DISUSUN OLEH :
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
taufik dan hidayah-NYA berupa akal pikiran sehinga kami dapat menyelesaikan
tugas laporan ini. makalah ini disusun sebagai bukti kami telah melaksanakan
kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak bantuan dalam bentuk
saran, dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak terutama teman, maupun dosen
pembimbing yang merupakan motivasi terbesar yang tidak dapat di ukur dengan
materi.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
kepada pembaca khususnya dosen pembimbing agar memberikan kritik serta
saran yang membangun sehingga makalah yang kami susun dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement) dan
perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya. Definisi di atas
didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013, hlm. 3)
yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan. Istilah evaluasi pembelajaran sering disama artikan
dengan ujian. Meskipun sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup
keseluruhan makna evaluasi pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes
hanyalah salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menjalankan proses
evaluasi. Untuk menghindari berbagai mispersepsi yang biasa terjadi dalam
evaluasi, berikut adalah pengertian istilah atau terminologi yang biasa digunakan
dalam evaluasi dan pengukuran, meliputi: tes, pengukuran (measurement),
evaluasi, dan asesmen (assesment) menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk,
2015, hlm. 3).
Selain suatu proses untuk melihat kinerja pembelajaran, evaluasi juga
berfungsi sebagai pembuat keputusan. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan
(Cornbach dan Stufflebeam dalam Arikunto, 2016, hlm. 3). Lalu sebetulnya apa
evaluasi itu? Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian evaluasi
pembelajaran. Arikunto, Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan dapat tercapai (Arikunto, 2016, hlm. 3).
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud penilaian pembelajaran?
b. Apa saja jenis-jenis penilaian?
c. Apa saja bentuk penilaian?
3. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui penilaian pembelajaran
b. Mengetahui jenis-jenis penilaian
c. Mengetahui bentuk penilaian
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penilaian formatif
Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para
peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi poko suatu
bidang study tertentu :
a. Fungsi
Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik
dan efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pebelajaran.
b. Tujuan
Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta didik
tentang materi yang diajarkan dalam satu rencana atau satuan pelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai pada penailain formatif adalah : hasil
kemajuan belajar siswa yang ,meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap
terhadap materi ajar agama yang di sajikan.
2. Penilaian sumatif
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang
telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu semester atau akhir tahun.
a. Fungsi
Untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti
program belajar dalam satu semster.
b. Tujuan
Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik setelah melakukan program pembeljaran dalam satu semester,
akhirtauhn atau akhir program pembelajaran pada suatu unit pendidikan
tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinali ialah kemajuan jhasil belajar meliputi :
pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi
pembelajaran yang diberikan.
d. Waktu pelaksanaan
Penilain ini dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti proses
pembelajaran permulaan atau peserta didik tersebut baru akan mengikuti
pendidikan disuatu tingkat tertentu.
3. Penilain penempatan (placement)
Peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang
sesuai dengn kondisi peserta didik.
a. Fungsi
Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu termasuk
keadaan seluruh pribadinya., peserta didik tersebut ditempatkan pada
posisinya. Umapamanya peserta didia berbadan kecil jangan di tempatkan
di belakang, tapi sebaiknya di depan agar tidak mengalami kesulitan dalam
PBM.
b. Tujuan
Untuk menempatkan peserta didik pada temapatnya yang sebenar-
benarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta
keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami
hambatan dalam mengikuti pelajaran atau setap program bahan yang
disajikan guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psikologi, bakat,
kemampuan, pengetahuan, pegalaman keterampilan, sikap, dan aspek-
aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik
selanjutnya. Kemungkinan penilaian ini dapat juga dilakukan setelah
peserta didik mengikuti pelajran selama satu semster, satu tahun sesuai
dengan maksud lembaga penidikan yang bersangkutan.
d. Waktu pelaksanaan
Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik
menduduki kelas tertentu sewaktu penerimaan murid baru atau setelah
naik kelas.
4. Penilaian Diagnostik
Yaitu penilain yang dilakukan terhadap hasil penganalisisan tentang
keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan
yang ditemui dalam proses belajar.
a. Fungsi
Untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu
peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau
gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang
study. Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.
b. Tujuan
Untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami
peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang
study atau keseluruhan program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai, termasuk hasil belajar yang diperoleh
murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan
dengan kegiattan pembelajaran.
d. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari
suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
para peserta didiknya.
2.3 Bentuk Penilaian
1. Teknik Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan-
pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh orang yang diuji untuk waktu tertentu, dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari orang yang diuji tersebut.
Menurut bentuk pelaksanaannya, secara garis besar dikenal tiga bentuk tes,
yaitu: (1) tes lisan; (2) tes bentuk perbuatan; dan (3) tes tertulis.
1. Tes Lisan
Tes ini pada umumnya berbentuk tanya jawab face to face. Penilai
memberikan pertanyaan (interview) langsung kepada testi (peserta didik). Ujian
lisan pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam bentuk
kemampuan dalam mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara lisan.
Bagi bidang studi yang menuntut keterampilan-keterampilan untuk berbicara atau
berhubungan dengan orang lain, maka ujian lisan ini dirasa mempunyai
kedudukan yang cukup penting.Namun, karena alasan teknis (kepraktisan), ujian
lisan ini pada umumnya jarang digunakan untuk melakukan penilaian kompetensi
dalam pembelajaran yang rutin.
2. Ujian Perbuatan
Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dilakukan dengan cara menyuruh
peserta didik (peserta tes) untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat fisik
(praktik). Tes bentuk perbuatan ini sangat cocok untuk melakukan penilaian
dalam pelajaran praktik/keterampilan atau praktikum di laboratorium. Alat yang
digunakan untuk melakukan penilaian pada umumnya berupa lembar pengamatan
(lembar observasi). Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dapat digunakan
untuk menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu pekerjaan.
3. Tes Tertulis
Ujian tertulis ini biasanya dilakukan secara berkelompok dengan
mengambil tempat di suatu ruangan tertentu. Dalam ujian tertulis dikenal dua
bentuk tes, yaitu tes essai (uraian) dan tes obyektif.
Soal tes bentuk essai jika disusun dengan baik akan memiliki beberapa
keunggulan yang tidak ditemui pada tes obyektif. Keunggulan-keunggulan tes
bentuk essai tersebut antara lain :
1) Jawaban harus disusun sendiri oleh testi (melatih dalam pemilihan kata-
kata dan menyusun kalimat)
2) Tidak ada kemungkinan menebak;
3) Dapat mengukur kemampuan yang kompleks;
4) Dapat digunakan untuk mengembangkan penalaran testi;
5) Proses penyusunan soalnya relatif mudah; dan
6) Proses berpikir testi dapat dilacak dari jawabannya.
Namun demikian, tes bentuk essai juga mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain:
1) Jumlah soal sangat terbatas, sehingga cakupan materi (validitas isi) lemah;
2) Tingkat kebenaran jawaban dan penilaiannya subyektif;
3) Jawaban testi kadang tidak relevan dengan pertanyaan;
4) Pemeriksaannya sulit, hanya dapat dilakukan oleh penyusunnya;
5) Skor umumnya kurang reliabel;
6) Kualitas jawaban tergantung pada kemampuan testi dalam memilih kata-
kata dan menyusun kalimat; dan
7) Banyak dijumpai soal-soal tes uraian yang hanya mengungkap
pengetahuan yang dangkal.
Namun, soal tes obyektif juga banyak dikritik karena dianggap tidak
mampu mengembangkan daya nalar siswa. Beberapa kelemahan tes obyektif
antara lain:
1) Jumlah soal banyak, sehingga dapat mencakup semua isi mata pelajaran
(representatif à validitas isi baik);
2) Penilaiannya mudah dan obyektif;
3) Tugas yang harus dilakukan tesi jelas, sehingga tidak ada kemungkinan
bagi testi untuk mengemukakan hal-hal yang tidak relevan dengan
pertanyaan;
4) Hasil tes dapat diinformasikan lebih cepat;
5) Reliabilitas skor tinggi; dan
6) Memungkinkan penyelenggaraan tes bersama pada wilayah yang luas
(SPMB, UNAS, UAS, UUB dsb).
c. Bagaimana Menetapkan Bentuk Tes yang Sesuai?
Tes obyektif mempunyai tujuan yang berbeda dengan tes essai. Oleh
karena itu, di antara kedua tes tersebut tidak dapat dibandingkan karena
mengemban misi yang berbeda. Kedua tes tersebut selain masing-masing
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan.
Dalam hal ini, untuk menetapkan sesuai tidaknya bentuk tes yang
digunakan dalam pengukuran (penilaian) akan sangat tergantung pada beberapa
pertimbangan antara lain:
Contoh :
b. Kuesioner (Angket)
Mengenai macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari
segi siapa yang menjawab, maka kuesioner dibedakan menjadi: (1) kuesioner
langsung; dan (2) kuesioner tidak langsung.
1) Kuesioner Langsung
Kuesioner dikatakan langsung, apabila kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi
langsung oleh orang yang akan dimintai jawabannya tentang dirinya.
Contoh :
Tingkat pendidikan yang saat telah saudara capai saat ini adalah:
Tanda check () dibubuhkan pada kotak di depan ”Perguruan Tinggi”, jika
pengisi telah lulus perguruan tinggi.
d. Penugasan
Penugasan dapat dilaksanakan dalam bentuk proyek atau tugas rumah.
Proyek adalah sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan, dan diselesaikan oleh
peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan secara tertulis maupun
lisan dalam waktu tertentu. Tugas rumah adalah tugas yang harus diselesaikan
peserta didik di luar kegiatan kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan
melakukan latihan.
s
Contoh :
Pendapat
Penting Biasa Tidak penting
Pertanyaan
3. Melihat film
4. Berkunjung ke rumah
teman
b. Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta melakukan
pencatatan secara sistematis. Observasi dapat dilakukan baik terhadap benda
hidup ataupun benda mati.
c. Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran mengenai keadaan seseorang selama
masa hidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup seseorang, maka penilai akan
dapat menarik suatu kesimpulan mengenai kepribadian, kebiasaan, sikap dan
pandangan seseorang mengenai sesuatu.
h. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan
kompetensi, prestasi, dan kreativitas peserta didik.
i. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang
berisi informasi mengenai kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan kinerja ataupun sikap peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
k. Inventori
Inventori merupakan skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap sesuatu objek
psikologis. Inventori antara lain berupa skala Thurstone, skala Likert, atau skala
berdiferensiasi semantik.
l. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berbagai hal
secara deskriptif.
k. Penilaian antar Teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal.
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Dalam kepemimpinan yang berbasis budaya jawa kita memahami prinsip
dan konsep kepemimpinan jawa dipengaruhi budaya hindu yang terdapat dalam
kitab dan cerita pewayangan Mahabrata dan Ramayana yang melekat kuat sebagai
akar budaya masyarakat jawa. Adapun konsep kepemimpinan tersebut antara
lain :
1. Manunggaling Kawula-Gusti Dalam Konsep Kepemimpinan Jawa =
Kepemimpinan yang Berorientasi Kerakyatan.
2. Memayu hayuning Bawana kawula manunggal gusti dimana pemimpin harus
selalu menjaga keselamatan dan ketentraman negara.
3. Dalam konsep kepemimpian Jawa kita mengenal Ki hajar Dewantoro, juga
mengajarkan konsep kepemimpinan, yaitu ” Ing ngarso sung tuladha, Ing Madya
mangun karsa, Tut wuri handayani ”atau terjemahan dalam bahasa Indonesia :
”Di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, di belakang
memberi dorongan kekuatan”
4. Konsep kepemimpinan yang diangkat dari budaya jawa , ditegaskan dalam 8
sifat teladan dari figur pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya
sebagaimana ajaran ”Hasta Brata” . Ajaran ini mengangkat sifat positif dari
simbol – simbol alam yang berupa: Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,
Samudra, Dahana dan Bhumi.
Selain itu kita mengenal konsep diharapkan para pemimpin negara ini
dengan latar belakang budaya jawa dapat menjaga konsistensi prinsip dan konsep
budaya Nusantara sebagai bagian kekayaan nusantara yang harus dilestarikan dan
dilaksanakan dengan baik untuk mendapat negara yang tenteram, damai gemah
ripah loh jinawi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA