luar. Jika terpaksa cara ini tak bisa dilakukan, auditor bersangkutan harus
membuat pernyataan terbuka dan selanjutnya supervisi terhadapnya perlu diperkuat
untuk menjaga objektivitas. Simpul Tugas auditor intern hakikatnya adalah
melindungi organisasi. Pernyataan tersebut 100% benar. Namun itu tidak berarti
auditor intern mengambil peran utama manajemen, dan juga tidak harus mengikuti
apa saja yang diinginkan manajemen. Peran konsultansi dapat membantu
manajemen membangun pengendalian yang efektif bagi organisasi. Karena itu saran
dan rekomendasi auditor perlu menjadi pertimbangan manajemen. Tapi dengan
mengikuti saran atau rekomendasi auditor tidak berarti tanggung jawab manajemen
berpindah ke auditor. Konsekuensi pengambilan keputusan apapun yang dipilih
manajemen tetap menjadi tanggung jawab manajemen itu sendiri. Konsepsi
demikian perlu benar-benar dijaga. Itu jika Anda menginginkan auditor intern pada
organisasi Anda tetap berdiri tegak sebagai tameng organisasi. Jika tidak, peran
asurans akan mati suri. Auditor intern hanya akan menjadi “tukang stempel”
keputusan manajemen. Peran konsultansi adalah untuk mengeksplorasi manfaat
(benefit) yang lebih besar, namun peran asurans tetap diperlukan untuk
meminimalkan terjadinya kerugian (loss) atau kecurangan (fraud). Bukankah
keduanya sama-sama diperlukan? Sekali lagi, seninya bagi organisasi adalah
menyelaraskan dan menjaga keseimbangan keduanya.
19. Manajemen risiko juga ada yg aku ingat mitigasi itu apa.
Jawaban;
Pada tahun 2003, IIA mengeluarkan suatu panduan atas aktivitas Internal Audit
dalam proses manajemen risiko. Digambarkan dalam bentuk kipas, yang terdiri dari
18 elemen dan 3 area menjelaskan mengenai aktivitas yang harus dilakukan,
aktivitas yang masih boleh dilakukan, dan aktivitas yang sama sekali tidak boleh
dilakukan oleh auditor dalam mendukung proses Enterprise Risk Management
(ERM). Secara umum, kembali kepada tugas dan tanggung jawab auditor untuk
melakukan asurans terhadap pengelolaan risiko Perusahaan. Meskipun demikian
auditor dapat pula berkontribusi dalam mendukung (menjadi champion) dan
mengembangkan pelaksanaan ERM, karena auditor dianggap sebagai salah satu
personal kunci yang paham mengenai risiko dan tata kelola. Pelaksanaan
manajemen risiko sendiri dalam suatu Perusahaan dapat berevolusi, seiring dengan
perubahan tingkat maturitas dan tuntutan dari Regulator. Umumnya tipe
pelaksanaan manajemen risiko ada yang bersifat bertahan (defense) maupun agresif
(offense). Pada tipe defense, umumnya manajemen risiko masih fokus pada risiko
terhadap kontrak atau transaksi, aktivitas mitigasinya pun fokus pada tindakan
korektif seperti hedging atau asuransi. Sedangkan untuk tipe offense, manajemen
risiko dilakukan secara menyeluruh di seluruh Perusahaan menggunakan pendekatan
sistematis dengan panduan standar tertentu (ISO 31000, COSO, lainnya) dan fokus
mitigasi pada tindakan preventif. Terlepas dari aktivitas apa yang dilakukan oleh
auditor dan maturitas seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengelola
risikonya, adanya kerjasama yang efektif antara kedua fungsi tersebut menjadi
tuntutan utama dari direksi dan komisaris. Tentunya dengan harapan prudent
decision making process dapat dicapai dan pada akhirnya tata kelola perusahaan
dapat bergerak menuju ke arah yang lebih baik.
Dengan mengambil contoh praktek yang sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan
terkemuka di Amerika, seperti : Cisco System, Hospital Corporation of America, TD
Ameritrade, dan Whirlpool Corporation, diperoleh beberapa poin utama berikut ini.
2. Kasus kepala dinas A mlakukan perjalaann dinas tp tdk mmiliki dokumen bukti
sebesar 13 jt, kelebihan byr(lupa transaksinya) sbesar 8 jt, dan membeli ATK 3 jt.
Brpa jmlah yg harus dikembalikan ke kas negara?
Jawaban;
Perjalanan Dinas Luar Kota yang menggunakan dana APBN mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai
Tidak Tetap. Selain itu besaran komponen per item yang dapat dibiayai harus
mengacu pada SBU/SBM yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas diatur dalam Pasal 36 PMK
113/PMK.05/2012, menyebutkan, untuk bertanggungjawab sepenuhnya atas
anggaran tersebut;
“Pihak-pihak yang melakukan pemalsuan dokumen, menaikkan dari harga
sebenarnya (mark up), dan/atau Perjalanan Dinas rangkap (dua kali atau lebih)
dalam pertanggungjawaban Perjalanan Dinas yang berakibat kerugian yang
diderita oleh negara, bertanggung jawab sepenuhnya atas seluruh tindakan yang
dilakukan”
3. Piutang negara dibawah 10M tanggung jawab siapa, di atas 10 M tanggung jawab
siapa, utk di daerah dibawah 5M;
Jawaban;
• Hirarki otorisasi penyelesaian dan penghapusanpiutang <=10m Menteri,
10<p<=100 Presiden, >100 DPR. Untuk daerah <=5m Kepala Daerah, > 5m
DPRD.
Ujung tombak dari pelaksanaan proses pengurusan piutang negara tersebut adalah
para pemegang/pengelola Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN), Jurusita, dan
Pemeriksa Piutang Negara. Pengertian Jurusita DJKN adalah Aparatur Sipil Negara
(ASN) dilingkungan DJKN Kementerian Keuangan yang diberi tugas, wewenang, dan
tanggung jawab kejurusitaan. Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab
Jurusita DJKN adalah sebagai berikut:
Melaksanakan pemberitahuan Surat Paksa sekaligus melakukan penagihan hutang;
1. Melaksanakan penyitaan Barang Jaminan/Harta Kekayaan lain milik
Penanggung Hutang/Debitur;
2. Melakukan penarikan/pengamanan barang sitaan;
3. Melakukan Paksa Badan/gijzeling terhadap Penanggung Hutang(PH)/Penjamin
Hutang (borgtocht atau personal guarantee), sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Sedangkan Pemeriksa Piutang Negara adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal yang diangkat oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan, yang
diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan Pemeriksaan.
Berdasarkan Pasal 112 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.06/2016 tugas
Pemeriksan Piutang Negara, sebagai berikut:
1. Mencari, meneliti, dan mengumpulkan keterangan atau bukti-bukti yang
berhubungan dengan objek Pemeriksaan; dan/ atau
2. Melakukan wawancara atau meminta penjelasan dari berbagai pihak yang
berkaitan dengan objek Pemeriksaan.
Selanjutnya pada Pasal 113 wewenang yang dimiliki Pemeriksa Piutang Negara
adalah dalam melaksanakan Pemeriksaan, Pemeriksa Piutang Negara berwenang
meminta keterangan kepada Penanggung Hutang dan/ atau pihak lain, yang
berkaitan dengan :
1. Tempat kediaman/ rumah, kantor, tempat usaha/ tempat kegiatan milik atau
diduga milik Penanggung Hutang;
2. Usaha dan/ atau Harta Kekayaan Lain; dan/ atau
3. Catatan dan pembukuan dari usaha milik atau milik Penanggung Hutang.
Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu
Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan
kantor pejabat tersebut
Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan
pribadi secara cuma-cuma
Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang atau
jasa dari rekanan
Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat
Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari
rekanan
Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja
Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan,
oleh rekanan atau bawahannya.
Seluruh pemberian tersebut diatas, dapat dikategorikan sebagai gratifikasi,
apalbila ada hubungan kerja atau kedinasan antara pemberi dan dengan pejabat
yang menerima, dan/atau semata-mata karena keterkaitan dengan jabatan atau
kedudukan pejabat tersebut.
8. Membantu nenek2 mengambil uang pensiunan terus kita diberi uang dan kita terima
itu apa?
Jawaban;
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Gratifikasi, tersebut patut diwaspadai sebagai pemberian yang
berpotensi menimbulkan konflik kepentingan karena terkait dengan jabatan yang
dipangku oleh penerima serta kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan dari
pemberi, dan pada saatnya pejabat penerima akan berbuat sesuatu untuk
kepentingan pemberi sebagai balas jasa.