Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

PASAR MODAL SYARIAH

Dosen Pengampu : Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc.

OLEH :

Nama : Fadhlan Zikrah Sanubari


NPM : 20320035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN
KOTA BAUBABU
2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,
penulis dapat menyelesaiakan makalah berjudul ”Pasar Modal Syariah” tepat
waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Matakuliah Pengantar Ekonomi


Syariah yang diberikan oleh Ibu Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc. selaku dosen Mata
kuliah Pengatar Ekonomi Syariah. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas
semua bimbingannya untuk menyelesaikannya.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menghadapi banyak kendala,


namun dengan bantuan banyak orang, semua masalah tersebut dapat dilalui..
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna dalam susunan dan
isinya. Maka dari itu penulis berharap kritik dari para pembaca dapat membantu
penulis dalam menyempurnakan makalah selanjutnya.

Baubau, 9 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Definisi Pasar Modal Syariah .................................................................3


2.2 Karakteristik dan Manfaat Pasar Modal Syariah ....................................5
2.3 Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia .............................................7
2.4 Instrumen Pasar Modal di Indonesia ......................................................8
2.4.1 Saham Syariah...........................................................................11
2.4.2 Obligasi Syariah ........................................................................12
2.4.3 Surat Berhargah Syariah Negara (SBSN)..................................13
2.4.4 Reksadana Syariah ....................................................................14
2.4.5 Efek Berangun Aset Syariah (EBA) .........................................17
2.4.6 Warran Syariah..........................................................................18
2.4.7 Dana Investasi Real Estate (DIRE)............................................18
2.5 Resiko Berinvestasi di Pasar Modal Syariah..........................................19
2.5.1 Resiko Daya Beli (Purchasing Power Risk) ...........................19
2.5.2 Resiko Bisnis (Business Risk).................................................19
2.5.3 Resiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) ............................19
2.5.4 Resiko Pasar (Market Risk) ....................................................20
2.5.5 Resiko Liquiditas (Liquidity Risk) .........................................20
2.6 Strategi Pengembangan Pasar Modal Syariah........................................20

iii
BAB III PENUTUP ..........................................................................................22
3.1 Kesimpulan.............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan surga bagi pelaku investasi untuk menanamkan modalnya.


Hal ini terlihat sejak Indonesia belum merdeka, pihak asing telah menanamkan
modalnya dan merambah ke berbagai bidang perdagangan. Investasi itu diawali
dengan hadirnya bangsa Portugis yang datang ke Selat Malaka pada tahun 1511
untuk berdagang rempah-rempah yang pada saat itu sedang laku keras di berbagai
negara. Investasi asing di Indonesia terus berlanjut, seperti investasi yang dilakukan
oleh Inggris dan China.

Investasi di bidang pasar modal Indonesia dimulai sejak pemerintahan Hindia


Belanda yang mendirikan Bursa Efek di Batavia (Jakarta) 14 Desember 1912 sebagai
cabang Amserdamse Effectenbureurs.

Pasar modal saat itu berfungsi sebagai sumber pembiayaan perusahaan dan
menggali pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh di Indonesia.
Aktivitas pasar modal ini terhenti ketuka terjadi perang Dunia ke-II. Ketika Indonesia
merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada tahun 1950. Pengaktivan pasar
modal di Jakarta ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat tentang
Bursa Nomor 15 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1952 yang berkaitan dengan pasar modal. Seiring dengan
perkembangan zaman Undang-Undang mengenai pasar modal ini telah mengalami
berbagai perubahan.

Adapun mengenai pasar modal syariah terdapat dalam Fatwa DSN-MUI


No.80/DSN-MUI/tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan
Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Dan sejak November 2007
Bapepam dan LK telah mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar
saham syariah yang ada di Indonesia. Keberadaan DES tersebut kemudian
ditindaklanjuti oleh BEI dengan meluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) pada tanggal 12 Mei 2011. Yang isinya terdiri dari seluruh saham syariah yang

1
tercatat di BEI. Dengan adanya Fatwa dan ISSI diharapkan dapat meningkatkan
keyakinan masyarakat bahwa investasi syariah di pasar modal Indonesia sudah sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah sepanjang memenuhi kriteria yang ada di dalam fatwa
tersebut.

Karena latar belakang inilah akhirnya penulis berkeinginan untuk mengambil


tema dalam makalah yang akan penulis susun, dengan judul Pasar Modal Syariah..

.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian dari Pasar Modal Syariah ?
1.2.2 Apa saja Karakteristik dan Manfaat Pasar Modal Syariah ?
1.2.3 Bagaimana Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia ?
1.2.4 Apa Saja Instrumen Pasar Modal di Indonesia ?
1.2.5 Apa resiko Resiko Berinvestasi di Pasar Modal Syariah ?
1.2.6 Bagaimana Strategi Pengembangan Pasar Modal Syariah?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat ditetapkan tujuan dari Makalah
ini adalah untuk Mengetahui :

1.3.1 Definisi Pasar Modal Syariah


1.3.2 Karakteristik dan Manfaat Pasar Modal Syariah
1.3.3 Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia
1.3.4 Instrumen Pasar Modal di Indonesia
1.3.5 Resiko Berinvestasi di Pasar Modal Syariah
1.3.6 Strategi Pengembangan Pasar Modal Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pasar Modal Syariah

Secara etismologis, istilah pasar digunakan kata bursa, exchange, dan market.
Sedangkan untuk istilah modal sering digunakan kata “efek,”securities,dan stock.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang
dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek,perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan serta lembaga yang profesi yang berkaitan dengan efek.adapun yang
dimaksud dengan efek adalah surat berharga,yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyerahan kontrak
ivestasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek.

Dalam perkembangannya, pasar modal dikenal juga dengan nama bursa efek.
Bursa efek menurut pasal 1 ayat (4) UU no. 8 tahun 1996 tentang pasar modal
adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau/ sarana
untuk memepertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Sebelum tahun 2007, bursa efek di
indonesia dikenal dengan nama bursa efek jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES) (kasmir 2008). Kemudian pada tanggal 30 oktober 2007 BES dan BEJ
dimerger dengan nama bursa efek indonesia (BEI).dengan demikian, sat ini hanya
ada satu pelaksana bursa efek indonesia, yaitu bei.bagi pasar modal syariah, listing-
nya dilakukan dijakarta islamic indeks yang telah diluncurkan sejak 3 juli 2000.

Berikut pengertian pasar modal menurut para ahli:

1) Menurut Dahlan Siamat (2004) pasar modal dalam pengertian sempit dan
sederhana adalah suatu tempat yang terorganisasi dengan efek-efek
diperdagangkan, yang disebut Bursa Efek. Bursa Efek atau stock exchange
adalah sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli
efek yang dilakukan, baik secara langsung maupun melalui wakil- wakil ya.

3
Fungsi Bursa Efek, antara lain menjaga konstitusi pasar dan menciptakan
harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.
Definisi pasar modal dalam arti luas adalah pasar konkret atau abstrak yang
mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan Dana
jangka panjang yaitu jangka 1 tahun ke atas.
2) Tjipto darmadji dkk. (2000) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
baik dalam bentuk utang maupun Modal sendiri.
3) Menurut Kasmir (2008 kurang tutup pasar modal dalam arti sempit
merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan
transaksi titik artinya, pembeli dan penjual langsung bertemu untuk
melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat
pertemuan di pasar titik dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat
transaksi antara pembeli dan penjual Yang pembeli dan penjual nya tidak
harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu langsung tetapi dapat
dilakukan melalui sarana informasi yang ada seperti sarana elektronika.

Penjual dalam pasar modal adalah perusahaan yang membutuhkan modal


(emiten) sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal.
Adapun pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan
yang menurut pertimbangan mereka dinilai menguntungkan (al-arif 2012).

Adapun pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip Syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi
dan terlepas dari hal-hal yang dilarang oleh syariat. Seperti unsur riba, perjudian,
bersifat spekulasi, dan lain-lain. Pasar modal syariah secara prinsip sangat berbeda
dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen Syariah sudah diterbitkan di
pasar modal Indonesia seperti dalam bentuk saham dan obligasi dengan kriteria
tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah..

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme

4
perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Efek syariah adalah
efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal yang akad pengelolaan perusahaan dan cara penerbitan yang memenuhi
prinsip-prinsip syariat. Adapun prinsip-prinsip syariat adalah prinsip yang
didasarkan oleh ajaran Islam yang penetapan dilakukan oleh DSN-MUI fatwa.

2.2 Karakteristik dan Manfaat Pasar Modal Syariah

Secara faktual, pasar modal pada dasarnya menjalankan dua fungsi secara
stimulan. Pertama, fungsi ekonomi dengan mempertemukan dua pihak yaitu pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Kedua fungsi
keuangan yaitu memberikan kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik
dana melalui investasi. Dalam konteks fungsi keuangan pasar modal berperan
sebagai sarana bagi perusahaan usaha atau sarana bagi pihak perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari
pasar modal dapat digunakan untuk mengembangkan usaha, penambahan modal
kerja, dan lain-lain. Adapun bagi investor pasar modal menjadi sarana bagi mereka
untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham obligasi Reksadana, dan
lain-lain.

Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang


apabila diukur dari waktunya merupakan modal jangka panjang atau diatas 1 tahun.
Oleh karena itu, bagi emiten, hal tersebut sangat menguntungkan mengingat masa
pengembangan terlatih panjang, baik yang bersifat kepemilikan maupun yang
bersifat obligasi. bagi pemilik saham hal tersebut dapat pula menjual sahamnya
kepada pihak lain, apabila membutuhkan dana atau tidak ingin lagi menjadi
pemegang saham pada perusahaan yang bersangkutan. adapun bagi modal yang
bersifat obligasi jangka waktunya relatif terbatas dalam waktu tertentu dan dapat pula
dialihkan ke pemilik lain jika tidak dibutuhkan lagi sebagaimana halnya modal yang
bersifat kepemilikan.

Saat ini kondisi dan eksistensi pasar modal sering menjadi tolak ukur
Kemajuan perekonomian suatu Negara. pasar modal memungkinkan percepatan

5
pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
memanfaatkan dana langsung dari masyarakat tanpa harus menunggu Tersedianya
dana dari operasi perusahaan. Beberapa manfaat pasar modal, yaitu:

1) Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha


2) Memberikan sarana investasi bagi investor
3) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
4) Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan
iklim usaha yang sehat
5) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik
6) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek
7) Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan Resiko
yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi
investasi.
8) Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses
kontrol sosial.

Seperti juga fungsi pasar modal dalam konteks perekonomian secara umum
keberadaan pasar modal syariah secara umum berfungsi sebagai berikut:

1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis


dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya
2) Yang memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya untuk
mendapatkan likuiditas
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan Lini produksinya
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham, yang merupakan ciri umum pasar modal konvensional
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.

6
2.3 Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa


Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT.
Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal
3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan
dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah
disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan
prinsip syariah.

Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung
dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi
syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT.
Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah
pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.

Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan


institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut.
Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada
tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam
dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia.

Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah


ditandai dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun
2003. Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk
dalam struktur organisasi Bapepam dan LK, dan dilaksanakan oleh unit setingkat
eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi mengembangkan pasar
modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri yang ada, pada tahun 2006
unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi unit setingkat eselon III.

7
Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan
Bapepam dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan
Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah
di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK
menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah
pertama kali oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.

Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan


disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan
hukum untuk penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada
tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan
SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.

Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan


terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah..

2.4 Instrumen Pasar Modal di Indonesia

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah surat berharga ( efek) yang
umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Sifat efek yang diperdagangkan di
pasar modal (Bursa Efek,) biasanya berjangka waktu panjang. Instrumen yang
paling umum diperjualbelikan melalui Bursa Efek antara lain saham, obligasi, right,
obligasi konversi. Adapun pasar modal syariah secara khusus memperjualbelikan
efek Syariah. Efek syariah adalah efek yang akad pengelolaan perusahaan atau cara
penerbitan memenuhi prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran Islam
yang penetapan dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Secara umum
ketentuan penerbitan efek Syariah haruslah Sesuai dengan prinsip syariah di pasar
modal. Prinsip-prinsip Syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip hukum Islam
dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa dewan Syariah nasional

8
Majelis Ulama Indonesia DSN MUI), baik fatwa dsn-mui yang ditetapkan dalam
peraturan Bapepam dan LK maupun fatwa dsn-mui yang telah diterbitkan melalui
diterapkannya peraturan Bapepam dan LK.

Pasar modal syariah emiten yang menerbitkan efek Syariah harus memenuhi
kriteria berikut:

a. Jenis usaha produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan
efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat.
Adapun yang dilarang dalam transaksi syariah adalah:
1) najsy, yaitu melakukan penawaran palsu
2) bai al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (syariah) yang
belum dimiliki (short selling)
3) insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang
4) menimbulkan informasi yang menyesatkan
5) margin trading yaitu melakukan transaksi atas efek Syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian efek Syariah tersebut
6) ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian dan/ atau
mengumpulkan suatu efek Syariah untuk menyebabkan perubahan
harga efek Syariah dengan tujuan mempengaruhi pihak lain.
b. Jenis kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah antara lain:
1) perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
2) lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional
3) produsen distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram
4) produsen distributor, dan/atau penyedia barang barang ataupun jasa yang
merusak moral atau bersifat mudharat

9
5) melakukan investasi dalam emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (Misbah) utang perusahaan pada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya..
c. Emiten atau perusahaan public yang bermaksud menerbitkan efek syariah
wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai
dengan syariah atas efek syariah yang dikeluarkan. Akad syariah yang
digunakan berdasarkan peraturan bapepam-LK 0.IX.A.13 tentang penerbitan
efek syariah, dan peraturan No.IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan
dalam penerbitan efek syariah dipasar modal :
1) Ijarah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak yang memiliki barang atau
jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau
pengguna jasa untuk menyerahkan hak pengguna atau pemanfaatan atas
suatu barang, dan/atau memberikan jaksa yang dimiliki pemberi sewa
atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan/atau upah
(ujrah), tanpa diikuti dengan berahlinya ha katas kepemilikan barang
yang menjadi obek ijarah.
2) Khafalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak penjamin
(kafiil/guarantor) berjani memberikan jaminan kepada pihak yang
dijamin (makfuul’anhul/ashil/debitor) untuk memenhi kewajiban pihak
yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu/kreditor).
3) Mudharabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang
menyediakan dana (shahhib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha
(mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelola (mudharib)
berjanji untuk mengelola dana tersebut
4) Wakalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak yang memberi kuasa
(muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa
(wakil) yang melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.
d. Emiten atau perusahaan public yang menerbitkan efek syariah wajib
menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah
dalam memiliki sharia compliance officer (SCO).

10
e. Dalam emiten atau perusahaan public yang menerbitkan efek syariah seaktu-
waktu tidak memenuhi persyaratan, maka efek yang diterbitkan dengan
sendirinya sudah bukan sebagai efek syariah.

Sampai saat ini, efek-efek syariah menurut fatwa DSN MUI No. 40/DSN-
MUI/X/2003 tentang pasar modal mencakup saham syariah, oblogasi syariah, reksa
dana syariah, kontrak investasi kolektif efek beragun asset (KIKEBA) syariah, dan
surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Belakangan,
instrument keuangan syariah bertambah dalam fatwa DSN-MUI Nomor:65/DSN-
MUI/III/2008 tentang hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) syariah dan
fatwa DSN-MUI Nomor:66?DSN-MUI/III/2008 tentang waran syariah pada
tanggal 6 maret 2008.

2.4.1 Saham Syariah


Saham atau stocks adalah suatu bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
pada suatu perusahaan terbatas. Saham yang dimiliki seseorang dapat menjadi
bukti bahwa yang bersangkutan adalah bagian dari pemilik perusahaan. Semakin
besar saham yang dimilikinya, semakin besar pula kekuasaannya diperusahaan
tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama dividen.
Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan laporan keungan berdasarkan
RUPS yang menentukkan beberapa dividen yang dibagi dan laba ditahan.
Selain itu, adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder, pemegang
saham dimungkinkan memperoleh capital again, yaitu selisih antara harga beli dan
harga jual saham. Akan tetapi,pemegang saham juga harus siap menghadapi risiko
capital loss yang merupakan kebalikan dari capital again serta risiko likuiditas,
yaitu ketika perusahaan yang sahamnya dimuliki dinyatakan bangkrut oleh
pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan,hak klaim dari pemegang saham
mendapat priorotas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi (dari
hasil penjualan kekayaan perusahaan). Pada pasar sekunder atau dalam aktivitas
perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham menagalami fluktuasi, baik
berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi Karena
adanya permintaan atau penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga

11
saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Keuntungan yang
diperoleh dari memegang saham adalah sebagai berkut :
1) Deviden, yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan
dari laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai
maupun dalam bentuk saham
2) Rights, merupakan hak untul memesan efek lebih dahulu yang diberikan
oleh emiten
3) Capital Gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli
saham pasar modal/
2.4.2 Obligasi Syariah
Obligasi atau bonds secara konvesional merupakan bukti utang dari emiten
yang dijamin oleh penanggung yang mengadung janji pembayara bunga atau
janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh
tempo (siamat, 2004). Disini obligasi merupakan instrument utang bagi
perusahaan yang hendak memperoleh modal. Pendapatan yang diperoleh berupa
bunga yang biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan atau deposiyo.
Umumnya bunga diterima sesuai dengan klausul kontrak, ada yang setiap 3
bulan, ada yang 4 bulan, da nada yang setiap tahun. Pemegang obligasi
mendapatkan hak untuk dilunasi terlebih dahulu apabila emiten bangkrut.
Disamping itu, investasi obligasi juga bisa mendapatkan capital gain bila saat
menjual obligasi mendapat diskon pada saat pembelian.
Obligasi syariah sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
diwajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/ margin/ fee, serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, pemegang obligasi syariah akan
mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga, melainkan dalam bemtuk
bagi hasil (margin/fee).

12
Menurut huda dan heykal (2010), ada beberapa alasan mengapa obligasi
syariah dibutuhkan, yaitu sebagai berikut :
a. Perpektif Pasar Modal,Mencakup :
1) Pengembangan pasar modal syariah secara lebih luas sebagai
implikasi dari mastreplan pasar modal yang dicanangkan bapepam
LK
2) Pengembangan instrument-instrumen syariah dipasar modal, baik
pasar primer maupun sekunder
3) Bentuk pendanaan yang inovatif dan kompetitif sehingga semakin
memperkaya pengemangan produk yang ada dipasar modal
4) Kebutuhan alternative instrument investasi berdasarkan islam seiring
dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan islam
b. perspektif emitem, mencakup :
1) Mengembangkan akses pendanaan untuk masuk kedalam institusi
keuangan non konvesional
2) Memperoleh sumber pendanaan yang kompetitif
3) Memperoleh struktur pendanaan yang inovatif dan menguntungkan
4) Memberikan alternative investasi kepada masyarakat pasar modal.

2.4.3 Surat Berhargah Syariah Negara (SBSN)

Surat berharga syariah Negara selanjutnya disingat SBSN, atau dapat


disebut sukuk Negara, adalah surat berharga Negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadapa asset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. SBSN memiliki
karakteristik sebagai berikut.

1) Bukti kepemilikan suatu asset berwujud atau hak manfaat (beneficial title);
pendapatan berupa imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad
yang digunakan.
2) Terbebas dari unsur riba, gharar, dan masyir
3) Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose vehicle (SPV).

13
4) Memerlukan underlying asset (sejumlah tertentu asset yang akan menjadi
objek perjanjian (underlying asset). Asset yang menjadi objek perjanjianharus
memiliki nilai ekonomis, dapat berupa asset berwujud atau tidakberwujud,
termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun.
Fungsi Underlying Asset tersebut adalah :
a) Menghindari Riba
b) Prasyarat untuk dapatdiperdagangkannya sukuk pasar sekunder
c) Menentukan Jenis Struktur susuk.
5) Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Sukuk Negara diterbutkan dengan tujuan:.

1) Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran Negara


2) Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah
3) Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah
4) Diverifikasi basis investor
5) Mengembangkan alternative instrument investasi
6) Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik Negara
7) Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring, oleh system
keuangan konvesional

2.4.4 Reksadana Syariah


Reksa dana syarih adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik
harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi, begitu pula
pengelolaan dana investasi sebagai wakil shihab al-mal dengan penggunaan
investasi.
Fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/OX/2000 mendefinisikan reksa dana
syariah sebagai reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-
mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun

14
antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan penggunaan
investasi. Selain itu, fatwa DSN MUI pun memuat antara lain:
1) Dalam reksa dana konvesional masih terdapat unsur-unsur
yangbertentangan dengan islam baik dari segi akad, pelaksanaan
investasi maupun dari segi pembagian keuntungan.
2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai
dengan islam, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran
umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha,
penempatan pada deposito dalam bank umum syariah, dan surat utang
yang sesuai dengan islam.
3) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan islam antara lain tidak boleh
melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga
keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang atau jasa
yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilih dan pelaksanaan
investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak
boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar) diantaranya tidak boleh
melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki,
insider trading/menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan
informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta
melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih
dominan dari modalnya.
4) Emiten dinyatakantidak layak berinvestasi dalam reksa dana syariah jika
struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari
utang, pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur
riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82%
(utang 45%, modal 55%), manajemenemiten diketahui bertndak
melanggar prinsip usaha yang islami.
5) Mekanisme operasioanl reksa dana syariah terdiri dari: wakalah antara
manajer investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manajer
investasi dengan pengguna investasi.

15
6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:
a) pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manajer
investasi) dan pengguna invstasi berdasarkan proposi yang
ditentukan dalam akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada
jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal;
b) pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan
c) manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko
kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena
kelalaian.
7) Penghasil investasi yang dapat diterima dalam reksa dana syariah
adalah:
a) Dari Saham dapat berupa :
 Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi
dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam
bentuk saham.
 Right merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang
diberikan oleh emiten
 Capital gain yang merupakam keutungan yang diperoleh dari
jual beli saham di pasar modal.
b) Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima
secara periodic dari laba emiten
c) Dari surat berharga pasar uang sesuai dengan islam: bagi hasi yang
diterima oleh issuer.
d) Dari deposito dapat berupa: bagi hasil yang diterima dari bank-bank
islam
Pada dasarnya Setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur utama yaitu
keuntungan dan resiko. Keuntungan dalam menginvestasikan dananya melalui
Reksadana adalah sebagai berikut( udah dan Haikal, 2010).
1) ingkat likuiditas yang baik. Likuiditas di sini adalah kemampuan untuk
mengelola uang masuk dan keluar dari reksadana.

16
2) Manajer profesional, Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang
handal ia Mencari peluang prestasi yang paling baik untuk tersederhana
tersebut.
3) Diversifikasi adalah istilah investasi di saat anda tidak menempatkan
seluruh dana yang dimiliki dalam satu peluang investasi dengan maksud
membagi risiko.
4) Biaya rendah, karena rasa dana merupakan kumpulan dana dari banyak
investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi akan
menghasilkan biaya transaksi murah.

Selain keuntungan, menurut Huda dan Haikal (2010), ada pula risiko yang
terjadi pada epistasi di Reksadana, yaitu:

1) Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik


2) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
3) Risiko wanprestasi oleh pihak-pihak terkait
4) Risiko likuiditas
5) Risiko kehilangan kesempatan transaksi investasi pada saat pengajuan
klaim asuransi

2.4.5 Efek Berangun Aset Syariah (EBA)


Efek beragun asset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak
investasi kolektif EBA syariah yang portofolionya terdiri atas keuangan berupa
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tigihan yang timbul pada
kemudian hati, jual beli pemilik asset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat
investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/ arus kas
serta asset keuangan setara, yang disesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan peraturan OJK No. 20/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan
Persyaratan Efek Beragun Aset Syariah, Efek beragun aset syariah (EBA
syariah) yang diterbitkan di pasar modal Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu:

17
1) EBA syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif antara manajer
investasi dan bank kustodian (KIK-EBAS) adalah efek beragun aset
yang portofolio (terdiri dari aset keuangan berupa piutang, pembiayaan
atau aset keuangan lainnya), akad dan cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
2) EBA syariah berbentuk surat partisipasi (EBAS-SP) adalah Efek
Beragun Aset Syariah yang diterbitkan oleh penerbit yang akad dan
portofolionya (berupa kumpulan piutang atau pembiayaan pemilikan
rumah) tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal serta
merupakan bukti kepemilikan secara proporsional yang dimiliki bersama
oleh sekumpulan pemegang EBAS-SP.
2.4.6 Warran Syariah
Fatwa DSN-MUI Nomor:66/DSN-MUI/III/2008 tentang warran syariah
pada tanggak 6 maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi dipasar modal
tidak hanya berhenti pada instrument efek yang bernama saham saja, tetapi juga
pada produk derivatifnya. Produk turunan saham (derifativ) yang dinilai sesuai
dengan kriteria DSN adalah warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham dengan
imbalan (warran), seorang pemegang saham diperbolehkan untuk mengalihkan
pemelikan sahamnya kepada orang lain denga mendapat imbalan.
Mekanisme warran bersifat opisional, yaitu warran merupakan hak untuk
membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah
ditetapkan pula.

2.4.7 Dana Investasi Real Estate (DIRE)


Berdasarkan peraturan OJK No. 30/POJK.04/2016 tentang Dana Investasi
Real Estat Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, yang di maksud dengan
Dana Investasi Real Estat Syariah (DIRE Syariah) adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan pada aset real estat, aset yang berkaitan dengan real
estat, dan/atau kas dan setara kas yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
di pasar modal.

18
DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dikatakan memenuhi
prinsip syariah di pasar modal jika akad, cara pengelolaan dan aset real estat, aset
yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas, tidak bertentangan
dengan prinsip syariah di pasar modal sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK
tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.

2.5 Resiko Berinvestasi di Pasar Modal Syariah


Menurut soemitra (2006), risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya
berkaitan dengan keungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility).
2.5.1 Resiko Daya Beli (Purchasing Power Risk)
Investor mencari atau memilih jenis investasi yang memberikan
keuntungan yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan investasi yang
dilakukan sebelumnya. Seain itu, investor mengharapkan memperoleh
pendapatan atau capital gain dalam waktu yang tidak lama. Akan tetapi, apabila
investasi tersebut memerlukan waktu 10 tahun untuk mencapai 60% keuntungan
sementara tingkat inflasi selama jangka waktu tersebut telah naik melebihi
100%, investor akan menerima keuntungan yang daya belinya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan keuntungan yang dapat diperoleh semula.
2.5.2 Resiko Bisnis (Business Risk)
Risiko bisnis adalah risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba
yang akan mengurangi kemampuan perusahaan (emiten) membayar imbalan
(bunga dalam konvesional) atau dividen.
2.5.3 Resiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Ditengah-tengah system keuangan global yang masih dikelilingi oleh
system bunga saat ini, naiknya tingkat bunga akan menekan harga jenis surat-
surat berharga yang berpendaatan tetap, termasuk harga-harga saham. Biasanya
kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrument
pasar modal. Risiko naiknya tingkat bunga akan menurunkan harga-harga
dipasar modal. Oleh karena itu, investor di pasar modal syariah harus

19
memosisikan dirinya sebagai rekan bagi perusahaan yang siap berbagi laba dan
rugi
2.5.4 Resiko Pasar (Market Risk)
Apabila pasar bergairah (bulish) umumnya hampir semua harga saham di
bursa efek mengalai kenaikan. Sebaliknya, apabila pasar lesu (bearish), saham-
saham akan ikut pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat
menyebakanharga surat berharga anjlok terlepas dari adanya perubahan
fundamental ayas kemapuan perolehan laba perusahaan
2.5.5 Resiko Liquiditas (Liquidity Risk)
Risiko ini berkaitan dengan kemampuannsuatu surat berharga untuk
dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti

2.6 Strategi Pengembangan Pasar Modal Syariah


Dalam rangka mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang memiliki motif
investasi yang didasari prinsip syariah dan dilandasi akan keyakinan potensi
berkembangnya pasar modal syariah yang akan menjadi salah satu pilar penunjang
industry pasar modal Indonesia, badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan
(bapepam LK) kementrian keuangan republic Indonesia (RI) telah menyusun master
plan pasar modal Indonesia (2005-2009). Didalamnya terdapat dua strategi utama
pengembangan pasar modal berbasis syariah, yaitu:
1) Penyusunan kerangka hukum yang dapat memfasilitasi pengembangan
pasarmodal berbasis syariah dan mendorong pengembangannya
2) Mendorong pengembangan serta penciptaan produk-produk pasar modal
berbasis syariah. Bursa efek Indonesia (BEI) dan danareksa investment
management (DIM) pada tahun 2000 teleh meluncurkan Jakarta Islamic
index (JII) yang tediri dari 30 saham yang sesuai dengan prinsip syariah.

Selanjutnya, dua strategi utama tersebut dijabarkan bapepam-LK dalam


implementasi strategi, yaitu:

1) Mengatur penerapan prinsip syariah


2) Menyusun standar akuntansi

20
3) Melakukan sosialisasi penerapan prinsip syariah dipasar modal dalam
rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman pelaku pasar
4) Mengembangkan produk pasar modal berbasis syariah yang telah ada
5) Menciptakan produk pasar modal berbasis syariah yang baru
6) Melakukan kerja sama pengkajian pengembangan produk pasar modal
berbasis syariah antara regulator, DSN-MUI, dan pelaku pasar

Pada tanggal 23 november 2006, ketua bapepam-LK kemenkeu RI talah


menerbitkan dua buah peraturan terkait pasar modal syariah, yaitu: (1) peraturan No.
IX.A. 13 tentang penerbitan efek syariah, dan (2) peraturan No.IX.A.14 tentang
akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah dipasar modal. Pada tahun-
tahun berikutnya, juga akan disusun ketentuan mengenai standar akuntansi dan
sertifikasi profesi yang terkait dengan pasar modal syariah. Untuk pengembangan
produk, bapepam-LK telah bekerja sama dengan dewan syariah nasional (DSN)
sehingga emiten tidak perlu lagi mendapatkan persetujuan DSN dalam proses
penerbitan efek syariah.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bursa efek menurut pasal 1 ayat (4) UU no. 8 tahun 1996 tentang pasar modal
adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau/ sarana
untuk memepertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Adapun pasar modal syariah secara
sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip
Syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang
oleh syariat. Seperti unsur riba, perjudian, bersifat spekulasi, dan lain-lain.

Beberapa manfaat pasar modal, yaitu: 1)Menyediakan sumber pembiayaan


(jangka panjang) bagi dunia usaha 2)Memberikan sarana investasi bagi investor
3)Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
4)Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan iklim
usaha yang sehat 5)Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik 6)Memberikan
kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek 7)Alternatif
investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan Resiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi.
8)Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol
sosial.

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa


Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT.
Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal
3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan
dananya secara syariah

Adapun pasar modal syariah secara khusus memperjualbelikan efek Syariah.


Efek syariah adalah efek yang akad pengelolaan perusahaan atau cara penerbitan

22
memenuhi prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapan
dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Secara umum ketentuan penerbitan
efek Syariah haruslah Sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal.

Risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya berkaitan dengan keungkinan


terjadinya fluktuasi harga (price volatility)..

23
DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma .2015 . Pengantar Ekonomi Syariah. Pustaka Setia. Bandung


Bursa Efek Indonesia. 2018. IDX Syariah, Dikutip dari https://www.idx.co.id/idx-
syariah/ diakses pada 10 Agustus 2021.

24

Anda mungkin juga menyukai