Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN TEORITIK

1. Belajar

Slameto (dalam Berta Guspianti, 2003:4) mendefinisikan belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruh, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Yolanda (2018:23) mendefinisikan belajar adalah ialah suatu proses

yang dilakukanseseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku secara keseluruhan melalui aktivitas dan pengalamanya

sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang

relatif baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Di dalam proses belajar mengajar yang panjang pada akhirnya

nanti proses belajar akan mendapatkan suatu hasil yang dikatakan hasil

belajar. Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan-keterampilan. Sikap berupa kemampuan meng-internalisasi

8
9

dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi

nilai-nilai sebagai standar prilaku.

3. Hasil Belajar

b. Pengertian Hasil Belajar

Di dalam proses belajar mengajar yang panjang pada akhirnya

nanti proses belajar akan mendapatkan suatu hasil yang dikatakan hasil

belajar. Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan-keterampilan. Sikap berupa kemampuan meng-internalisasi

dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi

nilai-nilai sebagai standar prilaku.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil beljar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tidak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak

proses belajar. Sedangkan menurut Djamarah (2008:175), hasil belajar

merupakan perubahan terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang

telah dilakukan oleh individu, yang prosesnya tidak dapat dilihat karena

bersifat psikologis dan hanya dapat disimpulkan dari hasilnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan menerima atau menolak suatu penilaian berdasarkan

pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi berupa tes yang


10

diberikan siswasecara keseluruhan, yang menjadi indikator

kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

c. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif

Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan

pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu

mengenalnya secara lebih terinci.Pengenalan terhadap ranah-ranah tujuan

pendidikan akan sangat membantu pada saat memilih dan/atau menyusun

instrumen evaluasi hasil belajar.

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan

pembelajaran pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang

berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi,

yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas enam tingkatan yang

secara hierarkis berurut dari yang paling rendah sampai tinggi.

Bloom (dalam Purwanto, 2011:50-51) menjelaskan bahwa

dalam ranah kognitif terdapat enam aspek atau tingkatan hasil belajar

ranah kognitif ini berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek atau tingkatan . Keenam tingkatan tersebut adalah:

a. Pengetahuan atau ingatan (C1)

Jenjang C1 kognitif meliputi peningkatan tentang hal-hal

yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses,

peningkatan suatu pola, struktur atau setting.Mengingat merupakan

usaha untuk mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau

ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun
11

yang sudah lama didapatkan. Dalam hal ini tekanan utama pada

pengenalan kembali fakta, prinsip. Kata-kata yang dipakai:

definisikan, ulang, dan sebutkan.

b. Pemahaman (C2)

Jenjang C2 meliputi penerimaan dalam komunikasi secara

akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang

berbeda, mengorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah

pengertian dan mengeksplorasikan. Mengklasifikasikan berawal dari

suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan

konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada

identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek,

kejadian, ide, permasalahan atau situasi. Kata-kata yang dipakai:

identifikasikan, gambarkan dan jelaskan.

c. Penerapan (C3)

Penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru.

Kata-kata yang dapat dipakai antara lain: interprestasikan, terapkan,

hitunglah, gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,

operasikan, jadwalkan, sketsa, dan kerjakan.

d. Analisisa (C4)

Jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama

kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi

menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan

diantara bagian-bagian dan cara materi itu diorganisir. Kata-kata


12

yang digunakan: pisahkan, analisa, bedakan, hitung, cobakan, tes

bandingkan, kritik, teliti, debatkan, inventariskan, hubungkan,

pecahkan, dan kategorikan.

e. Mengevaluasi/sintesis (C5)

Jenjang yang sudah naik satu lingkar lebih sulit dari analisa

ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan atau menempatkan

bagian-bagian atau elemen satu sehingga membentuk satu

keseluruhan yang koheren. Mengeneralisasikan merupakan kegiatan

merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis

yang diperlukan. Sedangkan memproduksi mengarah pada

perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Dalam penelitian ini ranah kognitif yang diteliti yaitu menerapkan

dan menganalisis. Kata-kata yang dipakai: komposisi, desain,

formulasi, atur-rakir, ciptakan, susun, organisasikan, siapkan,

rancang, dan sederhanakan.

f. Penilaian (C6)

Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling

sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan

meliputi kemampuan anak didik dalam mengambil keputusan, atau

dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, ide,

pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi, dan lain-lain. Kata-

kata yang dipakai: nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, dan

perkiraan.
13

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Maisaroh dan Rostrieningsih (2019:157) dalam proses

belajar mengajar, ada banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian nilai

hasil belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa (internal)

maupun dari lingkungan luar (eksternal). Faktor internal terkait dengan

disiplin, respon dan motivasi siswa, sementara faktor eksternal adalah

lingkungan belajar, tujuan pembelajaran, kreatifitas pemilihan media belajar

oleh pendidik serta metode pembelajaran. Faktor-faktor tersebut

mempengaruhi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang mendasari

hasil belajar siswa.

Dari semua faktor yang ada, model pembelajaran yang dipilih oleh

seorang pendidik menjadi sumber dan berkait dengan faktor yang lain.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa suasana belajar

yang menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kreatifitas. Suasana belajar yang menyenangkan akan membawa dampak

pada motivasi belajar dan disiplin yang meningkat. Motivasi belajar yang

tinggi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai

hasil belajar yang terbaik.

Keller (dalam Mappesase 2009:4), mengatakan bahwa hasil belajar

adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.Hasil

belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Besarnya usaha yang dicurahkan oleh anak untuk mencapai hasil belajar,

artinya bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi.


14

b. Intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan

dipelajari, artinya guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan

kapasitas intelegensi anak dan pencapaian tujuan belajar perlu

menggunakan bahan apersepsi, yaitu apa yang telah dikuasai anak

sebagai batu loncatan untuk menguasai materi pelajaran baru.

c. Adanya kesempatan yang diberikan kepada anak didik, artinya guru perlu

membuat rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan

anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.

Menurut Slameto (2013:54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

yaitu faktor internal dan faktor ekstern. Faktor internal adalah faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

1) Faktor-Faktor Internal

a) Faktor jasmaniah

(1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya/bebas dari penyakit.

(2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh/badan.


15

b) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam

faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu: inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani.

2) Faktor-Faktor Eksternal

a) Faktor keluarga.

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarganya berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b). Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

rumah.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstrn yang juga berpengaruh

terhadap belajar siswa.Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya

siswa dalam masyarakat yang mencakup kegiatan siswa dalam


16

masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar. Dari pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar yaitu faktor internal dan faktor ektern. Faktor internal yang

mencakup faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan

sedangkan faktor eksternal yaitu mencakup faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang

mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua faktor yaitu dalam diri

siswa (internal) yaitu disiplin, respon dan motivasi siswa, sementara

faktor dari lingkungan luar (eksternal) adalah lingkungan belajar,

tujuan pembelajaran, kreatifitas pemilihan media belajar oleh pendidik

serta model pembelajaran, jasmani, psikologi, kelelahan, keluarga,

sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi satu

sama lain dan merupakan satu kesatuan yang mendasari hasil belajar

siswa.

5. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Sadiman (dalam Oktaviani Dyah dkk, 2016:3), keefektifan

adalah hasilguna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar

mengajar. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik

Kurikulum IKIP Surabaya (dalam Oktaviani Dyah dkk, 2016:3), keefektifan

mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya

guru untuk membantu para siswaagar bisa belajar dengan baik. Untuk
17

mengetahui keefektifan mengajar,dengan memberikan tes, sebab hasil tes

dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.

Kriteria efektivitas yang digunakan Baroh (2010:17) dalam

penelitiannya ada empat aspek yang meliputi:

a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik.

b. Aktivitas siswa selama pembelajaran baik.

c. Respon/tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran positif.

d. Hasil belajar siswa meningkat.

Setelah pembahasan di atas, maka indikator efektivitas dalam

penelitian ini adalah: a. Meningkatnya hasil belajar, b. Aktivitas siswa

selama pembelajaran aktif, dan c. Respon siswa terhadap pembelajaran yang

baik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

efektivitas pembelajaranmerupakan suatu usaha atau strategi yang

melibatkan seluruh komponen pendidikan dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya secara tepat. Berkaitan

dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan

waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota dan merupakan ukuran

ketepatgunaan suatu model pembelajaran dalam mencapai sasaran yang

diinginkan yaitu hasil belajar siswa meningkat, respon siswa baik terhadap

pembelajaran, dan aktivitas siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.

6. Aktivitas Belajar Siswa

Siswa yang mengikuti proses pembelajaran akan mengalami

perubahan tingkah laku melalui pengalaman yang diperoleh. Aktivitas


18

belajar siswa adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi

antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hamalik (dalam

Ariani dan Dwiyanti, 2014:87) aktivitas siswa berarti siswa belajar sambil

bekerja.Dengan demikian mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman

dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan

bermakna untuk hidup di masyarakat.

Menurut Baskoro, dkk (2013:86-87) aktivitas belajar adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di

sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat

seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional.

Menurut Kasmadi dan Sunariah (2013:42) menyatakan bahwa

aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara individu maupun

rombongan, memiliki perencanaan belajar, strategi, media, tahap tujuan

tertentu, berhubung dengan waktu dan tempat serta aturan-aturan yang ada.

Terjadinya aktivitas belajar disebabkan hal-hal sebagai berikut:

a. Adanya kesadaran/ keinginan belajar.

b. Mengalami sendiri suatu pengalaman pembelajaran.

c. Adanya dorongan dari luar (extrinsic motivation) yang menumbuhkan

minat belajar.

d. Adanya tahapan ukuran kemampuan (task dan development).

e. Adanya sikap disiplin diri.

f. Adanya kerjasama untuk belajar.


19

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar siswa berarti siswa belajar sambil bekerja. Dengan demikian mereka

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku

lainnya serta mengembangkan keterampilan bermakna untuk hidup di

masyarakat, siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat namun

harus melakukan sesuatu hal dalam mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang

diamati dalam penelitian ini yaitu aktivitas pada saat percobaan/eksperimen

yaitu mengamati percobaan, menggunakan alat percobaan, melakukan

pengukuran, merapikan alat percobaan, diskusi dengan kelompok,

bekerjasama dalam kelompok, menuliskan jawaban LKS, menuliskan data

percobaan dalam tabel pengamatan, mendengarkan penjelasan/informasi

dari guru, percaya diri dalam kegiatan pembelajaran seperti dijabarkan

dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

No Aspek Skor Kriteria Penilaian


Mengamati percobaan sesuai peyunjuk
4
dan pedoman LKS
3 Mengamati percobaan sesuai petunjuk
Mengamati
1 Mengamati percobaan tetati tidak
Percobaan 2
mengikuti petunjuk kegiatan
Tidak mengamati percobaan atau
1
melakukan aktivitas diluar mengamati
2 Menggunaka Menggunakan alat dan bahan dengan
n Alat 4 prosedur pada LKS tetapi rangkaian benar
Percobaan semua
Menggunakan alat dan bahan dengan
3 prosedur pada LKS tetapi rangkaian belum
benar semua
2 Menggunakan alat dan bahan tidak sesuai
dengan prosedur pada LKS
20

Tidak bisa melakuakn mengguankan alat


1
dan bahan sama sekali
Melakukan pengukuran sesuai pedoman
4
LKS dengan baik
Melakukan pengukuran sesuai pediman
Melakukan 3
3 LKS tetapi tidak dengan baik
Pengukuran
Melakukan pengukuran tetapi tidak sesuai
2
pedoman LKS
1 Tidak melakukan pengkuran
Merapikan alat percobaan dengan rapi
4
serta menaruh pada tempatnya
Merapikan Merapikan alat percobaan dengan rapi tapi
4 3
Percobaan tidak menaruh pada tempatnya
Tidak merapikan alat percobaan sama
1
sekali
4 Sangat ajtif berdiskusi dalam kelompok
Diskusi
3 Aktif berdiskusi dalam kelompok
5 Dengan
2 Kurang aktif berdiskusi dalam kelompok
Kelompok
1 Tidak aktif berdiskusi dalam kelompok
Sangat mampu bekrjasama dengan baik
4
dalam kegiatan kelompok
Mampu berkerjasama dengan baik dalam
Bekerjasama 3
kegiatan kelompok
6 Dalam
Mampu berkerja sama cukup baik dalam
Kelompok 2
kegiatan kelompok
Tidak mampu bekrjasama dalam
1
kelompok
4 Menuliskan jawaban LKS secara mandiri
Menuliskan jawaban LKS dengan melihat
Menuliskan 3
jawaban teman
7 Jawaban
Menuliskan jawaban LKS dengan melihat
LKS 2
jawaban teman dan masih ragu
1 Tidak menuli jawaban LKS
Menuliskan data pada tabel dengan benar,
4
Menuliskan tepat dan lengkap
Data Menuliskan data pada tabel dengan benar
3
8 Percobaan tetapi tidak lengkap dan benar
dalam Tabel Menuliskan data pada tabel hanya melihat
2
pengamanta teman
1 Tidak menuliskan data pada tabel
9 Mendengark Mendengarkan penjelasan guru dengan
4
an Penjelasan tenang dan paham
Guru Mendengarkan penjelasan guru dengan
3
tenang tetapi kurang paham
2 Mendengarkan penjelasan guru dengan
21

tidak tenang dan belum paham


Tidak mendengarkan penjelasan guru
1
sama sekali
Percaya diri tinggi dalam mengikuti
4
pembelajaran dengan kegiatan kelompok
Percaya Diri Percaya diri kurang tinggi tetapi mengikuti
3
dalam pembelajaran dalam kegiatan kelompok
10
Kegiatan Percaya diri tinggi namun tidak mengikuti
2
Kelompok pembelajaran dalam kegiatan kelompok
Tidak percaya diri dalam pembelajaran
1
dan kegiatan kelompok

7. Respon Siswa dalam Pembelajaran

Hamalik (dalam Baroh, 2010:36) mendefinisikan, respon merupakan

gerakan-gerakan yang terkoordinasi oleh persepsi seseorang terhadap

peristiwa luar dalam lingkungan sekitar. Marsiyah (dalam baroh, 2010:36)

untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatudapat melalui angket,

karena angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang

diketahui oleh responden/yang mengenai pendapat atau sikapnya.

Menurut Baroh (210:36), adapun indikator respon siswa yang akan

dideskripsikannya adalah:

a. Sikap siswa terhadap pelajaran fisika

b. Respon siswa terhadap cara guru mengajar

c. Respon siswa terhadap cara belajar fisika

d. Respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran

e. Sikap siswa terhadap fisika setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan

menggunakan model pembelajaran

Adapun indikator respon siswa yang ada dalam penelitian ini seperti

tabel 2.2
22

Tabel 2.2
Indikator Responsi Siswa

No Aspek Indikator
1. Sikap siswa terhadap a. Menunjukkan minat terhadap pelajaran
pelajaran fisika fisika
b. Menunjukkan manfaat mempelajari
fisika
2. Sikap siswa terhadap a. Menunjukkan minat terhadap pelajaran
pembelajaran dengan fisika dengan pendekatan Scientific
menggunakan b. Menunjukkan manfaat mengikuti
Pendekatan Scientific pembelajaran fisika dengan Pendekatan
Scientific
Modifikasi Baroh (2010:36)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka respon siswa

didefinisikan sebagai tanggapan dari siswa pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung. Respon siswa tersebut dapat kita ketahui melalui angket atau

kuesioner yang kita berikan kepada siswa yang telah mengikuti kegiatan

pembelajaran seperti pada tabel 2.3.

Tabel 2.3
Angket Respon Siswa
Aspek : Sikap siswa terhadap pelajaran Fisika
Indikator Respon Siswa Pertanyaan Indikator
a. Menujukkan minat terhadap 1. Saya lebih suka pelajaran
pelajaran Fisika dan menunjukkan fisika daripada pelajaran lain
manfaat mempelajari Fisika
2. Bagi saya pelajaran fisika
aldalah pelajaran yang
menyenangkan
3. Pelajaran fisika sangat
bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari
4. Suasana belajar berlangsung
menyenangkan dengan model
ini
5. Guru dapat mengelola kelas
dengan baik
b. Menunjukkan Sikap negative 1. Saya terpaksa belajar fisika
terhadap pelajaran fisika karena merupakan salah satu
23

pelajaran yang wajib diikuti


2. Pelajaran fisika sangat
merepotkan karena harus
disiapkan secara khusus
3. Pelajaran fisika tidak dapat
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
4. Bahan ajar yangh digunakan
sangat menyulitkan saya
dalam pembelajaran fisika
secara langsung
5. Saya merasa tertekan dan
tegang selama pembelajaran
fisika secara berlangsung
6. Saya tidak berminat mengikuti
pelajaran fisika seperti yang
telah diikuti saat ini
7. Saya berminat untuk
mengikuti kegiatan belajar
berikutnya seperti yang saya
ikuti sekarang
8. Saya tidak berminat mengikuti
pelajarn fisika seperti yang
telah diikuti saat ini
a. Menujukkan minat terhadap 1. Pendekatan mengguanakn
pelajaran Fisika dengan pendekatan Scientific
pendekatan Scientific dan membuat saya senang dan
Menunjukkan manffat mengikuti tertarik belajar fisika
pembelajaran fisika dengan 2. Pembelajaran fisika dengan
pendekatan Scientific menggunakan pendekatan
Scientific memudahkan saya
memahami materi
3. Dengan menggunakan
pendekatan Scientific dapat
memebuat fisika diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
b. Menunjukkan Sikap negative 1. Pelajaran fisika dengan
terhadap pembelajaran fisika pendekatan Scientific tidak
dengan menggunakan menarik dan membosankan
pendekatan Scientific. 2. Pembelajaran fisika dengan
menggunakanm pendekatan
Scientific tidak ada bedanya
dengan pembelajaran fisika
seperti biasanya
3. Pembelajaran fisika
menggunakan pendekatan
24

Scientific tidak bermanfaat


bagi saya
4. Suasana belajar menjadi tidak
menyenangkan dengan
pendekatan Scientific.

8. Model Pembelajaran

Suprijono (2009:46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Arends (dalam Suprijono, 2009:46) menyatakan, model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Hamiyah dan Jauhar (2014:57) menjelaskan model pembelajaran

merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di

atas dapat disimpulkan model pembelajaran adalah suatuperencanaan yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas,

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahapdalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran di kelas dan cara/teknik

penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai

tujuan pembelajaran.
25

9. Tinjauan Tentang Pendekatan Scientific

a. Pengertian Pendekatan Scientific

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan

memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai

kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses

pembelajaran dilakukan melalui pendekatan scientific, yaitu

pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,

menanya, mencoba / mengumpulkan data, mengasosiasi / menalar, dan

mengomunikasikan.

Abdul Majid (dalam Guspianti, 2015:16) menyatakan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Scientific adalah

pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengamati (mengobservasi),

menanya, mengidentifikasi atau menemukan masalah, mengajukan atau

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan

untuk memperoleh pengetahuan.

Agus Sujarwanta (dalam Guspianti, 2015:16) menyatakan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Scientific adalah

pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara

langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara lainnya,

sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang

diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan.


26

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Scientific adalah pembelajaran yang

menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa

terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pembelajaran yang

didasarkan pada prinsip dan proses pembelajaran ilmiah agar terciptanya

tujuan pendidikan nasional dengan baik.

b. Langkah-langkah Pendekatan Scientific

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Scientificdalam proses pembelajaran meliputi:

1) Mengamati (observasi)

Daryanto (dalam Guspianti, 2015:17) metode mengamati

mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Metode ini

memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara

nyata, peserta didik senang dan bertantang, dan mudah

pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi

pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tingggi.

2) Menanya

Daryanto (dalam Guspianti, 2015:17) kegiatan menanya dalam

kegiatan pembelajaran adalah mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai daripertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat


27

hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

menggembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu

untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

3) Mencoba

Yohana Erlangga (dalam Guspianti, 2015:17) kegiatan mencoba

melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,

mengamati objek/kajian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber.

Kompeten yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan

mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

4) Mengasosiasikan (menalar/mengolah informasi)

Ridwan Abdullah Sani (2014:66) kegiatan mengasosiasi

merupakan kemampuan mengelolah informasi melalui penalaran dan

berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus

dimilikioleh siswa.Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau

percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan

keterkaitan suatu informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan

informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang

ditemukan. Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan

inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat

(premis), data, fakta atau informasi.


28

5) Mengkomunikasikan

Daryanto (dalam Guspianti, 2015:18) kegiatan meng-

komunikasikan dapat dilakukan melalui menulis atau menceritakan

apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, meng-

asosiasikan dan menemukan pola. Hal tersebut disampaikan oleh

dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau

kelompok peserta didik tersebut.

Berdasarkan pendapat tokoh di atas sintak pembelajaran dengan

pendekatan Scientific pada materi besaran dan pengukuran dapat

dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4
Sintak Pembelajaran Pendekatan Scientific
pada materi Besaran dan Pengukuran

Kegiatan Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Mengamati Guru menyajikan media Siswa mangamati dan
obyek secara nyata yang menyimak petunjuk
berkaitan dengan yang telah disajikan
pembelajaran yang akan oleh guru yang berupa
dilakukan media obyek
Menanya Guru menyajikan 1. Siswa mengajukan
permasalahan yang terjadi pertanyaan dari
berupaya melibatkan siswa faktual sampai ke
yang bersifat
hipotesis
2. Siswa diawali
dengan bimbingan
guru sampai dengan
mandiri
Menalar 1. Guru 1. Siswa menentukan
Menugaskan siswa data yang diperlukan
29

Kegiatan Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


untuk mengumpulkan dari pertanyaan yang
data atau informasi dari diajukan.
berbagai sumber 2. Siswa menentukan
2. Guru sumber data (benda
Mengarahkan siswa dokumen, buku,
dalam merencanakan eksperimen)
aktivitas dan 3. Siswa
melaksanakan apa yang mengumpulkan data
telah dilakukan
3. Guru
Memfasilitasi atau
membantu siswa
menggunakan bahan
dan peralatan
Mencoba Guru melatih siswa untuk Siswa mencoba
memberikan argumen atau memberi argumen
data yang utuh terhadap terhadap data yang
temuan atau data yang diperoleh
diperoleh
Mengkomunik Guru melatih siswa untuk Siswa
asikan mengkomunikasikan mengkomunikasikan
informasi yang ditemukan konseptualisasi dalam
dalam bentuk lisan, bentuk lisan, tulisan,
tulisan, diagram, bagian, diagram, bagan gambar
gambar atau media lainnya atau media lainnya

c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Scientific


Guspianti (2015:18) menyatakan bahwa Pendekatan Scientific

mempunyai kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan dan kekurangannya

adalah :

1) Kelebihan pendekatan Scientific

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata


30

b. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis,

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan meng-

aplikasikan materi pembelajaran.

2) Kelemahan pendekatan Scientific

Kelemahan pendekatan Scientific ini adalah proses pembelajaran

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-

tahapan yang ada pada pendekatan Scientific. Selain itu juga dibutuhkan

kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan

menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif,

maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

10. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian:

1. Muhammad Auliya dan Kosim (2017 ) yang berjudul “Pengembangan

Modul Fisika Materi Optik dengan Pendekatan Saintifik Berbasis

Fenomena Alam Untuk Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa

SMA”. Berdasarkan analisi dan hasil penelitianyang dilakukan oleh

peniliti dapat disimpulkan bahwa peneliti melakukan penelitian

dengan menggunakan modifikasi dari model 4-D. Produk awal

dikembangkan melalui sesuai uji validasi oleh tiga ahli yang hasilnya

kemudian diuji coba skala terbatas, direvisi dan diuji skala luas

sehingga pada akhirnya ditemukan suatu produk akhir yang layak

digunakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA negeri 4 Kota Bima


31

dengan menggunakan 10 siswa kelas X.1 sebagai sampel uji coba

terbatas dan seluruh X.2 sebagai subyek penelitian dan dianalisis

secara deskriptif presentase. Hasil uji kelayakan modul oleh dosen ahli

diperoleh rata-rata 90,75% denfan jriteria sangat lanyak. Hasil uji

lapangan diperoleh tanggapan siswa 89,53% dan tanggapan guru 90%

serta observasi saintifik siswa oleh pengamat sebesar 90,76% dengan

tingkat ketuntasan klasikal siswa 100% dengan rata-rata hasil belajar

siswa sebesar 80,50%, sehingga modul fisika materi optic berbasis

fenomena alam denga pendekatn saintifik yang dikembangkan

memenuhi kriteriastabdar penilaian bahan ajar dan efektif digunakan

dalam pemb pembelajaran siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Bima

2. Nadya, Noor dan Lisa (2017) yang berjudul “Efektifitas Pendekatan

Saintifik Dalam Meningkatan Pemahaman Konseptual Pada Materi

Pemisahan Campuran”. Berdasarkan analisis dan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peniliti dapat disimpulkan bahwa peniliti

menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain the matching

only pretest-psttetst control group design. Populasi dalam penilitian

ini adalah seluruh siswa kela VII semester ganjil SMP 22 Bandar

Lampung Tahun Aharan 2016/2017 dan diperoleh kelas VII.B dan

VII.D sebagai sampel penelitian dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Efektifitas pendekatan saintifik ditentukan dari

pendekatan n-gain pemahaman konseptual siswa yang diuji secara

statistic dengan uji-t dan peningkatan sikap ilmiah siswa. Hasil


32

penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

pendektan sauntifik efektif dalam meningkatkan pehaman koseptual

dan sikap ilmiah siswa pada materi pemisahan campuran.

3. Desri, Yayuk dan Rian (2020) yang berjudul “Efektifitas Media

pembelajaran Scientific terhadap Literasi dan Self efficacy Peserta

Didik SDN 193 Pekan Baru”. Berdasarkan analisi dan hasil penelitian

yang dilakukan oleh penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

menggunkan metode ekperimen samper terdiri dari 2 kelas, data

prestasi beljar kognitif menggunakan tes, prestasi belajar aspek efektif

menggunakan angket uji hipotesis menggunakan uji-t pihan kanan.

Teknik analisis data yang dugunakan yaitu uji n-gain dan uji

independent sampel i-test menggunakan SPPSS versi 16.0 hasil

penelitian menunjukkan bahwa siswa yang diajar menggunakan media

pembelajaran IPA pada pendekatan scientific memberikan pengaruh

yang baik terhadap literasi sains dan self efficacy lebuh baik

dibandingkan dengan siswa yang diajar metode ceramh. Siswa dengan

kempuan literasi sains yang tinggi menghasilkan rata-rata prestasi

lebih baik dari pada siswa dengan kemapuan literasi sains yang

rendah, serta terdapat pada self efficacy siswa belajar dengan

menggunakan media pembelajarn.

4. Adip Rifqi Setiawan (2019) yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran

Biologi Berorientasi Literasi Saintifik ”. Berdasarkan analisi dan hasil

penelitian yang dilakukan oleh penelitian dapat disimpulkan bahwa


33

penelitian ini bertujuan untuk menemukan keefektifan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran biologi berorientasu litarsi saintifik.

Subjek dari penelitian ini adalah siswa program ilmu pengetahuan

alam sekolah menengah di Kudus. Kefektifan diukur berdasarkan nilai

ukuran efek Cohen berdasarkan hasil pretest dan posttest yang diambil

menggunakan desain dere waktu. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kefektifan pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi

berorientasi literasi saintifik berada dikategori sedang dengan nilai

0,548. Pendekatan saintifik dapat menjadi tawaran model

pembelajaran berorientasi literasi saintifik serta tidak dapat ditemukan

model terbaik untuk digunakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

alam termasuk biologi.

11. Kerangka Berpikir

Sugiyono (2016:50) berpendapat bahwa kerangkat teoritik atau

kerangka berpikir merupakan suatu model yang konseptuak mengenai

bagaimana suatu teori dapat berhubungan dengan berbagi factor yang telah

diidentifikasi sebgai suatu maslah yang penting. Kerangka teorotik yang

baik harus dapat menjelaskan secara teoritis oertautan pada setiap variable

yang akan diteliti.

Sedangkan menurut Suriassumantri (dalam Sugiyono 2016:60)

menyatakn bahwa kerangka teorotik merupakan sebuah penjekasan

sementara terhadap gejala-gejala apa saja yang menjadi obyek dari

permasalahn yang akan dijadikan sebuah penelitian. Kriteria utama agar


34

sebuah kerangka teorotik dapat menyakinkan sesame ilmuan yaitu alir-alur

yang dijelaskjan secara logis guna membangun kerangja teoritik sehingga

menghasilkan sebuah kesimpulan berupa hopotesis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan kerangka berpikir

adalah kerangka yang mendasari operasional penelitian. Kerangka berpikir

penelitian merupakan sejumlah asumsi-asumsi, konsep-konsep, dan atau

proposi-proposi yang telah diytakini kebenarannya sehingga dapar

mengarahkan alur pikur dalam pelaksanaannya penelitian.

Pada penelitian ini setalah adanya permasalaahn yang ditemuykan

kemudian menentukan sampel untuk kelas eksperimen yang diambil secara

acak dengan teknik simple random sampling dari lima kelas yang ada di

SMP negeri 14 Lubuklinggau.

Penelitian ini menggunakan satu kelas sebagai kelas eksperimen.

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran fisika dengan menggunakan

Pendekatan Scientific terlebih dahulu peneliti mengadakan Pre-test (tes

yang diberikan sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan

dengan menggunakan Pendekatan Scientific. Selanjutnya peneliti

melakukan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Scientific di

dampingi oleh observer yang akan menilai kegiatan saat pembelajaran

berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat

mengikuti pembelajaran.
35

Setelah itu peneliti memberikan post-tes (tes yang diberikan setelah

perlakuan) dan angket yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa

dan tanggapan/respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan

menggunakan Pendekatan Scientific. Kegiatan akhir yaitu menganalisis

data hasil pre-tes dan post-tes kemudian menyimpulkan hasil penelitian

yang telah dilakukan. Kerangka berfikir pada penelitian ini dapat dilihat

pada gambar 2..1

Kerangaka Berfikir 2.1

Kondisi 1. Guru kurang paham tentang pendekatan Scientific


Awal 2. Masih rendahnya hasil belajar siswa
3. Respon siswa kurang terhadap materi yang akan disampaikam
4. Aktifitas siswa kurang pada saat kegiatan pembelajaran
pelaksanaan
Pembelajar
an Guru menerapkan langkah-langkah Pendekatan Scientific yaitu:
1. Mengamati, guru menyajikan media media objek secara nyata
yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan
2. Menanya, guru menyajkan permasalahan yang terjadi berupaya
melibatkan siswa
3. Menalar, guru menugaskan siswa untuk mengumpulkan data dari
berbagai sumber
4. Mencoba, guru melatih siswa untuk memberikan argumen atau
data yang utuh terhadap temuan yang diperoleh
5. Mengkomunikasikan, guru melatih siswa untuk
mengkomunikasikan informasi yang ditemukan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar atau media lainnya.

Kegiatan
Akhir Hasil belajar fisika siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika
dengan menggunakan pendekatan Scientific efektif, aktivitas siswa
menjadi aktif, respon siswa baik terhadap pembelajaran.
36

12. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiono (2016:44) hipotesisi merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian diman rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesisi

dalam peneliotian ini yaitu setelah penerapan pembelajaran Saintifik

dengan Pokok Bahasan Listrik Statis di Kelas IX SMP Negeri 14

Lubuklinggau Tahun Ajaran 2022/2023.


37

Anda mungkin juga menyukai