Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting di dalam kehidupan manusia. Ini
dikarenakan manusia adalah manusia yang diberikan anugerah akal oleh Tuhan. Dengan
adanya akal, kita dituntut untuk menjadi manusia yang cerdas dan beradab. Dan
pendidikan adalah jalan untuk mengembangkan potensi akal yang dimiliki manusia.
Pentingnya pendidikan salah satunya diwujudkan dengan terciptanya suatu lembaga
pendidikan. Menurut data dari Kementrian Pendidikan dan Budaya Jawa Tengah,
setidaknya ada 106.332 lembaga pendidikan yang ada di Jawa Tengah dari TK sampai
SMK baik swasta maupun negri.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian hasil belajar peserta didik?
2. Bagaimana sasaran penilaian hasil belajar peserta didik?
3. Bagaimana perencanaan penilaian hasil belajar peserta didik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hasil belajar peserta didik.
2. Untuk mengetahui sasaran penilaian hasil belajar peserta didik.
3. Untuk mengetahui perencanaan penilaian hasil belajar peserta didik.
1
https://dapo.kemdikbud.go.id. Diakses 7 September 2023.
PEMBAHASAN
Hasil belajar merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati dan diukur
baik dari perubahan pengetahuan, tingkah laku dan ketrampilan. Perubahan yang
dimaksut adalah sebuah perubahan bersifat perkembangan dan peningkatan yang
lebih baik dari sebelumnya, dari yang belum tahu menjadi tahu. 2 Hasil belajar juga
dapat diartikan sebuah hasil yang diperoleh seorang peserta didik dari proses belajar
pada suatu materi tertentu. Hasil belajar peserta didik bukan hanya dari sebuah angka
pada nilai, tetapi juga dapat dilihat dari perubahan, penalaran, kedisiplinan,
ketrampilan dan lain sebagainya yang merujuk pada perubahan positif.
Dengan adanya hasil belajara, guru dapat memahami seberapa jauh peserta
didik dapat menangkap, memahami materi pelajaran tertentu. Dari hasil tersebutlah
seorang guru dapat menentukan metode mengajar yang lebih baik lagi kedepannya.
Hasil belajar difungsikan dan ditunjukkan untuk keperluan berikut:
a. Untuk seleksi, hasil belajar dapat digunaka untuk dasar penentuan peserta
didik dalam tugas di organisasi (jabatan) atau jenis minat tertentu.
2
Omear Hamalik. 2007. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Hal. 30.
3
Ahmad Susanto. 2015. Teori Belajar Dan Pembelajaran Disekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media.
4
Dimyati Dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembalajaran. Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 200.
b. Untuk bahan evaluasi, hasil belajar juga dapat digunakan untuk hasil
evaluasi. Bagi seorang peserta didik evaluasi tersebut dengan tercapainya
pemahaman terhadap suatu materi, dan bagi guru evaluasi tersebut dapat
digunakan mengatur strategi pebelajaran yang akan datang.
c. Untuk penempatan, agar peserta didik dapat berkembang sesuai dengan
tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan
ketepatan penempatan peserta didik pada kelompok yang sesuai.5
5
Dimyati Dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembalajaran, Jakarta: Rineka Cipta, hal 201.
6
Komarudin. 2016. Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
7
Nana Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
8
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
1. Kognitif (Cognitive domain)
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untu mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya. Tes yang paling diambil dalam sasaran
penilaian kognitif pada pengetahuan, yakni melengkapi, isian, tes
benar salah.
b. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman merupakan kemampuan untuk mengerti atau memahai
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman berarti
telah mengetahui tentang sesuatu dari segala segi. Salah satu cara guru
untuk mengetahui hasil belajar pada kognitif di dalam pemahaman
adalah meminta peserta didik untuk menjelaskan ulang atau
menguraikan tentang materi yang telah dijelaskan.
c. Penerapan (Application)
Penerapan adalah penggunaan sebuah teori pada situasi kongret atau
situasi khusus. Penerapan bisa dibilang proses berfikir setingkat lebih
tinggi daripada pemahaman. Karena, peserta didik mampu menerapkan
teori materi tertentu pada kehidupan sehari-hari.
d. Analisis (Analysis)
Analisis berarti peserta dapat merinci keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-
bagian dan faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.
9
Yuliani Nurani dan Sujiono. 2004. Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: Universitas Terbuka, hal.23.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan berpikir kebalikan dari proses berpikir analis.
Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian
sehingga menjadi suatu pola yang berstruktur.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam kognitif.
Evaluasi di sini merupakan kemampuan peserta didik untuk meembuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide.10
Afektif adalah penilaian yang berkaitan dengan sikap, nilai moral pesrta
didik, emosi, dan minat. Para ahli mengatakan bahwa sikap seorang bisa saja
berubah ketika telah memiliki kekuasaan kognitif yang tinggi. Ranah afektif tidak
dapat diukur seperti halnya kognitif, karena dalam afektif kemampuan yang
diukur adalah memperhatikan, merespon, menghargai, mengorganisasi, dan
karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan dalam mengukur afektif adalah
skala sikap, hasilnya berupa positif, negative, atau netral. Salah satu skala sikap
yang sering digunakan adalah Skala Likert, di dalam penilaian diajukan
pernyataan-pernyataan untuk dijawab dengan setuju, sangat setuju, tidak setuju,
tidak punya pendapat, sangat tidak setuju.
Hasil belajar dari ranah afektif ini berkaitan dengan minta, sikap dan nilai.
Hasil belajar afektif dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Hasil belajar afektif
memiliki jenjang atau tingkaran sebagai berikut:
a. Receiving
Merupakan kepekaan dalam menerima stimulus dari luar kepada peserta
didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini
termasuk kesadaran, keinginan, menerima, control seleksi gejala.
b. Responding
Peserta didik dapat merespon, dalam bentuk bertanya maupun kesediaan
untuk berdiskusi terhadap materi yang di sampaikan di dalam proses
pembelajaran.
c. Valuing
10
Nana Sudjana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosda Karya.
Valuing artinya memberikan penilaian pada suatu kegiatan atau objek,
sehingga apabila kegiatan tersebut tidak dikerjaka, dirasakan akan
membawa penyesalan.
d. Organizing
Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang lebih universal, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai itu, dan
membentuk system nilai yang konsisten secara internal.11
Kata psikomotor berkaitan dengan kata motor atau sensori motor. Psikomotor
ini berkaitan dengan kerja otot yang menyebabkan pergerakan di dalam tubuh dan
bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam klasifikasi psikomotor secara umum yaitu
melipat kertas sampai merakit perangkat keras komputer. Secara dasar, psikomotor ini
membutuhkan ketrampilan dan kemampuan. Penilaian pada ranah motoric ini
merupakan penilaian yang mudah untuk dilakukan karena dapat dijangkau dengan
mata. Keberhasilan di dalam kognitif secara langsung dan tidak langsung berpengaruh
di dalam praktik oleh sensori motor. Psikomotor merupakan wujud nyata dari
wawasan pengetahuan dan kesadaran mental peserta didik.
a. Gerakan refeleks
b. Ketrampilan pada Gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, dan motoris.
d. Kemampuan di bidang fisik, seperti kekuaran dan kecepatan.
e. Gerakan-gerakan skill.
f. Kemampuan komunikasi non-decursive seperti Gerakan ekspresif dan
interpretatif.12
11
Sukirman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Mandiri.
12
Nana Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Teknik penilaian psikomotor ini dengan melalui penugasan dan penilaian diri.
Penugasan inimenuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran tertentu
di luar pembelajaran di kelas. Penugasan dapat dilakukan dalam bentuk individu
maupun kelompok.
d. Menyusun Kisi-Kisi
13
https://kurikulum.kemdikbud.go.id. Diakses 9 September 2023.
Kisi-kisi merupakan sebuah format, memuat kriteria soal yang akan disusun
dengan meliputi KD yang akan diukur, lingkup materi, materi, indikator soal,
nomor soal, level, dan bentuk soal. Penyusunan Kisi-kisi dilakukan untuk
memastikan butir-butir soal mewakili apa yang seharusnya diukur secara
proporsional. Pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dengan kecakapan
berpikir tingkat rendah hingga tinggi akan terwakili secara memadai.
e. Menyusun Soal
D. KESIMPULAN
Penilaian hasil belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah proses
pembelajaran. Dari hasil belajar, seorang guru dapat mengetahui seberapa jauh peserta didik
paham atas materi yang telah diberikan, guru dapat mengetahui seberapa jauh ketercapaian
tujuan pembelajaran yang dicapai. Penyajian hasil belajar dapat berupa angka atau symbol
tertentu. Aspek-aspek yang dinilai untuk mendapatkan hasil belajar adalah aspek kognitif,
14
Tim GTK Dikdas. 2021. Modul Belajar Mandiri Calon Guru: Pedagogi. Direktoral Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
afektif dan psikomotorik. Sedangkan dalam langkah pengambilan nilai hasil belajar,
dibutuhkan sebuah perencanaan penilaian berupa: menetapkan tujuan penilaian, menentukan
bentuk penilaian, memilih teknik penilaian, menyusun kisi-kisi, Menyusun soal, Menyusun
system penskoran. Perencanaan ini bermaksut agar penilaian hasil belajar data yang diambil
adalah data nyata yang datap dipertanggungjawabkan bukan hanya hasil dari karangan
dadakan yang dapat mengurangi efektivitas sebuah hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati Dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembalajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Komarudin. 2016. Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nurani, Yuliani dan Sujiono. 2004. Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar Dan Pembelajaran Disekolah Dasar. Jakarta: Prenada
Media.
Tim GTK Dikdas. 2021. Modul Belajar Mandiri Calon Guru: Pedagogi. Direktoral Jendral
Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.