Anda di halaman 1dari 9

ANALAISIS BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IX SMP KRISTEN KUSU-

KUSU SEREH AMBON DALAM PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN


KUADRAT

Rolina Loiulro1, Wilmintjie Mataheru2, DarmaA Ngilawajan3


1, 2, 3
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Pattimura
Jalan Ir. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka, Ambon, Indonesia
e-mail: 1linaloiulro@gmail.com;
2
wilmintjiemataheru@yahoo.co.id;
3
darmangilawajan18@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berpikir kreatif siswa kelas IX SMP Kristen Kusu-Kusu
Sereh Ambon dalam memecahkan masalah persamaan kuadrat. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di SMP Kristen Kusu-kusu Sereh Ambon pada semester ganjil tahun
ajaran 2020/2021. Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas IX dengan dengan jumlah subjek 6
orang, yaitu 2 subjek berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dari hasil tes berpikir kreatif diambil
subjek yang diwawancarai sebanyak 3 orang, yaitu 1 berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu intrumen utama, peneliti bertindak sebagai pengumpul
data serta intrumen pendamping, lembar tes berpikir kreatif dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan
data berupa tes yang diberikan kepada subjek yang sudah mempelajari materi persamaan kuadrat,
wawancara yang dilakukan setelah subjek menyelesaikan soal tes, dan dokumentasi, yaitu foto dan video,
dengan mengikuti tahapan-tahapan prosedur pengumpulan data. Teknik analisis data dilakukan dengan cara
reduksi data, yaitu membuang data cuplikan wawancara yang tidak sesuai dengan alur penelitian, penyajian
data, yaitu data berbentuk teks yang bersifat naratif, serta simpulan atau verifikasi, yaitu menarik
kesimpulan berdasarkan hasil tes dan wawancara, untuk objektivitas dan keabsaan data digunakan dengan
kredibilitas (derajat kepercayaan) yang melibatkan tringulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa
subjek berkemampuan tinggi mampu menyelesaikan 3 soal dengan baik dan benar, yang memenuhi semua
indikator berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, untuk subjek berkemampuan sedang hanya bisa
menyelesaikan 2 soal dan hanya memenuhi beberapa indikator berpikir kreatif, serta subjek R tidak dapat
menyelesaikan soal dengan baik dan benar.

Kata Kunci: berpikir kreatif, pemecahan masalah.

Creative Think Analysis Of Class Ix Students Of Kristen Kusu-Kusu Sereh Ambon Middle
School In Solving Quadratic Equation Problems

Abstract
This study aims to describe creative think of class IX SMP students of Kusu-Kusu Sereh Ambon in
solving quadratic equation problems. The type of research used is descriptive qualitative which was carried
out at the Kusu-kusu Christian Middle School Sereh Ambon in the odd semester of the 2020/2021
academic year. Sources of data in this study were grade IX students with a total of 6 subject, namely 2
subject with high, medium, and low abilities. From the results of the creative thinking test, 3 subjects were
interviewed, namely 1 with high, medium and low abilities. There are 2 instruments used in this study,
namely the main instrument, the researcher acts as a data collector as well as a companion instrument,
creative thinking test sheets and interview guidelines. Data collection techniques are in the form of tests
given to subjects who have studied the quadratic equation material, interviews conducted after the subjects
have completed the test questions, and documentation, namely photos and videos, by following the steps of
the data collection procedure. Data analysis techniques were carried out by means of data reduction,
namely removing interview snippet data that were not in accordance with the research flow, presenting
data, namely data in the form of narrative texts, and conclusions or verification, namely drawing
conclusions based on test and interview results, for objectivity and validity. data is used with credibility
(degree of trust) involving source triangulation. The results showed that high-ability subjects were able to
solve 3 questions properly and correctly, which met all indicators of creative thinking in solving problems,
moderately capable subjects could only solve 2 questions and only met several indicators of creative
thinking, and subject R could not solve the problems. properly and correctly.

Keywords: creative thinking, problem solving.

1. Pendahuluan persoalan. Berpikir kreatif sangat penting, karena


menambah nilai pengetahuan manusia, dan
Matematika merupakan suatu ilmu
dibutuhkan dalam pemecahan masalah dengan
pengetahuan yang dapat melatih berpikir seseorang
menggunakan aspek kecerdasan tertentu, seperti
secara logis, kritis dan kreatif (Mufidah dkk.,
linguistik, matematis, dan Interpersonal
2013).Dilihat dari sudut pengklasifikasian bidang
(Trisnayanti dkk., 2020). Selain itu, berpikir kreatif
ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam
merupakan aspek penting bagi siswa untuk
ilmu-ilmu eksata yang lebih banyak memerlukan
memecahkan masalah dan menemukan ide untuk
kemampuan berpikir kreatif dari pada hapalan,
memecahkan masalah, serta melatih siswa untuk
sehingga berpikir kreatif diperlukan dalam
mengembangkan ide dan argumen, bahkan
menyelesaikan masalah dengan sudut padang yang
membuat siswa mampu terbuka dan reponsif
berbeda, dari pada hapalan yang hanya
terhadap perspektif yang berbeda.
mengandalkan pemahaman (Arifin dan Purwasih,
Saefuddin (2012), menyatakan bahwa
2017). Handoko (2017) menyatakan bahwa
berpikir kreatif merupakan suatu hal yang kurang
matematika difungsikan sebagai perkembangan
diperhatikan dalam pembelajaran matematika.
dalam kemampuan berpikir kreatif, logis,
Selama ini guru hanya mengutamakan logika dan
sistematis, dan disiplin dalam kehidupan yang
kemampuan komputasi (hitung-menghitung),
kompetitif.
sehingga kreativitas dianggap bukanlah sesuatu
Menurut Hendriyanti & Trapsilasiwi
yang penting dalam proses belajar mengajar di
(2017) Matematika merupakan, salah satu ilmu
dalam kelas. Padahal berpikir kreatif menjadi salah
pengetahuan, yang dapat melatih siswa untuk
satu tujuan diberikannya pembelajaran matematika
berpikir kreatif. Berpikir kreatif dalam matematika
di sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai
merupakan aktivitas mental manusia dalam
menengah. Hal ini dapat dilihat dalam Standar Inti
menyelesaikan masalah matematika dengan
(SI) dan Kompetensi Dasar (KD) dari kurikulum
kemampuan menemukan banyak kemungkinan
2013, yaitu untuk membekali siswa dengan
jawaban atau menemukan persamaan jawaban,
kemampuan berpikir logis, sistematis, kritids dan
tetapi dengan berbagai cara. Kemampuan berpikir
kreatif.
kreatif pada dasarnya merupakan kemampuan yang
Saat ini bepikir kreatif siswa Indonesia,
dimiliki seseorang untuk menghasilkan suatu
masih rendah dan dapat juga dinyatakan masih
kreativitas, akan tetapi kreativitas merupakan salah
berada di bawah negara-negara lain. Pada hasil
satu keterampilan berpikir yang masih kurang
survey Programme for International Student
diperhatikan dalam pembelajaran matematika.
Assesment (PISSA) di tahin 2018, Indonesia
Guru tidak menggali kreativitas siswa dalam
berada pada peringkat 72 dari 77 negara, skor
memecahkan masalah karena soal yang diberikan
kemampuan matematis siswa sangatlah dibawah
hanya memiliki satu jawaban yang benar. Guru
rata-rata dimana rata-rata skor adalah 489, siswa
juga tidak terbiasa mengajar soal matematika yang
hanya mencapai skor 379 (OECD, 2019). Soal-soal
memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (Yanti
pada PISSA merupakan soal yang mengukur
dkk., 2018). Akibatnya siswa kurang tertarik dalam
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimana
menyelesaikan masalah matematika yang menuntut
salah satu didalamnya ada kemampuan pemecahan
kreativitas.
masalah (Larasati & Isnani, 2017). Dari hasil
Dalam pembelajaran matematika di
PISSA tersebut terlihat bahwa kemampuan
sekolah, berpikir kreatif merupakan salah satu
pemecahan masalah siswa di Indonesia sangatlah
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa.
kurang. Selain itu juga menurut Handayani &
Lindren (Yamin, 2013: 127) menyatakan bahwa
Susanto (2018) soal-soal PISSA tersebut menuntut
berpikir kreatif, yaitu memberikan macam-macam
kemampuan keterampilan dasar siswa dalam
kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah,
mencari berbagai cara penyelesaian atau banyak
berdasarkan informasi yang diberikan dan
solusi. Tujuan dari PISSA adalah salah satunya
mencetuskan banyak gagasan terhadap suatu
untuk menilai pengetahuan matematika siswa
dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari- perlu diperhatikan, karena masih ditemukan siswa
hari. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
kemampuan berpikir kreatif siswa khususnya soal yang berbentuk soal cerita. Dalam hal ini,
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang materi persamaan kudrat memiliki banyak cara
berbentuk soal cerita. penyelesaian soal dan siswa tidak mampu
mengaplikasikannya pada soal cerita. Hal ini yang
Lestari dan Yudhanegara (2015), melatarbelakangi peneliti untuk memilih materi
menyatakan bahwa berpikir kreatif, yang akan persamaan kuadrat pada penelitian ini. Hal ini yang
dikembangkan dalam pembelajaran matematika melatarbelakangi peneliti untuk memilih materi
meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian, dan persamaan kuadrat pada penelitian ini.
kebaruan. Munandar (Hendriana & Soemarmo,
2014: 43) menyatakan bahwa, berpikir kreatif 2. Metode Penelitian
memiliki empat komponen, yaitu sebagai berikut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
(a) Fluency/Kelancaran, (b) Flexibility/keluwesan, penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian,
(c) Originality/keaslian, (d) Elaboration/Elaborasi. yaitu siswa kelas IX SMP Kristen Kusu-kusu
Berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam Sereh Ambon sebanyak 3 subjek, yang terdiri dari
matematika, diantaranya dalam merencanakan 1 subjek berkemampuan tinggi, 1 sedang dan
suatu masalah atau menyelesaikan model rendah. Data penelitian dikumpulkan melalui hasil
matematika. Dengan berpikir kreatif, siswa pekerjaan subjek dan wawancara yang digunakan
diharapkan mampu memecahkan masalah untuk menganalisis berpikir kreatif subjek dalam
matematika dengan caranya sendiri. memecahkan masalah persamaan kuadrat
Banyak materi pelajaran yang diajarkan berdasarkan indikator berpikir kreatif yang
pada mata pelajaran matematika pada sekolah disajikan pada Tabel 1. Teknik analisis data,
menengah pertama. Salah satunya, yaitu materi meliputi reduksi data, penyajian data, dan
persamaan kuadrat. Kasmina dkk (2018: 3), penarikan kesimpulan. Pada tahap reduksi data,
persamaan kuadrat ialah persamaan dengan peneliti melepaskan data cuplikan wawancara yang
pangkat tertingginya dari satu variabelnya adalah tidak sesuai dengan alur peneltian. Pada tahap
dua. Bentuk umumnya sebagai berikut: penyajian data, peneliti menyajikan data dalam
2 bentuk teks yang bersifat naratif. Pada tahap
ax +bx +c=0, dengan a ≠ 0 , a , b , c Є R , dan penarikan kesimpulan, peneliti meranik
memiliki berbagai penyelesaian yang cukup kesimpulan berdasarkan data hasil tes dan
panjang, sehingga siswa diharapkan kreatif dalam wawancara yang telah dianalisis, sesuai dengan
menyelesaikan masalah terkait materi persamaan pertanyaan penelitian.
kuadrat.
Dari hasil wawancara peneliti dengan salah 3. Hasil dan Pembahasan
satu guru mata pelajaran matematika pada kelas IX
SMP Kristen Kusu-Kusu Sereh Ambon yang telah Indikator berpikir kreatif siswa disajikan pada
berpengalaman mengajar selama bertahun-tahun, Tabel 1
berpikir kreatif pada siswa menjadi salah satu yang

Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif


Indikator Ciri-ciri

Kelancaran (fluency) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak


penyelesaian masalah.
Menyelesaikan soal dengan lancar.
Tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.

Keluesan (flexibility)
Mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal.
Mampu mencari banyak alternatif yang berbeda-beda.

Keaslian (originality)
Mampu memberikan ungkapan yang baru dan unik.
Yakin dengan jawaban yang telah dikerjakan.
Memberikan jawaban dengan idenya sendiri.
Berikut ini adalah pemaparan hasil analisis pekerjaan dalam waktu 2 hari, sedangkan yang
jawaban dari tiga subjek, dengan soal yang ditanya adalah berapa waktu yang diperlukan
diberikan sebagai berikut. masing-masing jika pekerjaan itu dikerjakan
sendiri-sendiri. Subjek tidak menuliskan informasi
tambahan, yaitu jika bekerja sendiri-sendiri, ibu
Rini dapat menyelesaikan pekerjaan 3 hari lebih
cepat dari ibu vanka. Ini menujukkan bahwa,
subjek berkemampuan tinggi mengenali soal dan
dapat menuliskan yang diketahui dan ditanya dari
soal nomor 3 dan yakin dengan jawaban yang
diberikan.
Pada tahap merencanakan penyelesaian,
tampak langkah-langkah yang akan digunakan
dalam menyelesaikan soal. Ini menunjukkan
a. Jawaban Subjek Berkemampuan Tinggi bahwa subjek berkemampuan tinggi, mengetahui
dan dapat merencanakan langkah apa yang harus
dilakukan, untuk menyelesaikan soal nomor 3.
Selain itu, perencanaan yang tepat, dapat
membantu subjek T menyelesaikan soal sesuai
dengan prosedur yang diketahuinya. Pada tahap
menyelesaikan masalah, tampak langkah-langkah
yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal.
Ini menunjukkan bahwa subjek berkemampuan
tingggi, mengetahui dan dapat merencanakan
langkah apa yang harus dilakukan, untuk
menyelesaikan soal nomor 3. Selain itu,
perencanaan yang tepat, dapat membantu subjek
menyelesaikan soal sesuai dengan prosedur yang
diketahuinya. Pada tahap memeriksa kembali hasil
yang diperoleh subjek berkemampuan tinggi dapat
menuliskan kesimpulan sesuai dengan yang
ditanyakan dari soal. Kesimpulannya jadi waktu
yang diperlukan masing-masing pekerja adalah ibu
vanka = 6 hari dan ibu rini = 3 hari. Ini
menunjukkan bahwa subjek T memahami
penyelesaian yang dibuat dan menuliskan jawaban
akhir yang berupa kesimpulan.
Hasil tes subjek berkemampuan tinggi
untuk soal nomor 3, dapat disimpulkan bahwa
indikator berpikir kreatif yang tampak pada
langkah memahami masalah adalah keaslian
(originality), yaitu yakin dengan jawaban yang
diberikan tentang apa yang diketahui dan ditanya
dari soal. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wulantina (2015), yaitu subjek
dengan kemampuan matematika tinggi memulai
menyelesaikan masalah dengan semangat, subjek
menggali informasi yang diketahui dalam soal
dengan cermat, siswa mengidentifikasi masalah
dengan baik, serta memilih informasi yang tidak
Gambar 1. soal Nomor 3 dibutuhkan dalam penyelesaian masalah.
Pada langkah merencanakan penyelesaian
Berdasarkan Gambar 1, subjek memenuhi indikator berpikir kreatif adalah
berkemampuan tinggi dapat menuliskan yang keluwesan (flexibility), yaitu menyelesaikan
diketahui dan ditanya dari soal. Subjek masalah dengan berbagai metode , seperti
menuliskan yang diketahui adalah ibu Rini dan ibu pemfaktoran dan subtitusi. Hal ini sejalan dengan
Vanka bekerja bersama-sama dapat menyelesaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017),
bahwa subjek berkemampuan tinggi mendapat ide
atau strategi untuk memecahkan masalah yang
dituangkan langsung pada kertas yang disediakan.
Pada langkah menyelesaikan masalah
memenuhi indikator berpikir kreatif adalah
kelancaran (fluency), yaitu memberikan
banyak ide dalam membentuk pengertian
persamaan kuadrat, seperti memisalkan Ibu Vanka
= x dan Ibu Rini = y, serta tidak mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 3.

b. Jawaban Subjek Berkemampuan Sedang

Gambar 2. soal Nomor 3

Berdasarkan Gambar 2, subjek


berkemampuan sedang dapat menuliskan yang
ditanya dengan tepat dan keliru dalam menuliskan
diketahui dari soal. Subjek menuliskan yang
diketahui x = waktu yang diperlukan ibu vanka dan
y = waktu yang diperlukan ibu rini, sedangkan
yang ditanya adalah berapa waktu yang diperlukan
masing-masing jika pekerjaan itu dikerjakan
sendiri-sendiri. Ini menujukkan bahwa subjek
berkemampuan sedang, belum mengenali soal
dengan baik dan belum dapat menuliskan yang
diketahui soal nomor 3 dan tidak yakin dengan
jawaban yang diberikan.
Berdasarkan Gambar 2, subjek
berkemampuan sedang dapat menuliskan yang
ditanya dengan tepat dan keliru dalam menuliskan
diketahui dari soal. Subjek menuliskan yang
diketahui x = waktu yang diperlukan ibu vanka dan
y = waktu yang diperlukan ibu rini, sedangkan
yang ditanya adalah berapa waktu yang diperlukan
masing-masing jika pekerjaan itu dikerjakan
sendiri-sendiri. Ini menujukkan bahwa subjek
berkemampuan sedang, belum mengenali soal
dengan baik dan belum dapat menuliskan yang
diketahui soal nomor 3.
Pada tahap merencanakan penyelesaian
tampak langkah-langkah yang akan digunakan
dalam menyelesaikan soal, namun langkah-
langkah tersebut tidak dapat memberikan hasil
yang benar. Ini menunjukkan bahwa subjek S,
tidak memahami soal dan tidak dapat menuliskan
dengan baik cara penyelesaian soal nomor 3.
Pada tahap menyelesaikan masalah, subjek
berkemampuan sedang dapat melakukan
pemisalan, yaitu waktu yang diperlukan ibu vanka
(x) dan waktu yang diperlukan ibu rini (y). Subjek
S mampu menuliskan ibu rini 1 hari = y
pekerjaan dan ibu vanka 1 hari = x pekerjaan.
Subjek dapat membuat ibu rini 1 hari = y
1
pekerjaan menjadi hari = 1 pekerjaan dan ibu Gambar 3. soal Nomor 3
y
1 Berdasarkan Gambar 3, subjek
vanka 1 hari = x pekerjaan menjadi hari = 1
x berkemampuan rendah dapat menuliskan yang
pekerjaan. Ini menunjukkan bahwa subjek, dapat ditanya dan keliru dalam menuliskan diketahui dari
memberikan ungkapan yang baru dengan cara soal. Subjek menuliskan yang diketahui x = waktu
menggunakan informasi yang diketahui dari soal; yang diperlukan ibu vanka dan y = waktu yang
menggunakan variabel x dan y sebagai pengganti diperlukan ibu rini, sedangkan yang ditanya adalah
suatu nilai yang belum diketahui; serta subjek berapa waktu yang diperlukan masing-masing jika
menggunakan opersai perkalian, dan simbol “ ”, pekerjaan itu dikerjakan sendiri-sendiri. Ini
“=” untuk membuat agar mudah untuk dikerjakan. menujukkan bahawa subjek , belum mengenali
subjek dapat menjelaskan tentang asal dari 2. soal dengan baik dan belum dapat menuliskan
subjek dapat menjelaskan y=x −3; subjek yang diketahui soal nomor 3.
melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, Pada tahap merencanakan penyelesaian
perkalian, dan pembagian dengan benar, namun pada lembar jawaban siswa untuk soal nomor 3,
subjek tidak dapat menyelesaikan soal dengan tidak ada langkah yang digunakan untuk
baik. Ini menunjukan bahwa subje S tidak menyelesaikan soal nomor 3, sehingga tidak ada
memahami soal dan tidak dapat menyelesaikan gambar untuk ditampilkan. Ini menunjukkan
soal. bahwa subjek berkemampuan rendah belum
Berdarkan hasil tes subjek berkemampuan mampu merencanakan langkah apa yang harus
tinggi soal nomor 3, maka dapat disimpulkan dilakukan untuk menyelesaikan soal nomor 3.
bahwa indikator berpikir kreatif yang tampak pada Pada tahap menyelesaikan masalah subjek belum
langkah memahami masalah adalah subjek S tidak bisa menjelaskan pemisalan x dan y dan subjek
mengetahui apa yang diketahui dari soal, tetapi tidak menyelesaikan soal nomor 3 dengan baik.
dapat menuliskan yang ditanyakan dari soal nomor Pada tahap memeriksa kembali hasil pekerjaan
3. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan subjek tidak ada kesimpulan jawaban, sehingga
oleh Putra, et al (2018) kemampuan siswa yang tidak ada gambar untuk di tampilkan. Ini
belum memenuhi semua indikator berpikir kreatif menunjukkan bahwa subjek berkemampuan rendah
berada pada kriteria cukup kreatif. Pada tahap belum mampu mempertimbangkan solusi yang
merencanakan penyelesaian dapat disimpulkan dibuat.
tidak ada indikator berpikir kreatif yang tampak Berdasarkan hasil tes subjek
pada langkah tersebut.. Pada tahap menyelesaikan berkemampuan rendah soal nomor 3, maka dapat
masalah tidak ada indikator berpikir kreatif yang disimpulkan bahwa indikator berpikir kreatif, yang
tampak pada langkah tersebut. tampak pada langkah memahami masalah adalah
subjek tidak mengetahui apa yang diketahui dari
soal, tetapi dapat menuliskan yang ditanyakan dari
soal nomor 3. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Azhari (2013) menyatakan bahwa
kenyataan dilapangan, menunjukan bahwa
c. Komunikasi Matematis Subjek R kemampuan nerpikir siswa belum optimal,
rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa
diduga, karena selama ini guru tidak berusaha
menggali pengetahuan dan pemahaman siswa
tentang berpikir kreatif. Pada tahap merencanakan
penyelesaian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
indikator berpikir kreatif, yang tampak pada
langkah merencanakan pemecahan. Pada tahap
menyelesaiakan masalah subjek tidak
mampu menyelesaiakan dengan baik dan
benar, ini menunjukan bahwa subjek
berkemampuan rendah tidak memahami soal
dengan baik.
Berikut ini rekapan hasil berpikir kreatif
subjek berkemampuan sedang disajikan pada Tabel
1.

Subjek Kelancaran (fluency) Keluwesan (flexibility) Keaslian (originality)

Berkemampuan 1. Memenuhi kelancaran (fluency) 1. Memenuhi keluwesan 1. Memenuhi keaslian


Tinggi (Subjek T) pada soal nomor 3. (flexibility) pada soal (originality) pada soal
3. Memberikan banyak ide dalam nomor 3. 3.
membentuk pengertian persamaan 2. Dapat menyelesaikan 2. Memberikan
kuadrat, seperti mesialkan Ibu Rini masalah dengan cara ungkapan yang baru
= y dan Ibu Vanka = x lain, seperti dengan membuat
4. Tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan metode kesimpulan akhir dari
menyelesaikan soal 3. subtitusi untuk soal penyelesaian untuk
5. Pada saat menjawab pertanyaan nomor 3. soal 3.
subjek T berhenti sejenak dan 3. menyelesaikan dengan 3. Yakin dengan
memikirkan rumus yang telah berbagai metode jawaban yang
digunakan. seperti, metode diberikan, yaitu apa
6. Mengerjakan soal kurang dari pemfaktoran dan yang diketahui dan
waktu yang ditentukan. subtitusi pada soal ditanya untuk soal
nomor 3. nomor 3.
Subjek 1. Subjek S lebih banyak berpikir tidak dapat
Berkemampuan untuk menjawab soal dan diam jika menjelaskan jawaban
Sedang (Subjek S) tidak dapat menjawab pertanyaan. dengan baik.
2. Mengerjakan soal kurang dari
waktu yang ditentukan.

Subjek 1. Tidak dapat menjelaskan dengan


Berkemampuan baik jawaban yang diberikan.
Sedang (Subjek R) 2. Mengerjakan soal kurang dari
waktu yang ditentukan.
3. Mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal nomor 3.

4. Kesimpulan Dan Saran pemecahan masalah sehingga tidak ada


indikator berpikir kreatif yang tampak pada soal
Kesimpulan nomor 3.
3. Subjek R (subjek berkemampuan rendah)
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat Subjek R tidak dapat memenuhi langkah-
disimpulkan bahwa berpikir kreatif siswa kelas IX langkah pemecahan masalah dan indikator
SMP Kristen Kusu-Kusu Sereh Ambon, dalam berpikir kreatif.
pemecahan masalah persamaan kuadrat adalah
sebagai berikut.
1. Subjek T (subjek berkemampuan tinggi)
Subjek T menuliskan dengan baik semua Saran
langkah-langkah pemecahan masalah, untuk Berdasarkan simpulan di atas, maka
berpikir kreatif subjek T dapat memenuhi diberikan beberapa saran sebagai berikut.
semua indikator berpikir kreatif yaitu 1. Bagi Sekolah
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), Pihak sekolah diharapkan untuk menjadi bahan
dan keaslian (originality). informasi dan referensi sebagai upaya untuk
2. Subjek S (subjek berkemampuan sedang) meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran
Subjek S tidak dapat menuliskan jawaban terkhususnya berpikir kreatif pada
nomor 3 dengan baik pada langkah-langkah pembelajaran matematika.
2. Bagi Guru Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Khususnya guru mata pelajaran matematika Matriks. Jurnal Pendidikan matematika
SMP Kristen Kusu-Kusu Sereh Ambon, untuk STKIP PGRI Sidoarjo, 1(1).
mengetahui dan memahami berpikir kreatif Putra, H. D., Akhdiyat, A. M., Setiany, E. P., &
siswa serta menjadi bahan acuan dalam Andiarani, M. (2018). Kemampuan
menyelesaikan soal terkhususnya persamaan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMP
kuadrat. di Cimahi. Jurnal Matematika Kreatif-
3. Bagi Siswa Inovatif, 9(1), 47-53.
Siswa disarankan untuk terus mengasah Saefuddin, A.A. (2012). Pengembangan
kreativitas yang dimiliki agar mampu Kemampuan Berpikir Kreatif dalam
menyelesaikan berbagai macam permasalahan Pembelajaran Matematika dengan
atau persoalan dalam matematika. Pendekatan Pendidikan Matematika
4. Bagi Peneliti Lain Realistik Indonesia (PMRI). Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan PGRI Yogyakarta, Vol 4, No. 1. Hal. 41.
pedoman dan referensi tambahan untuk Sari, A.P. dkk. (2017). Proses Berpikir Kreatif
mengembangkan penelitian yang akan dalam Memecahkan Masalah matematika
dilakukan pada tempat, subjek, maupun materi Berdasarkan Model Walls. Jurnal Beta
yang berbeda. Volume 10. No.1. Universitas Syiah Kuala
Aceh Indonesia.
Sukmadinata, S. N. (2011). Metode Penelitian
Daftar Pustaka Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arifin, U., & Purwasih, R. (2017). Penerapan Trisnayanti, Y., Ashadi, Sunarno, W., & Masykuri,
Pembelajaran Berbasis Alternative M. (2020). Creative thinking profile of
Solutions Worksheet untuk Meningkatkan junior high school students on learning
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik. science. Journal of Physics: Conference
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ, Series, 1511(1).
Muhammadiyah Metro Vol. 6, No. 2. Wulantina, E.,Kusmayadi, T. A., & riyadi. 2015.
Azhari & Somakim. 2013. Peningkatan Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau
Siswa Melalui Pendekatan Dari Kemampuan Matematika. Jurnal
Konstruktivisme di Kelas VII Sekolah Elektronik Pembelajaran Matematika.
Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 3(6):671-682.
Banyuasin III. Jurnal Pendidikan Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam
Matematika. 1(2). Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kasmina dan Toali. 2018. MATEMATIKA Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
untuk SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Publisher.
Yanti, A. P., Koestoro, B., & Sutiarso, S. (2018).
Erlangga.
The Students Creative Thinking process
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015).
based on Wallas Theory in Solving
Penelitian Pendidikan Matematika.
Mathematical Problems viewed from
Bandung: PT. Refika Aditama.
Adversity Quotient/Type Climbers. Al-
Mufidah, L. Effendi, D. & Purwanti, T. T. (2013).
Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika,
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
9(1), 51
Tipe TPS untuk Meningkatkan Aktivitas

Anda mungkin juga menyukai