Anda di halaman 1dari 19

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika

1. Definisi Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan,

diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.1

Ruseffendi mendefinisikan matematika sebagai bahasa simbol, ilmu

deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya

ke dalil.2

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika

didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan

1
Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence. . . , hal. 52
2
Heruman, Model Pembelajaran . . . , hal. 1
15

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan.3

Berdasarkan beberapa definisi tentang matematika, maka dapat disimpulkan

bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan, pola keteraturan, hubungan

antara bilangan dan prosedur operasional yang terdiri dari berbagai unsur yang

berdasar pada dalil dan digunakan dalam penyelesaian masalah.

Pendalaman ilmu matematika sangat memerlukan pemikiran kreatif, karena

matematika sering disebut sebagai ilmu seni kreatif. Sebagaimana dijelaskan oleh

Dienes bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika

harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Penalaran yang logis dan efisien

dalam matematika, serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan

menakjubkan, maka matematika sering disebut sebagai seni, khususnya seni

berpikir yang kreatif. 4

Pemikiran kreatif dalam matematika akan meningkatkan keterampilan siswa

dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika. Sehingga siswa tidak

hanya terpaku pada satu rumus yang telah disajikan tetapi juga dapat

menggunakan alternatif lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2. Karakteristik Matematika

Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan dalam ruang lingkup

pendidikan, maka peneliti membatasi karakteristik matematika disini pada

3
Abdul Halim Fathani, Matematika: Hakikat dan Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hal. 22
4
Ibid., hal. 24
16

karakteristik matematika di sekolah, mengingat begitu luasnya karakteristik

matematika secara umum. Adapun karakteristik matematika dalam pelaksanaan

pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut.

a. Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun definisi,

tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.

b. Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif

maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasan

dan tingkat intelektual siswa.

c. Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, matematika yang

disajikan dalam jenjang pendidikan juga menyesuaikan kompleksitas

semestanya, semakin meningkat tahap perkembangan intelektual siswa,

semesta matematikanya juga diperluas.

d. Tingkat keabstrakan matematika harus menyesuaikan dengan tingkat

perkembangan intelektual siswa.5

B. Berpikir Kreatif

1. Pengertian Berpikir

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan

penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan

pemahaman/pengertian yang kita kehendaki. Berpikir erat hubungannya dengan

daya–daya jiwa seperti tanggapan, ingatan, pengertian dan perasaan. Tanggapan

memegang peranan penting dalam berpikir, meskipun adakalanya dapat

5
Ibid., hal. 73
17

mengganggu jalannya berpikir. Ingatan merupakan syarat yang harus ada dalam

berpikir karena memberikan pengalaman–pengalaman dari pengamatan yang telah

lampau. Pengertian dapat memberikan bantuan yang besar dalam proses berpikir.

Sedangkan perasaan sebagai pemberi keterangan dan ketekunan yang dibutuhkan

untuk memecahkan masalah/persoalan.6

Menurut Suryabrata berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat

dilukiskan menurut proses atau jalannya.7 Sedangkan menurut Ruggiero berpikir

adalah suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau

memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat

keingintahuan. Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan

suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia

melakukan suatu aktivitas berpikir.8

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian berpikir, maka dapat

disimpulkan bahwa berpikir adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk

menemukan pengertian atau pemecahan masalah yang kita kehendaki.

2. Macam–Macam Cara Berpikir

Berpikir dapat dibagi menjadi beberapa macam cara. Adapun macam–

macam cara berpikir diantaranya sebagai berikut.

6
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 43
7
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.
54
8
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 13
18

a. Berpikir Induktif

Berpikir induktif yaitu suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari

khusus menuju ke yang umum. Seseorang mencari ciri–ciri atau sifat–sifat yang

tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan–kesimpulan

bahwa ciri–ciri/sifat–sifat tersebut terdapat pada semua jenis fenomena yang

dimaksud.

b. Berpikir Deduktif

Berpikir deduktif yaitu suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari

umum menuju ke yang khusus. Berdasarkan cara berpikir ini, orang bertolak dari

suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah

bersifat umum kemudian menerapkannya kepada fenomena–fenomena yang

khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.

c. Berpikir Analogis

Berpikir analogis yaitu berpikir dengan jalan menyamakan atau

memperbandingkan fenomena–fenomena yang biasa/pernah dialami. Berdasarkan

cara berpikir ini, seseorang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena–

fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi

sekarang.9

Berpikir juga dibagi menjadi berpikir konvergen dan divergen. Kemampuan

berpikir konvergen atau penalaran logis menunjuk pada pemikiran yang

menghasilkan satu jawaban dan mencirikan jenis pemikiran berdasarkan tes

inteligensi standar. Sedangkan kemampuan berpikir divergen merujuk pada

9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan . . ., hal.47
19

pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama dan

lebih merupakan indikator dari kreativitias. Berpikir divergen merupakan aktivitas

mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan

menghasilkan lebih dari satu pemecahan masalah.10

Pada proses pemecahan masalah secara kreatif, pemikir harus berselang

seling antara berpikir divergen dan berpikir konvergen. Mula–mula ia berpikir

divergen jika ingin memperoleh gagasan sebanyak mungkin (berpikir kreatif),

kemudian ia berpikir konvergen (berpikir logis-kritis) untuk menyeleksi gagasan

terbaik yang dapat dilaksanakan.11

Selain itu, berpikir juga dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Adapun penjelasan dari

masing-masing jenis berpikir tersebut adalah sebagai berikut.

a. Berpikir Logis

Berpikir logis adalah kemampuan untuk menarik simpulan yang sah

menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa simpulan itu benar (valid)

sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.

b. Berpikir Analitis

Berpikir analitis adalah kemampuan untuk menguraikan, memerinci dan

menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu

pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar

perasaan atau tebakan.

10
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 176
11
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hal. 207
20

c. Berpikir Sistematis

Berpikir sistematis adalah kemampuan untuk mengerjakan atau

menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah atau

perencanaan yang tepat, efektif dan efisien.

d. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk membandingkan dua atau lebih

informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang

dimiliki.

e. Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dengan menggunakan akal

budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi

ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan.12

3. Pengertian Kreativitas

Kreativitas didefinisikan secara berbeda–beda oleh para pakar berdasarkan

sudut pandang masing–masing. Barron mendefinisikan bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini

bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari

unsur–unsur yang telah ada sebelumnya.13 Sedangkan menurut Julius Chandra,

kreativitas adalah kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas

12
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 14
13
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 41
21

manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru,

indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.14

Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara–cara baru, model baru

yang berguna bagi dirinya dan atau bagi orang lain. Hal baru tersebut tidak perlu

selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya

mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru,

hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan

keadaan sebelumnya.15 Adapun definisi kreativitas menurut Siswono adalah suatu

produk kemampuan berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau suatu yang baru

dalam memandang suatu masalah atau situasi.16

Berdasarkan beberapa pendapat tentang definisi kreativitas, maka dapat

disimpulkan bahwa kreativitas adalah produk dari kemampuan berpikir untuk

menciptakan hal baru atau mengkombinasi unsur-unsur yang sudah ada dengan

perspektif baru sehingga menghasilkan kualitas yang berbeda dengan keadaan

sebelumnya.

14
Julius Chandra, Kreativitas: Bagaimana Menanam, Membangun dan
Mengembangkannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 17
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 104
16
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 11
22

4. Ciri–Ciri Kreativitas

Adapun beberapa ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut.

a. Cenderung bersifat mandiri.

b. Mampu berpikir konvergen dan divergen.

c. Ulet dan pantang menyerah menghadapi tantangan.

d. Penuh semangat.

e. Dapat menggunakan imajinasi dan fantasi secara berselang seling, namun

masih tetap bersandar pada realitas.17

Sedangkan Menurut Utami Munandar, ciri–ciri kreativitas antara lain

sebagai berikut.

a. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

b. Mempunyai inisiatif.

c. Mempunyai minat yang luas.

d. Mempunyai kebebasan dalam berpikir.

e. Bersifat ingin tahu.

f. Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

g. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat.

h. Penuh semangat.

i. Berani mengambil resiko.

j. Berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan.18

17
Achmad Patoni dkk, Dinamika Pendidikan Anak, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 138
18
Desmita, Psikologi Perkembangan . . ., hal. 177
23

5. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan seseorang

dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari

kumpulan ingatan yang berisi ide, keterangan, konsep, pengalaman dan

pengetahuan. Berpikir kreatif juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental

yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.19

Menurut Williams berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental yang

menunjukkan ciri-ciri kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi.20

Sedangkan menurut Siswono berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang

digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara fasih

dan fleksibel.21 Adapun penjelasan mengenai masing-masing aspek tersebut akan

dibahas pada subbab berikutnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang definisi berpikir kreatif, maka dapat

disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu rangkaian tindakan atau aktivitas

mental yang menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan yang bersumber

dari kumpulan ingatan yang berisi ide, keterangan, konsep, pengalaman dan

pengetahuan.

19
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 14
20
Ibid., hal. 18
21
Ibid., hal. 24
24

C. Komponen-komponen Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini dilihat berdasarkan

pencapaian komponen-komponen berpikir kreatif. Adapun komponen-komponen

kemampuan berpikir kreatif menurut Williams ada empat yaitu sebagai berikut.

a. Kefasihan

Kefasihan adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau

pertanyaan dalam jumlah yang banyak.

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak macam

pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu pada jenis

pemikiran lainnya.

c. Orisionalitas

Orisionalitas adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau

dengan ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-

pemikiran yang tidak lazim daripada pemikiran yang jelas diketahui.

d. Elaborasi

Elaborasi adalah kemampuan untuk menambah atau memerinci hal-hal yang

detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi.22

Sedangkan Olson menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir

kreatif, kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari

dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan ditunjukkan

dengan kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah

22
Ibid., hal. 18
25

secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan

gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.23

Adapun komponen berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada komponen berpikir kreatif yang dijelaskan oleh Siswono, yaitu

terdiri dari kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

a. Kefasihan

Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons

sebuah perintah.24 Kefasihan/kelancaran secara sederhana merupakan jumlah

respon yang berbeda. 25

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika

merespons perintah.26 Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mendekati sebuah

masalah dari berbagai sudut tanpa terpaku pada sebuah sudut tertentu. 27

Fleksibilitas dalam berpikir kreatif tidak jauh berbeda dengan luwes secara fisik.

Fleksibilitas ini berarti bahwa otak mampu bergerak secara lancar dan mulus ke

segala arah dan sudut.28 Definisi lain menjelaskan bahwa fleksibilitas/keluwesan

23
Ibid., hal. 18
24
Ibid., hal. 23
25
Anita E. Woolfolk dan Lorrance, Mengembangkan Kepribadian dan Kecerdasan
(Psikologi Pembelajaran I), (Depok: Inisiasi Press, 2004), hal. 191
26
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 23
27
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan: Manajemen Mutu
Psikologi Pendidikan Para Pendidik, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2009), hal. 157
28
Tony Buzan, The Power of Creative Intelligence: Sepuluh Cara Jadi Orang yang Jenius
Kreatif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal.97
26

adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau

pendekatan terhadap masalah.29

c. Kebaruan

Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespons perintah.30

Hal baru tersebut tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada

sebelumnya, unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu

menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki

kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.31

D. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Menurut Siswono

Siswono membagi tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

matematika menjadi lima tingkatan, yaitu sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif,

kurang kreatif dan tidak kreatif. Adapun tingkatan kemampuan berpikir kreatif

tersebut dirumuskan pada tabel berikut.

29
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 247
30
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 23
31
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi . . ., hal. 104
27

Tabel 2.1 Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif menurut Siswono32


Tingkat 4 Siswa mampu menunjukkan kefasihan,fleksibilitas, dan
(Sangat Kreatif) kebaruan atau kebaruan dan fleksibilitas dalam memecahkan
maupun mengajukan masalah.
Tingkat 3 Siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau
(Kreatif) kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan maupun
mengajukan masalah.
Tingkat 2 Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas dalam
(Cukup Kreatif) memecahkan maupun mengajukan masalah.
Tingkat 1 Siswa mampu menunjukkan kefasihan dalam memecahkan
(Kurang Kreatif) maupun mengajukan masalah.
Tingkat 0 Siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek indikator
(Tidak Kreatif) berpikir kreatif.

Pada tingkat 4 siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih

dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat masalah yang

berbeda-beda (baru) dengan lancar ( fasih) dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya

mampu mendapat satu jawaban yang “baru” (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat

berpikir umumnya) tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel).

Siswa pada tingkat 3 mampu membuat suatu jawaban yang “baru” dengan

fasih, tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel) untuk mendapatkannya

atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda (fleksibel) untuk mendapatkan

jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut tidak “baru”.

Siswa pada tingkat 2 mampu membuat satu jawaban atau membuat masalah

yang berbeda dari kebiasaan umum (baru) meskipun tidak dengan fleksibel

ataupun fasih, atau siswa mampu menyusun berbagai cara penyelesaian yang

berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun membuat masalah dan

jawaban yang dihasilkan tidak “baru”.

32
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran. . . , hal. 31
28

Siswa pada tingkat 1 mampu menjawab atau membuat masalah yang

beragam (fasih), tetapi tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah

yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara

berbeda-beda (fleksibel).

Siswa pada tingkat 0 tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara

penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan

fleksibel. Kesalahan penyelesaian suatu masalah disebabkan karena konsep yang

terkait dengan masalah tersebut tidak dipahami atau diingat dengan benar.33

E. Persamaan Kuadrat

1. Bentuk Umum Persamaan Kuadrat

Bentuk umum persamaan kuadrat dalam peubah/variabel x adalah sebagai

berikut.

𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎

Dimana 𝒂, 𝒃, 𝒄 ∈ ℝ, 𝒂 ≠ 𝟎

Pada bentuk umum persamaan kuadrat tersebut, 𝒂 disebut koefisien 𝒙𝟐 , 𝒃 disebut

koefisien 𝒙 dan 𝒄 disebut konstanta.34

33
Ibid., hal.31-32 (Tatag)
34
Tim Edukatif Hayati Tumbuh Subur, Modul Matematika Untuk Semester Gasal,
(Surakarta: CV Hayati Tumbuh Subur, 2012), hal. 23
29

2. Penyelesaikan Persamaan Kuadrat

Penyelesaian persamaan kuadrat dilakukan dengan menentukan nilai x1 dan

x2 dimana x1 dan x2 merupakan akar-akar persamaan kuadrat

𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎 , 𝒂 ≠ 𝟎.35

Ada tiga cara untuk menyelesaikan persamaan kuadrat, yaitu sebagai

berikut.

1) Cara Pemfaktoran

a) Jika koefisien 𝒂 = 𝟏

Bentuk persamaan 𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎 dapat difaktorkan menjadi

(𝒙 + 𝒙𝟏 )(𝒙 + 𝒙𝟐 ), dimana 𝒙𝟏 + 𝒙𝟐 = 𝒃 dan 𝒙𝟏 ∙ 𝒙𝟐 = 𝒄, atau dengan kata lain,

kita mencari faktor dari c yang dijumlahkan sama dengan b.

b) Jika koefisien 𝒂 ≠ 𝟏

Bentuk persamaan 𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎 dapat difaktorkan dengan mencari

faktor dari 𝒂 ∙ 𝒄 (misal faktornya x1 dan x2) sedemikian hingga 𝒙𝟏 + 𝒙𝟐 = 𝒃 dan

𝒙𝟏 ∙ 𝒙𝟐 = 𝒂 ∙ 𝒄, kemudian persamaan 𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎 dirubah menjadi

(𝒂𝒙 + 𝒙𝟏 )(𝒂𝒙 + 𝒙𝟐 ) = 𝟎. 36

2) Melengkapkan Kuadrat Sempurna

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan persamaan kuadrat dengan

cara melengkapkan kuadrat sempurna adalah sebagai berikut.

a) Buatlah agar koefisien x2 sama dengan 1.

b) Pindahkan semua konstanta ke ruas kanan.

35
Tim Penulis Matematika Madrasah Development Centre (MDC) Jawa Timur,
Matematika Kelas X Semester 1, (Surabaya: Wahana Dinamika Karya, 2004), hal. 34
36
Tim Edukatif Hayati Tumbuh Subur, Modul Matematika . . ., hal. 24
30

𝟏 𝟐
c) Tambahkan kedua ruas dengan (𝟐 𝐤𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐱) .

d) Ruas kiri merupakan bentuk kuadrat sempurna.37

Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan

melakukan perhitungan dengan melibatkan sifat-sifat bentuk akar.

3) Rumus Kuadrat (Rumus 𝒂𝒃𝒄)

Adapun rumus kuadrat atau yang sering disebut dengan rumus 𝒂𝒃𝒄 adalah

sebagai berikut.38

−𝒃 ± √𝒃𝟐 − 𝟒𝒂𝒄
𝒙=
𝟐𝒂

−𝒃+√𝒃𝟐 −𝟒𝒂𝒄 −𝒃−√𝒃𝟐 −𝟒𝒂𝒄


dimana 𝒙𝟏 = dan 𝒙𝟐 =
𝟐𝒂 𝟐𝒂

F. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang sudah teruji

kebenarannya yang dalam penelitian ini digunakan sebagai pembanding oleh

peneliti. Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah

sebagai berikut.

1. Penelitian Ratna Hidayah yang berjudul “Analisis Proses Berpikir Kreatif

Siswa Dalam Memecahkan Masalah Tipe Open Ended Materi Persamaan

Kuadrat Pada Kelas X Unggulan IPA 1 MAN Tulungagung 1”.39 Hasil dari

37
Ibid., hal. 24
38
Ibid., hal. 25
39
Ratna Hidayah, Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Tipe Open Ended Materi Persamaan Kuadrat Pada Kelas X Unggulan IPA 1 MAN Tulungagung
1, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014)
31

penelitian Ratna Hidayah ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat

kreatif yang berbeda juga menunjukkan proses berpikir yang berbeda dalam

memecahkan masalah.

2. Penelitian Edi Purwanto yang berjudul “Analisis Kreativitas Siswa Dalam

Menyelesaikan Soal Bilangan Berpangkat Pada Kelas X SMK PGRI 1

Tulungagung”.40 Hasil dari penelitian Edi Purwanto ini menunjukkan bahwa

siswa yang memiliki tingkat kemampuan serta kecakapan dalam materi dan

komunikasi yang berbeda juga menunjukkan tingkat kreatif yang berbeda.

3. Penelitian Siswono yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah Dalam Menyelesaikan Masalah

Tentang Garis dan Sudut di Kelas VII SMPN 6 Sidoarjo”.41 Hasil penelitian

Siswono tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa

meningkat seiring dengan kemampuan pengajuan masalah, dan pengajuan

masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif terutama pada aspek

kefasihan dan kebaruan.

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu


Aspek Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian ini
Ratna Hidayah Edi Purwanto Siswono
Pokok Analisis Kemampuan Kemampuan
Proses Berpikir
Kreativitas Berpikir Berpikir
Kreatif
Kreatif Kreatif
Materi Persamaan Bilangan Garis dan Persamaan
Kuadrat Berpangkat Sudut Kuadrat

40
Edi Purwanto, Analisis Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bilangan
Berpangkat Pada Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan,
2014)
41
Tatag Y. E. Siswono, Model Pembelajaran . . . , hal. 50
32

Lanjutan tabel...

Jenjang
SMA SMA SMP SMA
Pendidikan
Komponen Kefasihan, Kefasihan, Kefasihan, Kefasihan,
Kreatif Fleksibilitas dan Fleksibilitas Fleksibilitas Fleksibilitas
Kebaruan dan Kebaruan dan Kebaruan dan Kebaruan
Penentuan Kemampuan Pencapaian Pencapaian Pencapaian
Kemampuan berpikir siswa komponen komponen komponen
Siswa pada masing- berpikir berpikir berpikir
masing proses kreatis siswa kreatis siswa kreatis siswa

G. Kerangka Berpikir

Berpikir Logis

Kefasihan

Berpikir Analisis Fleksibilitas


Tujuan
Pembelajaran Komponen
Matematika Berpikir Sistematis Kebaruan

Berpikir Kritis
Tingkat 0

Berpikir Kreatif Tingkat 1


Tingkatan
Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4
Gambar 2.1

Pembelajaran Matematika bertujuan agar siswa mampu berpikir logis,

analisis, sistematis, kritis dan kreatif. Pada bagan tersebut tingkatan berpikir

dimulai dari tingkatan terendah yaitu logis ke tingkat yang lebih tinggi sampai

pada tingkat tertinggi yaitu berpikir kreatif.42

42
Ibid., hal. 13

Anda mungkin juga menyukai