Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah

Secara ideal, internal auditor dikatakan independen apabila dapat


melaksanakan tugasnya secara bebas dan obyektif. Dengan kebebasannya,
memungkinkan internal auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan tidak
berpihak.Tentu saja, hal ini bukanlah perkara mudah. Di sisi lain, internal auditor
banyak menghadapi permasalahan dan kondisi yang menghadapkan internal auditor
untuk mempertaruhkan independensinya. Kata internal saja sudah berbau tidak
independen.

Sebagai karyawan/pekerja, internal auditor mendapatkan penghasilan dari


organisasi di mana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat bergantung
kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Disini internal auditor menghadapi
ketergantungan hasil kerja dan kariernya dengan hasil auditnya. Internal auditor
sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menghadapi dilema
ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin mempengaruhi atau tidak
menguntungkan kinerja dan karirnya. Independensi internal auditor akan
dipengaruhi oleh pertimbangan sejauh mana hasil internal audit akan berdampak
terhadap kelangsungan kerjanya sebagai karyawan/pekerja. Pengaruh ini dapat
berasal dari manajemen atau dari kepentingan pribadi internal auditor. Sebagai
contoh misalnya direktur perusahaan memberikan batasan terhadap internal auditor
untuk tidak mengakses data atau melakukan pemeriksaan terhadap penggajian
karyawan. Pembatasan ini merupakan pembatasan terhadap independensi internal
auditor, namun apabila hal tersebut tidak dipatuhi maka sama halnya internal
auditor akan menghadapi konsekwensi sanksi sebagai karyawan. Sebaliknya, bila
internal auditor memiliki akses terhadap data penggajian tersebut akan berpotensi
munculnya kepentingan pribadi internal auditor sebagai karyawan perusahaan.

Kondisi lain yang sangat berpotensi mempengaruhi independensi internal


auditor adalah banyaknya pihak yang berkepentingan di dalam sebuah organisasi

1
bisnis. Kepentingan pihak-pihak eksternal serta kepentingan pihak-pihak internal
organisasi seringkali berbeda. Di satu pihak, manajemen perusahaan ingin
menyampaikan informasi mengenai pertanggunjawaban pengelolaan dana yang
berasal dari pihak luar, di lain pihak, pihak eksternal ingin memperoleh informasi
yang andal dari manajemen perusahaan. Konflik dalam sebuah internal audit akan
berkembang pada saat internal auditor mengungkapkan informasi tetapi informasi
tersebut oleh manajemen tidak ingin dipublikasikan kepada pihak eksternal atau
informasi tersebut dibatasi. Kondisi ini akan sangat menyulitkan internal auditor
karena harus berhadapan dengan kepentingan manajemen internal. Independensi,
integritas serta tanggung jawab internal auditor terhadap profesi dan masyarakat
akan dipertaruhkan dengan menempatkan internal auditor sebagai bagian dari
kepentingan manajemen internal organisasi. Contoh yang kongkrit adalah internal
auditor suatu bank memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil auditnya kepada
Bank Indonesia sebagai regulator secara periodik. Itu artinya laporan tersebut akan
berpotensi dipengaruhi oleh kepentingan manajemen bank yang bersangkutan agar
tidak membawa dampak merepotkan manajemen karena adanya sanksi dari Bank
Indonesia.

Selain menghadapi perbedaan kepentingan dengan pihak eksternal, internal


auditor juga harus menghadapi kepentingan-kepentingan pihak internal organisasi
yang tidak jarang pula berbeda-beda, bahkan bertentangan. Dalam kondisi ini,
internal auditor berpotensi dijadikan tunggangan konflik kepentingan pihak-
pihak tertentu. Disinilah sikap obyektif internal auditor akan mencerminkan
independensinya. Internal auditor harus menjaga agar tidak muncul prasangka atau
pendapat dari pihak manapun bahwa internal auditor berpihak pada kepentingan
tertentu. Inilah yang disebut independen dalam penampilan. Sebagai contoh adanya
ketidakpuasan karyawan atau pihak tertentu karena gaji atau suatu jabatan, dimana
internal auditor diharapkan dapat menyambung lidah sehingga keluhan mereka
ditindaklanjuti oleh manajemen puncak. Atau contoh lain adanya persaingan
ditempat kerja sehingga salah satu pihak berusaha menjatuhkan pihak lainnya
dengan memanfaatkan internal auditor.

2
Pengaruh terhadap independensi internal auditor terkadang tidak bersifat
langsung terhadap hasil audit yang dihasilkan oleh internal auditor. Namun
demikian intervensi tersebut dapat mempengaruhi kinerja internal audit termasuk
mempengaruhi internal auditor dalam menetapkan ruang lingkup dan metodologi
auditnya. Contohnya adalah dalam kondisi internal audit merupakan salah satu
departemen/divisi di dalam perusahaan. Kondisi tersebut menempatkan pimpinan
internal auditor juga berperan sebagai pimpinan departemen/divisi. Peranan ini
kemungkinan besar memiliki keterbatasan wewenang dan tanggung jawab yang
hampir sama dengan pimpinan departemen/divisi yang lain. Pimpinan Departemen
SDM dan Pesonalia misalnya, dapat memutasikan atau memindahkan karyawan
Departemen Internal Audit (dalam hal ini adalah internal auditor) ke departemen
lainnya. Demikian pula sebaliknya, karyawan di departemen yang dianggap kurang
qualified di bidang tersebut ditempatkan sebagai internal auditor.
Peranan fungsi audit intern di dunia perbankan di Indonesia dipertegas oleh
Bank Indonesia selaku regulator melalui Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Bank (SPFAIB) yang wajib dilaksanakan sejak 1 Januari 1996 serta telah dilakukan
pemutakhirannya melalui Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20
September 1999. Peraturan tersebut antara lain mewajibkan pelaksanaan kaji ulang
atau review oleh pihak eksternal yang independen dan kompeten terhadap
pelaksanaan fungsi audit intern-yang dilaksanakan oleh SKAI bank. Salah satu
aspek utama yang harus dilakukan kaji ulang terhadap pelaksanaan fungsi SKAI ini
adalah peranan komisaris dan direksi terhadap berjalannya fungsi SKAI.

Peranan komisaris dan direksi sebagai aspek utama yang mendasar juga
ditekankan dalam PBI No. 11/ 25 /PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 sebagai perubahan
PBI 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum. Sesuai peraturan tersebut, aspek pertama dalam penerapan
manajemen risiko adalah pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi. Begitu
esensial dan pentingnya peranan komisaris dan direksi ini di dalam struktur
pengendalian intern, manajemen risiko serta penyelenggaraan fungsi audit intern.

3
Lalu bagaimana aspek peranan komisaris dan direksi terhadap fungsi SKAI ini
dikaji ulang?

1.2 . Manfaat Penulisan Makalah


Selain bermanfaat bagi penulis secara pribadi, penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca selaku pelaku maupun pengamat dunia
audit diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui Apakah yang di maksud dengan Satuan Kerja Audit
Internal?
2. Mengetahui bagaimana pihak internal dan eksternal mereview Satuan
Kerja Audit Internal?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Selain bertujuan untuk menulis atau membuat makalah ini, penulis
dengan Satuan Kerja Audit Internal?
2. Ingin mengetahui secara jelas pihak internal dan eksternal mereview
Satuan Kerja Audit Internal.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Institute of Internal Audit (IIA) sebagai ikatan internal auditor di Amerika
yang dibentuk pada tahun 1941 merumuskan definisi internal audit sebagai
berikut:
Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity
designed to add value and improve an organizations operations. It helps an
organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined
approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control,
and governance processes.
Internal audit adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif dan
konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan
pengendalian dan proses tata kelola.

Definisi SKAI yang termuat dalam SPFAIB adalah


Satuan kerja yang melaksanakan fungsi audit intern. Penugasan nama/istilah
untuk sauan kerja tersebut dapat ditetapkan oleh masing-masing bank.
SKAI adalah satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian
internal,dan memastikan bahwa manajemen risiko telah diterapkan seuai dengan
ketentuan danregulasi yang ada. SKAI harus independen terhadap Satuan Kerja
Manajemen Risikodan Satuan Kerja Operasional Bank

2.2 Fungsi SKAI


Bank Indonesia melalui PBI nomor 1/6/PBI/1999 telah mempertimbangkan
pentingnya menjaga dan mengamankan kegiatan usaha Bank dengan mewajibkan
pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank yang efektif melalui pembentukan Satuan
Kerja Audit Internal (SKAI).Fungsi Audit Internal Bank sangat penting karena
peranan yang diharapkan dari fungsi tersebut untuk membantu semua tingkatan
manajemen dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana

5
dari masyarakat luas. Dengan penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal
Bank (SPFAIB) diharapkan fungsi tersebut dapat berjalan dengan benar dan sesuai
dengan ukuran minimal yang harus dipatuhi oleh semusa Bank Umum di Indonesia.
Dengan SPFAIB juga diharapkan juga adanya penjabaran dari misi, kewenangsn,
interdependensi, dsan ruang lingkup dari audit internal.

Sesuai dengan ketentuan SPFAIB, misi dari audit internal adalah


terpenuhinya secara baik kepentingan bank dan masyarakat penyimpan dana. Hal
ini perlu dikemukakan karena sebagai badan usaha, di dalam bank terdapat dan
bertemu berbagsi macam kepentingan dari pihak-pihak terkait, sepeerti pemilik,
manajemen, karyawan, dan nasabah. Meskipunterdapat perbedaan kepentingan di
antara pihak-pihak terkait tersebut, namun pada dasarnya kepentingan tersebut
mempunyai tujuan yang sama yaitu tercapainya bank yang sehat dan mampu
berkembang secara wajar.
Dalam kaitan tersebut, Audit Internal Bank harus dapat menempatkan fungsinya di
atas berbagai kepentingan tersebut untuk memastikan terwujudnya bank yang sehat,
berkembang secara wajar dan dapat menunjang perekonomian nasional. Agar misi
tersebut dapat terlaksana dengan baik, diperlukan mekanisme pengendalian umum
dalam setiap bank di Indonesia.
Sesuai dengan ketentuan SPFAIB tugas dan fungsi dari Satuan Kerja Audit Internal
(SKAI) adalah sebagai berikut :

1. Membantu Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan menjabarkan


secara operasional perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan atas hasil
audit.
2. Auditor Internal mewakili pandangan dan kepentingan profesinya dengan
membuat analisis dan penelitian di bidang keuangan, akuntansi, operasional
dan kegiatan lainnya melalui pemeriksaan secara on-site dan pemantauan
secara off-site serta
memberi saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan
yang di-review kepada semua tingkatan manajemen.
3. SKAI harus mampu mengidentifikasikan segala kemungkinan untuk
memperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan
dana.

6
Dewan Komisaris harus menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara
Independen. Dalam hal ini Dewan Komisaris wajib melakukan review atas
perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit
dalam rangka menilai kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat Dewan Komisaris
berperan sebagai wakil dari Pemegang Saham.

2.3 Mekanisme pengendalian intern


SPFAIB mensyaratkan adanya pembagian tanggung jawab dan wewenang
pengawasan antara Dewan Komisaris dan Direksi harus dinyatakan dengan jelas
dalam Anggaran Dasar bank atau Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, yaitu
diatur sebagai berikut:

1. Tanggung jawab akhir pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris,


2. Dewan Komisaris mengevaluasi hasil temuan pemeriksaan oleh SKAI,
3. Dewan Komisaris berwenang untuk meminta Direksi menindaklanjuti hasil
temuan pemeriksaan SKAI,
4. Dewan Direksi bertanggung jawab menciptakan struktur pengendalian
intern,
5. Dewan Direksi bertanggung jawab untuk menjamin terselenggaranya
Fungsi Audit Intern bank dalam setiap tingkatan manajemen,
6. Direksi berkewajiban untuk menindaklanjuti temuan Audit Intern,
7. Direksi berkewajiban pula melaporkan kegiatan tersebut di atas kepada
Rapat Umum Pemegang Saham.

Tanggung jawab dan wewenang pengawasan antara dewan komisaris dan


direksi ini tentunya bukan hanya sekedar dinyatakan dalam anggaran dasar,
Committee Audit charter, atau dokumen-dokumen corporate governance lainnya.
Namun lebih dari itu yang lebih substansial adalah bagaimana tanggung jawab dan
wewenang pengawasan tersebut dilaksanakan secara efektif.

Secara spesifik, SPFAIB juga mensyaratkan kewajiban Dewan Komisaris untuk:

7
1. Mereview proses perencanaan audit intern;
2. Mereview pelaksanaan audit;
3. Melakukan pemantauan atas tindak lanjut hasil audit;
4. Mereview menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan
proses pelaporan keuangan.

Impelementasinya, komisaris membentuk komite audit untuk melaksanakan


kewajiban tersebut. Pelaksanaan kaji ulang difokuskan sejauhmana kewajiban
tersebut telah terlaksana secara efektif. Tidak jarang komite audit justru tidak
memiliki agenda yang jelas bagaimana kewajiban tersebut dapat terlaksana secara
efektif.

SKAI merencanakan audit intern bukan hanya sebatas rencana audit tahunan,
namun juga sampai dengan rencana individual audit saat akan dilaksanakan.
Komite audit sebagai representasi komisaris memiliki kewajiban untuk mereview
apakah proses perencanaan ini cukup memadai untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan terhadap fungsi SKAI. Bukan mustahil SKAI menyusun
rencana audit tahunan yang monoton dari periode ke periode secara sama tanpa
landasan penetapan sasaran audit yang jelas. Bahkan pelaksanaannya pun tanpa
perencanaan yang memadai. Apabila SKAI dapat melakukan audit terhadap kinerja
pencapaian business plan auditee-nya, lalu siapa yang melakukan review terhadap
audit plan SKAI sendiri.

Dalam pelaksanaan audit, SKAI dapat melakukan audit terhadap auditee sejauh
mana kepatuhannya terhadap kebijakan, prosedur dan peraturan yang berlaku.
Komisaris melalui komite audit juga memiliki kewajiban untuk mereview apakah
SKAI juga telah melaksanakan fungsinya sesuai dengan kebijakan, prosedur dan
peraturan yang berlaku. Suatu hal yang ironis apabila SKAI memiliki egoisme
terhadap auditee untuk mematuhi kebijakan, prosedur (standar operating
procedures/SOP) dan peraturan yang berlaku sementara SKAI tidak melakukan hal
yang sama.

8
2.4 Permasalahan Independensi Internal Auditor

Secara ideal, internal auditor dikatakan independen apabila dapat


melaksanakan tugasnya secara bebas dan obyektif. Dengan kebebasannya,
memungkinkan internal auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan tidak
berpihak. Tentu saja, hal ini bukanlah perkara mudah. Di sisi lain, internal auditor
banyak menghadapi permasalahan dan kondisi yang menghadapkan internal auditor
untuk mempertaruhkan independensinya. Kata internal saja sudah berbau tidak
independen.

Sebagai karyawan atau pekerja, internal auditor mendapatkan penghasilan


dari organisasi di mana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat bergantung
kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Disini internal auditor menghadapi
ketergantungan hasil kerja dan kariernya dengan hasil auditnya. Internal auditor
sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menghadapi dilema
ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin mempengaruhi atau tidak
menguntungkan kinerja dan karirnya. Independensi internal auditor akan
dipengaruhi oleh pertimbangan sejauh mana hasil internal audit akan berdampak
terhadap kelangsungan kerjanya sebagai karyawan atau pekerja.

Pengaruh ini dapat berasal dari manajemen atau dari kepentingan pribadi
internal auditor. Sebagai contoh misalnya direktur perusahaan memberikan batasan
terhadap internal auditor untuk tidak mengakses data atau melakukan pemeriksaan
terhadap penggajian karyawan. Pembatasan ini merupakan pembatasan terhadap
independensi internal auditor, namun apabila hal tersebut tidak dipatuhi maka sama
halnya internal auditor akan menghadapi konsekwensi sanksi sebagai karyawan.
Sebaliknya, bila internal auditor memiliki akses terhadap data penggajian tersebut
akan berpotensi munculnya kepentingan pribadi internal auditor sebagai karyawan
perusahaan.

Kondisi lain yang sangat berpotensi mempengaruhi independensi internal


auditor adalah banyaknya pihak yang berkepentingan di dalam sebuah organisasi
bisnis. Kepentingan pihak-pihak eksternal serta kepentingan pihak-pihak internal

9
organisasi seringkali berbeda. Di satu pihak, manajemen perusahaan ingin
menyampaikan informasi mengenai pertanggunjawaban pengelolaan dana yang
berasal dari pihak luar, di lain pihak, pihak eksternal ingin memperoleh informasi
yang andal dari manajemen perusahaan. Konflik dalam sebuah internal audit akan
berkembang pada saat internal auditor mengungkapkan informasi tetapi informasi
tersebut oleh manajemen tidak ingin dipublikasikan kepada pihak eksternal atau
informasi tersebut dibatasi.

Kondisi ini akan sangat menyulitkan internal auditor karena harus


berhadapan dengan kepentingan manajemen internal. Independensi, integritas serta
tanggung jawab internal auditor terhadap profesi dan masyarakat akan
dipertaruhkan dengan menempatkan internal auditor sebagai bagian dari
kepentingan manajemen internal organisasi. Contoh yang kongkrit adalah internal
auditor suatu bank memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil auditnya kepada
Bank Indonesia sebagai regulator secara periodik. Itu artinya laporan tersebut akan
berpotensi dipengaruhi oleh kepentingan manajemen bank yang bersangkutan agar
tidak membawa dampak merepotkan manajemen karena adanya sanksi dari Bank
Indonesia.

Selain menghadapi perbedaan kepentingan dengan pihak eksternal, internal


auditor juga harus menghadapi kepentingan-kepentingan pihak internal organisasi
yang tidak jarang pula berbeda-beda, bahkan bertentangan. Dalam kondisi ini,
internal auditor berpotensi dijadikan tunggangan konflik kepentingan pihak-
pihak tertentu. Disinilah sikap obyektif internal auditor akan mencerminkan
independensinya. Internal auditor harus menjaga agar tidak muncul prasangka atau
pendapat dari pihak manapun bahwa internal auditor berpihak pada kepentingan
tertentu. Inilah yang disebut independen dalam penampilan. Sebagai contoh adanya
ketidakpuasan karyawan atau pihak tertentu karena gaji atau suatu jabatan, dimana
internal auditor diharapkan dapat menyambung lidah sehingga keluhan mereka
ditindaklanjuti oleh manajemen puncak. Atau contoh lain adanya persaingan
ditempat kerja sehingga salah satu pihak berusaha menjatuhkan pihak lainnya
dengan memanfaatkan internal auditor.

10
Pengaruh terhadap independensi internal auditor terkadang tidak bersifat
langsung terhadap hasil audit yang dihasilkan oleh internal auditor. Namun
demikian intervensi tersebut dapat mempengaruhi kinerja internal audit termasuk
mempengaruhi internal auditor dalam menetapkan ruang lingkup dan metodologi
auditnya. Contohnya adalah dalam kondisi internal audit merupakan salah satu
departemen/divisi di dalam perusahaan. Kondisi tersebut menempatkan pimpinan
internal auditor juga berperan sebagai pimpinan departemen/divisi.

Peranan ini kemungkinan besar memiliki keterbatasan wewenang dan


tanggung jawab yang hampir sama dengan pimpinan departemen/divisi yang lain.
Pimpinan Departemen SDM dan Pesonalia misalnya, dapat memutasikan atau
memindahkan karyawan Departemen Internal Audit (dalam hal ini adalah internal
auditor) ke departemen lainnya. Demikian pula sebaliknya, karyawan di
departemen yang dianggap kurang qualified di bidang tersebut ditempatkan sebagai
internal auditor.

2.5 Review Terhadap SKAI

Perbankan merupakan industri yang sangat terikat pada peraturan karena


merupakan lembaga yang dipercaya untuk menyimpan dan menyalurkan dana
masyarakat., pemerintah dan lembaga lainnya. Kepercayaan ini serta seluruh
kasus dan permasalahan bank menjadi tanggung jawab manajemen (komisaris,
direksi dan seluruh lapisan manajemen) bank tersebut. Beragam kepentingan akan
masuk dalam manajemen bank ini. Pemilik saham/modal, komisaris, direksi,
karyawan bahkan nasabah dan debitur memiliki kepentingan yang beragam. Audit
intern bank (SKAI) harus dapat menempatkan fungsinya dia atas berbagai
kepentingan tersebut untuk bahwa sasaran dan tujuan bank yang telah direncanakan
dapat tercapai dan memastikan terwujudnya bank yang sehat, berkembang secara
wajar dan dapat menunjang perekonomian nasional.

11
Salah satu fungsi manajemen adalah pengendalian (Controlling). Di sinilah
fungsi keberadaan SKAI yang bertanggung jawab membantu manajemen bank
untuk memastikan bahwa internal control cukup memadai dan telah berjalan
sebagaimana mestinya. Beberapa literatur menyatakan berbagai tanggung jawab
audit intern yang antara lain harus membantu pimpinan/direksi dan dewan
pengawas dengan cara melakukan pemeriksaan, evaluasi, pelaporan dan
memberikan rekomendasi perbaikan mengenai tingkat kecukupan internal control
dan efektivitas proses pengelolaan risiko.

Demikian pula SKAI bank. SKAI diharapkan berperan dalam membantu


semua tingkatan manajemen bank dalam mengamankan kegiatan operasional bank
yang melibatkan dana masyarakat luas. Kedudukan SKAI beberapa di bank, masih
terdapat paradigma dan sikap dari pemilik bank, manajemen bank, atau pengurus
bank yang mempengaruhi fungi dan kinerja SKAI bank antara lain :

1. SKAI hanya merupakan cost center yang tidak banyak memberikan


sumbangsih dalam pencapaian tujuan/sasaran bank. SKAI dianggap
sebagai asessoris saja karena merupakan keharusan dari Bank Indonesia.
Keberadaan SKAI menjadi kurang efektif dan berfungsi setengah hati.
Kerja SKAI hanya sebatas menemukan temuan tanpa wewenang tindak
lanjut. Orientasi pelaksanaan audit lebih mengamankan kepentingan
pemilik atau manajemen bank terlebih dahulu dibandingkan kepentingan
nasabah atau otoritas moneter dan pemerintah.
2. Paradigma SKAI sebagai cost center yang tidak memberikan profit atau
benefit ini juga berakibat SKAI tidak memperoleh sumber daya yang
memadai untuk mampu melaksanakan fungsinya secara optimal. Minimnya
sarana, prasarana, dana serta kuantitas dan kualitas SDM menambah beban
bagi pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan keberadaan SKAI di bank.
3. Ketiga, SDM/tenaga auditor SKAI menjadi permasalahan tersendiri.
Banyak auditor bank yang ada saat ini, yang memasuki dunia audit bank
karena terpaksa atau bahkan karena tidak memperoleh kesempatan dan
posisi yang baik di bagian yang lain sehingga akhirnya terbuang ke SKAI.

12
Karena menjadi auditor bank oleh sebagian orang dianggap tidak memiliki
karir sebaik di bidang-bidang perbankan lainnya misal
pemasaran/marketing.

Permasalahan-permasalahan tersebut juga tidak terlepas dari performance


SKAI sendiri. SKAI bersifat statis, menyusun rencana audit, melaksanakan audit,
mencari temuan, menyusun laporan dan memonitor tindak lanjut temuan audit,
demikian dari tahun ketahun. Bekerja rely on checklist, fokus pada kepatuhan
(compliance) dan sebagai watchdog yang ditakuti.

2.5.1 Pelaksanaan Supervisi Dan Review Intern SKAI Yang Wajib


Dilakukan

SPFAIB Bab I.6.1 Kebijakan Umum, menyebutkan bahwa hubungan


SPFAIB dengan standar yang lain, adalah; bank yang secara organisatoris atau
karena hal lain harus mengikuti standar dari lembaga lain atau dari organisasi
induknya, baik di dalam maupun di luar negeri, seperti Norma Pemeriksaan Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD, atau Standards For The Professional Practice
of Internal Auditing (The Institute of Internal Auditors), dalam pelaksanaan fungsi
Audit Internnya minimal harus memenuhi ukuran-ukuran yang telah ditetapkan
dalam SPFAIB. Adapun pelaksanaan pengendalian mutu audit ini merupakan
standar yang tercantum dalam SPFAIB Bab III. Hal ini sesuai dengan Standar 560,
Guidelines, and interpretations The Institut of Internal Auditors, Standard 560
Quality Assurance. Petunjuk detail bagaimana pelaksanaannya memang tidak
diatur dalam SPFAIB, namun IIAI memberikan kerangka bagaimana seharusnya
hal ini dilakukan.

1. Supervisi yang harus dilakukan oleh Supervisor Tim Audit SKAI terhadap
pelaksanaan audit dari seluruh anggota tim dalam pelaksanaannya banyak
menghadapi permasalahan. Baik karena ketidak pahaman, kemampuan
untuk melakukan supervisi yang lemah, perencanaan kerja audit yang
kurang terkoodinir, atau sebab-sebab lainnya. Padahal supervisi sangat

13
diperlukan untuk memperoleh kualitas audit yang baik. Supervisi terhadap
pekerjaan Auditor Intern harus dilakukan secara berkesinambungan untuk
memastikan adanya kepatuhan terhadap standar audit, kebijakan, prosedur
dan program audit yang telah disusun. Masalah supervisi pelaksanaan
pekerjaan audit oleh auditor SKAI bank meliputi banyak aspek. Baik dari
segi manajemen tim audit itu sendiri, sampai pada cara kerja,
pengadmisntrasian kertas kerja sampai dengan laporan itu dibuat yang
kesemuanya seharusnya mengacu pada standar yang ditetapkan yakni
SPFAIB. Dalam pelaksanaanya para auditor pemula sering terjebak pada
pekerjaan audit yang tidak material sehingga justru persoalan yang
signifikan dan material terabaikan, atau bahkan ketika jangka waktu audit
mendekati selesai baru dilakukan auditnya. Hal ini diperlukan suatu
supervisi dari para auditor senior untuk mengarahkan serta menunjukan
areal mana yang perlu konsentrasi dengan memperhatikan aspek risiko dari
transaksinya.
2. Review Intern. Auditor intern juga harus melakukan review secara
berkesinambungan atas kualitas pekerjaan audit yang mereka hasilkan.
Kualitas pekerjaan auditor akan tampak dari Laporan Hasil Audit yang
disampaikan. Secara terus menerus hal ini dievaluasi dengan cara mereview
laporan itu. Analisis temuan untuk menemukan suatu sebab yang paling
dasar dari adanya penyimpangan adalah hal yang paling penting. Jadi bukan
hanya penyimpangan atau temuan saja yang diberikan komentar. Tapi justru
menemukan sebab yang paling dasar adalah obat yang paling mujarab untuk
perbaikan selanjutnya. Cara kerja dan administrasi audit, penyusunan kertas
kerja, internal audit questioner yang dibuat auditor untuk bahan penyusunan
laporan perlu juga ditelaah secara mendalam oleh senior auditor terhadap
anggota tim auditnya. Kegiatan seperti ini seharusnya berjalan
berkelanjutan.

14
2.6 Review Ekstern Terhadap SKAI

Untuk menilai mutu audit yang dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern,
maka fungsi audit internal bank harus direview oleh lembaga eksternal sekurang-
kurangnya sekali dalam 3 tahun. Review ini harus dilaksanakan oleh lembaga
ekstern yang memiliki kompetensi dan independensi dan tidak mempunyai
pertentangan kepentingan.Yang bisa melakukannya oleh salah satu dari ;

1. The Institut of Internal Auditors


2. Konsultan Manajemen
3. Internal auditor dari luar organisasi
4. Kantor Akuntan Publik.

Laporannya harus memuat pendapat tentang hasil kerja satuan kerja audit intern
dan kepatuhannya terhadap SPFAIB serta perbaikan yang mungkin dilakukan dan
hasil dari review tersebut harus disampaikan ke Bank Indonesia. Adapun pendapat
dari team review ekstern akhirnya akan berupa simpulan kriteria sebagai berikut:

1. Fully Complies. Kebijakan, prosedur, panduan audit intern dan internal


audit charter yang ada telah sesuai dengan standar SPFAIB. Deviasi yang
ditemukan dan dilaksanakan dianggap minor.
2. Adequately Complies.Kebijakan, prosedur, panduan audit intern dan
internal audit charter yang ada, perlu perbaikan dan dilengkapi sesuai
dengan standar SPFAIB. Walaupun demikian defiasi yang ditemukan dan
dilaksanakan tidak menghalangi/mengganggu SKAI dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.
3. Does Not Complies. Kebijakan, prosedur, panduan audit intern dan internal
audit charter yang ada, perlu perbaikan agar sesuai dengan standar SPFAIB.
Defiasi yang ditemukan dan dilaksanakan, serius dan signifikan
mengganggu atau mehalangi SKAI dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.

Review ekstern ini setidak-tidaknya mencakup :

15
1. Evaluasi kepatuhan Satuan Kerja Audit Intern bank terhadap SPFAIB,
meliputi penilaian kebijakan dan prosedurnya.
2. Menilai kualitas operasional Satuan Kerja Audit Intern.
3. Memberikan rekomendasi untuk peningkatan fungsi audit intern.

2.6.1 Survey Auditee

Langkah pertama melakukan survey ke auditee, untuk menilai


efektivitas dari SKAI. Hal yang terpenting dari survey ini adalah
mengidentifikasikan hambatan-hambatan utamanya dulu. Contoh dibawah ini
memperlihatkan betapa luasnya cakupan survey tersebut.

Diisi tingkatan Satuan Kerja Audit Intern di Bank (((.)))


menurut penilaian auditee.

No PERTANYAAN 1 2 3 4
Independensi (SPFAIB bab I.3)
1 Apakah penempatan SKAI dalam organisasi
sudah objektif
2 Obyektivitas dari para internal auditor
Kecakapan Profesional (SPFAIB-bab II)
3 Kecakapan teknis auditor intern
4 Profesionalisme dari auditor intern
5 Keterampilan berkomunikasi dari para auditor
intern
Lingkup dari pekerjaan (SPFAIB-Bab IV)
6 Mancakup seluruh areal kerja bank
7 Memberitahukan kepada Anda tentang tujuan
dan lingkup audit internnya
8 Menyampaikan kepada Anda saran-saran pada
area audit yang dilakukannya
Kinerja dari Pelaksanaan Auditnya (SPFAIB-
BabV)
9 Feedback kepada Anda tentang temuan audit
selama audit berlangsung
10 Jangka waktu dari audit
11 Lamanya waktu penyusunan laporan audit
12 Akurasi dari temuan audit
13 Nilai/kulaitas dari temuan audit
14 Klarifikasi dari laporan audit

16
15 Manfaat dari audit intern tersebut
16 Langkah tindak lanjut SKAI
17 Manajemen SKAI (SPFAIB bab III)
18 Anda mengerti tujuan dan manfaat dari
pekerjaaan
19 Ke-efektifan dari manajemen
20 Apa yang Anda sukai dari pelaksanaan audit
intern selama ini.........
22 Apa yang paling Anda tidak sukai dari
pelaksanaan audit intern selama ini........
23 Komentar tambahan lainnya .........
Keterangan : Baik Sekali: 4, Baik : 3, Kurang Baik : 2 , Buruk : 4

Survey ini perlu dijaga kerahasiaannya, sehingga para auditee bebas


mengemukakan penilaiannya secara obyektif terhadap internal auditor. Survey ini
juga dikirimkan melalui pos pada auditee yang jauh dari jangkauan (luar kota).
Diharapkan masukan yang diperoleh akan memberikan gambaran yang benar-benar
obyektif.

Wawancara dan Survey. Untuk tingkatan manajemen tertentu, seperti senior


manajemen, dewan komisaris, atau komite audit akan dilakukan kunjungan dalam
rangka menggali informasi. Kriteria untuk evaluasi dari respons survey auditee.
Dari data hasil survey tersebut dilakukan evaluasi atas angka-angkanya serta
ditafsirkan serta didiskusikan bersama Kepala SKAI diharapkan mampu
menafsirkan hasil survey tersebut. Hasil survey ini diharapkan mampu mengungkap
hubungan yang unik antara aktivitas auditor intern dalam hubungannya dengan
auditee.

2.6.2 Review dari Fungsi Internal Audit di Desentralisasikan

Ada beberapa bank yang melakukan desentralisai fungsi dari internal audit,
misalnya di kantor-kantor cabang terdapat institusi yang melakukan review dari
internal control. Kegiatan ini juga perlu dilakukan review, Hal ini harus nampak
dalam internal audit charter, ada dalam buku pedoman serta sistem dan
prosedurnya. Kegiatan departemen yang melakukan review terhadap internal
control ini termasuk yang harus direview secara periodik. Serta dilihat bagaimana
hubungannya dengan SKAI. Apakah hal-hal yang dikerjakan dalam kaitan ini

17
masih sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SPFAIB. Efesiensi yang
diinginkan dari adanya perluasan bagian ini, adalah untuk meningkatkan kualitas,
atau karena luasnya organisasi. Yang penting adalah meyakinkan kecukupan dan
fungsi penilaian internal control ini berjalan. Review compliance dari program
internal control ini merupakan tambahan dari review ekstern untuk menilai kinerja
keseluruhan. Perluasan dari program internal control ini dapat menggantikan juga
ketergantungan yang tinggi kepada dokumentasi formal dari charter, sistem dan
prosedur dan struktur organisasi, tentunya juga diharapkan melahirkan efektifitas
internal review terhadap departemen tersebut.

1. Self Study Report.

Self study report merupakan informasi berharga untuk team review Ini perlu
disiapkan dengan supervisi dari kepala SKAI berkisar 2 sampai 3 minggu sebelum
dilakukan review ekstern dilakukan. Laporan ini meliputi ; dokumen dasar, laporan
keuangan, policy manual, dan sebagainya., data statistik tentang organisasi dan
bagian-bagiannya. Diskusi tentang departemen-departemen (objektives, lingkup
audit, personil, dan sebagainya), Serta data lainnya. Laporan ini disampaikan
kepada team review. Review ini mencakup seluruh kegiatan dari satuan kerja audit
intern bank. meliputi ;

A. Review kepatuhan pada standar SPFAIB Independensi, SKAI harus


direview tingkat independensinya, untuk itu team review perlu menelaah
chart organisasi dan internal audit charternya. Review dan evaluasi internal
audit charter atau dokumen lainnya yang berhubungan dalam kaitannya
dengan independensi. Review catatan hasil rapat Direksi atau komite audit
yang relevan untuk menilai hubungannya dengan Satuan Kerja Audit Intern.
Review charts organisasi, uraian tentang posisi, pedoman internal audit,
satement dari respomsibilitas dan dokumen lain yang berhubungan yang
menguraikan pelaporan dan tanggung jawab satuan kerja audit intern.
B. Review pelaksanaan pemutusan persetujuan anggaran dan pengaruhnya
pada independensi. Review anggaran keuangan satuan kerja audit intern dua
tahun terakhir yang meliputi;

18
a. Membandingkan anggaran dengan realisasi pengeluaran, serta
mendiskusikan bila ada perbedaan yang signifikan dengan kepala
satuan kerja audit intern
b. Memberi catatan bila ada perbedaan jumlah signifikan antara dua
anggaran tahunan dan mendiskusikan dengan kepala satuan keja
audit intern.
C. Review Profesionalisme auditor intern. Profesionalisme para auditor intern
perlu di telaah. Untuk itu direview dan evaluasi latar belakang pendidikan
dari staff audit, pendidikan berkelanjutan (continuing proffesional
education) dan penilaian kinerjanya. Bagaimana internal auditors mematuhi
ketentuan tentang tanggung jawab terhadap profesi. Bagaimana personil
satuan kerja audit intern memahami kode etik SPFAIB Bab. II. 3.2. Etika
Auditor Intern. Review dan evaluasi fasilitas yang tersedia untuk referensi
dan kepustakaan satuan kerja audit intern. Bagaimana organisasi
mengadopsi suatu kebijakan untuk memastikan bahwa kepala satuan kerja
audit intern mengetahui dengan cepat orang yang dicurigai melakukan
kecurangan. Bagaimana auditor intern mematuhi tanggung jawabnya dalam
kaitan menghalangi, mendeteksi, memeriksa dan melaporkan kecurangan.
Evaluasi pelaksanaan supervisi untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan
proses lanjutan. Selanjutnya disimpulkan apakah konsistensi dan kecukupan
dari supervisor tersebut.
D. Review Ruang Lingkup Pekerjaan auditor intern. Review dan evaluasi
rencana kerja jangka panjang satuan kerja audit intern dan
mengkonfirmasikan bagaimana cara mendifinisikan, mengukur, dan
pemberian persetujuan manajemen/direksi atas rencana tersebut. Lihat
hubungan rencana kerja SKAI dengan rencana operasi bank yang spesifik
beserta anggarannya. Untuk itu digunakan Analisa risiko dan audit planning
program. Kemudian ditaksir progress dari satuan kerja audit intern dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut. Evaluasi dengan standar SPFAIB Bab
IV.1 & 2 dapat dicapai (tentang ruang lingkup)

19
E. Review tentang Specialized Audit Skill. Review dilakukan untuk
meyakinkan bahwa SKAI memiliki pengetahuan mengenai ilmu yang
berkaitan dengan kegiatan perbankan seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum,
perpajakan dan masalah-masalah keuangan, metode kuantitatif/statistik dan
memahami prinsip-prinsip Pengolahan Data Elektronik. Dalam
penerapannya, masing-masing Auditor Intern tidak perlu memahami
seluruh bidang di atas, akan tetapi SKAI secara keseluruhan harus
mempunyai personil yang memahami disiplin ilmu di atas.

Kesimpulan dari temuan-temuan Review meliputi;

1.Self Study Report yang lengkap dari satuan kerja audit intern dan dilakukan
verifikasi oleh team.

2. Catatan dari hasil wawancara.

3. Simpulan dari Auditee Survey.

4. Individual audit review summary.

5. Simpulan kertas kerja dari individual audit review.

6.Temuan awal dan hal-hal untuk pertimbangan lebih jauh (findings &
recommendations) dilengkapi oleh team setelah; Review audit, Verifikasi
dari Self Study, Wawancara dan Review dari kesimpulan auditee survey
dilakukan Proses Evaluasi.

Kriteria evaluasi terhadap SKAI didifinisikan sebagai berikut ;

1. Fully Complies
2. Adequately Complies
3. Does Not Complies.

Team Review harus menjawab pertanyaan berikut :

1. Apakah panduan audit intern, dan internal audit charter yang


diimplementasikan sesuai standar SPFAIB menggambarkan aplikasi dari
kebijakan organisasi aktivitas audit intern?

20
2. Apakah panduan audit intern dan internal audit charter telah memadai dan
mengacu pada standar SPFAIB?
3. Apakah sisdur panduan audit intern dan ketentuan internal audit charter
sesuai?
4. Apakah deviasi dari formal sisdur (panduan audit intern) dan internal audit
charter, signifikan dan seberapa serius terhadap SKAI dalam melaksanakan
tanggung jawabnya ?

BAB III
PENUTUP

Simpulan

Perkembangan teknologi dan akses informasi yang semakin cepat, persaingan


global yang semakin ketat, peraturan dan ketentuan yang selalu berubah dan
tuntutan corporate governance bagi kepentingan seluruh stakeholder (pemegang
kepentingan) menuntut perubahan dan penyesuaian terhadap gaya dan teknik
manajemen bank. Paradigma SKAI juga mulai bergerak dan semakin dituntut untuk
menunjukkan keberadaan, tugas dan peranan, fungsi, serta tanggung jawabnya
dalam membantu manajemen.Untuk mengemban hal tersebut, SKAI dan auditor
SKAI harus memiliki kode etik dan perlu memiliki sikap, perilaku, kompetensi,
keahlian, kecermatan professional (proficiency and due professional care), sumber
daya serta tata cara kerja yang memadai dan qualified. Hal tersebut dapat dinilai
melalui mekanisme review/evaluasi oleh pihak intern ekstern maupun
ekstern.Dengan mempertimbangkan independensi, obyektivitas, kepentingan,
ruang lingkup evaluasi, benchmarking rekomendasi, kompetensi dan kecermatan
profesi, maka review yang dilaksanakan oleh pihak ekstern dapat lebih memberikan
nilai tambah.Di lain pihak, review ekstern terhadap SKAI bank diatur SPFAIB
Bank Indonesia yang mewajibkan fungsi audit intern bank harus direview oleh
lembaga ekstern sekurang-kurangnya sekali dalam 3 tahun dan hasil review harus
disampaikan kepada Bank Indonesia. Oleh karena itu tidak jarang review SKAI
oleh pihak ekstern dilaksanakan dalam rangka memenuhi kewajiban

21
tersebut.Pertanyaan terakhir akan ditujukan kepada manajemen bank. Apakah saat
ini dan untuk yang akan datang tidak merasakan manfaat dan tidak membutuhkan
keberadaan, fungsi, tugas dan peranan SKAI? Apabila ya, maka review oleh pihak
ekstern hanya merupakan biaya untuk memenuhi ketentuan SPFAIB Bank
Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://internalaudit-karmacon.blogspot.co.id/2010/02/review-ekstern-terhadap-
kinerja-satuan.html
https://roufique.wordpress.com/tag/skai/

22

Anda mungkin juga menyukai