Anda di halaman 1dari 26

AKAD MUDHARABAH, AKAD MUSYARAKAH

DAN AKAD MURABAHA

Dosen Pengampu : Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc.

OLEH :

Nama : Fadhlan Zikrah Sanubari


NPM : 20320035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

ASFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN

KOTA BAUBABU

2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,
penulis dapat menyelesaiakan makalah berjudul ”Akad Mudharabah, Akad
Mussyarakah dan Akan Murabaha” tepat waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Matakuliah Pengantar Ekonomi


Syariah yang diberikan oleh Ibu Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc. selaku dosen Mata
kuliah Pengatar Ekonomi Syariah. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas
semua bimbingannya untuk menyelesaikannya.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menghadapi banyak kendala,


namun dengan bantuan banyak orang, semua masalah tersebut dapat dilalui.
Semoga Allah SWT memberkati mereka. Penulis menyadari bahwa tulisan ini
masih kurang sempurna dalam susunan dan isinya. Maka dari itu penulis berharap
kritik dari para pembaca dapat membantu penulis dalam menyempurnakan
makalah selanjutnya.

Baubau, 29 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

2.1 Akad Mudharabah ..................................................................................3


2.1.1 Pengertian Akad Mudharabah ........................................................3
2.1.2 Karakteristik akad Mudharabah.......................................................4
2.1.3 Landasan Syariah Akad Mudharabah..............................................4
2.1.4 Rukun dan Ketentuan syariah Mudharabah.....................................8
2.1.5 Manfaat Akad Mudharabah.............................................................9
2.2 Akad Musyarakah ..................................................................................10
2.2.1 Pengertian akad Musyarakah.......................................................10
2.2.2 Karakteristik akad Musyarakah....................................................11
2.2.3 Landasan syariah Akad Musyarakah..........................................11
2.2.4 Rukun dan ketentuan syariah Musyarakah..................................13
2.2.5 Manfaat Akad Musyarakah..........................................................14
2.3 Akad Murabaha .....................................................................................15
2.3.1 Pengertian Akad Murabahah........................................................15
2.3.2 Karakteristik Akad Mubarahah...................................................16
2.3.3 Landasan Syariah Akad mubarahah.............................................17
2.3.4 Rukun dan Ketentuan Syariah Mubarahah..................................18
2.3.5 Manfaat Akad Mubarahah............................................................19

iii
BAB III PENUTUP ..........................................................................................21
3.1 Kesimpulan.............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….22

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut undang-undang No. 14 tahun 1967 yang membahas tentang pokok-


pokok perbankan bahwa lembaga keuangan adalah badan ataupun lembaga yang
kegiatannya menarik hasil dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya
kepada masyarakat kembali. Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 792 tahun 1990 telah dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah
semua badan usaha yang berada dibidang keuangan yang melakukan penghimpunan
dana, menyalurkan dana kepada masyarakat terutama dalam memberikan biaya
investasi pembangunan.

Pada saat sekarang ini perbankan yang berkembang di Indonesia ada dua yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syariah. Bank konvensional menurut undang-
undang No. 10 tahun 1999 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf rakyat banyak. Sedangkan perbankan syariah menurut undang-undang No.10
tahun 1999 tentang perbankan adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.

Prinsip umum dalam perbankan syariah merupakan perbankan yang


berlandaskan pada bagi hasil. Secara umum prinsip bagi hasil dalam bank syariah
menggunakan empat akad utama, yaitu: musyarakah mudharabah, muzara’ah, dan
musaqah. Namun yang banyak digunakan dalam bank syariah adalah mudharabah
dan musyarakah.

Pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah tidak hanya diselesaikan dengan
akad mudharabah dan musyarakah. Tetapi, bank syariah juga dapat melakukan
pembiayaan dengan akad jual beli dan sewa. Dengan akad jual beli dan sewa, bank
syariah akan memperoleh pendapatan yang bersifat lebih pasti. Secara umum akad

1
jual beli dan sewa dalam perbankan syariah adalah murabahah, ba’i salam, ba’i
istisna, ijarah dan ijarah wa iqtina.

.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan akad Mudharabah, Musyarakah, dan
Murabaha ?
1.2.2 Apa Saja Karakteristik dari Akad Mudharabah, Musyrakah dan
Murbaha ?
1.2.3 Apa dalil dalil yang membahas Akad Mudharabah, Musrakah dan
Murbahah ?
1.2.4 Apa Rukun dan ketentuan syariah dari akad Mudharabah, Musyarakah,
dan murabaha ?
1.2.5 Apa manfaat dari Akad Mudharaba, Musyarakah, dan Murabaha

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat ditetapkan tujuan dari Makalah
ini adalah untuk Mengetahui :

1.3.1 Definisi dari akad Mudharabah, Musyarakah, dan Murabaha


1.3.2 Karakteristik dari Akad Mudharabah, Musyrakah dan Murbaha ?
1.3.3 Dalil-dalil yang membahas Akad Mudharabah, Musrakah dan Murbahah
1.3.4 Rukun dan ketentuan syariah dari akad Mudharabah, Musyarakah, dan
murabaha
1.3.5 Manfaat dari akad Mudharaba. Musyarakah, dan Murabaha

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Akad Mudharabah


2.1.1 Definisi Akad Mudharabah
Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik
dana(Shibabul Maal) Kepada pengelola dana (Mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu yang sesuai Syariah dengan pembagian hasil usaha
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat
kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan, shahibul
maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
menciptakan laba yang optimal.
Pada akad ini keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengolah. Apabila kerugian yang
diakibatkan kelalaian pengelola Maka si pengelola yang bertanggung jawab atas
kerugian.
Dalam praktiknya mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu :
1. Mudharabah Muthalaqah, yaitu kerjasama dalam cakupan luas
2. Mudharabah Muqayyah, yaitu kerjasama yang dibatasi oleh waktu
spesifikasi usaha dan daerah bisnis

Dalam dunia perbankan, al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada


produk pembiayaan atau pendanaan seperti pembiayaan modal kerja. Dana untuk
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti
tabungan haji atau tabungan qurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito
biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.

3
2.1.2 Karakteristik Akad Mudharabah
Menurut Tesaurus Bahasa Indonesia, karakteristik diartikan sebagai
keistimewaan, kekhususan, keunikan, atau ciri khas, dimana hal tersebut
merupakan pembeda antara sesuatu hal dengan sesuatu hal lainnya, sehingga
orangpun akan mudah untuk mengingatnya melalui karakteristik yang dimiliki.
Berkaitan dengan hal tersebut, akad mudharabah memiliki Karakteristik yaitu :
1. Simpanan Bersifat Investasi
2. Pihak yang terlibat terdiri dari 2 pihak yaitu Shahibul maal dan
Mudharib
3. Pembagian keuntungan menggunakan sistem bagi hasil
4. Shahibul maal akan menanggung semua resiko apabila kerugian
bukan disebabkan oleh kelalaian mudharib

Berkenaan dengan karakteristik itu pula, maka dapat dilihat bahwa akad
mudharabah mengutamakan keadilan baik bagi pihak Shahibul maal maupun
pihak Mudharib, khususnya dalam hal berbagi keuntungan dan menanggung
resiko.

2.1.3 Landasan Syariah Akad Mudharabah


Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits
berikut ini:
1) Al- Qur’an
Beberapa dalil yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran yang
membolehkan akad mudharabah diantaranya adalah:
a. Qs. An-Nisa [4] : 29, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa[4]: 29)
b. QS. Al-Maidah [5]: 1, yang artinya :

4
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-
Maidah [5]: 1)
c. Qs. Al-Baqarah [2]: 283, yang artinya :
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwakepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. AlBaqarah [2]:
283).
2) Al- Hadits
a. Hadis Nabi Riwayat Thabrani:
“ Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus
menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan „Abbas
itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani
dari Ibnu Abbas).

5
b. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhayb:
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual
beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum kualitas baik dengan gandum kualitas rendah untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari
Shuhayb).
c. Hadis Nabi riwayat at-Tirmidziy dari Amr bin Awf:
“shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk
mufakat) dapat dilakukan diamtara kaum muslimin, kecuali shulh
yang mengharamkan yang haram atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syarat mereka, kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram” (HR. at-Tirmidziy dari „Amr bin „Awf)
d. Hadits Nabi dari riwayat HR. Ibnu Majah, ad-Daraquthniy, dan
Abu Sa‟id al-Khudriy
“tidak boleh membahayakan/ merugikan (orang lain) dan tidak boleh
membalas bahaya dengan bahaya” (HR. Ibnu Majah, ad-Daraquthniy,
dan yang lain dari Abu Sa‟id al-Khudriy)
3) Ijmak
Diriwayatkan sejumlah sahabat menyerahkan (kepada mudharib)
harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun
mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma.
4) Qiyas
Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.
5) Kaidah Fikih
‫ا أ أص ُل فِى ال ِ ا أي‬OO‫أنَاال أ ِ إ بَا َحةُ َ َمل ِت ْاأ ِل ُ َمعا أ أص ُل فِى ال َ أأ بَا َحةُ َ َمل ِت ْاأ ِل ُ َمع‬
‫ي ُد ُّل َدل أي ِمهَا ِ َعلَى تَ أحر‬ َ ‫ٌل ْأ َل‬
“pada dasarnya semua bentuk muamalah adalah boleh dialkukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”

6
2.1.4 Rukun dan ketentuan Syariah dari Akad Mudharabah
1) Rukun
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
a. Pelaku (Pemilik dana dan Pengelolah dana)
Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama sebagai pemilik modal (shahibul maal), sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib)
b. Obyek mudharabah (modal dan kerja)
obyek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan
yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan
modalnya sebagai obyek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha
menyerahkan kerjanya sebagai obyek mudharabah.
c. Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak)
Persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari
prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela).
d. Nisbah keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah. Nisbah
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang
bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya,
sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan
modalnya.
2) Syarat Mudharabah
Syarat-syarat mudharabah sebagai berikut :
a. Pelaku
 Dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemilik dana, sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pengelola dana,
 Keduanya harus cakap hukum, baligh dan memiliki
kemampuan untuk diwakilkan dan mewakilkan.
 Pelaku akad mudharabah tidak hanya antara muslim dengan
muslim,

7
b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
(akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
 Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
 Penerimanaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
 Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan caracara komunikasi modern.
c. Modal ialah sejumlah uang dan atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan usaha
dengan syarat sebagai berikut:
 Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
 Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai Jika
modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad.
 Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib (pengelola modal), baik secara bertahap
maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
 Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
 Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan
sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
 Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian

8
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudaharib), sebagai perimbangan
modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan
hal-hal berikut:
 Kegiatan usaha adalah hak eksklusif pengelola (mudharib),
tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
 Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
 Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan
harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
2.1.5 Manfaat Akad Mudharabah
Menurut sula ada beberapa manfaat sekaligus menjadi keunggulan dari
konsep Al mudharabah yang diterapkan dalam asuransi berdasarkan prinsip-
prinsip Syariah yaitu :
1) Bank atau asuransi akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau
hasil usaha Bank sehingga perusahaan tidak akan mengalami
negative Spread
3) Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah
4) Bank maupun asuransi akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha
yang benar-benar halal aman dan menguntungkan karena keuntungan
yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan
5) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip
bunga bagi tetap di mana Bang akan menagih penerima pembiayaan

9
nasabah 1 jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan
nasabah sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

2.2 Akad Musyarakah


2.2.1 Definisi Akad Musyarakah
Menurut bahasa Musyarakah berasal dari kata Al-syirkah / Al-ikhtilath
(Percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-
masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Menurut istilah, Musyarakah
adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana.
Pada praktik perbankan al-Musyarakah, diaplikasikan dalam hal
pembiayaan proyek.Nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama
menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari
proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dahulu
mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-Musyarakah dapat pula
dilakukan umtuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuanagan modal
ventura. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau asset non
kas.
Jenis akad musyarakah berdasarkan eksistensi terdiri dari :
1) Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak
Mengandung kepemilikan bersama yang keberadaannya muncul
apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu
kekayaan.Syirkah ini bersifat memaksa dalam hukum positif.Misalnya :
dua orang atau lebih menerima warisan atau hibah atau wasiat sebidang
tanah.
2) Syirkah Al Uqud
Yaitu kemitraan yang tercipta dengankesepakatan dua orang atau
lebih untuk bekerja sama dlam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra
berkontribusi dana atau dengan bekerja, serta berbagai keuntungan dan

10
kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap kemitraan yang sesungguhnya
karena pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk
membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan resiko.Syirkah
uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri).

2.2.2 Karakteristik Akad Musyarakah


Karakteristik musyarakah sebagaimana yang tertuang dalam PSAK 106
tentang akuntansi musyarakah, adalah:
1) para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu
usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan
maupun yang baru.
2) Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas
atau aset nonkas
3) keuntungan usaha musyarakah dibagi antara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun aset nonkas) atau sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh
para mitra. Sedangkan kerugian, dibebankan secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset
nonkas).
2.2.3 Landasan Syariah Akad Musyarakah
Secara umum, landasan dasar syariah Musyarkah tampak dalam ayat-ayat
dan hadits berikut ini:

1) Al- Quran
Beberapa dalil yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran yang
membolehkan akad musyarakah diantaranya
a. Firman Allah,” …maka mereka berserikat pada sepertiga…(an-
nisa : 12)
b. Firman Allah,“Dan, sesungguhnya kabanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada

11
sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh.”(Shaad:24)
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah
SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja
dalam surah an-nisa: 12 perkosian terjadi secara otomatis (jabr) karena
waris; Sedangkan dalam surah Shaad: 24 terjadi atas dasar akad
(ikhtiyari).
2) Al-Hadits
Hadis yang diriwayatkan oleh abu hurairah yang artinya: Rasulullah
saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfiman, „Aku pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satuhnya tidak
mengkhianati lainnya.” (HR Abu Dawud no 2936, dalam kitab al;buyu,
dan hakim)
Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-
hambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjujung tinggi
amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
3) Ijma
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mugni telah berkata, “kaum
muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara
global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen
darinya.”

2.2.4 Rukun dan ketentuan Syariah dari Akad Musyarakah


a. Unsur – unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :
1) Pelaku terdiri dari para mitra
2) Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3) Ijab qabul
4) Nisbah keuntungan (bagi hasil)
b. Ketentuan syariah
1) Pelaku : mitra harus cakap hukum dan baligh
2) Objek musyarakah:

12
c. Modal :
1) Modal yang diberikan harus tunai
2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset
perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak paten dan lisensi.
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainyaterlebih dahulu dan harus disepakati
bersama.
4) Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.
d. Kerja :
1) Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah
2) Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi
3) Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra‟
4) Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak harus
sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta bagian
keuntungan lebih besar.
e. Ijab qabul
Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi saling ridha
antara para pelaku akad.
f. Nisbah
1) Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.
2) Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.
g. Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
h. Berakhirnya akad musyarakah Jika
1) salah satu pihak menghentikan akad
2) Salah seorang mitra meninggal atau hilang akal. Dalam hal ini bisa
digantikan oleh ahli waris jika disetujui oleh para mitra lainnya.
(3) Modal musyarakah habis

13
2.2.5 Manfaat Akad Musyarakah
Tujuan dari pada syirkah itu sendiri adalah memberi keuntungan kepada
karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha koperasi
untuk mendirikan ibadah, sekolah dan sebagainya. Salah satu prinsip bagi hasil
yang banyak dipakai dalam perbankan syariah adalah musyarakah. Dimana
musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah
dan bank secara bersama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank (Antonio, 2001: 129).
Adapun manfaat-manfaat yang muncul dari pembiayaan Musyarakah
adalah meliputi:
1) lembaga keuangan akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu
pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat,
2) pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau
arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah,
3) lembaga keuangan akan lebih selektif dan hati- hati mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan,
4) prinsip bagi hasil dalam musyarakah atau musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi
(Antonio, 2001: 133-134).

Resiko yang terjadi dalam pembiayaan musyarakah, relatif tinggi, meliputi:

1) nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam


kontrak,
2) nasabah sering lalai dalam usaha dan melakukan kesalahan yang
disengaja guna kepentingan diri sendiri,
3) penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur
dan pihak lembaga keuangan sulit untuk memperoleh data sebenarnya.

14
2.3 Akad Murabaha
2.3.1 Definisi Akad Murabaha
Murabahah adalah Trasaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepaati antara penjual dan pembeli.
Yang membedakan Murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah
penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang
tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkan.
Dalam dunia Perbankann kegiatan Al-Murabahah pada pembiayaan produl
barang-barang investasi baik dalm negeri maupun luar negeri seperti Letter of
Credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
Murabahah dalam istilah fiqh merupakan suatu bentuk jual beli tertentu
ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang (al-tsaman al-awwal) dan
tingkat keuntungan yang diinginkan.15 Murabahah masuk kategori jual beli
muthlaq dan jual beli amanat. Ia disebut jual beli muthlaq karena obyek akadnya
adalah barang dan uang. Sedangkan ia termasuk kategori jual beli amanat karena
dalam proses transaksinya penjual diharuskan dengan jujur menyampaikan harga
perolehan dan keuntungan yang diambil ketika akad.
Ada dua jenis murabahah menurut Nurhayati dan Wasilah (2015:177)
yaitu:
1) Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order) Dalam
murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari membeli. Murabahah berdasarkan pesanan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Bersifat mengikat, yaitu apabila telah dipesan maka harus dibeli
b) Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan
barang tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau
membelikan barangtersebut.
2) Murabahah tanpa pesanan, murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat.
Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak ada
yang memesan, lembaga keuangan menyediakan barang dagangannya.

15
2.3.2 Karakteristik Akad Murabahah
Dalam PSAK No. 102 dinyatakan bahwa karakteristik murabahah sebagai
berikut (IAI, 2013):
1) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan..
2) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.
3) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.
4) Akad murabahah memperkenankan penawaran yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan..
5) Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan
biaya perolehanLembaga keuangan harus menyampaikan semua hal yang
berkaitandengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
utang.
6) Lembaga keuangan kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.

2.3.3 Landasan Syariah Akad Murabahah


1) Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli,
diantaranya adalah:
a) Firman Allah yang artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275). Ayat ini menunjukkan
bolehnya melakukan transaksi jual beli dan murabahah merupakan
salah satu bentuk dari jual beli.
b) Firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

16
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu” (QS. An-Nisaa:29).
c) Firman Allah yang artinya: “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia
(rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu” (QS. Al-Baqarah:198).
Berdasarkan ayat tersebut, maka murabahah merupakan upaya mencari
rezki melalui jual beli. Murabahah menurut Azzuhaili (1997., hal.3766.)
adalah jual beli berdasarkan suka sama suka antara kedua belah pihak yang
bertransaksi.
2) Al- Hadits
a) Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam: “Pendapatan yang
paling afdhal (utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli
yang mabrur”. (HR. Ahmad Al Bazzar Ath Thabrani).
b) Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:”Tiga perkara yang
didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara
tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual”
(HR. Ibnu Majah).
c) Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam akan hijrah, Abu Bakar
Radhiyallahu 'Anhu, membeli dua ekor keledai, lalu Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wassallam berkata kepadanya, "jual kepada saya
salah satunya", Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu menjawab, "salah
satunya jadi milik anda tanpa ada kompensasi apapun", Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda, "kalau tanpa ada harga saya
tidak mau".
d) Sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, menyebutkan
bahwa boleh melakukan jual beli dengan mengambil keuntungan satu
dirham atau dua dirham untuk setiap sepuluh dirham harga pokok
(Azzuhaili, 1997, hal 3766).
e) Selain itu, transaksi dengan menggunakan akad jual beli murabahah ini
sudah menjadi kebutuhan yang mendesak dalam kehidupan. Banyak

17
manfaat yang dihasilkan, baik bagi yang berprofesi sebagai pedagang
maupun bukan.
3) Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada
yang mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990.,
hal. 200.)
4) Kaidah Fiqh
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.”.

2.3.4 Rukun dan ketentuan Syariah dari Akad Murabahah


1) Rukun murabahah adalah:
a) Adanya pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu penjual dan
pembeli
b) Obyek yang diakadkan, yang mencakup barang yang
diperjualbelikan dan harga Akad/Sighat yang terdiri dari Ijab
(serah) dan Qabul (terima)
2) Syarat-syarat sebagai berikut:
a) Pihak yang berakad, harus cakap hukum dansukarela (ridha), tidak
dalam keadaan terpaksa atau berada dibawah tekanan atau
ancaman.
b) Obyek yang diperjualbelikan harus:
 Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang
 Memberikan manfaat atau sesuatu yang bermanfaat.
 Penyerahan obyek murabahah dari penjual kepada pembeli
dapat dilakukan.
 Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad.
 Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang
diterima pembeli.
c) Akad/Sighat, harus:
 Jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.

18
 Antara ijab dan qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
 Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan
keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.

2.3.5 Manfaat akad Murabahah


1) Bagi Bank

Manfaat pembiayaan murabahah bagi bank adalah sebagai salah satu


bentuk penyaluran dana untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk
margin.

2) Bagi Nasabah

Manfaat bagi nasabah sebagai penerima fasilitas adalah salah satu cara
untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari bank. Nasabah
dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak
berubah selama masa perjanjian.

19
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana(Shibabul Maal)
Kepada pengelola dana (Mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang
sesuai Syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya. akad mudharabah memiliki Karakteristik
yaitu : Simpanan Bersifat Investasi; Pihak yang terlibat terdiri dari 2 pihak yaitu
Shahibul maal dan Mudharib; Pembagian keuntungan menggunakan sistem bagi
hasil; Shahibul maal akan menanggung semua resiko apabila kerugian bukan
disebabkan oleh kelalaian mudharib. Landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha, tercantum pada Al-quran, Al-Hadits,
Ijmak,Qiyas,dan Ilmu Fiqh.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Karakteristik musyarakah sebagaimana yang
tertuang dalam PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah, adalah:
1) para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha
tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang
baru.
2) Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau
aset nonkas
3) keuntungan usaha musyarakah dibagi antara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun aset nonkas) atau sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh para
mitra. Sedangkan kerugian, dibebankan secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas).

Landasan dasar syariah Musyarkah tampak dalam ayat-ayat AL-Quran, Hadits,


Ijmak. Tujuan dari pada syirkah itu sendiri adalah memberi keuntungan kepada

20
karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha koperasi untuk
mendirikan ibadah, sekolah dan sebagainya. Salah satu prinsip bagi hasil yang
banyak dipakai dalam perbankan syariah adalah musyarakah.

Murabahah adalah Trasaksi penjualan barang dengan menyatakan harga


perolehan dan keuntungan (margin) yang disepaati antara penjual dan pembeli. Yang
membedakan Murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual
secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan
berapa besar keuntungan yang diinginkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati,wasila. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empar. Jakarta


Selatan
Syauqi Beik, Irfan, dkk. 2019. Ekonomi Pembangunan Syariah. Rajagfindo Persada.
Depok.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Rajagfindo Persada. Jakarta
Amrullah. 2016. “ANALISIS PENERAPAN PSAK No. 102 TENTANG
AKUNTANSI MURABAHAH”. Dikutip dari https://media.neliti.com
%2Fmedia%2Fpublications%2F187165-ID-analisis-penerapan-psak-no-
102-tentang-a.pdf. Diakses pada 29 juni 2021
Nursoimah, Siti, dkk. 2020. “ Risalah Hukum” dikutip dari
https://journal.fh.unmul.ac.id. Diakses pada 28 Juni 2021
Suryaningsi. 2017. “ Akad mudharabah ” dikutip dari https://eprints.walisongo.ac.id.
Diakses pada 28 juni 2021
Nabila. 2015. “Manfaat Akad Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah” dikutip
dari http://www.sanabila.com/2015/08/manfaat-mudharabah.html. Diakses
pada 28 Juni 2021.
Rosyidah. 2017. “Akad Pembiayaan” dikutip dari https://eprints.walisongo.ac.id.
Diakses pada 29 juni 2021

22

Anda mungkin juga menyukai