Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putra Oetami

Kelas : 1 A Non Reguler PSIK STIKES MSB Meulaboh

Mata Kuliah : Pendidikan dan Promosi Kesehatan

1. Kemampuan dan Perkembangan Belajar Kognitif


Kemampuan atau perkembangan belajar kognitif adalah kemampuan individu
yang berhubungan dengan aktivitas mental seperti persepsi, pikiran, ingatan, pemahaman
dan pertimbangan yang digunakan dalam pengolahan suatu informasi, mendapatkan
pengetahuan, beradaptasi terhadap lingkungannya, pemecahan suatu masalah dan
merencanakan masa depan.
Istilah kognitif berasal dari bahasa Inggris, yaitu cognitive atau cognition yang
artinya mengerti atau pengertian. Untuk selanjutnya istilah kognitif dihubungkan dengan
satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Kognitif merupakan proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif berkembang secara
bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik manusia. Kemampuan kognitif merupakan
dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Jadi proses kognitif berhubungan dengan
tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat
terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.

2. Pengertian Kemampuan Belajar Kognitif 


Berikut definisi dan pengertian kemampuan atau perkembangan kognitif dari
beberapa sumber buku: 

a. Menurut Susanto (2011), kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa.
b. Menurut Syah (2009), kognitif adalah perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
dan keyakinan.
c. Menurut Sujiono (2013), kognitif adalah kemampuan yang digunakan untuk
membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan,
memperluas kemampuan, dan melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
d. Menurut Khadijah (2016), kognitif adalah kemampuan belajar atau berpikir atau
kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru,
keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, serta
keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.
e. Menurut Desmita (2006), kognitif adalah aktivitas mental yang berhubungan dengan
persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan,
atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai,
dan memikirkan lingkungannya.

3. Aspek-aspek Perkembangan Belajar Kognitif 


Proses belajar yang melibatkan kognitif meliputi kegiatan sejak dari penerimaan
stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi
informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Menurut Daryanto (2010), Aspek belajar kognitif terbagi menjadi enam jenjang
yang disusun secara hierarki piramidal berdasarkan taksonomi Bloom , yaitu sebagai
berikut:

a. Pengetahuan (Knowledge) 
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-
ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang
paling rendah. Kemampuan mengetahui juga dapat diartikan kemampuan
mengenai fakta, konsep, prinsip, dan skill.
Dalam kegiatan belajar perkembangan kemampuan kognitif level dapat
ditunjukkan melalui; mengemukakan arti, memberi nama, memuat daftar,
menentukan lokasi tempat, dan mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu
yang terjadi, dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kata kerja operasional untuk
pencapaian indikator ranah kognitif pengetahuan meliputi; mengutip,
menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan, membilang, mengidentifikasi,
mendaftar, menunjukkan, memberi label, menandai, memilih, memberi kode,
menghafal, menyatakan, dan menulis.

b. Pemahaman (Comprehension) 
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan demikian, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai aspek. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang
lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari hafalan atau ingatan. Kemampuan memahami juga dapat diartikan
kemampuan mengerti tentang hubungan antar-faktor, antar-prinsip, antar data,
hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.
Wujud kegiatan belajar perkembangan kemampuan kognitif level dapat
ditunjukkan melalui mengungkapkan gagasan, atau pendapat dengan kata-kata
sendiri, membedakan, membandingkan, menginterpretasikan data,
mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, dan
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasional untuk
pencapaian indikator ranah kognitif pemahaman meliputi; mengubah,
mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan, menyatakan
secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri,
meramalkan, membandingkan, menghitung, menguraikan, menyimpulkan,
mencontohkan, membedakan, menjabarkan.

c. Penerapan (Application) 
Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru
dan konkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih
tinggi dari pemahaman.
Kemampuan mengaplikasikan sesuatu juga dapat diartikan menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar perkembangan kemampuan
kognitif level dapat ditunjukkan melalui; menghitung, melakukan percobaan,
membuat model, dan merancang strategi penyelesaian masalah. Kata kerja
operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif penerapan meliputi;
mengubah, menugaskan, mengurutkan, menentukan, mengalkulasi,
mengklasifikasi, membangun, menilai, menggunakan, mengadaptasi, memproses,
memecahkan dan menyusun.

d. Analisis (Analysis) 
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang
satu dengan faktor-faktor lainnya. Analisis merupakan proses berpikir yang
setingkat lebih tinggi dari penerapan atau aplikasi. Kemampuan menganalisis juga
dapat diartikan menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, dan penyelesaian
atau gagasan serta menunjukkan hubungan antar-bagian itu.
Dalam pembelajaran perkembangan kemampuan kognitif level dapat
ditunjukkan melalui; mengidentifikasikan faktor penyebab, merumuskan masalah,
mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik, dan
mengkaji ulang. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif
analisis meliputi; menganalisis, mengaudit, memecahkan, mendeteksi,
mengkorelasikan, menyimpulkan, mengaitkan, mengukur, mentransfer, dan
melatih.

e. Sintesis (Synthesis) 
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Berpikir sintesis
merupakan proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari berpikir analisis.
Kemampuan melakukan sintesis juga dapat diartikan menggabungkan
berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai
berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru.
Dalam kegiatan pembelajaran perkembangan kemampuan kognitif level
dapat ditunjukkan melalui: membuat desain, menemukan penyelesaian atau solusi
masalah, memprediksi, merancang model produk tertentu, dan menciptakan
produk tertentu. Kata kerja operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif
sintesis meliputi: mengumpulkan, mengategorikan, menghubungkan,
menciptakan, mengkreasikan, merencanakan, membentuk, merumuskan,
menampilkan, memproduksi, menggabungkan, menggeneralisasikan, dan
merangkum.

f. Penilaian (Evaluation) 
Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Misalnya jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan
yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria tertentu. Kemampuan
melakukan evaluasi juga dapat diartikan mempertimbangkan dan menilai benar
salah, baik buruk, bermanfaat dan tidak bermanfaat.
Dalam pelajaran perkembangan kemampuan kognitif level dapat
ditunjukkan melalui: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih
solusi terbaik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, menulis
laporan, membahas suatu kasus, dan menyarankan strategi baru. Kata kerja
operasional untuk pencapaian indikator ranah kognitif evaluasi meliputi;
mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memutuskan, memisahkan,
mempertahankan, memperjelas, membuktikan, memvalidasi, memilih, dan
memproyeksikan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar Kognitif 


Menurut Susanto (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan belajar
kognitif anak adalah sebagai berikut: 

a. Faktor Hereditas/Keturunan. Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori


oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, mengemukakan bahwa manusia yang
lahir sudah membawa potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh
lingkungan. Taraf intelegensi sudah ditentukan sejak lahir. Ahli psikolog Loehlin,
Lindzer dan Spuhler berpendapat bahwa taraf intelegensi 75%-80% merupakan
faktor keturunan. 

b. Faktor Lingkungan. John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam


keadaan suci seperti kertas putih yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula
rasa. Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan hidupnya. 

c. Faktor Kematangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dikatakan matang jika
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini
berhubungan dengan usia kronologis. Fisik maupun psikis dikatakan matang
apabila telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
 
d. Faktor Pembentukan. Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu
pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam sekitar). Manusia meningkatkan intelegensi untuk bertahan hidup dan
penyesuaian diri. 
e. Faktor Minat dan Bakat. Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan
merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang
akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki bakat
tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya. 

f. Faktor Kebebasan. Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar)


yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah
dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai