Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

1. Higher Orde Tinggi Skills dalam Taksonomi Bloom Revisi

HOTS merupakan suatu aktivitas berpikir siswa yang melibatkan level

kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom meliputi menganalisis,

mengevaluasi dan mengkreasi (Maftuh, 2016:19; Anderson & Krathwohl,

2015:43; Shukla & Dungsungnoen, 2016:211; Chinedu, et al., 2015:37;

Narayanan et al., 2015:4). HOTS dilakukan dalam pembelajaran untuk melatih

keterampilan berpikir siswa. Keterampilan berpikir ini didalamnya termasuk

berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan kreatif (Griffin, et al., 2012:36;

King, et al., 2011:1; Brookhart, 2010:3). HOTS dapat membantu siswa berpikir

dalam memecahkan permasalahan dengan cara mengidentifikasi setiap informasi

yang diterima, terampil menganalisis, mengevaluasi, kemudian mengkreasikan

ide/gagasannya dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Pada kerangka berpikir Taksonomi Bloom, guru harus mampu

menganalisis mata pelajaran, membelajarkan dimensi pengetahuan, dan dimensi

proses kognitif yang akan dicapai oleh siswa. Dalam Taksonomi Bloom Revisi

Anderson & Krathwohl (2015:43), yang termasuk kategori HOTS adalah

Menganalisis (Analyzing), Mengevaluasi (Evaluating) dan Mengkreasi (Creating)

sedangkan kategori LOTS meliputi Mengingat (Remembering), Memahami

(Understanding), dan Menerapkan (Applying).

11
12

Gambar 2.1. Tingkatan berpikir Taksonomi Bloom Revisi

Dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif saling terkait dalam

perancangan pembelajaran. Dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan

konseptual, faktual, prosedural, dan metakognitif. Sedangkan dimensi proses

kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi dan mengkreasi. Kedua dimensi tersebut harus terdapat dalam

setiap rancangan pembelajaran.

Berikut ini Tabel 2.1 mengenai Taksonomi Bloom Revisi yang mengaitkan

antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dalam pembelajaran.

Tabel 2.1. Dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif


Dimensi Proses Kognitif
Dimensi
Pengetahuan Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mengkreasi
Faktual
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
Sumber: Anderson & Krathwohl (2015:40)

Keterkaitan kedua dimensi pada Tabel di atas dapat terbentuk saat guru

melakukan pembelajaran dengan mengaitkan materi disertai dengan fakta-fakta,

konsep-konsep, dan melalui prosedur yang terukur. Keterkaitannya dilakukan


13

melalui pengamatan langsung ke lapangan, lembar kegiatan siswa atau media-

media pembelajaran lainnya seperti gambar dan video. HOTS dapat ditingkatkan

secara rutin ketika guru melakukan aktivitas pembelajaran yang melatih siswa

untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

Menganalisis meliputi keterampilan untuk memecah suatu kesatuan

menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut

dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya.

Kategori Analyzing terdiri kemampuan membedakan (Differentiating),

mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing). Mengevaluasi

didefinisikan sebagai keterampilan melakukan judgement berdasar pada kriteria

dan standar tertentu. Kriteria yang digunakan adalah menentukan kualitas,

efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam

menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup keterampilan untuk

membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasarkan kriteria tertentu. Adanya

kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu.

Kategori menilai terdiri dari memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing).

Mengkreasi didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau

cara pandang yang baru dari sesuatu hal. Siswa dikatakan terampil mengkreasi

jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian

ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru

sebelumnya. Proses mengkreasi umumnya berhubungan dengan pengalaman

belajar siswa sebelumnya. Proses mengkreasi dapat dipecah menjadi tiga fase

yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan
14

mengeluarkan solusi yang memungkinkan; perencanaan penyelesaian, di mana

siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan;

dan pelaksanaan penyelesaian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana.

Mengkreasi terdiri dari merumuskan (generating), merencanakan (planning), dan

memproduksi (producing).

2. Keterampilan Berpikir dalam Kagan Cooperative Learning

Hasil dari keterampilan berpikir (thinking skills) agar siswa memiliki suatu

ingatan berupa fakta-fakta yang bernilai dalam proses pembelajaran yang

diterima, terampil mengoptimalkan daya pikirnya dalam memahami,

menganalisis, menyimpulkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Keterampilan berpikir oleh Kagan dilaksanakan melalui pendekatan proses

informasi. Pendekatan proses informasi oleh Kagan terdiri dari tiga jenis yaitu

informasi pemahaman (understanding information), manipulasi informasi

(manipulation information), dan generalisasi informasi (generating infomation).

Tiap jenis memiliki spesifikasi keterampilan berpikir tersendiri.

Berikut adalah Tabel 2.2 keterampilan berpikir model pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Kagan.

Tabel 2.2. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran Kooperatif Kagan


Understanding Information Manipulation Information Generating Infomation
Recalling (mengingat) Analyzing (menganalisis) Brainstorming (asah otak)
Summarizing (meringkas) Applying (menerapkan) Synthesizing (mensintesis)
Symbolizing (menyimbolkan) Inducing (menginduksi) Predicting (memprediksi)
Categorizing (mengategorikan) Deducing (mendeduksi) Evaluating (mengevaluasi)
Role-taking (bermain peran) Problem solving (pemecahan Questioning (menanya)
masalah
Sumber: kaganonline.com, 2003.
15

Keterampilan berpikir yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah pada

memanipulasi informasi yaitu menganalisis dan mengeneralisasi informasi yaitu

mengevaluasi dan mensintesis/mengkreasi.

HOTS dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Kata Kerja

Operasional (KKO) dalam Taksonomi Bloom. Berikut ini Tabel 2.3 klasifikasi

capaian proses pembelajaran yang diharapkan:

Tabel 2.3. Klasifikasi aktivitas HOTS


Klasifikasi aktivitas HOTS Kata Operasional
Menganalisis: dapatkah peserta didik membedakan Menilai, membandingkan, mengkritik,
antara konsep-konsep yang berbeda? mengurutkan, membedakan,
menentukan, mengurutkan
Mengevaluasi: dapatkah peserta didik membenarkan Mengevaluasi, menilai, mengkritik,
suatu pernyataan atau pilihan tertentu dengan memilih/menyeleksi, menghubungkan,
memberikan alasan? memberikan pendapat
Mengkreasi: dapatkah peserta didik membuat atau Merakit, mendesain, merancang,
mengembangkan produk, teori atau sudut pandang membuat, memformulasikan.
baru berdasarkan pembelajaran?
Sumber: Anderson & Krathwohl, 2015:120-133; Narayanan et al., 2015:4.

Pada penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas VIII Firdaus

yang terdiri dari 30 siswa dengan jenis kelamin perempuan. Beberapa hasil

penelitian mengungkapkan jenis kelamin berpengaruh terhadap keterampilan

siswa dalam memecahkan permasalahan. Shukla & Dungsungnoen (2016:216);

menyatakan terdapat perbedaan keterampilan siswa dalam menyelesaikan HOTS

antara siswa laki-laki dengan perempuan, tetapi tidak memiliki perbedaan yang

signifikan. Lanjut, Sadijah (2007:139-140) dalam penelitiannya menyatakan

walaupun secara kuantitatif terdapat perbedaan, tetapi kemampuan pemecahan

masalah antara siswa perempuan dan laki-laki termasuk pada kategori cukup baik.

B. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Sedangkan Hamalik


16

(2008:33) menyatakan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada

seseorang, yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti.

Hasil belajar dalam Taksonomi Bloom Revisi diklasifikasikan dalam tiga

aspek yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Pada penelitian

ini, hasil belajar IPS yang ingin dicapai pada sub tema B keunggulan sumber daya

alam dalam pembangunan nasional adalah pada ranah kognitif C4-C6 yang diukur

dengan menggunakan instrumen tes berupa tes essay.

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh

siswa secara berkelompok, terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 4 - 5 siswa untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru

(Slavin, 2015:8). Slavin menambahkan pembelajaran kooperatif membantu siswa

untuk berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan serta mengaplikasikan

kemampuan dan pengetahuan yang siswa miliki (Slavin, 2015:5). Pembelajaran

kooperatif ini membantu siswa bekerjasama dan berpartisipasi aktif.

Kagan & Kagan (2009:1.12) Cooperative Learning can developing

higher level thinking skills. Pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan

HOTS dengan cara pembentukan kelompok yang heterogen. Arends (2013:111)

menyatakan heterogenitas dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Heterogenitas kelompok dalam penelitian ini hanya didasarkan pada kemampuan

hasil tes. Hal ini dikarenakan SMPS Islam Terpadu Darul Azhar merupakan salah
17

satu Sekolah Berbasis Pesantren (SBP). Selain itu, Provinsi Aceh merupakan

provinsi di Indonesia yang menerapkan Syariat Islam. Salah satu penerapan

syariat Islam yang diterapkan oleh sekolah ini dengan melakukan pemisahan

pembelajaran antara siswa laki-laki dengan perempuan.

D. Pembelajaran Kooperatif Carousel Feedback

Model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Kagan and Kagan dalam

bukunya Kagan Cooperative Learning. Dalam buku tersebut, pembelajaran

Carousel Feedback dapat meningkatkan beberapa capaian keterampilan meliputi

social skills, communication skills, knowledge building, processing info, thinking

skills, and presenting info (Kagan & Kagan, 2009:6.24).

Model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback menjadi salah satu

strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerjasama dalam kelompok, mengeksplorasi ide-ide yang dimiliki dengan

bertanya/ mengungkapkan gagasan dan memberikan umpan balik. Berikut ini

struktur model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback.

A1 A2 B1 B2
Kelompok A Kelompok B
A3 A4 B3 B4

D1 D2 C1 C2
Kelompok D Kelompok C
D3 D4 C3 C4

Gambar 2.2. Struktur model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback Adaptasi Kagan &
Kagan (2009:6.25)
18

Berikut ini format model pembelajaran Carousel Feedback pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Lembar format Feedback model pembelajaran Carousel Feedback.

Nama Kelompok :
Jenis Kegiatan :
Tulislah masukan kelompok anda !
Kelompok : Kelompok :
Nama Kelompok 1 : Nama Kelompok 2 :
Masukan Kelompok : Masukan Kelompok :

Kelompok : Kelompok :
Nama Kelompok 4 : Nama Kelompok 3 :
Masukan Kelompok : Masukan Kelompok :

Sumber: Kagan & Kagan (2009:13.11)

Adapun sintaks proses pembelajaran Carousel Feedback dapat dilihat pada

Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5. Sintaks model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback.


N Langkah-langkah pembelajaran Deskripsi Kegiatan Belajar
o
1 Tim berdiri di depan proyek Setiap kelompok berdiri didepan proyek kelompoknya
penugasan. masing-masing.
2 Tim berputar searah jarum jam Setiap kelompok berputar mengikuti arah jam ke
menuju proyek selanjutnya. kelompok lain (kelompok A ke B, kelompok B ke C,
kelompok C ke D, dst).
3 Untuk waktu tertentu, tim Pada saat tersebut, kelompok mendiskusikan respon
mendiskusikan reaksi dari proyek mereka terhadap proyek kelompok lain.
lain, tanpa di tulis.
4 Siswa pertama mencatat umpan Seorang anggota kelompok mencatat ataupun
balik pada papan umpan balik. menuliskan umpan balik pada format umpan balik yang
disiapkan pada setiap kelompok. Setiap anggota
kelompok memberi masukan berupa komentar positif.
5 Guru memberi aba-aba waktu. Guru menentukan waktu diskusi kelompok.
6 Tim berputar, mengobservasi, Setiap kelompok berputar, mengamati, berdiskusi,
mendiskusikan dan memberikan memberikan umpan balik pada proyek kelompok
umpan balik pada proyek berikutnya. Seorang pencatat dipilih pada setiap giliran.
selanjutnya.
7 Tim melanjutkan sampai setiap tim Setiap kelompok terus berputar mengunjungi kelompok
berputar kembali pada proyek awal, lainnya, sampai waktu yang ditentukan.
atau sampai guru memberi aba-aba
waktunya habis.
8 Tim mengkaji ulang umpan balik Setiap kelompok mengkomunikasikan hasil kerja dan
yang mereka terima dari tim-tim umpan balik dari kelompok lain.
lain. Semua anggota kelompok memberikan umpan balik
positif terhadap hasil presentasi siswa dan memberikan
kesempatan siswa lain untuk bertanya.
Sumber: Kagan & Kagan (2009:6.25)
19

Pembahasan diatas disimpulkan terdapat dua ciri utama dari pembelajaran

kooperatif Carousel Feedback. Pertama; setiap kelompok berotasi dari satu

kelompok ke kelompok lainnya. Siswa mengamati dan mendiskusikan hasil

proyek dari kelompok lain. Aktivitas ini berlangsung sampai semua kelompok

kembali ke kelompok semula. Kedua; setiap kelompok memberikan umpan balik

pada format lembar umpan balik berupa ide, gagasan ataupun masukan-masukan

lainnya sesuai dengan pembahasan tiap kelompok. Pembelajaran Carousel

Feedback dilakukan pada pertemuan 1 dengan tujuan untuk memberikan

pengalaman belajar kepada siswa untuk memberikan gagasan melalui diskusi.

E. Pembelajaran Kooperatif Round Table

Kagan & Kagan (2009: 6.24) dan Stenlev & Siemund (2011:4)

menyatakan pembelajaran kooperatif Round Table memiliki fungsi membangun

kebersamaan sebagai tim (teambuilding), keterampilan sosial (social skills),

keterampilan berkomunikasi (communication skills), membangun pengetahuan

(knowledge building), proses belajar (procedur learning), mengelola info

(processing info), dan keterampilan berpikir (thinking skills). Jadi, melalui

pembelajaran Round Table dapat meningkatkan keterampilan siswa baik kognitif,

afektif maupun psikomotor.

Sintak pembelajaran kooperatif Round Table dapat dilihat pada Tabel 2.6

berikut ini.

Tabel 2.6. Sintaks model pembelajaran kooperatif Round Table.


No Langkah-langkah pembelajaran Deskripsi Kegiatan Belajar
1 Memberikan Setiap siswa diminta untuk memahami
permasalahan/penugasan yang permasalahan/penugasan yang diberikan.
memiliki kemungkinan beragam
jawaban/tanggapan.
2 Memberikan waktu kepada siswa Siswa memikirkan berbagai jawaban dari
untuk berpikir. permasalahan/penugasan yang diberikan.
20
Lanjutan Tabel 2.6
No Langkah-langkah pembelajaran Deskripsi Kegiatan Belajar
3 Meminta kepada siswa untuk Siswa menuliskan jawaban di atas kertas secara
menuliskan jawaban di atas kertas bergiliran.
kerja yang telah disediakan secara
bergiliran.
4 Kesimpulan. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan guru.
Sumber: Kagan & Kagan (2009:6.34)

Siswa secara bergiliran memberikan tanggapan secara tertulis,

memecahkan masalah, atau menyampaikan ide dari permasalahan/penugasan yang

diberikan guru. Permasalahan yang diberikan kepada siswa akan dipecahkan

secara bersama-sama didalam kelompok. Siswa diberikan waktu untuk

memikirkan ide. Kemudian tiap siswa akan menyampaikan ide tersebut secara

bergantian dan saling memberikan kesempatan kepada temannya untuk

menuliskan ide mereka secara bergiliran.

F. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian hasil penelitian terdahulu menjadi bahan perbandingan bagi

penelitian yang dilakukan. Berikut pemaparan hasil penelitian yang relevan

berkaitan dengan pembelajaran kooperatif Carousel Feedback dan Round Table.

Effendi, et al., (2016:131) menyimpulkan penerapan model kooperatif

Two Stay Two Stray dan Carousel Feedback mampu meningkatkan motivasi dari

74% pada siklus I, dan 86% pada siklus 2. Hasil belajar siswa terlihat pada skor

rata-rata, meningkat 76 pada siklus I dan 85 pada siklus 2. Lanjut Effendi juga

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif Carousel Feedback melatih siswa

mengembangkan HOTS melalui proses pemberian umpan balik (Feedback).

Martha (2015:86) dengan penelitian penerapan model Carousel Feedback

dan Showdown pada mata pelajaran Entrepreneurship untuk meningkatkan hasil


21

belajar, Keaktifan, dan Efikasi Diri yang dilakukan di kelas X MM 2 SMKN 1

Bondowoso. Hasil penelitian menunjukkan penerapan pembelajaran kooperatif

Carousel Feedback dan Showdown meningkatkan hasil belajar, keaktifan, dan

efikasi diri siswa. Nardi (2014:11) dengan penelitian penerapan model TSTS dan

Carousel Feedback untuk Meningkatkan Efikasi Diri dan Prestasi Akademik

Siswa yang dilakukan di kelas V B SDI Tenda Ruteng. Data penelitian ini

dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes, observasi, angket, dan FGD.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya peningkatan efikasi diri dan

prestasi belajar siswa.

Ananda (2014) dengan penelitian penerapan model pembelajaran Carousel

Feedback untuk meningkatkan efikasi diri, motivasi, dan hasil belajar di SDI Az

Ziyadah Jember tahun ajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan persentase siswa yang mencapai tingkat efikasi diri tinggi dan sangat

tinggi yaitu 67% pada siklus I menjadi 83% pada siklus II. Persentase motivasi

belajar siswa mencapai kategori tinggi dan sangat tinggi yaitu 75% pada siklus I

menjadi 83% pada siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari 75% pada siklus I

menjadi 92% pada siklus II.

Kusuma (2013:81) dengan penelitian penggunaan model Carousel

Feedback untuk meningkatkan hasil belajar pada materi peta siswa kelas XII IPS

1 SMA Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan

perolehan kenaikan ketuntasan hasil belajar pada free tes dan post tes. Pada siklus

I persentase sebesar 4% naik menjadi 9% pada siklus II.

Masrofik (2013) dengan penelitian peningkatan motivasi belajar dan hasil

belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif model Round Table dan
22

Carousel Feedback (studi pada kelas VIII B SMP Negeri 2 Krucil Probolingo).

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan efikasi diri dan prestasi akademik

siswa pada kategori tinggi dan sangat tinggi dengan persentase 60% pada siklus I

menjadi 90% pada siklus II. Prestasi akademik siswa juga mengalami peningkatan

yakni 75,66% pada siklus I menjadi 91,51% pada siklus II.

Kusumaningtyas, dkk (2015) dengan penelitian Eksperimentasi Model

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan tipe Round Table

dengan Pendekatan Saintifik (Round Table-PS) pada materi fungsi ditinjau dari

kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMP Negeri Sekabupaten Sukoharjo tahun

pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif Roud Table lebih baik dibanding

menggunakan NHT.

Malikah, dkk (2015) dengan penelitian Eksperimentasi Model

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan tipe Round Table

disertai dengan Assesmen for learning (AFL) melalui Peer- Asessment pada

prestasi belajar matematika ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) siswa. Penelitian

menunjukkan terdapat pengaruh prestasi belajar kooperatif tipe TSTS dan tipe

Round Table disertai dengan AFL melalui Peer- Asessment pada prestasi hasil

belajar matematika ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) siswa.

Beberapa hasil penelitian di atas, pembelajaran kooperatif Carousel

Feedback dan Round Table fokus pada Efikasi Diri, motivasi, keterampilan sosial

dan hasil belajar. Fokus penelitian tindakan kelas ini menekankan pada

peningkatan HOTS dan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran

kooperatif Carousel Feedback dan Round Table. Dasar penelitian penggunaan


23

model ini karena pada kedua model pembelajaran kooperatif ini meningkatkan

keterampilan berpikir (Kagan & Kagan, 2009:6.24). Pembelajaran Carosel

Feedback terlebih dahulu dilakukan pada pertemuan 1 dan 3 untuk memberikan

pengalaman belajar kepada siswa kemudian Round Table pada pertemuan 2 dan 4.

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut.

Input Proses Output

Perencanaan Guru Pelaksanaan Pembelajaran 1. Meningkatkan


- RPP Kooperatif Carousel Feedback keterampilan Higher
- LKS - Mengamati Order Thinking Skills
- Bahan Ajar - Mendiskusikan (HOTS) meliputi:
- Media - Menganalisis hasil kerja - Menganalisis
- Soal Tes kelompok lain - Mengevaluasi
- Memberikan umpan balik - Mengkreasi
Kesiapan siswa
- Kehadiran di kelas. Pelaksanaan Pembelajaran 2. Meningkatkan hasil
- Membawa Kooperatif Round Table belajar kognitif
perlengkapan - Mengamati
pembelajaran seprti - Mendiskusikan
buku dan pulpen. - Menuliskan ide/gagasan

Gambar 2.3. Skema kerangka penelitian

Anda mungkin juga menyukai