Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH JENIS PENILAIAN DAN BENTUK PENILAIAN

MATA KULIAH : Evaluasi Pembelajaran

DOSEN PENGAMPU : IBDA’U SHULHI, M. Pd.

DISUSUN OLEH :

DWI PUTRI FITRIYANTI (202010200865)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL ISLAM


MOJOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
taufik dan hidayah-NYA berupa akal pikiran sehinga kami dapat menyelesaikan
tugas laporan ini. makalah ini disusun sebagai bukti kami telah melaksanakan
kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak bantuan dalam bentuk
saran, dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak terutama teman, maupun dosen
pembimbing yang merupakan motivasi terbesar yang tidak dapat di ukur dengan
materi.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
kepada pembaca khususnya dosen pembimbing agar memberikan kritik serta
saran yang membangun sehingga makalah yang kami susun dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Mojokerto, 23 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teori Kepemimpinan................................................................................3

2.2. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Jawa......................................................................... 5

1.2. Konsep Kepemimpinan Jawa.....................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement) dan
perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya. Definisi di atas
didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013, hlm. 3)
yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan. Istilah evaluasi pembelajaran sering disama artikan
dengan ujian. Meskipun sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup
keseluruhan makna evaluasi pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes
hanyalah salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menjalankan proses
evaluasi. Untuk menghindari berbagai mispersepsi yang biasa terjadi dalam
evaluasi, berikut adalah pengertian istilah atau terminologi yang biasa digunakan
dalam evaluasi dan pengukuran, meliputi: tes, pengukuran (measurement),
evaluasi, dan asesmen (assesment) menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk,
2015, hlm. 3).
Selain suatu proses untuk melihat kinerja pembelajaran, evaluasi juga
berfungsi sebagai pembuat keputusan. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan
(Cornbach dan Stufflebeam dalam Arikunto, 2016, hlm. 3). Lalu sebetulnya apa
evaluasi itu? Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian evaluasi
pembelajaran. Arikunto, Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan dapat tercapai (Arikunto, 2016, hlm. 3).

2.      Rumusan Masalah
a.  Apa yang dimaksud penilaian pembelajaran?
b. Apa saja jenis-jenis penilaian?
c. Apa saja bentuk penilaian?
3. Tujuan Pembahasan 
a. Mengetahui penilaian pembelajaran
b. Mengetahui jenis-jenis penilaian
c. Mengetahui bentuk penilaian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penilaian Pembelajaran


        Penilaian berfungsi mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik. Selain
itu, penilaian dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar.
Penilaian dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu penilaian akhir pembelajaran
(assessment of learning), penilaian untuk pembelajaran (assessment for
learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Penilaian
akhir pembelajaran adalah penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Salah satu
pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne
(1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa
pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus
dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan
mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Menurut Purwanto, N (2010) bahwa penilaian hasil belajar adalah


penilaian yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah
diberikan oleh guru kepada muridnya atau oleh dosen kepada mahasiswanya
dalam jangka waktu tertentu. Menurut Sudijono (2011)
penilaian pembelajaran adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang
perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh
testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Jadi,
Penilaian untuk pembelajaran merupakan penilaian dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses belajar mengajar.

2.2 Jenis-jenis Penilaian

1. Penilaian formatif
Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para
peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi poko suatu
bidang study tertentu :
a.   Fungsi
Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik
dan efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pebelajaran.
b. Tujuan
Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta didik
tentang materi yang diajarkan dalam satu rencana atau satuan pelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai pada penailain formatif adalah : hasil
kemajuan belajar siswa yang ,meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap
terhadap materi ajar agama yang di sajikan.
2. Penilaian sumatif
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang
telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu semester atau akhir tahun.
a. Fungsi
Untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti
program belajar dalam satu semster.
b. Tujuan
Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik setelah melakukan program pembeljaran dalam satu semester,
akhirtauhn atau akhir program pembelajaran pada suatu unit pendidikan
tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinali ialah kemajuan jhasil belajar meliputi :
pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi
pembelajaran yang diberikan.
d. Waktu pelaksanaan
Penilain ini dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti proses
pembelajaran permulaan atau peserta didik tersebut baru akan mengikuti
pendidikan disuatu tingkat tertentu.
3. Penilain penempatan (placement)
Peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang
sesuai dengn kondisi peserta didik.
a. Fungsi
Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu termasuk
keadaan seluruh pribadinya., peserta didik tersebut ditempatkan pada
posisinya. Umapamanya peserta didia berbadan kecil jangan di tempatkan
di belakang, tapi sebaiknya di depan agar tidak mengalami kesulitan dalam
PBM.
b.      Tujuan
Untuk menempatkan peserta didik pada temapatnya yang sebenar-
benarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta
keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami
hambatan dalam mengikuti pelajaran atau setap program bahan yang
disajikan guru.
c.       Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psikologi, bakat,
kemampuan, pengetahuan, pegalaman keterampilan, sikap, dan aspek-
aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik
selanjutnya. Kemungkinan penilaian ini dapat juga dilakukan setelah
peserta didik mengikuti pelajran selama satu semster, satu tahun sesuai
dengan maksud lembaga penidikan yang bersangkutan.
d.      Waktu pelaksanaan
Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik
menduduki kelas tertentu sewaktu penerimaan murid baru atau setelah
naik kelas.
4.      Penilaian Diagnostik
Yaitu penilain yang dilakukan terhadap hasil penganalisisan tentang
keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan
yang ditemui dalam proses belajar.
a.      Fungsi
Untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu
peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau
gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang
study. Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.
b. Tujuan
Untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami
peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang
study atau keseluruhan program pembelajaran.
c.       Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai, termasuk hasil belajar yang diperoleh
murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan
dengan kegiattan pembelajaran.
d.      Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari
suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
para peserta didiknya.
2.3 Bentuk Penilaian

Untuk memperoleh data hasil penilaian yang otentik (mampu


menggambarkan kompetensi yang sebenarnya), pendidik dianjurkan untuk
menerapkan berbagai teknik penilaian secara komplementer (saling melengkapi)
sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Kombinasi penggunaan berbagai
teknik penilaian akan memberikan informasi yang lebih akurat tentang kemajuan
belajar peserta didik. Secara garis besar alat penilaian (evaluasi) yang digunakan
dalam bidang pendidikan/pelatihan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
(1) Teknik Tes; dan (2) Teknik Bukan Tes (Non-Tes).

1. Teknik Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan-
pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh orang yang diuji untuk waktu tertentu, dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari orang yang diuji tersebut.

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau


salah, pertanyaan yang membutuhkan jawaban, pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Dengan demikian, setiap
tes menuntut keharusan adanya respons dari orang yang dites yang dapat
disimpulkan sebagai suatu atribut yang dimiliki oleh orang tersebut yang sedang
dicari informasinya.

a. Bentuk Pelaksanaan Tes

Menurut bentuk pelaksanaannya, secara garis besar dikenal tiga bentuk tes,
yaitu: (1) tes lisan; (2) tes bentuk perbuatan; dan (3) tes tertulis.

1. Tes Lisan
Tes ini pada umumnya berbentuk tanya jawab face to face. Penilai
memberikan pertanyaan (interview) langsung kepada testi (peserta didik). Ujian
lisan pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam bentuk
kemampuan dalam mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara lisan.
Bagi bidang studi yang menuntut keterampilan-keterampilan untuk berbicara atau
berhubungan dengan orang lain, maka ujian lisan ini dirasa mempunyai
kedudukan yang cukup penting.Namun, karena alasan teknis (kepraktisan), ujian
lisan ini pada umumnya jarang digunakan untuk melakukan penilaian kompetensi
dalam pembelajaran yang rutin.

a. Keunggulan Tes Lisan :


1) Dapat digunakan untuk melakukan penilaian hasil belajar yang mendalam.
2) Dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir bertaraf tinggi.
3) Dapat digunakan untuk menguji pemahaman seseorang terkait dengan hasil
karyanya.
4) Tidak memungkinkan penyontekkan dan bahannya cukup luas.

b. Kelemahan Tes Lisan :


1) Jika pertanyaannya tidak dipersiapkan dengan baik, maka penguji hanya akan
bertanya hal-hal yang diingatnya saja.
2) Sangat mungkin terjadinya ketidak-adilan antara peserta tes, baik yang
berkaitan dengan: lama waktu ujian, tingkat kesukaran soal maupun tolok
ukur dalam memberikan penilaian.
3) Penilaiannya bersifat sangat subyektif.
4) Banyak memakan waktu dalam pelaksanaannya; dan
5) Memungkinkan peserta tes untuk bersikap ABS, atau mengiyakan semua
komentar penguji dengan maksud supaya diluluskan.

2. Ujian Perbuatan
Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dilakukan dengan cara menyuruh
peserta didik (peserta tes) untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat fisik
(praktik). Tes bentuk perbuatan ini sangat cocok untuk melakukan penilaian
dalam pelajaran praktik/keterampilan atau praktikum di laboratorium. Alat yang
digunakan untuk melakukan penilaian pada umumnya berupa lembar pengamatan
(lembar observasi). Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dapat digunakan
untuk menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu pekerjaan.

a. Keunggulan Tes Perbuatan


1) Tes perbuatan dapat digunakan untuk melakukan penilaian sejumlah perilaku
atau penampilan yang kompleks dalam situasi riil.
2) Tes perbuatan dapat digunakan untuk melakukan penilaian penampilan yang
tidak dapat dievaluasi dengan alat-alat evaluasi lainnya.
3) Ujian perbuatan dapat digunakan untuk melihat kesesuaian antara
pengetahuan yang bersifat teoritis dan keterampilan di dalam praktik.
4) Di dalam ujian perbuatan tidak ada peluang untuk saling menyontek.

b. Kelemahan Tes Perbuatan


1) Ujian perbuatan memerlukan waktu yang lebih banyak, karena penilaiannya
hanya dapat dilakukan seorang demi seorang (terutama pada penilaian
proses).
2) Ujian perbuatan pada umumnya memerlukan peralatan, mesin-mesin atau
bahan-bahan khusus, sehingga menjadi lebih mahal daripada ujian tertulis.
3) Penilaian dalam ujian perbuatan pada umumnya lebih subyektif, karena akan
selalu melibatkan keputusan penilai.
4) Seringkali sangat membosankan, karena umumnya bersifat monoton.

3. Tes Tertulis
Ujian tertulis ini biasanya dilakukan secara berkelompok dengan
mengambil tempat di suatu ruangan tertentu. Dalam ujian tertulis dikenal dua
bentuk tes, yaitu tes essai (uraian) dan tes obyektif.

a. Soal Tes Bentuk Uraian (Essai)


Pertanyaan yang diajukan dalam soal tes bentuk essai (uraian) hendaknya
benar-benar merupakan soal-soal yang memerlukan waktu dalam pemikiran
jawabannya. Tes ini umumnya memerlukan jawaban yang berbentuk bahasan.
Ciri-cirinya selalu diawali dengan kata-kata ”Bagaimana, Mengapa, Berikan
alasan, Uraikan, Jelaskan, Bandingkan, Simpulkan, Tunjukkan, Bedakan” dan
sebagainya. Soal tes bentuk essai ini mempunyai dua bentuk, yaitu essai terbatas
dan essai bebas.

Soal tes bentuk essai jika disusun dengan baik akan memiliki beberapa
keunggulan yang tidak ditemui pada tes obyektif. Keunggulan-keunggulan tes
bentuk essai tersebut antara lain :

1) Jawaban harus disusun sendiri oleh testi (melatih dalam pemilihan kata-
kata dan menyusun kalimat)
2) Tidak ada kemungkinan menebak;
3) Dapat mengukur kemampuan yang kompleks;
4) Dapat digunakan untuk mengembangkan penalaran testi;
5) Proses penyusunan soalnya relatif mudah; dan
6) Proses berpikir testi dapat dilacak dari jawabannya.
Namun demikian, tes bentuk essai juga mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain:

1) Jumlah soal sangat terbatas, sehingga cakupan materi (validitas isi) lemah;
2) Tingkat kebenaran jawaban dan penilaiannya subyektif;
3) Jawaban testi kadang tidak relevan dengan pertanyaan;
4) Pemeriksaannya sulit, hanya dapat dilakukan oleh penyusunnya;
5) Skor umumnya kurang reliabel;
6) Kualitas jawaban tergantung pada kemampuan testi dalam memilih kata-
kata dan menyusun kalimat; dan
7) Banyak dijumpai soal-soal tes uraian yang hanya mengungkap
pengetahuan yang dangkal.

b. Soal Tes Obyektif


Soal tes obyektif pada umumnya tepat digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar yang berupa kemampuan-kemampuan dalam: mengenal kembali
fakta-fakta, memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan kemampuan
dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip. Pada saat ini, penggunaan tes bentuk
obyektif (terutama bentuk pilihan ganda) sudah sangat berkembang, sehingga juga
dapat dikembangkan untuk mengukur kemampuan-kemampuan dalam
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

Namun, soal tes obyektif juga banyak dikritik karena dianggap tidak
mampu mengembangkan daya nalar siswa. Beberapa kelemahan tes obyektif
antara lain:

1) Tidak melatih testi untuk mengemukakan ide-idenya secara tertulis;


2) Kemungkinan menebak besar sekali, dan sulit dilacak;
3) Memungkinkan untuk saling menyontek;
4) Sulit untuk membuat soal yang baik, dan sering hanya mengukur
kemampuan yang dangkal; dan
5) Banyak waktu yang tersita untuk membaca soal dan jawabannya.
6) Beberapa kemampuan tertentu, seperti: kemampuan dalam mengemukakan
pendapat, ide-ide dan sebagainya tak mungkin diukur dengan tes bentuk
obyektif.
Namun demikian, soal tes obyektif juga memiliki beberapa keunggulan
yang tidak ditemukan pada soal-soal tes bentuk essai. Keunggulan-keunggulan
tersebut adalah :

1) Jumlah soal banyak, sehingga dapat mencakup semua isi mata pelajaran
(representatif à validitas isi baik);
2) Penilaiannya mudah dan obyektif;
3) Tugas yang harus dilakukan tesi jelas, sehingga tidak ada kemungkinan
bagi testi untuk mengemukakan hal-hal yang tidak relevan dengan
pertanyaan;
4) Hasil tes dapat diinformasikan lebih cepat;
5) Reliabilitas skor tinggi; dan
6) Memungkinkan penyelenggaraan tes bersama pada wilayah yang luas
(SPMB, UNAS, UAS, UUB dsb).
c. Bagaimana Menetapkan Bentuk Tes yang Sesuai?
Tes obyektif mempunyai tujuan yang berbeda dengan tes essai. Oleh
karena itu, di antara kedua tes tersebut tidak dapat dibandingkan karena
mengemban misi yang berbeda. Kedua tes tersebut selain masing-masing
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan.

Dalam hal ini, untuk menetapkan sesuai tidaknya bentuk tes yang
digunakan dalam pengukuran (penilaian) akan sangat tergantung pada beberapa
pertimbangan antara lain:

a. Indikator/kompetensi dasar yang akan diukur.


b. Jumlah peserta tes, bila jumlah peserta tes sangat besar (seperti Unas atau
UMPTN), yang mencapai ratusan ribu orang, maka pilihan untuk
menggunakan bentuk tes obyektif adalah lebih tepat.
c. Ruang lingkup materi yang akan diujikan. Untuk tes yang mencakup ruang
lingkup materi yang luas, maka pemakaian tes obyektif dipandang lebih
sesuai daripada tes essai.
d. Sementara itu, jika jumlah peserta tes tidak terlalu banyak (seperti tes bagi
peserta didik pada kelas tertentu), atau tes dengan ruang lingkup materi yang
terbatas (misalnya tes formatif), maka guru dapat menggunakan tes bentuk
uraian atau essai.
2. Teknik Non-Tes
Alat penilaian yang tergolong teknik non-tes adalah :

a. Skala bertingkat (rating scale)


b. Kuesioner/angket (questionaire)
c. Wawancara (interview)
d. Daftar Cocok (check-list)
e. Pengamatan atau observasi (observasi)
f. Riwayat Hidup
g. Portofolio
h. Jurnal
i. Inventori
j. Penilaian diri (self evaluation)
k. Penilaian oleh teman (peer review).

a. Skala bertingkat (Rating Scale)


Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka, biasanya angka-
angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang sama. Selanjutnya,
meletakkan angka-angka tersebut secara bertingkat dari yang rendah ke yang
tinggi. Dengan demikian, maka skala ini dinamakan skala bertingkat.

Skala bertingkat ini biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar


pada aspek afektif : sikap, minat, kepribadian, pendapat, dan sebagainya. Dengan
menggunakan skala bertingkat ini pengukuran hasil belajar seseorang pada aspek
afektif akan cenderung lebih obyektif.

Contoh :

Kecenderungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu:

Sangat tidak suka tidak suka biasa suka sangat


suka

b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner (questionaire) juga sering dikenal dengan angket. Pada dasarnya,


kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang akan dapat diketahui tentang
keadaan/data dirinya, pengalaman, sikap atau pendapatnya dan lain-lain.

Mengenai macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari
segi siapa yang menjawab, maka kuesioner dibedakan menjadi: (1) kuesioner
langsung; dan (2) kuesioner tidak langsung.
1) Kuesioner Langsung
Kuesioner dikatakan langsung, apabila kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi
langsung oleh orang yang akan dimintai jawabannya tentang dirinya.

2) Kuesioner Tak Langsung


Kuesioner tak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh
bukan orang yang akan dimintai keterangannya. Kuesioner tidak langsung ini
biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang orang lain seperti:
peserta didik, bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.

Ditinjau dari segi cara menjawabnya, maka kuesioner dapat dibedakan


menjadi : (1) kuesioner tertutup; dan (2) kuesioner terbuka.

(1) Kuesioner Tertutup


Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan
pilihan jawaban secara lengkap, sehingga pengisi hanya tinggal memberi
tanda pada jawaban yang dipilih.

Contoh :

Tingkat pendidikan yang saat telah saudara capai saat ini adalah:

SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Tanda check () dibubuhkan pada kotak di depan ”Perguruan Tinggi”, jika
pengisi telah lulus perguruan tinggi.

(2) Kuesioner Terbuka


Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga
para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka ini
disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci secara jelas,
sehingga jawabannya bisa beraneka ragam. Kuesioner terbuka biasanya juga
digunakan untuk meminta pendapat atau penilaian seseorang mengenai
sesuatu hal.
c. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau teknik yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak.
Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini, pertanyaan
hanya diajukan oleh penilai. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Interview bebas, di mana responden (pihak yang dinilai) diberi kebebasan


untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang
telah dibuat oleh penilai.
2. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh penilai
(pewawancara) dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden hanya menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh pewawancara.
Pertanyaan tersebut bersifat sebagai yang memimpin, pemandu, sehingga
disebut pedoman wawancara (interview-guide).

d. Penugasan
Penugasan dapat dilaksanakan dalam bentuk proyek atau tugas rumah.
Proyek adalah sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan, dan diselesaikan oleh
peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan secara tertulis maupun
lisan dalam waktu tertentu. Tugas rumah adalah tugas yang harus diselesaikan
peserta didik di luar kegiatan kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan
melakukan latihan.

a. Daftar Cocok (check-list)


Yang dimaksud dengan daftar cocok (check-list) adalah sederetan pernyataan
(yang biasanya singkat-singkat) di mana responden yang dievaluasi tinggal
membubuhkan tanda cocok atau check () pada tempat yang sudah disediakan
yang sesuai dengan keadaan dirinya.

s
Contoh :

Berilah tanda  pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara :

Pendapat
Penting Biasa Tidak penting
Pertanyaan

1. Melihat pemandangan indah

2. Olah raga setiap hari

3. Melihat film

4. Berkunjung ke rumah
teman

b. Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta melakukan
pencatatan secara sistematis. Observasi dapat dilakukan baik terhadap benda
hidup ataupun benda mati.

Observasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung


(misal: pengamatan terhadap kegiatan di kelas) maupun dengan cara yang tidak
langsung, misalnya dengan mewakilkan kepada orang lain untuk mengamati atau
dengan cara memberikan angket kepada orang lain (misal: penilaian penampilan
guru dengan cara memberikan angket kepada para peserta didiknya). Kelemahan
observasi langsung adalah bahwa tingkah laku orang yang diamati cenderung
akan berubah atau bukan merupakan perilaku yang sebenarnya (artificial
behavior).

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data baik yang bersifat


kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, baik
dilakukan secara formal maupun informal. Observasi formal dilakukan dengan
cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya, sedangkan
observasi informal dilakukan tanpa menggunakan instrumen yang dirancang
terlebih dahulu.

c. Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran mengenai keadaan seseorang selama
masa hidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup seseorang, maka penilai akan
dapat menarik suatu kesimpulan mengenai kepribadian, kebiasaan, sikap dan
pandangan seseorang mengenai sesuatu.

h. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan
kompetensi, prestasi, dan kreativitas peserta didik.

i. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang
berisi informasi mengenai kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan kinerja ataupun sikap peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

k. Inventori
Inventori merupakan skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap sesuatu objek
psikologis. Inventori antara lain berupa skala Thurstone, skala Likert, atau skala
berdiferensiasi semantik.

l. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berbagai hal
secara deskriptif.
k. Penilaian antar Teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal.
BAB III

PENUTUP

C.          KESIMPULAN
Dalam kepemimpinan yang berbasis budaya jawa kita memahami prinsip
dan konsep kepemimpinan jawa dipengaruhi budaya hindu yang terdapat dalam
kitab dan cerita pewayangan Mahabrata dan Ramayana yang melekat kuat sebagai
akar budaya masyarakat jawa. Adapun konsep kepemimpinan tersebut antara
lain :
1. Manunggaling Kawula-Gusti Dalam Konsep Kepemimpinan Jawa =
Kepemimpinan yang Berorientasi Kerakyatan.
2.  Memayu hayuning Bawana kawula manunggal gusti dimana pemimpin   harus
selalu menjaga keselamatan dan ketentraman negara.
3. Dalam konsep kepemimpian Jawa kita mengenal Ki hajar Dewantoro, juga
mengajarkan konsep kepemimpinan, yaitu ” Ing ngarso sung tuladha, Ing Madya
mangun karsa, Tut wuri handayani ”atau terjemahan dalam bahasa Indonesia :
”Di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, di belakang
memberi dorongan kekuatan”
4. Konsep kepemimpinan yang diangkat dari budaya jawa , ditegaskan dalam 8
sifat teladan dari figur pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya
sebagaimana ajaran ”Hasta Brata” . Ajaran ini mengangkat sifat positif dari
simbol – simbol alam yang berupa:  Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,
Samudra, Dahana dan Bhumi.
            Selain itu kita mengenal konsep diharapkan para pemimpin negara ini
dengan latar belakang  budaya jawa dapat menjaga konsistensi prinsip dan konsep
budaya Nusantara sebagai bagian kekayaan nusantara yang harus dilestarikan dan
dilaksanakan dengan baik untuk mendapat negara yang tenteram, damai gemah
ripah loh jinawi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kartini Kartono, pemimpin dan kepemimpinan,( Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2014), hlm. 2
[2] Baharuddin & umiarso,  kepemimpinan  pendidikan Islam antara teori dan
praktik, (Yogyakarta: Arruz media, 2012), hlm. 47
[3] Kartini Kartono, pemimpin dan kepemimpinan , (Jakarta: Grafindo Persada,
2014, hlm. 71
[4] http://digilib.uinsby.ac.id/72/2/Bab%201.pdf, akses tgl  12 desember 2015
[5] J.Syahban Yasasusastra, Mengenal tokoh pewayangan,(Yogyakarta: Pustaka
Mahardika, 2011), hlm. 41
[6] http / core.ac. Desy utami prajayanti, sebuah kontruksi kepemimpinan
Jokowidodo, hlm. 49, diakses 5  Nopember 2015
[7] http / core.ac. Desy utami prajayanti,  sebuah kontruksi kepemimpinan
Jokowidodo, hlm.50, diakses 5  Nopember 2015
[8] Ki Sabdacakrakatama, Serat Wedhatama , (Yogyakarta:Penerbit
Narasi ,2010), hlm 28
[9] Mulyono, el Harakah jurnal Budaya Islam, vol 11 no 1 januari-april 2009
[10] M As’ad, anggoro,& virdanianty, Jurnal psikologi,Studi Eksplorasi
Kepemimpinan model Jawa: Asta Brata,volume 38,no.2, Desember 2011: 228-
239
[11] Suyami, Konsep Kepemimpinan jawa,( Jogyakarta; Kepel  pres, 2008) hlm.
144
[12] M As’ad, anggoro,& virdanianty, Jurnal psikologi,Studi Eksplorasi
Kepemimpinan model Jawa: Asta Brata,volume 38,no.2, Desember 2011: 228-
239
[13] Wawan Susetya, Kepemimpinan Jawa, (Yogyakarta : PT. Narasi, 2007), hlm
56-63

Anda mungkin juga menyukai