Anda di halaman 1dari 19

CREATIVE THINKING

Tugas Mata Kuliah Teori Pembelajaran Matematika


Dosen Pengampu Dr. Dwijanto, M.S

Disusun Oleh:
Azwida Rosana Maulida 0401517034
Siti Riyadhotul Janah 0401517045
Elis Fitria Herliani 0401517055

Rombel A2

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan modal dasar bagi peningkatan kualitas sumber
daya manusia sehingga dituntut untuk terus berupaya mempelajari,
memahami, dan menguasai berbagai macam ilmu. Kemudian ilmu-ilmu
tersebut diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan. Dengan pendidikan
peserta didik dapat memiliki keunggulan dalam bidangnya masing-masing.
Pengembangan terbaru pada kurikulum 2013 mengupayakan peningkatan
mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu
menghadapi kehidupan pada masa yang akan datang.
Pengembangan kurikulum masih mengupayakan agar siswa memiliki
kemampuan berpikir kreatif yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan di masa yang akan datang
karena masalah yang dihadapi akan lebih kompleks dan rumit. Meskipun
kreativitas dapat ditumbuh kembangkan melalui latihan yang mengacu pada
perkembangan berpikir kreatif anak/siswa, namun kenyataan menunjukkan
bahwa sekolah maupun perguruan tinggi belum mampu mencetak lulusan
yang kreatif. Hal ini terjadi bukan saja di Indonesia tetapi juga di negara-
negara lain. Sebagaimana dinyatakan oleh Guilford (1950) (dalam Munandar,
2000) pada pidato pelantikannya sebagai Presiden dari American
Psychological Assoaciation, bahwa: ”Keluhan yang paling banyak saya
dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup
mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-
teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut
memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru”
Krisis kreativitas bukan hanya dialami oleh siswa, namun merambah
kepada mahasiswa dan guru. Hal ini dikemukakan oleh Slameto (2003)
bahwa: Rendahnya kreativitas ini tidak hanya pada guru-guru lulusan SPG
saja tetapi juga pada mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi. Hal ini

1| C R E A T I V E T H I N K I N G
diakui kebenarannya oleh guru besar UGM M.S.A. Sastroamidjojo dalam
keprihatinannya akan menurunnya kreativitas manusia.
Munandar (2000) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
berhubungan erat dengan cara mengajar guru di sekolah. Dalam artian guru
menjadi pemeran utama di sekolah dan orang tua menjadi penentu di rumah
dan lingkungannya dalam menumbuhkan kreativitas anak. Namun kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
khususnya guru matematika masih menerapkan paradigma lama tentang
dimensi proses kognitif. Dalam hal ini dalam pembelajarannya guru masih
bertumpu pada enam proses yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Guru belum menerapkan paradigma baru tentang
dimensi proses kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom: (1)
ingatan (remember), (2) pemahaman (understand), (3) penerapan (apply), (4)
analisis (analyze), (5) evaluasi (evaluate), dan (6) kreasi (create). (Anderson
2001:67).
Tugas-tugas pemecahan masalah matematika yang diberikan oleh guru
kepada siswa cenderung dikemas dalam bentuk soal tertutup (close-ended
problem) atau konvergen. soal tertutup (close-ended problem) memberi
pembatasan yang ketat kepada siswa. Soal tertutup (close-ended problem)
menyertakan unsur pemaksaan untuk menjawab sesuai prosedur. Selain itu
soal tertutup cenderung bersifat diskriminatif, yaitu hanya menjadi konsumsi
siswa yang berkemampuan tinggi. Hal ini yang dapat menghambat bertumbuh
kembangnya berpikir kreatif siswa.
Pencapaian tujuan pendidikan diperlukan kurikulum dan pembelajaran
di kelas yang dapat memfasilitasi pengembangan generasi bangsa. Aspek
kreatif masih menjadi salah satu aspek yang perlu dikembangkan dalam
pembelajaran. Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, terlihat bahwa
pengembangan kemampuan berpikir kreatif di dalam pendidikan merupakan
aspek yang sangat penting kaitannya dengan pembentukan peserta didik.
Hasil dari pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman dengan
mengimplementasikan kemampuan berpikir kreatif tersebut dapat menjawab

2| C R E A T I V E T H I N K I N G
segala tantangan dan permasalahan yang timbul di dalam kehidupannya
kelak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kreatif?
2. Apa aspek-aspek dari berpikir kreatif?
3. Bagaimana mekanisme dari berpikir kreatif?
4. Bagaimana contoh soal yang termasuk dalam berpikir kreatif?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari berpikir kreatif
2. Untuk mengetahui aspek-aspek dari berpikir kreatif
3. Untuk mengetahui mekanisme dari berpikir kreatif
4. Untuk mengetahui contoh soal yang termasuk dalam berpikir kreatif

3| C R E A T I V E T H I N K I N G
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kreatif


Para ahli mendefinisikan berpikir kreatif dengan cara pandang yang
berbeda. Johnson (Siswono, 2004: 2), berpikir kreatif yang mengisyaratkan
ketekunan, disiplin pribadi, dan perhatian melibatkan aktivitas-aktivitas
mental seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi-
informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran
terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang
serupa, mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas, menerapkan
imajinasi pada setiap situasi yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan
memperhatikan intuisi.
Munandar (1999: 167), berpikir kreatif juga disebut berpikir divergen
ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan
kesesuaian. Colleman dan Hammen (dalam Rohaeti, 2008) mengemukakan
bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu
yang baru dalam konsep, pengertian, penemuan dan karya seni.
Menurut Puccio dan Mudock (Costa, ed., 2001), berpikir kreatif
memuat aspek ketrampilan kognitif dan metakognitif antara lain
mengidentifikasi masalah, menyusun pertanyaan, mengidentifikasi data yang
relevan dan tidak relevan, produktif, menghasilkan banyak ide yang berbeda
dan produk atau ide yang baru dan memuat disposisi, yaitu bersikap terbuka,
berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan
bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks,
memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis, dan sikap sensitif
terhadap perasaan orang lain, sedangkan menurut Sabandar (2008), berpikir
kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari
adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu
terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin harus diselesaikan.
Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam pikiran

4| C R E A T I V E T H I N K I N G
seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi. Kemampuan kreatif secara
umum dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap
kreatif adalah seorang pemikir sintesis yang benar-benar baik yang
membangun koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari orang lain
secara spontan. Suatu sikap kreatif sekurang-kurangnya sama pentingnya
dengan keterampilan berpikir kreatif. Kreatif ini sifatnya relatif.
Menurut Siswono (2008: 16) berpikir kreatif merupakan suatu
kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan
imajinasi, mengungkapkan (to reveal) kemungkinan-kemungkinan baru,
membuka selubung (unveil) ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide
yang tidak diharapkan. Dalam berpikir kreatif, seseorang cenderung
mempunyai gagasan-gagasan baru tentang sebuah hal. Gagasan-gagasan
tersebut dituangkan dalam ide-ide kreatif untuk menyelesaikan sebuah hal
(masalah). Dalam pengertian ini, intuisi diartikan sebagai pemikiran akal
sehat dalam suatu pemecahan masalah tanpa melalui langkah-langkah
analisis. Jadi siswa mencari pemecahan masalah tanpa mengetahui apakah
formula yang digunakan benar atau salah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan
terhadap suatu masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide
yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat
hubungan-hubungan dalam menyelesaikan suatu masalah.
B. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi
atau disposisi tentang instruksi matematis, termasuk tugas penemuan dan
pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa siswa
mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika. Tugas
aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi kreativitas.
Krutetskii (Hartono, 2009), mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. kreativitas dalam pemecahan masalah matematis
merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah matematika secara

5| C R E A T I V E T H I N K I N G
bebas, bersifat penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti
fleksibilitas dan kelancaran dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan
jawaban divergen yang berkaitan dengan kreativitas secara umum. Silver
(1997), menambahkan aktivitas matematis seperti pemecahan masalah dan
penghadapan masalah berhubungan erat dengan kreativitas, yang meliputi:
kefasihan, keluwesan, dan keaslian.
Munandar (2009 : 192), mengemukakan bahwa ciri-ciri kemampuan
berpikir kreatif yang berhubungan dengan kognisi dapat dilihat dari
ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berpikir luwes, ketrampilan berpikir
orisinal, dan ketrampilan elaborasi. Penjelasan dari ciri-ciri yang berkaitan
dengan ketrampilan-ketrampilan tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Keterampilan berpikir lancar
a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
b. Menghasilkan motivasi belajar
c. Arus pemikiran lancar
2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam dengan pola yang
berbeda
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan
c. Arah pemikiran yang berbeda
3. Keterampilan berpikir orisinil (original)
a. Memberikan jawaban yang tidak lazim
b. Memberikan jawaban yang lain daripada yang lain
c. Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)
a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
b. Memperinci detail-detail
c. Memperluas suatu gagasan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif dapat dijadikan indikator dalam menilai kemampaun berpikir kreatif
seseorang, untuk dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif siswa,
guru dapat merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara

6| C R E A T I V E T H I N K I N G
aktif. Guru dapat menggunakan pendekatan yang dapat melibatkan aktifitas
aktif siswa selama proses belajar mengajar dan menciptakan materi ajar
yang memilki pertanyaan yang divergen (terbuka).
Heylock (1997) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis dapat menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah
dengan memperhatikan jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah yang
proses kognitifnya dianggap sebagai proses berpikir kreatif. Pendekatan
kedua adalah menentukan kriteria bagi sebuah produk yang diindikasikan
sebagai hasil dari berpikir kreatif atau produk-produk divergen, selanjutnya
Haylock (1997) juga mencatat bahwa banyak usaha untuk menggambarkan
kreatif matematis. Pertama memandang “termasuk kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan baru antara teknik-teknik dan bidang-bidang
dari aplikasi dan untuk membuat asosiasi-asosiasi antara yang tidak
berkaitan dengan ide”. Tall (1991) mengatakan bahwa berpikir kreatif
matematis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan/atau
perkembangan berpikir pada struktur- struktur dengan memperhatikan
aturan penalaran deduktif, dan hubungan dari konsep-konsep dihasilkan
untuk mengintegrasikan pokok penting dalam matematika.
Pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan dan
menyelesaikan masalah matematis yang meliputi komponen-komponen:
kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan keaslian. Penilaian terhadap
kemampuan bepikir kreatif siswa dalam matematika penting untuk
dilakukan. Pengajuan masalah yang menuntut siswa dalam pemecahan
masalah sering digunakan dalam penilaian kreativitas matematis. Tugas-
tugas yang diberikan pada siswa yang bersifat penghadapan siswa dalam
masalah dan pemecahannya digunakan peneliti untuk mengidentifikasi
individu-individu yang kreatif.
Siswa kreatif kebanyakan menggunakan cara berpikir secara analogis
karena mereka mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh
siswa lain. Siswa yang biasa juga sering berpikir analogis, tetapi berpikir
analogis yang dilakukan oleh siswa kreatif ditandai oleh sifatnya yang luar

7| C R E A T I V E T H I N K I N G
biasa, aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Berpikir kreatif mempunyai
beberapa mekanisme atau proses yang harus dilalui. Menurut para psikolog,
ada lima tahap berpikir kreatif, diantaranya:
a. Orientasi; masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah
diindentifikasi.
b. Preparasi; berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
relevan dengan masalah.
c. Inkubasi; proses pemberhentian sementara ketika berbagai masalah
berhadapan dengan jalan buntu. Tetapi mekipun begitu, proses berpikir
berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar.
d. Iluminasi; ketika masa inkubasi berakhir dengan ditemukannya solusi
untuk memecahkan masalah.
e. Verifikasi; tahap untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan
masalah yang diajukan pada tahap ke empat. Sesungguhnya kemampuan
berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki semua orang. Berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan
orisinil. Bahkan pada orang yang merasa tidak mampu menciptakan ide
baru pun sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan dilatih. Untuk
itu, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai cara berpikir dan cara
berpikir kreatif.

Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif


Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor internal dan
situasional. Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam.
Misal: Wagner sombong dan sok ngatur; Tchaikovsky pemalu, pendiam, dan
pasif; Bryon hyperseksual; Newton tidak toleran dan pemarah; Einstein rendah
hati dan sederhana. Walaupun demikian, ada tiga aspek yang secara umum
menandai orang-orang kreatif menurut Munandar (1999: 96) :
a. Kemampuan kognitif: termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata,
kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang
berlainan, dan fleksibilitas kognitif.

8| C R E A T I V E T H I N K I N G
b. Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli
internal maupun eksternal.
c. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri: orang kreatif ingin
menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-
kovensi. Hal ini menyebabkan orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau
gila. Selain faktor lingkungan psikososial, beberapa peneliti menunjukan
adanya faktor situasional lainnya.
Maltzman menyatakan adanya faktor peneguhan dari lingkungan. Dutton
menyebutkan tersedianya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif, dan Silvano
Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas. Butir nomor 3
membawa kita pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan kreativitas. Para
ahli sejarah mencatat bahwa ada saat-saat kreativitas tumbuh subur; misalnya,
Islam pada zaman Abasiyah, Itali pada waktu Renaissance. Sudah diketahui juga,
di negara-negara totaliter kreativitas dalam dunia sains dihidupkan, tetapi
kreativitas dalam dunia sastra atau ilmu-ilmu sosial dihambat. Berpikir kreatif
hanya berkembang pada masyarakat terbuka, toleran terhadap ide-ide "gila", dan
memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan dirinya.
Masyarakat yang menuntut kepatuhan membuat otoritas, meminta keseragaman
dalam berperilaku, menghargai kesetiaan primordial, tetapi membunuh prestasi
yang menonjol, sukar untuk melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif.

C. Contoh Rubrik Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


Matematik(Kelengkapan Bahan Ajar Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Matematika pada Program Magister Pendidikan Matematika STKIP
Siliwangi Bandung Oleh: Utari Sumarmo, “Pedoman Pemberian Skor pada
BeragamTes Kemampuan Matematik”)
Indikator Jawaban Skor
BerpikirKreatif
Kelancaran Tidak ada jawaban 0
Mengidentifikasi beberapa cara menyelesaikan masalah 0–2
yang berbeda
Menetapkan cara menyelesaikan masalah yang dipilih 0-2
disertaialasan
Menyelesaikan masalah dengan cara yang telah 0-2

9| C R E A T I V E T H I N K I N G
ditetapkan
Menyelesaikan masalah dengan alternatif lain 0-2
Sub-total (satu butir tes) 0-8
Kelenturan/Fleksibel Tidak ada jawaban 0
Mengidentifikasi data/informasi yang diberikan dan 0 – 2
yang ditanyakan
Mengkaitkan data/informasi yang diberikan dan yang 0 – 3
ditanyakan dan menyusun model matematika masalah
Mengidentifikasi beberapa cara berbeda untuk 0 – 2
menyelesaikan masalah
Menyelesaikan model matematika masalah dengan cara 0 – 3
berbeda yang telah ditetapkan
Membandingkan dan menjelaskan cara terbaik dari 0 – 2
beberapa alternatif jawaban disertai dengan alasan yang
relevan
Sub-total (satu butir tes) 0 – 12
Keaslian/Originalitas Tidak ada jawaban 0
Mengubah bentuk masalah ke dalam bentuk masalah 0 – 2
lain yang lebih sederhana/Memodifikasi masalah
Menyusun model matematika masalah yang sudah 0 – 2
dimodifikasi dalam bentuk gambar dan atau ekspresi
matematik
Mengidentifikasi strategi (yang tidak baku) untuk 0 – 3
menyelesaikan masalah
Menyelesaikan model matematika dengan strategi tidak 0 – 3
baku yang dipilih
Menetapkan solusi yang relevan 0–2
Sub-total (satu butir tes) 0 – 12
Keterincian/Elaborasi Tidak ada jawaban 0
Mengidentifikasi unsur/data yang diketahui dan yang 0 – 2
ditanyakan dari suatu masalah
Mengidentifikasi kecukupan unsur/data dan atau 0 – 2
melengkapinya
Mengkaitkan unsur/data dan yang ditanyakan serta 0 – 3
menyusun model matematika masalah utama (bentuk
gambar dan atau ekspresi matematika)
Merinci masalah/model matematika ke dalam sub- 0 – 3
masalah/sub- model matematika
Menyelesaikan model matematika masalah utama 0 – 3
disertai alasan/penjelasan konsep/proses yang
digunakan pada tiap langkah

10| C R E A T I V E T H I N K I N G
Memeriksa kebenaran solusi disertai alasan 0–2
Sub-total (satu butir tes) 0 – 15

D. Contoh Soal Kemampuan Berpikir Kreatif


Berikut diberikan tiga contoh soal atau tugas untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis.
Contoh 1:
Tentukanlah rumus suku ke-n (Un) dengan berbagai cara yang anda ketahui,
jika jumlah n suku pertama dari suatu deret aritmetika adalah Sn = 5n2 + 4n.
Berikut ini adalah beberapa jawaban yang dimungkinkan terjadi.
Jawaban ke-1
n
Sn= (a + U n)
2
n
5n2+ 4n= (a+Un )
2
2
=n (a+U n)
10𝑛 + 8𝑛
10n 2  8n
= a + Un
n
10n+ 8 =a+Un
U n=10n+8− a............(1)
Karena a=S1 , berarti a= 5(1)2+ 4(1) = 5 + 4 = 9...........(2)
Substitusi nilai a= 9 , pada (1), sehingga diperoleh:
U n=10n +8−9
U n=10n −1

Jawaban ke-2
Sn=5n2+4n
S1=5(1)2+4(1)= 9 U1= a =9
S2=5(2)2+4(2)= 28 U 2=19(karena 9 + 19 = 28)
S3=5(3)2+4(3)= 57 U3=29(berarti b = 10)
Karena Un=a+ (n−1)b , maka:
U n=9+(n −1)10
U n=10n −1

11| C R E A T I V E T H I N K I N G
Jawaban ke-3
U n= a +(n −1)b
Diketahui bahwa:
a = S1 = 5(1)2 + 4(1) = 5 + 4 = 9
S2= U1+ U2, (U1=a)
S2=5(2)2+4(2)=5(4)+8=20+8=28
Berarti:
28 = a + U2
28 = 9 + U2
U2 = 28 – 9
U2 = 19
Menentukan b dengan cara, b=U2−U1= 19 − 9 = 10
Sehingga diperoleh:
U n=9+(n −1)10
U n=9+10n −10
U n=10n −1

Jawaban ke- 4
Rumus lain Un=Sn−Sn−1
Sn=5n2+4n
Berarti:
Sn−1=5(n −1)2+4(n −1)
Sn−1=5(n2−2n +1)+4n −4
Sn−1=5n2−10n +5+4n −4
Sn−1=5n2−6n +1
Sehingga,
Un=(5n2+4n)−(5n2−6n +1)
Un=5n2−5n2+4n +6n −1
Un=10n −1

Jawaban ke-5
Rumus Un= (Sn)'−A (dimana (Sn )' adalah turunan pertama Sn )
Sn=5n2+4n , dimana A =5dan B =4

12| C R E A T I V E T H I N K I N G
(Sn )'= 10n+ 4
Jadi,
Un=10n +4−5
Un=10n −1

Keterkaitan antara indikator berpikir kreatif dalam matematika (


kelancaran, fleksibilitas, original dan elaborasi) dengan karakteristik dari
kelima jawaban yang telah dikemukakan dijelaskan sebagai berikut: (1)
Jawaban kedua dan ketiga, nampak berbeda akan tetapi memiliki kesamaan
pola atau ide jawaban. Siswa yang hanya mampu menjawab soal sampai
pada tahap ini, siswa tersebut hanya memenuhi indikator kelancaran dalam
berpikir kreatif dalam matematika, (2) jawaban kesatu, kedua, keempat,dan
kelima atau jawaban kesatu, ketiga, keempat,dan kelima tampak berbeda dan
tidak mengikuti pola atau ide jawaban yang sama. Siswa yang mampu
menjawab dengan cara kesatu, kedua, keempat,dan kelima atau cara kesatu,
ketiga, keempat,dan kelima atau kombinasi dua cara dari empat cara
tersebut, siswa tersebut memenuhi indikator kelancaran dan fleksibilitas, (3)
jawaban kelima merupakan pengembangan ide (inovasi) dari jawaban ke-4.
Dengan berpijak pada rumus Un=Sn−Sn−1. Un dapat dicari melalui
pengembangan Sn dan Sn−1 dengan cara sebagai berikut:
Misalkan Sn=An2+Bn ....(1)
Berarti:
Sn−1= A(n −1)2+ B(n −1)
Sn−1= A(n2−2n +1)+ Bn − B
Sn−1= An2−2An + A + Bn − B
Sn−1= An2+ Bn −2An + A − B.....(2)
Sehingga untuk Un=Sn−Sn−1 dapat ditulis:
Un= An2+ Bn −(An2+ Bn −2An + A − B)
Un=2An + B − A....(3)
Sn= An2+ Bn , jika diturunkan maka diperoleh(Sn)'=2An + B ....(4)
Dari persamaan (3) dan (4) terdapat hubungan sebagai berikut:
Un=(An2+ Bn)− A
Un=(Sn)'− A

13| C R E A T I V E T H I N K I N G
Sehingga jika Sn= 5n2+ 4n , maka, diperoleh:
Un=(5n2+4n)'−5
Un=10n +4−5, maka Un=10n −1
Keunikan jawaban yang kelima terletak pada ketajaman berpikir dalam
mengaitkan konsep turunan dengan konsep deret. Siswa yang mampu
menjawab dengan cara kelima, memenuhi indikator original dan elaborasi.
Namun demikian jawaban dengan cara lima tersebut akan menjadi tidak
original, jika jawaban tersebut sudah pernah diperoleh oleh siswa.
Demikianpula jawaban kesatu, kedua, ketiga,keempat akan menjadi original
jika jawaban tersebut tidak pernah dipelajari siswa sebelumnya. Untuk
mengetahui unsur original ini tidak cukup dilihat dari hasil pekerjaan siswa,
akan tetapi ditelusuri melalui wawancara yang mendalam.

Contoh 2
Ali dan Joko melakukan perjalanan dari kota A ke kota B. Mereka berangkat
pada saat yang sama dan melalui jalan yang sama. Ali menempuh separuh jarak
perjalanannya dengan kecepatan V1 dan separuh jarak berikutnya dengan
kecepatan V2 . Sedangkan Joko menempuh separuh waktu perjalanannya
dengan kecepatan V1 dan separuh waktu berikutnya dengan kecepatan V2 .
Siapakah yang lebih dahulu sampai ke kota B? Gunakan beberapa cara untuk
menjelaskan jawabanmu.
Soal ini merupakan soal terbuka, baik jawabannya maupun strategi
penyelesaiannya. Strategi pertama adalah dengan penalaran. Dalam hal ini terdapat
dua kemungkinan nilai V1 dan V2. Kemungkinan pertama adalah V1V2 . Jika Ali

menempuh separuh waktu perjalanan dengan kecepatan V1 dan separuh waktu

berikutnya dengan kecepatan V2, maka selama paruh waktu pertama


perjalanananya, ia menempuh lebih dari separuh jarak perjalanannya. Jadi,
dalam waktu yang sama, yakni separuh waktu perjalanan Ali, jarak yang
ditempuh Ali lebih jauh daripada jarak yang ditempuh Joko. Dengan kata lain,
jarak yang masih harus ditempuh Ali untuk sampai ke B lebih dekat daripada
jarak yang harus ditempuh Joko untuk sampai ke kota B. Karena selanjutnya
mereka berdua melakukan perjalanan dengan kecepatan sama, yaitu V2 , maka
Ali akan sampai lebih dahulu ke kota B daripada Joko. Kemungkinan kedua

14| C R E A T I V E T H I N K I N G
adalah V1V2 . Dengan penalaran serupa, dapat disimpulkan bahwa Joko akan
lebih dahulu sampai ke kota B daripada Ali.
Strategi kedua adalah dengan skema. Situasi pada soal dapat diilustrasikan
sebagai berikut.

Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa jika V1V2 , maka Ali akan sampai
lebih dahulu ke kota B daripada Joko. Sebaliknya jika V1V2 , dengan
memodifikasi ilustrasi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa Joko akan lebih dulu
sampai ke kota B daripada Ali.
Strategi ketiga adalah dengan grafik. Situasi pada soal dapat disajikan
dalam grafik berikut.

Pada grafik di atas, sumbu mendatar menyatakan waktu (t) dan sumbu tegak
menyatakan jarak (s). Dari grafik di atas, jika V1V2 , maka Ali akan sampai lebih
dahulu ke kota B daripada Joko. Dengan memodifikasi grafik di atas, dapat
disimpulkan sebaliknya, yakni Joko lebih dahulu sampai ke kota B daripada Ali.
Soal tersebut mengukur aspek kelancaran, fleksibel, original, dan
elaborasi. Aspek kelancaran ditunjukkan oleh kemampuan menemukan solusi
masalah tersebut dengan suatu strategi tertentu. Aspek fleksibel ditunjukkan
oleh kemampuan mengidentifikasi dua kemungkinan hubungan dua kecepatan,
yaitu < atau >. Aspek fleksibel ditunjukkan oleh beragamnya strategi
penyelesaian masalah yang digunakan, yakni dengan logika atau penalaran,
memberikan contoh, ilustrasi skematis, atau ilustrasi grafik.
Aspek original ditunjukkan oleh kemampuan menggunakan strategi yang
baru, unik, atau berbeda. Dalam hal ini strategi grafik seperti di atas dikategorikan

15| C R E A T I V E T H I N K I N G
baru. Kebaruan juga ditunjukkan seberapa jarang suatu strategi digunakan. Misal,
strategi yang hanya digunakan oleh kurang dari 10% siswa di kelas dikategorikan
sebagai strategi baru. Sedangkan aspek elaborasi ditunjukkan oleh kemampuan
memberikan penjelasan secara rinci terhadap jawaban yang diberikan, misalnya
dengan menggunakan konsep-konsep terkait. Aspek elaborasi juga terkait dengan
keruntutan atau koherensi penjelasan yang diberikan.

Contoh 3
Diagram berikut menunjukkan acara TV favorit dari seluruh siswa SMP Cerdas
Cendekia.

Berdasarkan diagram di atas, buatlah 3 soal atau pertanyaan berbeda


yangberkaitan dengan topik pecahan. Beberapa soal yang mungkin disusun
siswa adalah sebagai berikut.
1. Berapa persen siswa yang menyukai kartun?
2. Berapakah perbandingan banyaknya siswa yang menyukai berita dan
olahraga?
3. Tuliskan sebuah pecahan yang menunjukkan banyaknya siswa yang
menyukai sinetron dibandingkan banyaknya siswa keseluruhan.
Soal ini mengukur aspek-aspek kelancaran, fleksibel, dan original.
Kelancaran dan fleksibel berturut-turut ditunjukkan oleh banyak dan
ragampertanyaan. original ditunjukkan oleh seberapa jarang suatu
pertanyaan disusun. Misalnya, bila suatu jenis pertanyaan hanya diajukan
oleh kurang dari 5% siswa dikelas, maka pertanyaan tersebut dikategorikan
baru.

16| C R E A T I V E T H I N K I N G
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif yang berhubungan dengan kognisi
dapat dilihat dari ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berpikir fleksibel,
ketrampilan berpikir orisinal, dan ketrampilan elaborasi. Suatu jawaban
dikatakan original apabila jawaban tersebut tidak pernah dipelajari siswa,
untuk mengetahui unsur original suatu jawaban tidak cukup dilihat dari hasil
pekerjaan siswa akan tetapi di telusuri melalui wawancara yang mendalam.

b. Saran
Salah satu cara untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif
siswa, guru dapat merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif. Siswa dibebaskan untuk berpendapat, siswa diberi motivasi agar
berani berpendapat. Guru dapat menggunakan pendekatan yang dapat
melibatkan aktifitas aktif siswa selama proses belajar mengajar dan
menciptakan materi ajar yang memiliki pertanyaan yang divergen (terbuka).

17| C R E A T I V E T H I N K I N G
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin. (2009). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


melalui Tugas-Tugas Pemecahan Masalah. Prosiding seminar nasional
penelitian, pendidikan dan penerapan mipa fakultas mipa, universitas
negeri yogyakarta.

Costa, A. L. (2001). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking.


3rd Edition. Association For Supervision And Curriculum Development
Alexandria, Virginia. 1703 N. Beauregard St. Alexandria, VA 22311-1714.

Haylock, D. (1997). Recognizing Mathematical Creativity in Schoolchildren,


ZDM, 29(3). 68-74 doi: 10.1007/s11858-997-0002-y.

Moma, La. 2015. Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif


Matematis Untuk Siswa SMP. “Jurnal Matematika Dan Penddikan
Matematika” 4 (1): 27-41

Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.


Penuntun bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo.

Sabandar, J. (2008). Berpikir Reflektif. Makalah. Prodi Pendidikan Matematika


SPS. UPI.

Siswono, Y. E. T. (2004). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam


PengajuanMasalah (Problem Possing) Matematika. Berpandu dengan
Model WallasdanCreative ProblemSolving (CPS). Makalah. Jurusan
Matematika.FMIPA. Unesa.

Siswono, T.Y.E. (2008). Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan


dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Surabaya: Unesa Uniersity Press.

Silver,E. A. (1997). Fostering Creativity Though Instruction Rich inmathematical


Problem Solving and Problem Posing. [online].
Tersedia:http://www.Fizkorlsruke.de/.[28 Desember 2010].

Tall, D. (1991). Advanced Mathematical Thinking.


MathematicalEducationLibrary.Dordrecht, The Netherlands: Kluwer
Academic Publishers.

18| C R E A T I V E T H I N K I N G

Anda mungkin juga menyukai