Anda di halaman 1dari 15

Judul : Penggunaan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD (Student Team

Achievement Divisien) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Akidah Akhlak( Penelitian Tindakan Kelas padasiswa kelas V MI Cokroaminoto
Kadungora Garut )

A . Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana menerapkan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah-Akhlak dengan pokok
bahasan membiasakan sikap teguh pendirian di kelas V MI Cokroaminoto Kadungora
Garut ?
2. Bagaimana penggunaan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah-Akhlak dengan pokok
bahasan membiasakan sikap teguh pendirian di kelas V MI Cokroaminoto Kadungora
Garut ?

B. Landasan Teori
A. Metode STAD (Student Teams Achievement Divions)
1. Definisi STAD
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah metode pembelajara dengan
murid yang memiliki kelebihan sebagai ahli yang dibentuk dalam sebuah team.
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari universitas John
Hopkins. Tipe ini dipandang yang paling sederhana dan paling langsung dalam pendekatan
pembelajaran kooperatif. Tipe ini dilakukan untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik secara verbal maupun tertulis.
2. Langkah-langkah Metode STAD
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi 4 atau 5 anggota kelmpok. Tiap kelompok
mempunyai anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnis, maupun kemampuan.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran.
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan mengunakan lembar kerja akademik,
dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan
melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama angota kelompok.
d. Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
pertanyaan atau kuis dari guru siswa tidak saling membantu.
e. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
f. tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran,
kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi memperoleh
skor sempurna diberi penghargaan.
g. Kesimpulan.
3. Penerapan Metode STAD
a. penjelasan materi pelajaran
b. diskusi atau kerja kelompok belajar
c. validasi oleh guru
d. menentukan nilai individu dan kelompok
e. penghargaan individu atau kelompok.
B. Prestasi Belajar
1. Definisi Pretasi Belajar
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 787) adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Prestasi belajar
siswa ini merupakan implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran yang
diterimanya. Anonim (2003 : 29) mengatakan bahwa hasil belajar dalan tinjauan Kurikulum
Berbasis Kompetensi adalah pernyataan unjuk kerja yang diharapkan dikuasai siswa setelah
mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu.
Menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.
Dengan demikian, berdasar pada hal diatas maka prestasi mempunyai arti hasil yang
telah dicapai. Dalam proses belajar, yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil
belajar. Jadi disini tidak dibedakan antara prestasi belajar dan hasil belajar. Yang diharapkan
dari hasil belajar atau prestasi belajar adalah adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku
yang dimaksud adalah perubahan yang oleh B.S.Bloom biasa disebut dengan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah itulah yang merupakan hasil belajar siswa secara
umum.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses
belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-
beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu
dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto
(1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi
belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila
dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada
hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi
maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam
kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif,
tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Untuk mengukur ketercapaian hasil belajar, maka disusunlah indikator yang
merupakan jabaran dari suatu kompetensi. Jadi hasil belajar akan berbentuk kemampuan
peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan
sejumlah indikator yang dirumuskan oleh guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
masing-masing lembaga.
Pada pembelajaran konvensional hasil belajar dinilai setelah berlangsungnya proses
belajar mengajar dalam bentuk tes, dan pada umumnya lebih banyak menilai ranah kognitif
siswa saja. Namun dalam pembelajaran modern hasil belajar dapat dinilai pada saat proses
pembelajaran berlangsung dalam bentuk ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Indikator Prestasi Belajar
Setelah berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka untuk mengukur tingkat
keberhasilan baik materi pelajaran yang disampaikan, maupun evaluasi terhadap pengelolaan
pembelajaran yang telah dilakukan guru, diperlukan adanya batasan dan atau indikator
keberhasilan yang telah dicapai pada saat selesai pembelajaran. Indikator keberhasilan
pembelajaran itu merupakan aktivitas memiliki keterukuran secara jelas.
Menurut Muhibin Syah (2007 : 121) menjelaskan bahwa indikator prestasi belajar
siswa akan melibatkan aspek-aspek : (a) Pengamatan; (b) Ingatan; (c) Pemahaman; (d)
Penerapan; (e) Analisis; (f) Sintesis.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang
terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor
ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis atau fisiologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah,
masyarakat dan sebagainya.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan
motivasi.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya. Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat
mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
(http://sunartombs.wordpress.com).
c. Penilaian Hasil Belajar
Untuk mengetahui apakah kegiatan belajar dan pembelajaran telah berjalan dan
mencapai hasil sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), harus dilakukan evaluasi atau penilaian. Penilaian ini meliputi penilaian terhadap
proses belajar dan pembelajaran serta penilaian terhadap hasil yang telah dicapai oleh siswa.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukakan oleh guru melalui langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang
menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pengolahan dan atau penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa. Sudjatmiko mendefinisikan, Penilaian adalah merupakan
kegiatan pengumpulan informasi kegiatan hasil belajar siswa untuk menetapkan apakah siswa
telah menguasai kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum. Penilaian merupakan kegiatan
guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian atau hasil belajar siswa
yang mengikuti proses pembelajaran tertentu.
Manfaat penilaian antara lain untuk memberikan umpan balik bagi siswa agar
mengetahui kekuatan dan kelemahannya, umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode
dan strategi pembelajaran, untuk memberikan informasi kepada orang tua dan satuan
pendidikan tentang efektivitas pendidikan. Pertasi siswa dalam pembelajaran ditentukan oleh
ketentuan yang memenuhi kriteria oleh guru, yang biasa disebut kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus
dicapai oleh siswa per mata pelajaran setelah siswa menjalani proses pembelajaran. Tujuan
penetapan kriteria ketuntasan minimal adalah untuk menentukan target kompetensi yang
harus dicapai siswa dan sebagai patokan atau acuan dasar untuk menentukan kompeten atau
tidak kompetennya siswa. Disamping tujuan adapula manfaat kriteria ketuntasan minimal
bagi sekolah, guru, dan siswa yaitu sebagai patokan yang jelas dalam menentukan ketuntasan
serta serta adanya keseragaman batas ketuntasan setiap mata pelajaran pada kelas pararel.
Kriteria ketuntasan minimal yang ideal untuk masing-masing indikator adalah 75 %.
Dalam rentang nilai 0 100, maka kriteria ketuntasan minimal ideal satu indikator adalah 75
%. Namun satuan pendidikan dapat menentukan kriteria atau tingkat pencapaian hasil belajar
sendiri sesuai dengan daya dukung sekolah, tingkat kompleksitas, serta tingkat kemampuan
rata-rata siswa (intake).
Siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila hasil belajar atau pencapaian
indikatornya sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan sebaliknya
siswa dikatakan belum tuntas belajarnya apabila hasil belajar atau pencapaian indikatornya
lebih kecil dari kriteria ketuntasan minimal. Bagi siswa yang tingkat pencapaian hasil
belajarnya dibawah atau lebih kecil dari kriteria ketuntasan minimal, maka mereka belum
dapat melanjutkan ke indikator berikutnya. Tetapi siswa yang demikian akan diberi
kesempatan mengikuti remedial atau perbaikan agar dapat mencapai hasil belajar minimal
sama dengan kriteria ketuntasan minimal.
B. Akidah Akhlaq Sebagai Mata Pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
1. Definisi Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI.
Dalam pelaksnaannya pembelajaran di Kelas harus diorientasikan pada peningkatan
hasil belajar siswa artinya terdapat keterlibatan antara siswa dan guru, akan tetapi faktor guru
harus lebih dominan dalam pengelolaan pembelajaran. M. Sobry Sutikno (2008 : 22) bahwa
pengelolaan pembelajaran merupakan peran guru dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, jelasnya bahwa hakikat pembelajaran
ialah membelajarkan siswa bukan guru. Hal ini sejalan dengan teorinya Gagne bahwa siswa
dalam belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Seteleh
belajar siswa dapat memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang
dilakukan oleh peserta didik.
Akidah akhlak merupakan salah satu bagian mata pelajaran pendidikan Agama Islam
yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan
kepada siswa khususnya pada Madrasah Tsanawiyah agar dapat memahami, meyakini,
kebenaran ajaran Islam yang isinya berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadist.
2. Tujuan Akidah Akhlak di MI.
Mata pelajaran Akidah-Akhlak ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan akidah
melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT,
mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari
ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.


3. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah kelas lima V
khsusnya, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Aspek akidah terdiri atas Kalimah Tayyibah, Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah
dalam Al-Asma Al-Husna, dan Iman kepada hari Akhir
b. Aspek akhlaq terpuji yang terdiri dar[ Optimis, Qanaah, Tawakal, Adab Ketika di Masjis,
Adab di Tempat umum, Teguh Pendirian, Dermawan, Akhlak baik dalam Bertetangga.
c. Aspek akhlaq tercela meliputi Pesimis, Bergantung, Serakah, Kikir, dan Putus Asa.
4. Penerapan Akidah Akhlak di MI.
Pada penelitian ini, penulis akan mengeksplorasi tentang pembelajaran menunjukan
akhlak terpuji pada mata pelajaran Akidah Akhlak dengan menggunakan metode strip story
agar dapat meningkatkan prestasi siswa dalam belajar.
Dalam realisasinya disaat pembelajaran, perlu digunakan metode strip story agar
siswa Kelas V ini dapat merasakan pembelajaran yang aktif, rekreatif atau menyenangkan,
sebab pada kelas V ini, tingkat berfikir dan kemandiriaan dalam belajarnya masih kurang.
Metode strip story ini akan peneliti gunakan pada pemahaman pada materi tentang
akhlak terpuji Teguh Pendirian.
Berdasarkan ciri-ciri orang yang memiliki akhlak teguh pendirian dalam ajaran islam,
dapat dibedakan atas lima macam.











1. pembelajaran
akidah-
akhlak yang
monoton.
2. Belum adanya
strategi yang
tepat.
3. Rendahnya
kualitas
Akidah-akhlak
4. Metode
konvensional
5. Rendahnya
hasil belajar
Akhlak.
1. Penjelasan
Pembelajara
n.
2. Pelatihan
pembelajara
n STAD.
3. Simulasi
pembelajara
n dengan
sistem
STAD.
Keadaan Sekarang
Hasil
1. Guru mampu
menerapkan
pembelajaran
dengan sistem
STAD.
2. Kualitas
pembelajaran
Akidah-Akhlak
meningkat.
3. Hasil belajar
Akidah-Akhlak
meningkat.
Perlakuan
Evaluasi Awal
Evaluasi Akhir
Evaluasi Efek
C . Kerangka Berpikir
Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai
berikut:










Diskusi Pemecahan Masalah Penerapan Metode STAD









D. Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Akidah- Akhlak
Dalam bagian ini dimulai tentang hakikat hasil belajar, dan hakikat aktivitas siswa
sebagaimana berikut ini:
1. Hakikat Hasil Belajar
Menurut Nana Sujana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran, yakni berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis,
lisan, maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hakikat hasil belajar
adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi
juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam pribadi individu yang belajar. Hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Untuk melihat hasil belajar
dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa
telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang
dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya
kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan (Cullen, dalam Fathul Himam, 2004).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah
semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas
ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian siswa dalam mata
pelajaran pengetahuan Akhlak. Ulangan harian dilakukan setelah selesai proses pembelajaran
dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat
soal yang harus dijawab oleh para siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan
konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap
semester. Tujuan ulangan harian ini bertujuan untuk memperbaiki modul, dan program
pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai terhadap siswa.
2. Hakikat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, atau
meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatkan jumlah siswa yang
bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah yang berinteraksi membahas materi pelajaran
metode mengajar yang bersifat partisifatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa
siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta
sensitif dalam kegiatan pembelajaran.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari; pertama, mayoritas siswa yang aktif dalam
pembelajaran, kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa, ketiga, mayoritas siswa
mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pambelajaran metode
kooperatif tipe STAD.
3. Hakikat Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak berasal dari kata pendidikan dan akhlak. Pendidikan menurut
Ahmad Tafsir (1992:20) adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju kepribadian yang utama. Dan
pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup
kegiatan pendidik yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru ( Pendidik);
mencakup pendidikan formal maupun non formal/serta informal. Segi yang dibina oleh
pendidikan dalam definisi ini adalah seluruh aspek kepribadian ( Ahmad Tafsir, 1996:6).
Akhlak menurut Hamzah Yaqub (1996:11) adalah budi pekerti perangai, tingkah
laku atau tabiat. Menurut Ishak Solih (1996;6) akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dan tidak memerlukan
pertimbangan fikiran. Menurut Ibnu Maskawih (Mustofa, 1999;12) akhlak adalah keadaan
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (
terlebih dahulu).
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip Hamzah Yakub (1988:2) bahwa:
Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan setengah manusia kepada yang lainnya menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk
melakukan apa yang harus dibuat.
Untuk melengkapi pengertian di atas, Barmoawre Umary (1991:1) menyatakann
bahwa akhlak ialah ilmu menentukan antara baik dan buruk, terpuji dan tercela tentang
perbuatan d an perkataan manusia lahir dan batin.
Sebagaimana Firman Allah swt. Dalam QS. Lukman ayat 16 :
O/E_+:4C .OgE+) p) l>
4u1g` lO*:EO ;}g)` E1OE= }74
O) E4OuC= u O) g4OEOO u
O) ^O- g4C Ogj +.- _ Ep)
-.- 7-OgC OO)lE= ^g
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui
(QS. Lukman : 16 ) ( Depag RI, 2005:412).
Berdasarkan ayat di atas, maka akhlak terbagi dua yaitu akhlak yang baik dan akhlak
yang buruk, keduanya akan ada balasan nanti dari Allah swt. Jika seseorang melakukan baik
akhlak yang baik atau pun akhlak yang buruk.
Rosulullah saw. Merupakan teladan bagi umat, beliau mempunyai akhlak yang baik
dan budi pekerti yang luhur sebagai umat kita harus mencontoh akhlak beliau. Sebagaimana
sabda rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi :
Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang utama ( M. Syatori,
1987:18).
Dari berbagai pendapat di atas disimpulkan bahwa akhlak adalah gabungan kehendak
dan kebiasaan yang menimbulkan kekuatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan sesuai
dengan ajaran Islam. Pendidikan dari pengertian pendidikan dan akhlak dapat ditarik suatu
pengertian tentang pendidikan akhlak yaitu suatu usaha manusia dalam membina dan
mempertinggi akhlak yang baik, dalam hal ini perlu adanya bimbingan yang disengaja dari
orang dewasa kepada yag belum dewasa khususnya akhlak praktis, sehingga mereka
mencapai kedewasaan dalam arti memiliki akhlak yang baik.
Pelaksanaan ekstra kurikuler pendidikan akhlak adalah suatu proses usaha yang sadar
berupa bimbingan terhadap anak didik di luar jam pelajaran dengan maksud untuk
meningkatkan pengetahuan serta membentuk tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan
ajaran Islam.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing).
Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan siswa dalam pembelajaran pengetahuan siswa.
2. Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pembelajaran Akidah-Akhlak.
C. Uraian Singkat Penelitian
Memperhatikan tujuan yang dikandung dalam pembelajaran Pendidikan Akidah-
Akhlak di madrasah seyogyanya patut disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta
didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti
guru, murid, sarana dan bahan ajar lainnya yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
Lubis (2004) menyatakan bahwa Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan
interaksi antara guru dan murid dan antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan
sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Akidah-Akhlak
mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang unggul, handal, dan bermoral sejak dini. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam
pembelajaran Akhlak adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran tersebut dengan
metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Para guru sering menyampaikan
pengetahuan apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran tersebut cenderung
membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar
siswa kurang memuaskan. Di sisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas pembelajaran
akhlak masih rendah. Setidaknya pada Indikator ini , siswa kurang memiliki kemampuan
membiasakan sikap teguh pendirian.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih
bermakna dan berarti dalam kehidupan siswa. Dikatakan demikian, karena :
(1). adanya keterlibatan manusia dalam membuat dan menyusun perencanaan proses belajar
mengajar,
(2). adanya keterlibatan intelektual dan emosional siswa melalui dorongan dan semangat
yang dimilikinya,
(3). adanya ketidaksertaan siswa secara kreatif dalam mendenganrkan dan memperhatikan
apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran Akhlak ini menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM), dapat dilakukan berbagai cara yang cukup epektif dalam metode
pembelajaran kooperatif denga tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam pembelajaran Akhlak.
Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah :
1. Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak di kelas masih berjalan monoton
(konvensional)
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
3. Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa
4. Rendahnya kualitas pembelajaran akhlak
5. Rendahnya motivasi siswa untuk mata pelajaran Akidah Akhlak

Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan siswa dalam pembelajaran pengetahuan siswa.
2. Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pembelajaran Akidah-Akhlak.
Uraian Singkat Penelitian
Memperhatikan tujuan yang dikandung dalam pembelajaran Pendidikan Akidah-
Akhlak di madrasah seyogyanya patut disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta
didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti
guru, murid, sarana dan bahan ajar lainnya yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
Lubis (2004) menyatakan bahwa Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan
interaksi antara guru dan murid dan antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan
sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Akidah-Akhlak
mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang unggul, handal, dan bermoral sejak dini. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam
pembelajaran Akhlak adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran tersebut dengan
metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Para guru sering menyampaikan
pengetahuan apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran tersebut cenderung
membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar
siswa kurang memuaskan. Di sisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas pembelajaran
akhlak masih rendah. Setidaknya pada Indikator ini , siswa kurang memiliki kemampuan
membiasakan sikap teguh pendirian.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih
bermakna dan berarti dalam kehidupan siswa. Dikatakan demikian, karena :
(1). adanya keterlibatan manusia dalam membuat dan menyusun perencanaan proses belajar
mengajar,
(2). adanya keterlibatan intelektual dan emosional siswa melalui dorongan dan semangat
yang dimilikinya,
(3). adanya ketidaksertaan siswa secara kreatif dalam mendenganrkan dan memperhatikan
apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran Akhlak ini menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM), dapat dilakukan berbagai cara yang cukup epektif dalam metode
pembelajaran kooperatif denga tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam pembelajaran Akhlak.
Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah :
1. Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak di kelas masih berjalan monoton
(konvensional)
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
3. Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa
4. Rendahnya kualitas pembelajaran akhlak
5. Rendahnya motivasi siswa untuk mata pelajaran Akidah Akhlak

Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan siswa dalam pembelajaran pengetahuan siswa.
2. Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pembelajaran Akidah-Akhlak.

Anda mungkin juga menyukai