KAJIAN PUSTAKA
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan kreatif (Griffin, et al., 2012:36;
King, et al., 2011:1; Brookhart, 2010:3). HOTS dapat membantu siswa berpikir
proses kognitif yang akan dicapai oleh siswa. Dalam Taksonomi Bloom Revisi
11
12
Berikut ini Tabel 2.1 mengenai Taksonomi Bloom Revisi yang mengaitkan
Keterkaitan kedua dimensi pada Tabel di atas dapat terbentuk saat guru
media pembelajaran lainnya seperti gambar dan video. HOTS dapat ditingkatkan
secara rutin ketika guru melakukan aktivitas pembelajaran yang melatih siswa
dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya.
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
cara pandang yang baru dari sesuatu hal. Siswa dikatakan terampil mengkreasi
jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian
ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru
belajar siswa sebelumnya. Proses mengkreasi dapat dipecah menjadi tiga fase
yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan
14
memproduksi (producing).
Hasil dari keterampilan berpikir (thinking skills) agar siswa memiliki suatu
informasi. Pendekatan proses informasi oleh Kagan terdiri dari tiga jenis yaitu
Keterampilan berpikir yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah pada
Operasional (KKO) dalam Taksonomi Bloom. Berikut ini Tabel 2.3 klasifikasi
Pada penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas VIII Firdaus
yang terdiri dari 30 siswa dengan jenis kelamin perempuan. Beberapa hasil
antara siswa laki-laki dengan perempuan, tetapi tidak memiliki perbedaan yang
masalah antara siswa perempuan dan laki-laki termasuk pada kategori cukup baik.
seseorang, yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
aspek yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Pada penelitian
ini, hasil belajar IPS yang ingin dicapai pada sub tema B keunggulan sumber daya
alam dalam pembangunan nasional adalah pada ranah kognitif C4-C6 yang diukur
C. Pembelajaran Kooperatif
akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
hasil tes. Hal ini dikarenakan SMPS Islam Terpadu Darul Azhar merupakan salah
17
satu Sekolah Berbasis Pesantren (SBP). Selain itu, Provinsi Aceh merupakan
syariat Islam yang diterapkan oleh sekolah ini dengan melakukan pemisahan
model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Kagan and Kagan dalam
A1 A2 B1 B2
Kelompok A Kelompok B
A3 A4 B3 B4
D1 D2 C1 C2
Kelompok D Kelompok C
D3 D4 C3 C4
Gambar 2.2. Struktur model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback Adaptasi Kagan &
Kagan (2009:6.25)
18
Berikut ini format model pembelajaran Carousel Feedback pada Tabel 2.4.
Nama Kelompok :
Jenis Kegiatan :
Tulislah masukan kelompok anda !
Kelompok : Kelompok :
Nama Kelompok 1 : Nama Kelompok 2 :
Masukan Kelompok : Masukan Kelompok :
Kelompok : Kelompok :
Nama Kelompok 4 : Nama Kelompok 3 :
Masukan Kelompok : Masukan Kelompok :
proyek dari kelompok lain. Aktivitas ini berlangsung sampai semua kelompok
pada format lembar umpan balik berupa ide, gagasan ataupun masukan-masukan
Kagan & Kagan (2009: 6.24) dan Stenlev & Siemund (2011:4)
Sintak pembelajaran kooperatif Round Table dapat dilihat pada Tabel 2.6
berikut ini.
memikirkan ide. Kemudian tiap siswa akan menyampaikan ide tersebut secara
Two Stay Two Stray dan Carousel Feedback mampu meningkatkan motivasi dari
74% pada siklus I, dan 86% pada siklus 2. Hasil belajar siswa terlihat pada skor
rata-rata, meningkat 76 pada siklus I dan 85 pada siklus 2. Lanjut Effendi juga
efikasi diri siswa. Nardi (2014:11) dengan penelitian penerapan model TSTS dan
Siswa yang dilakukan di kelas V B SDI Tenda Ruteng. Data penelitian ini
Feedback untuk meningkatkan efikasi diri, motivasi, dan hasil belajar di SDI Az
peningkatan persentase siswa yang mencapai tingkat efikasi diri tinggi dan sangat
tinggi yaitu 67% pada siklus I menjadi 83% pada siklus II. Persentase motivasi
belajar siswa mencapai kategori tinggi dan sangat tinggi yaitu 75% pada siklus I
menjadi 83% pada siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari 75% pada siklus I
Feedback untuk meningkatkan hasil belajar pada materi peta siswa kelas XII IPS
perolehan kenaikan ketuntasan hasil belajar pada free tes dan post tes. Pada siklus
belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif model Round Table dan
22
Carousel Feedback (studi pada kelas VIII B SMP Negeri 2 Krucil Probolingo).
siswa pada kategori tinggi dan sangat tinggi dengan persentase 60% pada siklus I
menjadi 90% pada siklus II. Prestasi akademik siswa juga mengalami peningkatan
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan tipe Round Table
dengan Pendekatan Saintifik (Round Table-PS) pada materi fungsi ditinjau dari
kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMP Negeri Sekabupaten Sukoharjo tahun
menggunakan NHT.
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan tipe Round Table
disertai dengan Assesmen for learning (AFL) melalui Peer- Asessment pada
prestasi belajar matematika ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) siswa. Penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh prestasi belajar kooperatif tipe TSTS dan tipe
Round Table disertai dengan AFL melalui Peer- Asessment pada prestasi hasil
Feedback dan Round Table fokus pada Efikasi Diri, motivasi, keterampilan sosial
dan hasil belajar. Fokus penelitian tindakan kelas ini menekankan pada
model ini karena pada kedua model pembelajaran kooperatif ini meningkatkan
pengalaman belajar kepada siswa kemudian Round Table pada pertemuan 2 dan 4.