Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

FIQIH ZAKAT DAN WAKAF

Dosen Pengampu : Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc.

OLEH :

Nama : Fadhlan Zikrah Sanubari


NPM : 20320035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN
KOTA BAUBABU
2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,
penulis dapat menyelesaiakan makalah berjudul ”Fiqih Zakat dan Waqaf” tepat
waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Matakuliah Pengantar Ekonomi


Syariah yang diberikan oleh Ibu Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc. selaku dosen Mata
kuliah Pengatar Ekonomi Syariah. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas
semua bimbingannya untuk menyelesaikannya.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menghadapi banyak kendala,


namun dengan bantuan banyak orang, semua masalah tersebut dapat dilalui..
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna dalam susunan dan
isinya. Maka dari itu penulis berharap kritik dari para pembaca dapat membantu
penulis dalam menyempurnakan makalah selanjutnya.

Baubau, 12 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Zakat .......................................................................................................3


2.1.1 Definisi Zakat .................................................................................3
2.1.2 Landasan Hukum Zakat...................................................................3
2.1.3 Jenis Zakat.......................................................................................5
2.1.4 Syarat Wajib Zakat dan Syarat Sah Zakat.......................................7
2.1.5 Etika dan Adab Pengelolaan Zakat..................................................9
2.1.6 Hikmah dan Manfaat Zakat ..........................................................10
2.2 Wakaf ....................................................................................................12
2.2.1 Definisi Wakaf.............................................................................12
2.2.2 Landasan Hukum Wakaf..............................................................13
2.2.3 Jenis Wakaf..................................................................................15
2.2.4 Sasaran dan Tujuan Wakaf...........................................................18
2.2.5 Syarat dan Rukun Wakaf.............................................................20
2.2.6 Pengelolah Wakaf........................................................................21

BAB III PENUTUP ..........................................................................................23


3.1 Kesimpulan.............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Zakat dan Wakaf adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga umat muslim,
karena ini sudah ada sejak zaman nabi Muhammad Saw, sebagai harta yang
diberikan untuk saling menolong antara sesama manusia dan ini masih berlangsung
hingga kini.

Secara terminologi zakat berarti: Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak, di samping berarti mengeluarkan
jumlah tertentu itu sendiri. Zakat merupakan sarana paling tepat dan paling utama
untuk meminimalisir kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin sebagai satu
bentuk sikap saling membantu (takaful) dan solidaritas di dalam Islam.

Secara etimologis fiqh mempunyai arti al-fahmu (paham), sedangkan secara


defenitif fiqh berarti “Ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang
digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili (khusus, terinci dan jelas). istilah
fiqh sering dirangkaikan dengan kata alIslami sehingga terangkai al-fiqh al-islami,
yang sering diterjemahkan hukum Islam yang memiliki cakupan yang sangat luas.

Alhamdulilah makalah ini akan membahas Pemahaman tentang Fiqh Zakat dan
yang akan membantu kita untuk lebih memahami tentang Fiqh Zakat dan Wakaf..

.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Zakat dan Wakaf ?
1.2.2 Apa Saja Landasan Hukum dari zakat dan Wakaf?
1.2.3 Apa Saja Jenis Zakat dan Wakaf?
1.2.4 Bagaimana Etika dan adab Pengelolah Zakat dan Wakaf?
1.2.5 Apa saja Syarat dan Rukun bagi Zakat dan Wakaf?
1.2.6 Apa tujuan Zakat dan Wakaf?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat ditetapkan tujuan dari Makalah
ini adalah untuk Mengetahui :

1.3.1 Definisi dari Zakat dan Wakaf


1.3.2 Landasan Hukum dari zakat dan Wakaf
1.3.3 Jenis Zakat dan Wakaf
1.3.4 Etika dan adab Pengelolah Zakat dan Wakaf
1.3.5 Syarat dan Rukun bagi Zakat dan Wakaf
1.3.6 Tujan Zakat dan Wakaf

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zakat
2.1.1 Definisi Zakat

Dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar ‘’zaka’’ yang berarti berkah,
tumbuh, suci, bersih dan baik. Sedangkan zakat menurut terminologi berarti
aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan allah SWT dalam jumlah
dan perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

Harta yang dikeluarkan dalam syara dinamakan dengan zakat, karena


akan menabah barang yang dikeluarkan dan menjauhkan harta tersebut dari
bencana-banecan. Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan istilah,
sangat nyata dan erat kaitannya, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya
akan menjadi berkah, tumbuh, erkembang dan bertambah, suci dan akan
menambah kebaikan.

Zakat menurut Al-Qur'an juga disebut sedekah, sehingga Al-Mawardi


mengatakan, "Sedekah itu adalah zakat, dan akat itu adalah sedekah, berbeda
nama tetapi artinya sama."

Yusuf Al-Qardawi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harta (Al-


Amwaal) Merupakan bentuk jamak dari kata maal. Dan Maal adalah segala
sesuatu yang sangat diinginkan olehh manusia untuk menyimpan dan
memilikinya. Harta pada mulanya berarti emas dan perak, tetapi kemudian
berubah pengertiannya menjadi segala barnag yang dismpan dan dimiliki...

2.1.2 Landasan Hukum Zakat


a. Al- Qur’an
Kata zakat disebut 30 kali dalam Al-Qur’an (27 kali dalam satu ayat
bersama shalat, 1 kali tidak dalam satu ayat tapi masih dalam satu

3
konteks dengan shalat, 8 kata zakat terdapat dalam surat yang
diturunkan di mekkah, dan 22 kata zakat yang diturunkan di medinah).
Berkut beberapa ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai zakat
yaitu:
1) “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar dan maha
mengetahui.” (QS 9:103)
2) “..dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (QS 30:39)
3) “…dan celakalah bagi orang-orang yang
mempersekutukan(Nya) (yaitu)orang-orang yang tidak
menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan
akhirat).” (QS 41:6 dan 7)
4) “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para mualaf yang
dibujuk hatinya , untuk memerdekakan budak, orang-orang yang
berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yabg sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah maha mngetahui lagi maha bijaksana.” (QS
9:60)
b. As- Sunnah
Selain pada Al-Qur'an, hadits nabi SAW pun juga sangat banyak
yang memperbincangkan tentang zakat. beberapa diantaranya yaitu :
1) Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersada: “siapa yang
dikaruniai oleh Allah kekayaan tetapi tidak mengeluarkan
zakatnya, maka pada hari kiamat nanti ia akan didatangi oleh
seekor ular jantan gundul yang sangat berbisa dan sangat

4
menakutkan dengan dua bintik di atas kedua matanya .” (HR
Bukhari)
2) “golongan yang tidak mengeluarkan zakat (di dunia) akan di
timpa kelaparan dan kemarau panjang.” (HR Tabrani)
3) “bila shadaqah (zakat) bercampur dengan kekayaan lain, maka
kekayaan itu akan binasa.” (HR Bazar dan Baihaqi)
4) “zakat itu di pungut dari orang-orang kaya di antara mereka,
dan diserahkan kepada orang-orang miskin.”(HR. Bukhari)
2.1.3 Jenis Zakat
Dalam islam terdapa dua macam zakat yaitu zakat fitrah dan zakat maal
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena
futur ( Berbuka Puasa) pada bulan ramadhan. Zakat firah diwajibkan
pada tahun keduahijriah, yaitu tahun diwajibkannya puasa bulan
ramadhan untuk menyucikan orangyang berpuasa dari ucapan kotor dan
perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberi makan pada orang-
orang miskin, serta mencukupkan mereka dari kebutuhan dan meminta-
minta pada Hari Raya Idul Fitri.
Zakat fitrah wajib ditunaikan setiap orang muslim yang merdeka
yang memiliki makanan pokok melebihi kebutuhan dirinya sendiri dan
keluarganya untuk sehari semalam. Disamping itu, ia juga wajib
mengeluarkan zakat fitrah untuk orang-orang yang menjadi
tanggungannya, seperti istrinya, anak-akanya dan pembantunya, bila
mereka muslim.
Zakat fitrah tidak mengenal nisab, dan dibayar sebesar 1 (satu)
sha’makanan pokok suatu masyarakat. 1 (sha’) adalah 4 mud’ dan ukuran
1 mud’ adalah genggaman 2 tangan orang dewasa (atau kira-kira: 2,176
kg). jika ingin dibayar dengan uang (menurut imam abu hanafih)
dibolehkan walaupun sebaliknya yang diberikan adalah makanan.
Menurut Hanafiah, seseotang itu boleh memberikan zakat fitrah
tersebut dengan harganya, dirham, dinar, uang, barang, atau apa saja yang

5
dikehendaki. Karena, hakikatnya yang wajib adalah mencukupkan orang
fakir miskin dari meminta-minta.
Landasan pelaksanannya yaitu :
Rasrulullah bersabda: “telah diwajibkan zakat fitrah untuk
membersihkan orang yang berpuasa dari omongan yng tidak da
manfaatnya dan omongan kotor, serta untuk memberikan makanan pada
orang-orang miskin.” (HR Ibnu Abbas)
b. Zakat Maal
Zakat maal adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang
tidak tertentu, mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil
laut, hasil ternak, harta temuan emas dan perak serta hasil kerja (profesi)
yang masing-masing memiliki perhitungan sendiri-sendiri.
Pada masa rasulullah kelompok harta yang ditetapkan menjadi objek
zakat terbatas pada
1) emas dan perak-di zaman rasulullah uang terbuat dari emas atau
perak;
2) tumbuh-tumbuhan tersebut seperti gandum, jelai, kurma dan
anggur;
3) hewan ternak tertentu seperti domba atau biri-biri, sapid an unta;
4) harta perdagangan (tijarah)
5) harta kekayaan yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz).
Sementara allah merumuskan apa yang wajib dizakati dengan
rumusan yang sangat umum yaitu “kekayaan”, seperti firmannya,
“pungutlah olehmu zakat dari kekayaan mereka…”. Dalam
kekayaan mereka terdapat hak peminta-minta dan orang yang
melarat.” Hal ini dapat disebabkan karena pada zaman rasul harta
jenis itulah yang dianggap sebagai kekayaan.

Nisab dan kadar zakat emas, perak dan uang (logam Mulia, batu
mulia dan lainnya) yaitu sebagai berikut :

6
1)Nisab Emas adalah 20 dinar, dimana 1 dinar = 4,25 gram.
Maka nisab Emas adalah 20 x 4,25 gr = 85 gram dan kadarnya
2,5 %
2)Nisab Perak adalah 200 dirham, dimana 1 dirham = 2,975
gram. Maka nisab Perak adalah 200 x 2,975 gram = 595 gram.
Dan Kadarnya adalah 2,5%

2.1.4 Syarat Wajib Zakat dan Syarat Sah Zakat


a. Syarat Wajib Zakat Maal
1) Islam
Para ulama Sepakat bahwa zakat diwajibkan hanya kepada
orang islam dan tidak ada kewajiban zakat atas orang kafir
berdasarkan ijmak ulama. oleh karena zakat adalah salah satu
rukun islam yang merupakan anggota tubuh pailng utama, karena
itu orang kafir tidak mungkin diminta melengkapinya, seta bukan
pula merupakan utang yang harus dibayarnya setelah masuk islam
(Mualaf).
2) Merdeka
Zakat tidak wajib atas budak berdasarkan keswepakatan
ulama. sebab, dia tidak memiliki, tuannya adalah pemilik apa
yang ada ditangan budaknya, hanya saja kepemilikannya tidak
sempurna. Ulama Malikiyah mengatakan, tidak ada kewajiban
zakat pada harta budak, tidak atas budak itu, tidak pula tuannya
(yang mengeluarkannya).
3) Hak Milik Sempurna
Harta tersebut berada ditangan pemiliknya, didalamnya tidak
tersangkut dengan hak orang lain, dan ia dapat menikmatinya.
4) Halal
Harta tersebut harus didaptkan dengan cara baik dan halal.
Artinya harta yang haram, baik subtansi benda maupun cara
mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat,

7
karena Allah SWT tidak akan menerimanya. Pada Hakikatnya
kekayaan yang diperoleh secara tidak sah itu dianggap bukan
harta miliknya, sekalipun ia mencampurkan kedalam kekayaanya
yang sah sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan
5) Berkembang
Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk
dikembangkan, seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan,
melaluipembelian saham, atau ditabungkan, baik yang dilakukan
sendiri maupun bersama orang atau pihak lain. Harta yang tidak
berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang, maka tidak
dikenakan kewajiban zakat.
6) Mencapai Nisab
Menurut pendapat jumhurulama, harta harus mencapai nisab,
yaitu julah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban
zakat
7) Lebih dari Kebutuhan Pokok
Sebagian ulama mazhab hanafi menyaratkan kewajiban zakat
setalah terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain, zakat
dikeluarkan setelah terdapat kelebihan darin kebutuhan hidup
sehari-hari yang terdiri atas kebutuhan sandang, pangan dan
papan
8) Bebas dari Utang
Hal ini diisyaratkan oleh Hanafiah pada zakat selain tanaman
dan buah-buahan. Bila pemilik memiliki utang yabg
menghabiskan atau mengurangi jumlah senisab itu, maka zakat
ridaklah wajib.

9) Haul
Maksudnya adalah bahwa kepemilika yang berada ditangan
pemilik sudah berlalu masanya 12 bulam Qamariyah. Hitungan
tahun zakat adalah Qamariyah bukan Syamsiah berdasarkan

8
keseoakatan ulama, sebagaiman hukum-hukum islam yang lain
seperti puasa dan haji
b. Syarat Wajib Zakat Fitrah
Syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut :
1) Islam
2) Hidup pada saat bulan ramadhan
3) memiliki kelebihan kebutuhan pokok untuk malam dan hari
raya idul Fitri
c. Syarat Sah Zakat
Syarat Sah zakat fitrah adalah sebagai berikut :
1) Niat
2) Ijab Kabul
3) Doa

2.1.5 Etika dan adab Pengelolaan Zakat


Dalam Menjalankan tugasnya, amil zakat adalah seseorang atau
kelompok orang yang diangkat oleh pemerintah untuk mengelolah
pelaksanaan ibadah zakat makna-makna persaudaraan, cinta antar-masyarakat
yang sama, berpartisipasi dalam mendekatkan berbagai kelompok msayarakat
dan menjaga tingkat kecukupan untuk semua
Etika atau adab seseorang atau sekelompok orang yang dibentuk
masyarakat dan disahkan oleh pemerintah untuk mengelola pelaksanaan
ibadah zakat
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Amil dalam melakukan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan, serta pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan zakat
semestinya Amin memiliki etika dan adab adab sebagai berikut :
1) Sidiq
2) Amanah
3) Fathonah
4) Tabligh

9
5) Adil
6) Memahami hukum-hukum zakat
7) Mampu melaksanakan tugas keamilan
8) Memiliki akhlak yang terpuji
9) Bertutur kata yang baik dan santun
10) Berpakaian yang syar'i
11) Melayani Muzakki dan mustahiq dengan hati yang ikhlas
12) Tidak menerima hadiah dari Muzakki dalam kaitan tugas sebagai
Amil
13) Tidak memberi hadiah kepada Muzakki yang berasal dari harta
zakat atau dari yang lainnya
14) Tidak merokok atau melakukan perbuatan tercela lainnya
15) Mendoakan Zaki baik secara langsung ataupun tidak langsung
seperti mengirimkan email atau mengirimkan pesan singkat
melalui media elektronik.

2.1.6 Hikmah dan Manfaat Zakat


Zakat adalah ibadah Mayiyah dan ijmaiyah (ibadah harta yang
memiliki dimensi sosial) memiliki posisi yang strategis dan menentukan baik
dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat sebagai suatu ibadah pokok Zakat termasuk salah satu rukun dari rukun
Islam yang lima sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadits Nabi
sehingga keberadaannya dianggap sebagai atau diketahui secara otomatis
adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang
Banyak hikmah dan manfaat yang besar dan mulia dalam ibadah zakat
baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat ,penerimanya, harta yang
dikeluarkan zakatnya ,maupun bagi masyarakat keseluruhan.
Hikmah dan manfaat di tunaikan zakat setidaknya ada 10 macam
yaitu :
1) Menghindari kesenjangan social antara aghniya (si kaya) dan
dhu’afa (si miskin). Melalui menolong, membantu, membina, dan

10
membangun kaum dhuafa yang lemah papa dengan materi sekedar
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi
tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajibannya
terhadap Allah SWT.
2) Pilar amal jama’I (bersama) antara si kaya dengan para mujahid
dan da’I yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan
kalimat Allah SWT.
3) Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.
4) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang kikir.
Memberantas penyakit iri hati,rasa benci dan dengki dari diri
orang-orang sekitar pada orang yang berkehidupan cukup, apalagi
mewah.
5) Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang allah SWT berikan. Dapat
mensucikan diri (pribadi)dari kotoran dosa, memurnikan jiwa
(menumbuhkan akhlaq mulia menjadi murah hati, peka terhadap
rasa kemanusian) dan mengikis isfat bakhil (kikir) serta serakah.
Hal tersebut akan memberikan ketenangan batin karena terbebas
dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan.
6) Untuk pengembangan potensi umat melalui terwujudnya system
kemasyarakatan islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: ummatan
wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat, dan
kewajiban), ukhuwah islamiyah (persaudaraan islam), dan tafakul
ijti’ma (tanggung jawab bersama).
7) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk islam.
8) Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna
bagi umat. Hal ini akan memperlancar tujuan mewujudkan tahanan
masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan
lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat
menciptakan situasi yang tentram, aman lahir batin. Dalam
masyarakat seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya
kembali bahaya komunisme (atheis) dan paham atau ajaran yang

11
sesat dan menyesatkan. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT,
akan terciptalah sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa
rabbun ghafur.
9) Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung
jawab individu dalam masyarakat
10) Terwujudnya dasar-dasar solidaritas sosial antara orang-orang
kafir dan orang-orang kaya
2.2 Wakaf
2.2.1 Definisi Wakaf
Kata "Wakaf' atau "Wacf' berasal dari bahasa Arab "W aqa f a . " Asa1
kata "W aqa f a " berarti · " mena h an " atau "berhenti" atau "diam di tempat"
atau tetap berdiri". Menurut Abu Hanafiah, Wakaf adalah menahan suaru benda
yang menurut hukum, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan
manfaatnya unruk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta
wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia
boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat
ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah "menyumbangkan
manfaat". Karena iru mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah : "Tidak
melakukan suaru tindakan atas suaru benda, yang berstarus tetap sebagai hak
milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suaru pihak kebajikan
(social), baik sekarang maupun akan datang".
Sedangkan Syafi'i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna
prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang
diwakafkan, seperti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang
lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan
tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan manfaat
harta yang diwakafkannya kepada mauquf 'alaih (yang diberi wakaf) sebagai
sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran
sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak

12
memaksanya agar memberikannya kepada mauquf 'alaih. Karena itu mazhab
Syafi'i mendefinisikan wakaf adalah : "Tidak melakukan suatu tindakan atas
suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah swt, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu kebajikan (social)"
.
2.2.2 Landasan Hukum Wakaf
Sedikit sekali memang ayat al-Quran dan as-Sunnah yang menyinggung
tentang wakaf. Karena itu sedikit sekali hukumhukum wakaf yang ditetapkan
berdasarkan kedua sumber tersebut. Meskipun demikian, ayat al-Quran dan
Sunnah yang sedikit itu mampu menjadi pedoman para ahli fiqih Islam.
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari :
a. Al-Qur’an
1) "Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan"
(QS: al-Haj: 77).
2) "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahui". (QS: Ali lmran: 92).
3) "Perwnpanwan (nafakah yang dikeluarkan oleh) orung-oran,l!
yang menajkahkan hartanya Ji jalan Allah, aclalah .~empa
dengan sehutir henih yang menumhuhkan tujuh butir, padd tiaf>-
tiap hutir memunhuhkan seratus biji. Allah melipatganditkan
(ganjaran) bagis iapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allilh Maha
Kuasa Lagi Maha Mengetahui". (QS : al-Baqarah: 261).
b. As-Sunnah
1) Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda :
"Apahila anak Adam (manusia) meninggal Junia, maka putuslah
anwlnya, kecuali tiga perkara : shada£Jllh jariyah, ilmu yang
hennanfaat dan anak slwlt'h yang mencloakan orang tuanya".
(HR. Muslim)

13
2) "Dari lbnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra memperoleh
sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada
Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata : Y a
Rasulallah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya
belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang
engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab : Bila
kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu
sedekahkah (hasilnya). Kemudian Umar melakukan shadaqah,
tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan. Berkata
lbnu Umar : Umar menyedekahkannya kepada orang-orang
fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan
tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang
menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya
dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak
bermaksud menumpuk harta" (HR. Muslim).
3) Dari lbnu Umar, ia berkata : "Umar mengatakan kepada Nabi
saw Saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar. Saya
belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi seperti
itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw mengatakan
kepada Umar : Tahanlah (jangan jual, hibahkan dan wariskan)
asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk
sabilillah". (HR. Bukhari dan Muslim).

2.2.3 Jenis Wakaf


1. Berdasarkan peruntukan
Bila ditinjau dari segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf itu, maka
wakaf dapat dibagi menjadi dua (2) macam yaitu:

a. Wakaf Ahli

14
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang
atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut
wakaf Dzurri. Wakaf jenis ini (wakaf ahlVdzurri) kadangkadang juga
disebut wakaf 'alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga (famili),
lingkungan kerabat sendiri.
Dalam satu segi, wakaf ahli (dzurri) ini baik sekali, karena si wakif
akan mendapat dua kebaikan, yaitu kebaikan dari amal ibadah wakafnya,
juga kebaikan dari silaturrahmi terhadap keluarga yang diberikan harta
wakaf. Akan tetapi, pada sisi lain wakaf ahli ini sering menimbulkan
masalah, seperti : bagaimana kalau anak cucu yang ditunjuk sudah tidak
ada lagi (punah) ? Siapa yang berhak mengambil manfaat benda (harta
wakaf) itu ? Atau sebaliknya, bagaimana jika anak cucu si wakif yang
menjadi tujuan wakaf itu berkembang sedemikian rupa, sehingga
menyulitkan bagaimana cara meratakan pembagian hasil harta wakaf?
Pada perkembangan selanjutnya, wakaf ahli untuk saat ini dianggap
kurang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan umum, karena
sering menimbulkan kekaburan dalam pengelolaan dan pemanfaatan
wakaf oleh keluarga yang diserahi harta wakaf. Di beberapa Negara
tertentu, seperti : Mesir, Turki, Maroko dan Aljazair, wakaf untuk
keluarga (ahli) telah dihapuskan, karena pertimbangan dari berbagai segi,
tanah-tanah wakaf dalam bentuk ini dinilai tidak produktif.4 Untuk itu,
dalam pandangan KH. Ahmad Azhar Basyir MA, bahwa keberadaan
jenis wakaf ahli ini sudah selayaknya ditinjau kembali untuk dihapuskan.

b. Wakaf Khairi
Yaitu, wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum)5• Seperti wakaf
yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah
jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya.

15
Dalam tinjauan penggunaannya, wakaf jenis ini jauh lebih banyak
manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena tidak
terbatasnya pihak-pihak yang ingin mengambil manfaat. Dan jenis wakaf
inilah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu
sendiri secara umum. Dalam jenis wakaf ini juga, si wakif (orang yang
mewakafkan harta) dapat mengambil manfaat dari harta yang diwakafkan
itu, seperti wakaf masjid maka si wakif boleh saja di sana, a tau
mewakafkan sumur, maka si wakif boleh mengambil air dari sumur
tersebut sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Ustman
bin Affan.
Secara substansinya, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi
dari cara membelanjakan (memanfaatkan) harta di jalan Allah swt. Dan
tentunya kalau dilihat dari manfaat kegunaannya merupakan salah satu
sarana pembangunan, baik di bidang keagamaan, khususnya peribadatan,
perekonomian, kebudayaan, kesehatan, keamanan dan sebagainya.
Dengan demikian, benda wakaf tersebut benarbenar terasa manfaatnya
untuk kepentingan kemanusiaan (umum), tidak hanya untuk keluarga
atau kerabat yang terbatas.

2. Berdasdarkan Jenis harta


Dalam undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf dunia
dari jenis harta yang diwakafkan wakaf terdiri atas berikut
a. Benda tidak bergerak yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi :
1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2) Bangunan atau bagian bangunan yang terdiri atas rumah
3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip
syariah dan peraturan perundang-undangan

16
b. Benda bergerak selain uang terdiri atas :
1) enda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya
yang dapat berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan
undang-undang
2) Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat
diabaikan dan yang tidak dapat diabaikan karena pemakaian
3) benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak
dapat diwakafkan kecuali air dan bahan bakar minyak yang
persediaannya berkelanjutan
4) Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan,
meliputi
a) Kapal
b) pesawat terbang
c) kendaraan bermotor
d) mesin atau peralatan industri
e) Logam dan batu mulia
5) Benda bergerak selain uang karena peraturan perundang-
undangan yang dapat diwakafkan sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah
c. Benda berupa uang
wakaf tunai cash wakaf yang merupakan inovasi dalam keuangan
publik Islam Karena jarang ditemukan pada Fiqih klasik. wakaf
tunai membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi di
bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial karena lebih
fleksibel pengelolaannya pendapatan yang diperoleh dari
pengolahan wakaf tunai tersebut dapat dibelanjakan untuk
berbagai tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta harta
wakaf itu sendiri

3. Berdasarkan Waktu
Berdasarkan waktu, wakaf bisa dibedakan menjadi:

17
1) Muabbad, yaitu wakaf yang diberikan utuk selamanya
2) Mu’aqqot, yaitu wakaf yang diberikan dalam jangka waktu
tertentu.
4. Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan
Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan, wakaf bisa
dibedakan menjadi:
1) Mubasyir/dzati yaitu harta wakaf yang menghasilkan pelayanan
masyarakat dan bisa digunakan secara langsung seperti madrasah
dan rumah sakit;
2) Istitsmary, yaitu harta wakaf yang ditunjukan untuk penanaman
modal dalam produksi barang-barang dan pelayanan yang
dibolehkan syara’ dalam bentuk apapun kemudian hasilnya
diwakafkan sesuai keinginan pewakaf.
2.2.4 Sasaran dan Tujuan Wakaf
Secara umum, tujuan wakaf adalah untuk kemaslahatan manusia, dengan
mendekatkan diri kepada allah, serta memperoleh pahala dari penfaatan harta
yang diwakafkan yang akan terus mengalir walaupun pewakaf sudah meninggal
dunia. Selain itu wakaf memiliki fungsi social, karena sasaran wakaf bukan
sekedar untuk fakir miskin tetapi juga untuk kepentingan public dan masyarakat
luas. Wakaf memiliki sasaran khusus yang spesifik, yaitu sebagai berikut :
a. Semangat Keagamaan
Allah berfirman. “dan carilah wasilah (sarana)untuk menuju
kepadanya.” (QS 5:35). Sasaran wakaf ini berperan sebagai sarana untuk
mewujudkan sesuatu yang diniatkan olrh seorang pewakaf. Dengan
wakaf, pewakaf berniat untuk mendapatkan rida allah dan
kesinambungan pahala yaitu selama harta yang diwakafkan memberikan
manfaat sekalipun ia telah meninggal dunia. Misalnya memberikan wakaf
untuk tujuan pembangunan masjid atau pendirian yayasan.
b. Semangat Sosial
Sasaran ini diarahkan pada aktivitas kebijakan, didasarkan pada
kesadaran mnusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat.

18
Sehingga, waktu dikeluarkan merupalan bukti partisipasi dalam
pembangunan masyarakat .
c. Motivasi keluarga
Motivasi ini ingin menjadikan wakaf sebagai sarana mewujudkan
sarana rasa tanggung jawab kepada keluarga, terutama sebagai jaminan
hidup di masa depan. Sebagaimana sabda nabi Muhammad kepada sa’ad
bin abi waqqash:
“jika kamu meninggalkan keluargamu dalam keadaan kaya, itu lebih
baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin,
sehingga meminta-minta kepada orang lain.” (HR Bukhari Muslim)
Namun wakaf tidak dapat diperuntukkan untuk diri pewakaf sendiri
ataupun pada janin yang masih dalam kandungan.
d. Dorongan kondisional
Terjadi jika ada seorang yang ditinggalkan keluarganya, sehingga
tidak ada yang akan menanggungnya. Atau, seorang perantau yang jauh
meninggalakn keluarga. Dengan wakaf, pewakaf bisa menyalurkan
hartanya untuk menyantuni orang-orang tersebut.
e. Dorongan naluri
Naluri manusia memang tidak ingin lepas dari kepemilikannya.
Setiap orang cenderung ingin mejaga peninggalan harta orang tua atau
kakeknya dari kehancuran atau kemusnahan. Dengan wakaf, maka dia
akan terdorong membatasi pembelajaan. Dengan berniat wakaf kepada
seseorang atau lembaga tertentu, dia bisa menyalurkan hartanya dengan
baik, sehingga tidak kuatir terjadi pemborosan atau kepunahan kekayaan.

2.2.5 Syarat dan Rukun Wakaf


Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan
syaratnya. Rukun wakaf ada empat (4), yaitu :
1) Wakif (orang yang mewakafkan harta);
2) Mauquf bih (barang a tau harta yang diwakafkan);
3) Mauquf 'Alaih (pihak yang diberi wakaf/peruntukan wakaf);

19
4) Shighat (pemyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak
untuk mewakafkan sebagian harta bendanya).
a. Syarat Seorang Waqif
Orang yang mewakafkan (wakif) disyaratkan memiliki kecakapan
hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan
hartanya. Kecakapan bertindak di sini meliputi empat (4) kriteria, yaitu :
1) Merdeka
2) Berakal Sehat
3) Dewasa (Baligh)
4) Tidak Berada di bawah Pengampunan
b. Syarat Mauquf Bih (Harta yang Diwakafkan)
Harta yang akan diwakafkan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Harta yang diwakafkan harus mutaqawwam
Pengertian harta yang mutaqawwam (aL-maL aLmutaqawwam)
menurut Madzhab Hanafi ialah segala sesuatu yang dapat
disimpan dan halal digunakan dalam keadaan normal (bukan
dalam keadaan darurat).
2) Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan
Harta yang akan diwakafkan harus diketahui dengan yakin
('ainun ma'Lumun), sehingga tidak akan menimbulkan
persengketaan. Karena itu tidak sah mewakafkan yang tidak
jelas seperti satu dari dua rumah.
3) Milik Wakif
Hendaklah harta yang diwakafkan milik penuh dan mengikat:
bagi wakif ketika ia mewakafkannya. Untuk itu tidak sah
mewakafkan sesuatu yang bukan milik wakif. Karena wakaf
mengandung kemungkinan menggugurkan milik atau
sumbangan. Keduanya hanya dapat terwujud pada benda yang
dimiliki.
4) Terpisah Bukan Milik bersama (Musyaa)

20
Milik bersama iru ada kalanya dapat dibagi, juga ada kalanya
tidak dapat dibagi.
c. Syarat Mauquf’ Alaihi (Orang yang diwakafkan)
Yang dimaksud dengan mauquf 'alaih adalah tujuan wakaf
(peruntukan wakaf). Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang
sesuai dan diperbolehkan Syariat Islam. Karena pada dasarnya, wakaf
merupakan amal yang mendekatkan diri man usia kepada T uhan. Karena
itu mauquf 'alaih (yang diberi wakaf) haruslah pihak kebajikan. Para
faqih sepakat berpendapat bahwa infaq kepada pihak kebajikan itulah
yang membuat wakaf sebagai ibadah yang mendekatkan diri manusia
kepada Tuhannya.
Madzhab Syafi'i dan Hambali mensyaratkan agar mauquf 'alaih
adalah ibadat menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang
keyakinan wakif. Karena itu sah wakaf muslim dan non muslim kepada
badan-badan sosial seperti penampungan, tempat peristirahatan, badan
kebajikan dalam Islam seperti masjid. Dan tidak sah wakaf muslim dan
non muslim kepada badan-badan sosial yang tidak sejalan dengan Islam
seperti gereja.

2.2.6 Pengelola Wakaf


Salah satu hal penting di luar rukun dan ketentuan syariah dalam
wakaf adalah kehadiran pengelola wakaf (nazhir). Bahkan dalam UU No.
41/2004, pengelola wakaf adalah salah satu dari unsur wakaf. Pengelola
wakaf dapat dijalankan oleh perseorangan, maupun lembaga (baik
berbadan hukum atau organisasi kemasyarakatan).
Pengertian pengelola wakaf adalah pihak yang menerima harta
benda wakaf dari pewakaf untuk dikelola dan dikembangkan sesuai
dengan peruntukannya. Posisi pengelola wakaf sebagai pihak yang
bertugas untuk memelihara dan mengelola harta wakaf, mempunyai
kedudukan yang penting dalam perwakafan. Sedemikian pentingnya
pengelola wakaf dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya wakaf

21
sangat bergantung padanya. Meskipun demekian tidak berarti pengelola
wakaf mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan/
dititipkan kepadanya.
Hal-hal yang wajib dilakukan oleh pengelola wakaf
(Alkabisi,2004), yaitu sebagai berikut.
1) Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang
ditawarkan, baik pewakaf mensyaratkan secara tertulis atau tidak
(pendapat jumhur ahli fikih)
2) Melaksanakan syarat dari pewakaf
3) Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf
4) Melunasi utang wakaf dengan menggunakan pendapatan atau
hasil produksi harta wakaf tersebut
5) Menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf, tanpa
menundanya, kecuali terjadi sesuatu yang mengakibatkan
pembagian tersebut tertunda

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar ‘’zaka’’ yang berarti berkah,
tumbuh, suci, bersih dan baik. Sedangkan zakat menurut terminologi berarti aktivitas
memberikan harta tertentu yang diwajibkan allah SWT dalam jumlah dan
perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Harta yang
dikeluarkan dalam syara dinamakan dengan zakat, karena akan menabah barang yang
dikeluarkan dan menjauhkan harta tersebut dari bencana-bencana. Kata zakat disebut
30 kali dalam Al-Qur’an (27 kali dalam satu ayat Syarat wajib zakat diantaranya
yaitu islam, merdeka,hak milik sempurna, halal, berkembang, mencapai nisab, lebih
dari kebutuhan pokok, bebas dari utang dan haul..

Wakaf adalah menahan suaru benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif
dalam rangka mempergunakan manfaatnya unruk kebajikan. Sedikit sekali memang
ayat al-Quran dan as-Sunnah yang menyinggung tentang wakaf. Karena itu sedikit
sekali hukumhukum wakaf yang ditetapkan berdasarkan kedua sumber tersebut.
Meskipun demikian, ayat al-Quran dan Sunnah yang sedikit itu mampu menjadi
pedoman para ahli fiqih Islam. Wakaf dapat digolongkan dalam beberapa macam
yaitu, Berdasarkan peruntukan, berdasarkan jenis harta, dan berdasrkan waktu.
Secara umum, tujuan wakaf adalah untuk kemaslahatan manusia, dengan
mendekatkan diri kepada allah, serta memperoleh pahala dari penfaatan harta yang
diwakafkan yang akan terus mengalir walaupun pewakaf sudah meninggal dunia.
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf ada
empat (4), yaitu terdapat wakif(orang yang mewakafkan harta), mauquf bih(Harta
yang diwakafkan), mauquh alaih(penerima wakaf), sighat (ikrar). Hal-hal yang wajib
dilakukan oleh pengelola wakaf (Alkabisi,2004), yaitu sebagai berikut.

1) Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang ditawarkan, baik


pewakaf mensyaratkan secara tertulis atau tidak (pendapat jumhur ahli
fikih)

23
2) Melaksanakan syarat dari pewakaf
3) Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf
4) Melunasi utang wakaf dengan menggunakan pendapatan atau hasil
produksi harta wakaf tersebut
5) Menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf, tanpa menundanya,
kecuali terjadi sesuatu yang mengakibatkan pembagian tersebut tertunda

24
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati,wasila. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empar. Jakarta


Selatan
Ismail Ahmad Satori, dkk. 2018. Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Badan Amil
Zakat Nasional. Jakarta Pusat.
Baedawi Idham Khalid, dkk. 2003. Fikih Wakaf. Direktorat Jenderal Bimas Islam
dan Penyelenggaraan Haji. Jakarta Pusat

25

Anda mungkin juga menyukai