Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN: 2086-4280

Faturohman & Afriansyah e-ISSN: 2527-8827

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Siswa melalui Creative Problem Solving

Ikhsan Faturohman1 dan Ekasatya Aldila Afriansyah2*

Program Studi Pendidikan Matematika, Institut Pendidikan Indonesia


Jalan Pahlawan No.32 Sukagalih, Garut, Jawa Barat 43216, Indonesia
1Ikhsanfatur15@gmail.com; 2ekasatyafriansyah@institutpendidikan.ac.id

Artikel diterima: 11-05-2019, direvisi: 19-06-2019, diterbitkan: 31-01-2020

Abstrak
Berbagai penelitian mengemukakan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih
rendah. Siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa makna, sehingga dalam
menyelesaikan soal, siswa menganggap cukup mengerjakan seperti apa yang dicontohkan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris serta mengetahui bagaimana
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan penggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuasi eksperimen dengan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes uraian yang diberikan sebelum dan setelah
diterapkannya model pembelajaran, dengan pokok bahasan materi fungsi. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 25 Garut dengan sampel satu kelas yaitu,
kelas X MIA 3 sebanyak 32 siswa, diambil secara purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara statistik peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis kelas
Creative Problem Solving bartaraf sedang, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model Creative
Problem Solving.
Kata Kunci: Creative Problem Solving, Berpikir Kreatif Matematis, kuasi eksperimen.

Enhanced Ability of Student Mathematical Creative Thinking with


Creative Problem Solving
Abstract
Different studies propose that students' mathematical creative thinking abilities are still weak.
Students only imitate what the teacher is doing, without meaning, so that in solving problems,
students assume enough to do as what is explained. The objective of this study is to obtain
empirical evidence and find out how to enhance students' mathematical creative thinking
abilities by using the Creative Problem Solving learning model. The study method is a quasi-
experiment with one class as an experimental class. The instrument was in the form of a test
item given before and after the learning model was performed, with the subject theme
functioning. The population in this study were all students of class X SMAN 25 Garut with a
sample of one class that is, class X MIA 3 as many as 32 students, taken by purposive
sampling. The outcomes of the study revealed that statistically increasing the ability to think
mathematically in a creative class of moderate problem-solving problem, it can be assumed
that there was an improvement in students' mathematical creative thinking ability using the
model of creative problem-solving.
Keywords: Creative Problem Solving, Mathematical Creative Thinking, quasi-experiments.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 107


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN Hal tersebut menjelaskan bahwa


Matematika sebagai media atau sarana pentingnya kemampuan berpikir kreatif
dalam mendukung siswa mencapai suatu dalam segala bidang tak terkecuali dalam
kompetensi yang diharapkan (Damayanti bidang matematis. Kemampuan berpikir
& Afriansyah, 2018). Belajar materi kreatif matematis merupakan kemampuan
matematika diharapkan siswa mampu yang penting untuk dimiliki oleh seseorang
mencapai suatu kompetensi yang telah (Pangestu & Yunianta, 2019), akan tetapi
ditetapkan. Hal itu merupakan gambaran nyatanya hasil belajar matematika siswa di
karakteristik matematika sebagai suatu sekolah belum menunjukan hasil yang
kegiatan manusia yang dikenal dengan menggembirakan, khususnya dalam aspek
sebutan mathematics as a human activity berpikir kreatif matematis (Teti, 2015).
(Sumarmo, 2013; Afriansyah, 2016). Menurut Rusman (Huda, 2011),
Salah satu kompetensi matematis yang “Berpikir kreatif merupakan proses
diharapkan di sekolah ialah siswa mampu pembelajaran yang mengharuskan guru
memiliki kemampuan berpikir matematis untuk dapat memotivasi dan
(Afriansyah, dkk., 2019). Kemampuan memunculkan kreativitas siswa selama
berpikir matematis yang sangat diperlukan pembelajaran berlangsung, dengan
siswa yang terangkum dalam kemampuan menggunakan beberapa metode dan
berpikir kritis, pemecahan masalah, strategi yang bervariasi, misalnya kerja
koneksi matematis, penalaran matematis kelompok, bermain peran, dan
dan berpikir kreatif matematis perlu pemecahan masalah”. Dalam belajar
mendapat perhatian lebih pada proses matematika, siswa hendaknya memahami
pembelajaran (Fatwa, Septian, & Inayah, hubungan antara ide-ide matematis dan
2019) di dalam kelas ataupun di luar kelas. bidang studi lainnya (Afriansyah, 2015).
Kemampuan berpikir kreatif merupakan Ketika siswa telah mampu
kemampuan yang dikategorikan sebagai mengkreativitaskan beberapa ide
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau matematis, maka siswa dapat
High Order Thinking (HOT). HOT menjadi memperoleh pemahaman yang lebih baik.
salah satu tujuan dari kurikulum 2013 yang Berdasarkan pernyataan tersebut,
harus dicapai oleh siswa (Gais & kemampuan berpikir kreatif matematis
Afriansyah, 2017). Peraturan menteri no penting untuk dimiliki siswa dan perlu
22 tahun 2006 agar siswa, melalui dilatihkan pada setiap siswa, jika siswa
pembelajaran sekolah dapat memiliki mampu mengaitkan ide-ide matematika
kemampuan berpikir kreatif (BNSP, 2006). maka kemampuan pemahaman

108 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Faturohman & Afriansyah e-ISSN: 2527-8827

matematisnya akan semakin baik dan lebih pembelajaran tersebut. Berkenaan dengan
bertahan lama (Afriansyah, 2012), karena proses pembelajaran yang baik,
siswa mampu melihat kreativitas antar dibutuhkan model pembelajaran yang
topik dalam matematika (Rahmi, 2015). sesuai dalam meningkatkan kemampuan
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif berpikir kreatif matematis siswa. Banyak
matematis siswa pun sitemukan dalam model pembelajaran yang bisa diterapkan
penelitian Novi (2016). Hal ini disebabkan untuk pembelajaran matematika (Ridia &
oleh proses pembelajaran matematika Afriansyah, 2019) dengan tujuan tersebut,
yang masih cenderung monoton misalnya model pembelajaran Creative
(Afriansyah, 2013) dan terlalu Problem Solving.
memaksakan cara berpikir yang dimiliki Menurut (Pepkin, 2004), Creative
gurunya. Akibat dari pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu
tersebut, siswa bersikap pasif, hanya model yang melatih siswa untuk berpikir
mencontoh apa yang guru kerjakan, tanpa kreatif. Model ini memberikan kebebasan
memahami maknanya. Wahyudin (Novi, pada siswa untuk aktif dalam proses
2016) menyatakan penyebab rendahnya pemecahan masalah. Adapun sintak dalam
kemampuan berpikir kreatif matematis model pembelajaran Creative Problem
siswa dalam pembelajaran matematika Solving diantaranya meliputi, klarifikasi
diantaranya karena proses pembelajaran masalah, mengungkapkan gagasan,
yang belum optimal. Selain itu banyak evaluasi dan seleksi, serta implementasi.
guru yang kurang memperlihatkan Sehingga diharapkan siswa dapat terlatih
penggunaan konteks yang bersumber dalam menalar, mengkontruksi serta
dunia nyata, padahal konteks dapat mampu berpikir kreatif dalam
membangkitkan pengetahuan dan memecahkan masalah. Sebelumnya,
keterampilan siswa melalui pengalaman model pembelajaran ini pun pernah diteliti
nyata (Afriansyah, 2014). Sehingga siswa oleh Tarlina & Afriansyah (2016), mereka
sulit mengaplikasikan pengetahuan berhasil menerapkan model pembelajaran
mereka dalam matematika ke dalam ini pada materi garis dan sudut. Dalam
kehidupan nyata. penelitian ini, peneliti tertarik ingin
Proses pembelajaran yang belum mencoba model Creative Problem Solving
optimal inilah yang harus coba diperbaiki pada materi fungsi.
agar dapat mencapai tujuan yang Berdasarkan kajian yang peneliti
diinginkan. Proses pembelajaran yang guru lakukan terhadap model pembelajaran di
gunakan haruslah menjadi jalan atas, peneliti berkeyakinan bahwa model
terciptanya proses pembelajaran yang pembelajaran Creative Problem Solving
optimal (Luritawaty, 2019; Afriansyah, dimungkinkan dapat mempengaruhi
2017) sehingga dicapailah tujuan secara positif kemampuan berpikir kreatif

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 109


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

matematis. Dalam beberapa penelitian penelitian ini adalah untuk mengetahui


sebelumnya diketahui bahwa model terdapat atau tidak terdapatnya
tersebut tergolong berhasil dan mampu peningkatan yang signifikan dari
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif kemampuan berpikir kreatif matematis
matematis, untuk mengetahui apakah siswa yang mendapatkan perlakuan model
model tersebut baik terhadap materi pembelajaran Creative Problem Solving.
lainnya, maka peneliti mencoba
melakukan penelitian dengan model II. METODE
tersebut dalam materi fungsi. Metode yang digunakan peneliti adalah
Dalam mengembangkan kemampuan metode kuasi eksperimen, yaitu metode
berpikir kreatif matematis siswa yang digunakan untuk melihat suatu
diperlukan kesalerasan kreatifitas dari pengaruh model pembelajaran. Penelitian
unsur-unsur pendidikan metematika, ini dilakukan di SMAN 25 Garut dengan
terutama guru sebagai pengajar yang Populasi Seluruh siswa kelas X. Sampel
dituntut dapat menghidupkan dan pada penelitian ini adalah kelas X IPA 3
menstimulus siswa dalam berpikir kreatif. sebagai kelas eksperimen, diambil secara
guru disamping memberikan motivasi juga purposive sampling.
harus mampu memberikan ide dan Adapun desain penelitian ini adalah
gagasan yang relatif berbeda sehingga sebagai berikut:
siswa mampu menemukan sesuatu yang O X O
baru disetiap proses pembelajarannya -------------------------
(Dewi & Afriansyah, 2018). Keterangan:
Berdasarkan latar belakang yang telah O = Instrumen tes awal dan tes akhir
dimunculkan, masalah penelitian ini X = Perlakuan dengan model
dirumuskan dalam pertanyaan: Bagaimana pembelajaran Creative Problem
peningkatan kemampuan berpikir kreatif Solving
matematis siswa dengan model --- = Pengambilan sampel idak
pembelajaran Creative Problem Solving dilakukan secara acak.
(CPS)? Sementara itu, tujuan dalam

110 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Faturohman & Afriansyah e-ISSN: 2527-8827

Tabel 1.
Waktu Penelitian
Waktu Jam Jenis Kegiatan Materi/Topik
Rabu, 23-01-2019 07.15-08.45 Pretest -
Jumat, 25-01-2019 07.15-08.45 Perlakuan ke-1 Fungsi Linear
Rabu, 30-01-2019 07.15-08.45 Perakuan ke-2 Menggambar grafik fungsi linear serta
menyelesaikan masalah kontetual yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari
Jumat, 01-02-2019 07.15-08.45 Perlakuan ke-3 Fungsi Kuadrat
Rabu, 06-02-2019 07.15-08.45 Perlakuan ke-4 Menggambar garfik fungsi kuadrat serta
menyelesaikan masalah kontetual yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari
Jumat, 08-02-2019 07.15-08.45 Postest -

Instrumen yang digunakan dalam


penelitian ini adalah tes kemampuan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
berpikir kreatif berupa tes tulis yang terdiri A. Hasil Penelitian
dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post- Untuk menguji normalitas data pretest
test). Bentuk dari tes merupakan tes peneliti penggunakan uji Liliefors. Hasil
uraian yang terdiri dari 4 butir soal dari uji normalitas data disajikan dalam
kemampuan berpikir kreatif. Soal tersebut tabel 2.
sebelumnya telah diujukan pada kelas Berdasarkan data pada Tabel 2
dengan jenjang yang lebih tinggi yang diperoleh bahwa nilai Lmaks = 175 kelas
mana kelas tersebut telah mempelajari yang menggunakan model pembelajaran
materi fungsi dan relasi sebelumnya, Creative Problem Solving sebelum
setelah dilakukan uji coba, data tersebut
diolah dengan mengukur validitas, Tabel 2.
reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest
Kelas Lmaks Ltabel Kriteria
kesukaran. Hal tersebut digunakan untuk CPS sebelum 0.175 0.159 Tidak
menjadi tolak ukur kualitas butir soal yang pembelajaran Berdistribusi
akan diberikan. Normal
CPS sesudah 0.131 0.159 Berdistribusi
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih pembelajaran Normal
selama tiga minggu dengan jumlah enam
kali pertemuan pada tanggal 23 Januari Tabel 3.
Deskripsi Data Tes Akhir Menggunakan Gain
sampai 8 Februari 2019, sedangkan Ternormalisasi
penelitian dilaksanakan di SMA 25 Garut, Kelas Jumlah Ratarata Simpangan
siswa baku
di kelas X IPA 3 dengan waktu penelitian
Creative 32 0,56 2,72
disesuaikan dengan jadwal yang ada (lihat Problem
tabel 1). Solving

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 111


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Tabel 4. B. Pembahasan
Presentasi Gain Ternormalisasi Penelitian dilaksanakan kurang lebih
No Interpretasi Gain fi Persentase
selama tiga minggu dengan jumlah enam
1 Rendah 4 12.5
kali pertemuan yaitu pada tanggal 23
2 Sedang 20 62.5
Januari 2019 sampai tanggal 8 Februari
3 Tinggi 8 25
Jumlah 32 100
2019, untuk populasi yang diambil adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 25 Garut
pembelajaran, dan Ltabel = 0.159. Jadi,
dengan sampel kelas yang telah
Lmaks > Ltabel sehingga data posttest kelas
ditentukan oleh guru sebelumnya yaitu
dengan Creative Problem Solving tidak
kelas X IPA 3 dengan jumlah 32 siswa
berdistribusi normal. Sedangkan data yang
sebagai kelas eksperimen, kelas tersebut
diperoleh sesudah model pembelajaran
pertama diberikan pretest dengan tujuan
diterapkan, diperoleh Lmaks kelas dengan
melihat kemampuan awal kelas tersebut.
Creative Problem Solving adalah 0,131 dan
Dalam penelitian ini peneliti membuat
Ltabel dengan derajat kebebasan 5%
perangkat pendidikan berupa RPP yang
adalah 0,159 yang menunjukan bahwa
disesuaikan dengan jumlah pertemuan
data tersebut berdistribusi normal.
yang diberikan, disertakan LKS untuk
Seberapa besar peningkatan
menguji sejauh mana penerimaan
kemampuan berpikir kreatif matematis
pembelajaran yang didapat siswa, Dengan
pada kelas Creative Problem Solving dapat
menggunakan LKS pada kelas Creative
dilihat pada tabel 3. Pada tabel ini dapat
Problem Solving siswa diarahkan untuk
diketahui bahwa nilai rata-rata indeks gain
dapat mencari solusi dari permasalahan
untuk kelas Creative Problem Solving
secara kreatif,
adalah 0.56, maka nilai tersbut dapat
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
dikatakan tergolong sedang secara
pembelajaran menggunakan Creative
statistik.
Problem Solving ini dibantu dengan
Peningkatan kelas Creative Problem
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi
Solving termasuk ke dalam ketegori
dan Buku paket untuk memudahkan
sedang dengan jumlah 32 siswa 62.5%
peneliti dalam menyampaikan materi
termasuk kategori sedang, 25% termasuk
sebagai media pembelajaran. Pada awal
kategori tinggi dan 12% termasuk kategori
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas
rendah (lihat tabel 4).
yang mendapatkan model pembelajaran
Creative Problem Solving, umumnya siswa
masih tampak belum mengerti dan

112 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Faturohman & Afriansyah e-ISSN: 2527-8827

memahami proses pembelajaran. Siswa siswa yang tidak dapat mengikuti alur
masih bingung dengan pembelajaran yang pembelajaran dengan baik.
dilakukan secara berkelompok yang terdiri Pada kegiatan inti, siswa dibagi menjadi
dari lima sampai enam orang per- beberapa kelompok secara heterogen
kelompok secara heterogen dan siswa yang terdiri dari tiga sampai empat orang
harus mengerjakan LKS yang menuntun dalam satu kelompok. Siswa duduk
siswa dalam mencari berbagai macam cara berdasarkan urutan kelompoknya dan
dalam menyelesaikan permasalahan masing-masing kelompok diberikan LKS.
mengenai materi fungsi. Media pembelajaran berupa LKS tersebut
Pada saat mengerjakan LKS, siswa dibuat agar siswa dapat menyelesaian
masih perlu dibimbing oleh peneliti sebab permasalahan dengan harapan solusi yang
siswa belum terbiasa menggunakan LKS diperoleh memiliki banyak cara mengenai
sebagai media pembelajaran. Namun, materi fungsi. Hal ini diberikan sesuai
pada pertemuan kedua dan selanjutnya dengan tahap klarifikasi masalah yang
pembelajaran sudah bisa dikondisikan meliputi proses memahami masalah,
sesuai dengan perencanaan. Beberapa dimana siswa mendalami permasalahan
siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 25 Garut langsung yang diberikan dan diharapkan
yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan tahap memahami masalah ini
dengan model pembelajaran Creative mampu menemukan fakta-fakta yang
Problem Solving tidak terlalu antusias mendasari masalah tersebut.
karena pembelajaran tidak seperti Permasalahan yang diberikan didiskusikan
biasanya, namun kebanyakan siswa bersama dengan kelompoknya (lihat
mengaku bahwa dengan menggunakan gambar 1).
model pembelajaran Creative Problem Pada tahap klarifikasi masalah peran guru
Solving suasana kelas menjadi lebih hidup sangat penting yaitu sebagai fasilitator.
dan pembelajaran tidak membosankan Pada tahap ini, sesuai dengan apa yang
sebab belajar dilakukan secara
berkelompok.
Creative Problem Solving merupakan
hal yang baru di sekolah tersebut dan bagi
siswa yang ada di kelas X IPA 3. Namun
demikian, siswa di kelas tersebut tidak
kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran
berjalan lancar dan kondusif. Siswa mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang Gambar 1. Siswa melakukan klarifikasi masalah
secara berkelompok
digunakan meskipun masih ada beberapa

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 113


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

dikemukakan Maryanti (2012), guru perlu Senada dengan pendapat Prayoga


mengarahkan siswa menuju pengetahuan (2013), kegiatan persentasi yang dilakukan
baru dan mencoba memberikan bertujuan agar siswa mampu
pemahaman mengenai suatu mengungkapkan pendapat mereka terkait
permasalahan yang mereka temukan. materi yang dipelajari. Adapun kegiatan
Permasalahan yang diberikan dibuat presentasi yang telah dilakukan disajikan
sedemikian rupa sehingga siswa mampu pada Gambar 2.
menemukan cara yang tak biasa dalam Pada tahap evaluasi yaitu tahap latihan
menyelesaikan permasalahan mengenai dan dilanjutkan dengan penugasan, siswa
materi fungsi. diberikan soal-soal latihan untuk
Pada saat mengisi LKS, masing-masing diselesaikan secara individu. Tahap ini
kelompok diperbolehkan untuk bertujuan untuk mengukur tingkat
menungkapkan gagasan berbagai macam kreatifitas siswa dalam proses
strategi penyelesain masalah, Ini pembelajaran yang sudah dilakukan
merupakan tahap dimana siswa sebelumnya (lihat gambar 3). Hal ini sesuai
menemukan cara baru yang mereka dengan pernyataan Setyanta (2013),
temukan dari hasil diskusi kelompoknya Setyanta menegaskan bahwa pelaksanaan
mengenai permasalahan yang diberikan. kuis bertujuan untuk menciptakan
Pada tahap ini, siswa memasuki tahap persaingan dan kompetisi di dalam kelas,
pengungkapan gagasan. menumbuhkan motivasi dan memberikan
Pada tahap implementasi salah satu semangat siswa dalam belajar
perwakilan kelompok mempersentasikan Tahap-tahap tersebut berlangsung
hasil temuannya di depan kelas. Pada selama empat pertemuan, pada setiap
tahap ini setiap kelompok melakukan pertemuan terlihat beberapa peningkatan
interaksi secara langsung, dimana baik dari motivasi mereka maupun
kelompok yang tidak memaparkan hasil
diskusinya bisa menanggapi hasil diskusi
kelompok lain. Banyak manfaat pada
tahap ini salah satunya terlihat dari
perbedaan cara mereka dalam
menemukan solusi penyelesaian dari
sebuah permasalahan, meskipun cara yang
ditemukan mereka relatif sama.
Gambar Gambar 3. Tahap
2. Persentasi evaluasi.
Perwakilan Kelompok

114 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Faturohman & Afriansyah e-ISSN: 2527-8827

peningkatan pembelajaran. Tetapi pada sebab sebelumnya guru menyampaikan


pertemuan terakhir mereka terlihat mulai bahwa akan memberikan reward bagi
sedikit mengalami kejenuhan karena siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
pembelajaran matematika dengan dan tercepat dalam menyelesaikan soal-
menggunakan media pembelajaran soal latihan.
berupa LKS yang menuntun siswa untuk Pertemuan kedua membahas mengenai
menemukan cara yang tak biasa adalah gambar grafik fungsi linear dan
bukan perkara mudah. Oleh karena itu, menyelesaikan masalah yang berkaitan
peneliti memodifikasi LKS dengan dengan grafik fungsi linear. Dengan
memberikan ilustrasi yang menggunakan LKS siswa diingatkan
menggambarkan situasi dari permasalahan kembali pada materi grafik fungsi linear
yang diberikan. yang sebenarnya telah diberikan pada
Selanjutnya, peneliti akan membahas jenjang sekolah menengah pertama, pada
mengenai perkembangan siswa pada pertemuan kedua pembelajaran tidak
setiap pertemuan. Pertemuan pertama di terfokus dalam menggambar grafik fungsi
kelas yang mendapatkan model linear lagi namun lebih menyelesaikan
pembelajaran Creative Problem Solving permasalahan-permasalahan grafik fungsi
dibahas mengenai fungsi linear. Siswa linear yang harus diselesaikan dengan cara
diberikan permasalahan dilibatkan dalam kreatif
kehidupan sehari-hari yang Pertemuan ketiga siswa mulai diajak
menggambarkan pola bilangan. Solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan
permasalahan dari fungsi linear bisa siswa yang berkaitan dengan fungsi kuadrat,
pahami sebab siswa menemukan sendiri siswa diberikan konsep awal tentang
dengan cara berdiskusi bersama materi fungsi kuadrat pada pertemuan
kelompoknya masing-masing yang tersebut siswa diajukan suatu
kemudian dipersentasikan untuk permasalahan yang harus perlu
menyamakan solusi permasalahan diselesaikan dengan pola berpikir kereatif,
tersebut. Pembelajaran berlangsung seperti mencari sumbu simetri dari
sesuai dengan langkah-langkah Creative persamaan kuadrat dalam beberapa cara,
Problem Solving, hanya saja pada serta menentukan titik puncak suatu
pertemuan pertama ini saat tahap fungsi kuadrat dengan cara yang tidak
implementasi siswa masih terlihat malu- lazim.
malu dalam mengomentari hasil diskusi Pertemuan keempat siswa mulai
kelompok lain. Selain itu, siswa merasa diberikan konsep tentang menggambar
terbebani pada tahap evaluasi yakni grafik fungsi kuadrat meliputi cara,
pemberian tugas individu berupa soal-soal menentukan titik puncak dan sumbu
latihan. Namun, hal ini masih bisa diatasi simetri, kemudian siswa diberikan soal-

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 115


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

soal dalam bentuk LKS yang diharapkan IMPoME (International Master


dapat merangsang kemampuan berpikir Program on Mathematics Education).
kreatif matematis siswa. Soal-soal yang Universitas Sriwijaya Palembang–
diberikan meliputi, mencari nilai k pada Universitas UTRECHT Belanda.
persamaan parabola, dan membuat Afriansyah, E. A. (2013). Penjumlahan
pemodelan fungsi kuadrat dari masalah Bilangan Desimal Melalui Permainan
sehari-hari. Roda Desimal. Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan
IV. PENUTUP Matematika, 233-240, Jurusan
Kualitas peningkatan kemampuan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
berpikir kreatif matematis siswa yang Afriansyah, E. A. (2014). What Students’
mendapatkan Creative Problem Solving Thinking about Contextual Problems
memperoleh interpretasi sedang. Hal itu is. Innovation and Technology for
menunjukan bahwa tidak terdapat Mathematic, International Seminar on
peningkatan yang signifikan kemampuan Innovation in Mathematics and
berpikir kreatif matematis siswa yang Mathematics Education, 279-288,
menggunakan Creative Problem Solving. Departement of Mathematics
Adapun saran dalam penelitian ini, Education Faculty of Mathematics and
Setelah model pembelajaran ini Natural Science Yogyakarta State
diterapkan dalam pembelajaran, akan University.
lebih baik apabila peneliti selanjutnya Afriansyah, E. A. (2015). Qualitative
memilih waktu belajar serta kelas yang Became Easier with ATLAS.ti.
memiliki kemampuan lebih dari kelas International Seminar on
lainnya, hal itu mengingat kemampuan Mathematics, Science, and Computer
berpikir kreatif matematis merupakan Science Education MSCEIS 2015
suatu hal yang memerlukan keterampilan Universitas Pendidikan Indonesia.
berpikir nalar tinggi. Afriansyah, E. A. (2016). Enhancing
Mathematical Problem Posing via
DAFTAR PUSTAKA Realistic Approach. International
Afriansyah, E. A. (2012). Design Research: Seminar on Mathematics, Science, and
Konsep Nilai Tempat pada Computer Science Education MSCEIS.
Penjumlahan Bilangan Desimal. Tesis Afriansyah, E. A. (2017). Problem Posing
yang tidak dipublikasikan berasal dari sebagai Kemampuan Matematis.
Beasiswa DIKTI dengan program Mosharafa: Jurnal Pendidikan

116 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Faturohman & Afriansyah e-ISSN: 2527-8827

Matematika, 6(1), 163-180. Thinking Ditinjau dari Kemampuan


DOI: https://doi.org/10.31980/moshar Awal Matematis Siswa. Mosharafa:
afa.v6i1.303 Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2),
Afriansyah, E.A., Puspitasari, N., 255-266.
Luritawaty, I., Mardiani, D., & DOI: https://doi.org/10.31980/moshar
Sundayana, R. (2019). The analysis of afa.v6i2.313
mathematics with ATLAS.ti. Journal of Huda, M. (2011). Model-model Pengajaran
Physics: Conference Series 1402 (7), dan Pembelajaran. Yogyakarta:
077097. Pustaka Pelajar.
BSNP. (2006). Peraturan Menteri Novi. (2016). Pengaruh Model
Pendidikan Nasional Republik Pembelajaran Missouri Mathematics
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
tentang Standar Isi untuk Satuan Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika
Pendidikan Dasar dan Menengah. Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Damayanti, R., & Afriansyah, E. A. (2018). Lestari, T. P., & Sofyan, D. (2013).
Perbandingan Kemampuan Perbandingan Kemampuan Proses
Representasi Matematis Siswa antara Pemecahan Masalah Antara Siswa
Contextual Teaching and Learning dan Yang Menggunakan Pembelajaran
Problem Based Learning. JIPM (Jurnal Creative Problem Solving dan
Ilmiah Pendidikan Matematika), 7(1), Konvensional. Mosharafa: Jurnal
30-39. Pendidikan Matematika, 2(1), 179–
Dewi, S. S. S., & Afriansyah, E. A. (2018). 190.
Kemampuan Komunikasi Matematis Luritawaty, I. P. (2019). Pengembangan
Siswa Melalui Pembelajaran CTL. Kemampuan Komunikasi Matematik
JIPMat, 3(2). melalui Pembelajaran Take and Give.
Fatwa, V. C., Septian, A., & Inayah, S. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
(2019). Kemampuan Literasi Matematika, 8(2), 239-248.
Matematis Siswa melalui Model DOI: https://doi.org/10.31980/moshar
Pembelajaran Problem Based afa.v8i2.378
Instruction. Mosharafa: Jurnal Maryanti, A. (2012). Hasil Pengembangan
Pendidikan Matematika, 8(3), 389- Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen
398. dan Non-Eksperimen Berbasis Inquiri
DOI: https://doi.org/10.31980/moshar Terstruktur Pada Sub-pokok Materi
afa.v8i3.535 Pergeseran Kesetimbangan Kimia.
Gais, Z., & Afriansyah, E. A. (2017). Analisis Tidak diterbitkan, Bandung.
Kemampuan Siswa dalam Pangestu, N. S., & Yunianta, T. N. H.
Menyelesaikan Soal High Order (2019). Proses Berpikir Kreatif

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 117


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Matematis Siswa Extrovert dan Pada kumpulan makalah Jurusan


Introvert SMP Kelas VIII Berdasarkan Pendidikan Matematika UPI. Bandung:
Tahapan Wallas. Mosharafa: Jurnal Tidak diterbitkan.
Pendidikan Matematika, 8(2), 215- Tarlina, W. H., & Afriansyah, E. A. (2016).
226. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
DOI: https://doi.org/10.31980/moshar Melalui Creative Problem Solving.
afa.v8i2.472 EduMa: Mathematics Education
Pepkin, K. L. (2004). Creative Problem Learning and Teaching, 5(2), 42–51.
Solving in Math. Retrieved from
http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/ http://journal.umpo.ac.id/index.php/s
04. Diakses pada tanggal 26 Juli 2018. ilogisme/article/view/269/255
Prayoga, S. (2013). Pengembangan Teknik Teti, H. (2015). Peningkatan Kemampuan
Presentasi dan Diskusi pada Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMK
pembelajaran. Journal Pendidikan, serta Pengembangan Edukasi Diri
2(3), 12-14. Melalui Pengembangan Model
Rahmi, I. (2015). Realistic Mathematics Discovery Lerning. UPI Bandung.
Education: Model Alternatif
Pembelajaran Matematika Sekolah. RIWAYAT HIDUP PENULIS
JKPM IAIN, 1(2), 3–5. Ikhsan Faturrohman, S.Pd.
Ridia, N. S., & Afriansyah, E. A. (2019). Lahir di Garut, 15 Oktober
Perbandingan Kemampuan 1996. Staf pengajar di
Pemahaman Matematis Siswa melalui institusi mana. Studi S1
Pendidikan Matematika
Auditory Intellectualy Repetition dan Institut Pendidikan
Student Teams Achievement Division. Indonesia, Garut, lulus tahun
2019.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(3), 515-526. Ekasatya Aldila Afriansyah, M.Sc.
DOI: https://doi.org/10.31980/moshar
Lahir di Bandung, 4 April
afa.v8i3.509 1986. Dosen Tetap Yayasan
Setyanta, Y. B. (2013). Media STKIP Garut. Studi S1
Pembelajaran Berbasis Internet. E- Matematika Konsentrasi
Statistika UPI, Bandung, lulus
Journal Dinas Pendidikan Kota tahun 2009; S2 Pendidikan
Surabaya, 1(2), 7. Matematika UNSRI-
UTRECHT, Palembang-
Sumarmo, U. (2013). Berfikir dan Disposisi
Utrecht, lulus tahun 2012.
Matematik Serta Pembelajarannya.

118 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai