BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
1. Definisi Matematika
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
ke dalil.2
1
Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence. . . , hal. 52
2
Heruman, Model Pembelajaran . . . , hal. 1
15
bilangan.3
antara bilangan dan prosedur operasional yang terdiri dari berbagai unsur yang
matematika sering disebut sebagai ilmu seni kreatif. Sebagaimana dijelaskan oleh
Dienes bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika
harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Penalaran yang logis dan efisien
dalam matematika, serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan
hanya terpaku pada satu rumus yang telah disajikan tetapi juga dapat
2. Karakteristik Matematika
3
Abdul Halim Fathani, Matematika: Hakikat dan Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hal. 22
4
Ibid., hal. 24
16
maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasan
B. Berpikir Kreatif
1. Pengertian Berpikir
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan
5
Ibid., hal. 73
17
mengganggu jalannya berpikir. Ingatan merupakan syarat yang harus ada dalam
lampau. Pengertian dapat memberikan bantuan yang besar dalam proses berpikir.
6
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 43
7
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.
54
8
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 13
18
a. Berpikir Induktif
Berpikir induktif yaitu suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari
khusus menuju ke yang umum. Seseorang mencari ciri–ciri atau sifat–sifat yang
dimaksud.
b. Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif yaitu suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari
umum menuju ke yang khusus. Berdasarkan cara berpikir ini, orang bertolak dari
suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah
khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
c. Berpikir Analogis
fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi
sekarang.9
9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan . . ., hal.47
19
pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama dan
mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan
Selain itu, berpikir juga dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Adapun penjelasan dari
a. Berpikir Logis
menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa simpulan itu benar (valid)
b. Berpikir Analitis
pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar
10
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 176
11
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hal. 207
20
c. Berpikir Sistematis
d. Berpikir Kritis
informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang
dimiliki.
e. Berpikir Kreatif
budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi
3. Pengertian Kreativitas
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini
bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari
12
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 14
13
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 41
21
manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru,
menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara–cara baru, model baru
yang berguna bagi dirinya dan atau bagi orang lain. Hal baru tersebut tidak perlu
selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya
hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan
produk kemampuan berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau suatu yang baru
menciptakan hal baru atau mengkombinasi unsur-unsur yang sudah ada dengan
sebelumnya.
14
Julius Chandra, Kreativitas: Bagaimana Menanam, Membangun dan
Mengembangkannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 17
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 104
16
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 11
22
4. Ciri–Ciri Kreativitas
d. Penuh semangat.
sebagai berikut.
b. Mempunyai inisiatif.
h. Penuh semangat.
17
Achmad Patoni dkk, Dinamika Pendidikan Anak, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 138
18
Desmita, Psikologi Perkembangan . . ., hal. 177
23
dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari
pengetahuan. Berpikir kreatif juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental
yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.19
Sedangkan menurut Siswono berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang
digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara fasih
disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu rangkaian tindakan atau aktivitas
dari kumpulan ingatan yang berisi ide, keterangan, konsep, pengalaman dan
pengetahuan.
19
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 14
20
Ibid., hal. 18
21
Ibid., hal. 24
24
kemampuan berpikir kreatif menurut Williams ada empat yaitu sebagai berikut.
a. Kefasihan
b. Fleksibilitas
pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu pada jenis
pemikiran lainnya.
c. Orisionalitas
d. Elaborasi
kreatif, kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari
22
Ibid., hal. 18
25
secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan
gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.23
mengacu pada komponen berpikir kreatif yang dijelaskan oleh Siswono, yaitu
a. Kefasihan
b. Fleksibilitas
masalah dari berbagai sudut tanpa terpaku pada sebuah sudut tertentu. 27
Fleksibilitas dalam berpikir kreatif tidak jauh berbeda dengan luwes secara fisik.
Fleksibilitas ini berarti bahwa otak mampu bergerak secara lancar dan mulus ke
23
Ibid., hal. 18
24
Ibid., hal. 23
25
Anita E. Woolfolk dan Lorrance, Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan
(Psikologi Pembelajaran I), (Depok: Inisiasi Press, 2004), hal. 191
26
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 23
27
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan: Manajemen Mutu
Psikologi Pendidikan Para Pendidik, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2009), hal. 157
28
Tony Buzan, The Power of Creative Intelligence: Sepuluh Cara Jadi Orang yang Jenius
Kreatif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal.97
26
c. Kebaruan
Hal baru tersebut tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada
matematika menjadi lima tingkatan, yaitu sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif,
kurang kreatif dan tidak kreatif. Adapun tingkatan kemampuan berpikir kreatif
29
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 247
30
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 23
31
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi . . ., hal. 104
27
dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat masalah yang
berbeda-beda (baru) dengan lancar ( fasih) dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya
mampu mendapat satu jawaban yang “baru” (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat
Siswa pada tingkat 3 mampu membuat suatu jawaban yang “baru” dengan
fasih, tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel) untuk mendapatkannya
atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda (fleksibel) untuk mendapatkan
Siswa pada tingkat 2 mampu membuat satu jawaban atau membuat masalah
yang berbeda dari kebiasaan umum (baru) meskipun tidak dengan fleksibel
ataupun fasih, atau siswa mampu menyusun berbagai cara penyelesaian yang
berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun membuat masalah dan
32
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 31
28
beragam (fasih), tetapi tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah
yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara
berbeda-beda (fleksibel).
Siswa pada tingkat 0 tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara
penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan
terkait dengan masalah tersebut tidak dipahami atau diingat dengan benar.33
E. Persamaan Kuadrat
berikut.
𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎
Dimana 𝒂, 𝒃, 𝒄 ∈ ℝ, 𝒂 ≠ 𝟎
33
Ibid., hal.31-32 (Tatag)
34
Tim Edukatif Hayati Tumbuh Subur, Modul Matematika Untuk Semester Gasal,
(Surakarta: CV Hayati Tumbuh Subur, 2012), hal. 23
29
𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎 , 𝒂 ≠ 𝟎.35
berikut.
1) Cara Pemfaktoran
a) Jika koefisien 𝒂 = 𝟏
b) Jika koefisien 𝒂 ≠ 𝟏
(𝒂𝒙 + 𝒙𝟏 )(𝒂𝒙 + 𝒙𝟐 ) = 𝟎. 36
35
Tim Penulis Matematika Madrasah Development Centre (MDC) Jawa Timur,
Matematika Kelas X Semester 1, (Surabaya: Wahana Dinamika Karya, 2004), hal. 34
36
Tim Edukatif Hayati Tumbuh Subur, Modul Matematika . . ., hal. 24
30
𝟏 𝟐
c) Tambahkan kedua ruas dengan (𝟐 𝐤𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐱) .
Adapun rumus kuadrat atau yang sering disebut dengan rumus 𝒂𝒃𝒄 adalah
sebagai berikut.38
−𝒃 ± √𝒃𝟐 − 𝟒𝒂𝒄
𝒙=
𝟐𝒂
F. Penelitian Terdahulu
peneliti. Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut.
Kuadrat Pada Kelas X Unggulan IPA 1 MAN Tulungagung 1”.39 Hasil dari
37
Ibid., hal. 24
38
Ibid., hal. 25
39
Ratna Hidayah, Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Tipe Open Ended Materi Persamaan Kuadrat Pada Kelas X Unggulan IPA 1 MAN Tulungagung
1, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014)
31
penelitian Ratna Hidayah ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat
kreatif yang berbeda juga menunjukkan proses berpikir yang berbeda dalam
memecahkan masalah.
siswa yang memiliki tingkat kemampuan serta kecakapan dalam materi dan
Tentang Garis dan Sudut di Kelas VII SMPN 6 Sidoarjo”.41 Hasil penelitian
40
Edi Purwanto, Analisis Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bilangan
Berpangkat Pada Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan,
2014)
41
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran . . . , hal. 50
32
Lanjutan tabel...
Jenjang
SMA SMA SMP SMA
Pendidikan
Komponen Kefasihan, Kefasihan, Kefasihan, Kefasihan,
Kreatif Fleksibilitas dan Fleksibilitas Fleksibilitas Fleksibilitas
Kebaruan dan Kebaruan dan Kebaruan dan Kebaruan
Penentuan Kemampuan Pencapaian Pencapaian Pencapaian
Kemampuan berpikir siswa komponen komponen komponen
Siswa pada masing- berpikir berpikir berpikir
masing proses kreatis siswa kreatis siswa kreatis siswa
G. Kerangka Berpikir
Berpikir Logis
Kefasihan
Berpikir Kritis
Tingkat 0
Tingkat 3
Tingkat 4
Gambar 2.1
analisis, sistematis, kritis dan kreatif. Pada bagan tersebut tingkatan berpikir
dimulai dari tingkatan terendah yaitu logis ke tingkat yang lebih tinggi sampai
42
Ibid., hal. 13