Abstrak
Berbagai penelitian mengemukakan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih
rendah. Siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa makna, sehingga dalam
menyelesaikan soal, siswa menganggap cukup mengerjakan seperti apa yang dicontohkan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris serta mengetahui bagaimana
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan penggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuasi eksperimen dengan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes uraian yang diberikan sebelum dan setelah
diterapkannya model pembelajaran, dengan pokok bahasan materi fungsi. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 25 Garut dengan sampel satu kelas yaitu,
kelas X MIA 3 sebanyak 32 siswa, diambil secara purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara statistik peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis kelas
Creative Problem Solving bartaraf sedang, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model Creative
Problem Solving.
Kata Kunci: Creative Problem Solving, Berpikir Kreatif Matematis, kuasi eksperimen.
matematisnya akan semakin baik dan lebih pembelajaran tersebut. Berkenaan dengan
bertahan lama (Afriansyah, 2012), karena proses pembelajaran yang baik,
siswa mampu melihat kreativitas antar dibutuhkan model pembelajaran yang
topik dalam matematika (Rahmi, 2015). sesuai dalam meningkatkan kemampuan
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif berpikir kreatif matematis siswa. Banyak
matematis siswa pun sitemukan dalam model pembelajaran yang bisa diterapkan
penelitian Novi (2016). Hal ini disebabkan untuk pembelajaran matematika (Ridia &
oleh proses pembelajaran matematika Afriansyah, 2019) dengan tujuan tersebut,
yang masih cenderung monoton misalnya model pembelajaran Creative
(Afriansyah, 2013) dan terlalu Problem Solving.
memaksakan cara berpikir yang dimiliki Menurut (Pepkin, 2004), Creative
gurunya. Akibat dari pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu
tersebut, siswa bersikap pasif, hanya model yang melatih siswa untuk berpikir
mencontoh apa yang guru kerjakan, tanpa kreatif. Model ini memberikan kebebasan
memahami maknanya. Wahyudin (Novi, pada siswa untuk aktif dalam proses
2016) menyatakan penyebab rendahnya pemecahan masalah. Adapun sintak dalam
kemampuan berpikir kreatif matematis model pembelajaran Creative Problem
siswa dalam pembelajaran matematika Solving diantaranya meliputi, klarifikasi
diantaranya karena proses pembelajaran masalah, mengungkapkan gagasan,
yang belum optimal. Selain itu banyak evaluasi dan seleksi, serta implementasi.
guru yang kurang memperlihatkan Sehingga diharapkan siswa dapat terlatih
penggunaan konteks yang bersumber dalam menalar, mengkontruksi serta
dunia nyata, padahal konteks dapat mampu berpikir kreatif dalam
membangkitkan pengetahuan dan memecahkan masalah. Sebelumnya,
keterampilan siswa melalui pengalaman model pembelajaran ini pun pernah diteliti
nyata (Afriansyah, 2014). Sehingga siswa oleh Tarlina & Afriansyah (2016), mereka
sulit mengaplikasikan pengetahuan berhasil menerapkan model pembelajaran
mereka dalam matematika ke dalam ini pada materi garis dan sudut. Dalam
kehidupan nyata. penelitian ini, peneliti tertarik ingin
Proses pembelajaran yang belum mencoba model Creative Problem Solving
optimal inilah yang harus coba diperbaiki pada materi fungsi.
agar dapat mencapai tujuan yang Berdasarkan kajian yang peneliti
diinginkan. Proses pembelajaran yang guru lakukan terhadap model pembelajaran di
gunakan haruslah menjadi jalan atas, peneliti berkeyakinan bahwa model
terciptanya proses pembelajaran yang pembelajaran Creative Problem Solving
optimal (Luritawaty, 2019; Afriansyah, dimungkinkan dapat mempengaruhi
2017) sehingga dicapailah tujuan secara positif kemampuan berpikir kreatif
Tabel 1.
Waktu Penelitian
Waktu Jam Jenis Kegiatan Materi/Topik
Rabu, 23-01-2019 07.15-08.45 Pretest -
Jumat, 25-01-2019 07.15-08.45 Perlakuan ke-1 Fungsi Linear
Rabu, 30-01-2019 07.15-08.45 Perakuan ke-2 Menggambar grafik fungsi linear serta
menyelesaikan masalah kontetual yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari
Jumat, 01-02-2019 07.15-08.45 Perlakuan ke-3 Fungsi Kuadrat
Rabu, 06-02-2019 07.15-08.45 Perlakuan ke-4 Menggambar garfik fungsi kuadrat serta
menyelesaikan masalah kontetual yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari
Jumat, 08-02-2019 07.15-08.45 Postest -
Tabel 4. B. Pembahasan
Presentasi Gain Ternormalisasi Penelitian dilaksanakan kurang lebih
No Interpretasi Gain fi Persentase
selama tiga minggu dengan jumlah enam
1 Rendah 4 12.5
kali pertemuan yaitu pada tanggal 23
2 Sedang 20 62.5
Januari 2019 sampai tanggal 8 Februari
3 Tinggi 8 25
Jumlah 32 100
2019, untuk populasi yang diambil adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 25 Garut
pembelajaran, dan Ltabel = 0.159. Jadi,
dengan sampel kelas yang telah
Lmaks > Ltabel sehingga data posttest kelas
ditentukan oleh guru sebelumnya yaitu
dengan Creative Problem Solving tidak
kelas X IPA 3 dengan jumlah 32 siswa
berdistribusi normal. Sedangkan data yang
sebagai kelas eksperimen, kelas tersebut
diperoleh sesudah model pembelajaran
pertama diberikan pretest dengan tujuan
diterapkan, diperoleh Lmaks kelas dengan
melihat kemampuan awal kelas tersebut.
Creative Problem Solving adalah 0,131 dan
Dalam penelitian ini peneliti membuat
Ltabel dengan derajat kebebasan 5%
perangkat pendidikan berupa RPP yang
adalah 0,159 yang menunjukan bahwa
disesuaikan dengan jumlah pertemuan
data tersebut berdistribusi normal.
yang diberikan, disertakan LKS untuk
Seberapa besar peningkatan
menguji sejauh mana penerimaan
kemampuan berpikir kreatif matematis
pembelajaran yang didapat siswa, Dengan
pada kelas Creative Problem Solving dapat
menggunakan LKS pada kelas Creative
dilihat pada tabel 3. Pada tabel ini dapat
Problem Solving siswa diarahkan untuk
diketahui bahwa nilai rata-rata indeks gain
dapat mencari solusi dari permasalahan
untuk kelas Creative Problem Solving
secara kreatif,
adalah 0.56, maka nilai tersbut dapat
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
dikatakan tergolong sedang secara
pembelajaran menggunakan Creative
statistik.
Problem Solving ini dibantu dengan
Peningkatan kelas Creative Problem
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi
Solving termasuk ke dalam ketegori
dan Buku paket untuk memudahkan
sedang dengan jumlah 32 siswa 62.5%
peneliti dalam menyampaikan materi
termasuk kategori sedang, 25% termasuk
sebagai media pembelajaran. Pada awal
kategori tinggi dan 12% termasuk kategori
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas
rendah (lihat tabel 4).
yang mendapatkan model pembelajaran
Creative Problem Solving, umumnya siswa
masih tampak belum mengerti dan
memahami proses pembelajaran. Siswa siswa yang tidak dapat mengikuti alur
masih bingung dengan pembelajaran yang pembelajaran dengan baik.
dilakukan secara berkelompok yang terdiri Pada kegiatan inti, siswa dibagi menjadi
dari lima sampai enam orang per- beberapa kelompok secara heterogen
kelompok secara heterogen dan siswa yang terdiri dari tiga sampai empat orang
harus mengerjakan LKS yang menuntun dalam satu kelompok. Siswa duduk
siswa dalam mencari berbagai macam cara berdasarkan urutan kelompoknya dan
dalam menyelesaikan permasalahan masing-masing kelompok diberikan LKS.
mengenai materi fungsi. Media pembelajaran berupa LKS tersebut
Pada saat mengerjakan LKS, siswa dibuat agar siswa dapat menyelesaian
masih perlu dibimbing oleh peneliti sebab permasalahan dengan harapan solusi yang
siswa belum terbiasa menggunakan LKS diperoleh memiliki banyak cara mengenai
sebagai media pembelajaran. Namun, materi fungsi. Hal ini diberikan sesuai
pada pertemuan kedua dan selanjutnya dengan tahap klarifikasi masalah yang
pembelajaran sudah bisa dikondisikan meliputi proses memahami masalah,
sesuai dengan perencanaan. Beberapa dimana siswa mendalami permasalahan
siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 25 Garut langsung yang diberikan dan diharapkan
yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan tahap memahami masalah ini
dengan model pembelajaran Creative mampu menemukan fakta-fakta yang
Problem Solving tidak terlalu antusias mendasari masalah tersebut.
karena pembelajaran tidak seperti Permasalahan yang diberikan didiskusikan
biasanya, namun kebanyakan siswa bersama dengan kelompoknya (lihat
mengaku bahwa dengan menggunakan gambar 1).
model pembelajaran Creative Problem Pada tahap klarifikasi masalah peran guru
Solving suasana kelas menjadi lebih hidup sangat penting yaitu sebagai fasilitator.
dan pembelajaran tidak membosankan Pada tahap ini, sesuai dengan apa yang
sebab belajar dilakukan secara
berkelompok.
Creative Problem Solving merupakan
hal yang baru di sekolah tersebut dan bagi
siswa yang ada di kelas X IPA 3. Namun
demikian, siswa di kelas tersebut tidak
kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran
berjalan lancar dan kondusif. Siswa mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang Gambar 1. Siswa melakukan klarifikasi masalah
secara berkelompok
digunakan meskipun masih ada beberapa