Anda di halaman 1dari 4

Machine Translated by Google

Jurnal Tren Internasional dalam Penelitian Pendidikan Matematika E-ISSN : 2621-8488


Jil. 1, No. 1, Juni 2018, hlm. 35-38
Tersedia online di http://ijtmer.com ARTIKEL PENELITIAN

Keefektifan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan


Etnomatematika
Aritsya Imswatama1 *, Hamidah Suryani Lukman1

1Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Sukabumi, Indonesia


*Penulis koresponden: 1* iaritsya@gmail.com; 1 hamni_alkhawarizmi@yahoo.co.id

Cara Mengutip: Imswatama, A & Lukman, H.,S. (2018). Keefektifan Bahan Ajar Matematika Berbasis Etnomatematika. Jurnal Tren Internasional di
Penelitian Pendidikan Matematika, 1(1), 35-38. doi:10.33122/ijtmer.v1i1.11

SEJARAH ARTIKEL ABSTRAK


Diterima: 5 Maret 2018 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan bahan ajar matematika berbasis etnomatematika terhadap
keterampilan pemecahan masalah matematis dan berpikir kritis siswa serta untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa
Revisi: 28 April 2018
dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan bahan ajar matematika berbasis etnomatematika. Metode penelitian
Diterima: 19 Mei 2018
menggunakan metode kuantitatif dengan tipe penelitian post-test only control design. Teknik pengambilan sampel
KATA KUNCI menggunakan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan
tes. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis
Etnomatematika
data, bahan ajar matematika berbasis etnomatematika terbukti efektif terhadap keterampilan pemecahan masalah dan
bahan ajar matematika berpikir kritis matematis siswa. Selain itu dengan penerapan bahan ajar matematika dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Keterampilan memecahkan masalah

berpikir kritis matematis Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC–BY-SA.

1. PERKENALAN Salah satu keterampilan yang harus dimiliki peserta didik setelah belajar matematika
adalah keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis diperlukan untuk
Matematika merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari karena matematika merupakan
memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Zakaria, 2007;
ilmu yang memiliki ciri khas sebagai ilmu pengetahuan, yang memiliki objek abstrak,
AK Uswatun, 2016; Isjoni, 2010). Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis khususnya
berpola berpikir aksiomatis dan deduktif, serta berdasarkan kebenaran (Afandi, 2018;
matematika perlu mendapat perhatian khusus dalam proses pembelajarannya. Dalam
Mursalin et al, 2018; Fonna, 2018; Amalia dkk, 2018). Dengan karakteristik yang unik
proses pembelajaran di kelas, guru harus menanamkan keterampilan memecahkan
tersebut, matematika bermanfaat dalam mengembangkan keterampilan dan membentuk
masalah dan berpikir kritis dalam matematika dengan menghubungkan masalah
kepribadian peserta didik (Mawaddah, 2015; Flora, 2017; Setiawan, 2006; Trisnawati,
matematika dengan kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai budaya di masyarakat (Alangui,
2018). Matematika sebagai ilmu dasar juga diperlukan untuk mencapai keberhasilan
2017; Cimen, 2014; Eyal, 2018). Sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh
yang berkualitas. Oleh karena itu, matematika diajarkan untuk semua jenjang sekolah
pengetahuan tentang matematika tetapi juga mengetahui nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat.
mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Selain itu, matematika merupakan ilmu terapan
Kenyataan bahwa keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
siswa Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Hal itu terlihat dari prestasi siswa
Indonesia menurut survei Program for International Student Assessment (PISA) dalam
Salah satu peran matematika adalah mempersiapkan peserta didik agar mampu
bidang matematika 2016 berada di peringkat 63 dari 69 negara. Selain itu, berdasarkan
menghadapi perubahan kondisi atau tantangan dalam kehidupan yang selalu berkembang
observasi di beberapa sekolah di Kota Sukabumi, dalam pembelajaran matematika,
(Haydon, 2010; Woods, 2010). Selain itu peserta didik diharapkan mampu menerapkan
guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yang proses pembelajarannya
matematika dan berpikir matematis dalam kehidupan sehari-hari (Yusrina, 2017; Artut,
biasanya diawali dengan menjelaskan konsep secara informatif, pemberian contoh tes,
2009). Oleh karena itu dalam belajar matematika tidak hanya memahami konsep dan
dan diakhiri dengan pemberian tes latihan. Hal ini menyebabkan hasil dari pembelajaran
teori matematika dalam memecahkan masalah. Menurut Mawadah (2015), cara
tersebut lebih menitikberatkan pada proses menghafal daripada memecahkan masalah
pemecahan suatu masalah yang diperoleh peserta didik merupakan hasil dari
atau berpikir kritis dalam matematika.
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik berkaitan dengan masalah
yang ingin dipecahkan. Oleh karena itu, guru harus dapat membantu siswa memberikan
makna dalam pembelajaran matematika dan membangun keterampilan pemecahan
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika di Kota Sukabumi, guru masih
masalah matematis siswa untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap matematika.
mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis karena guru tidak terbiasa mengembangkan pembelajaran
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Indonesia (Permendiknas) No. 23 Tahun
Ketersediaan buku matematika untuk SMP dan SMA yang memberikan latihan-latihan
2006, disebutkan pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik di
berbasis kemampuan berpikir kritis atau pemecahan masalah masih kurang. Oleh
setiap jenjang pendidikan sebagai landasan untuk membekali peserta didik dengan
karena itu, diperlukan bahan ajar yang dapat membantu guru dalam mengembangkan
keterampilan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, dan kooperatif. Berdasarkan
keterampilan berpikir kritis dan peserta didik
hal tersebut,

Copyright@ 2018, Imswatama dan Lukman & Diterbitkan oleh IIES Independent 35
Machine Translated by Google

Imswatama & Lukman Jurnal Internasional Tren Penelitian Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, Juni 2018, hlm. 35-38

keterampilan memecahkan masalah baik di tingkat Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah pada hasil perhitungan uji-t antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes
Menengah Atas. pemecahan masalah diperoleh skor sebesar 2,222 sedangkan t-tabel = 1,671.
Bahan ajar yang digunakan harus mampu memfasilitasi guru untuk Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa menjadi > t-tabel. Hal ini menunjukkan
mentransfer nilai dan pengetahuan. Sehingga, guru tidak hanya mentransfer bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata kelas
pengetahuan tentang matematika tetapi juga mentransfer nilai kearifan lokal di kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penerapan bahan ajar matematika berbasis
lingkungan peserta didik. Menurut Fitroh dan Himawati (2015) pendidikan dan etnomatematika lebih baik daripada pembelajaran yang tidak menerapkan bahan
kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan ajar matematika berbasis etnomatematika terhadap keterampilan pemecahan
sehari-hari karena kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang diterapkan masalah siswa. Untuk tes kemampuan berpikir kritis siswa, jika dilihat dari
dalam masyarakat. Salah satu yang mampu menjadi jembatan antara budaya analisis uji-t, diperoleh skor sebesar 2,225 dengan t-tabel = 1,671. Dari hasil
dan pendidikan adalah etnomatematika (Verner, 2013). Menurut Fitroh dan tersebut dapat diketahui bahwa menjadi > t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa
Himawati (2015), etnomatematika adalah matematika yang memiliki pengaruh nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata kelas kontrol.
atau didasarkan pada budaya. Selama ini diperlukan bahan ajar matematika Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan bahan ajar matematika
berbasis etnomatematika yang mengaitkan matematika dengan kondisi dan berbasis
budaya nyata di masyarakat. Dengan materi ajar matematika yang mengaitkan
materi matematika dengan budaya diharapkan mampu melatih lebih ramping etnomatematika lebih baik dibandingkan pembelajaran yang tidak menerapkan
dalam memecahkan masalah dan kemampuan berpikir kritis matematis. bahan ajar matematika berbasis etnomatematika terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis siswa.
Terlepas dari pentingnya masalah tersebut di atas, maka diterapkan Penggunaan bahan ajar matematika berbasis etnomatematika terbukti
pembelajaran matematika yang menggunakan bahan ajar matematika berbasis efektif terhadap keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir
etnomatematika, yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan kritis matematis siswa karena bahan ajar ini memiliki kumpulan materi dan soal
masalah matematika dan berpikir kritis matematis siswa. Penelitian ini bertujuan matematika yang berkaitan dengan budaya lokal dan masalah kontekstual di
untuk mengetahui bagaimana keefektifan penerapan bahan ajar matematika lapangan yang bertujuan agar peserta didik mendapatkan pengalaman. dalam
berbasis etnomatematika terhadap keterampilan pemecahan masalah matematis pembelajaran matematika. Menurut Arisetyawan dkk (2014), pendekatan
siswa dan mengamati bagaimana aktivitas siswa dalam menerapkan bahan ajar pembelajaran matematika yang ditinjau dari segi budaya memiliki tujuan untuk
matematika berbasis etnomatematika siswa. menjembatani latar belakang pengetahuan siswa dengan pembelajaran
matematika formal di sekolah. Dahlan dan Permatasari (2018) menyatakan
bahwa bahan ajar berbasis etnomatematika pada topik kumpulan mampu

2. METODE memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara induktif


meskipun mereka masih kesulitan dalam menyusun bentuk matematika formal.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis
penelitian post-test only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Cibadak Siswa diperkenalkan dengan beberapa objek yang memiliki unsur budaya
Kabupaten Sukabumi. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
dan matematika dalam materi ajar berbasis etnomatematika. Dalam hal ini siswa
Dari sampling diperoleh hasil dua kelas yang masing-masing kelas menjadi dikenalkan dan diingat tentang bentuk dan benda khas daerah Sunda, yang
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang selalu dilihat kemudian dikaitkan dengan unsur matematika. Misalnya dalam
menerapkan materi ajar matematika berbasis pembelajaran etnomatematika bahan ajar ini adalah Leuit. Leuit adalah bangunan untuk menyimpan padi. Dari
sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak menerapkan materi ajar gambar leuit terdapat beberapa bentuk geometri antara lain trapesium, segitiga,
matematika berbasis pembelajaran etnomatematika. Teknik pengumpulan data bujur sangkar, dan jajar genjang. Dengan adanya keterkaitan antara pembelajaran
menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik analisis data matematika dan budaya lokal maka siswa akan lebih termotivasi dalam
menggunakan analisis data kuantitatif dengan menggunakan uji-t. mempelajari matematika dan siswa juga akan memperoleh pengetahuan budaya
lokal. Lihat Gambar 1.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari
nilai rata-rata kelas kontrol, baik dari tes keterampilan berpikir kritis maupun
keterampilan memecahkan masalah, hasilnya dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut.

Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Akhir

Keterampilan Memecahkan Masalah Keterampilan Berpikir Kritis

Max Berarti St.Dev Max Berarti St.Dev

Kelas Eksperimen 81 51.226 18.581 95 67.903 15.202

Kelas Kontrol 50 31.323 13.328 73 41.258 17.624

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor


keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis siswa yang
menerapkan bahan ajar matematika berbasis etnomatematika lebih tinggi
daripada siswa yang tidak menerapkan bahan ajar matematika.
berdasarkan etnomatematika. Jika dilihat dari analisis uji-t, berdasarkan Gambar 1. Contoh tampilan bahan ajar

36
Machine Translated by Google

Imswatama & Lukman Jurnal Internasional Tren Penelitian Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, Juni 2018, hlm. 35-38

Bahan ajar ini juga diberikan soal untuk membuka pengetahuan siswa tentang REFERENSI
materi yang akan dipelajari. Masalah yang diberikan adalah masalah yang berkaitan
Afandi, A. (2018). Perbedaan pembelajaran matematika model soal terbuka dan model
dengan kearifan lokal masyarakat di daerah Sukabumi. Dalam menyelesaikan soal,
konvensional. Malikussaleh Jurnal Pembelajaran Matematika (MJML), 1(1), 13-18.
siswa diberikan rangsangan untuk menemukan beberapa konsep tentang pengertian,
sifat, keliling, dan besar persegi panjang dengan melakukan percobaan dengan alat
AK Uswatun Hasanah, Tri Atmojo Kusmayadi dan Riyadi. (2016). Eksperimentasi
dan benda di sekitar luasan.
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share
(TPS) Pada Materi Bentuk Aljabar Ditinjau dari Kecerdasan Emosional Kelas VII
Untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa, dalam bahan SMP Negeri se-Kabupaten Lombok Utara Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Elektrik
ajar ini juga diberikan beberapa soal pemecahan masalah yang pemecahannya Pembelajaran Matematika. Vol 4, No.10 PP 924-935
dirancang berdasarkan pemecahan masalah Polya, yaitu (1) Membuat atau Alangui, WV (2017). Pendidikan Matematika Etnomatematika dan Budaya yang
menyusun model matematika yang meliputi keterampilan merumuskan masalah Relevan di Filipina. Etnomatematika dan Beragam Pendekatannya untuk
situasi sehari-hari dalam matematika, (2) Memilih dan mengembangkan strategi Pendidikan Matematika, 183-208. doi:10.1007/978-3-319-59220-6_8
pemecahan masalah yang mencakup keterampilan memunculkan beberapa Amalia, R., Saiman, S., Sofiyan, S., & Mursalin, M. (2018, September). Perancangan
LKS pecahan berbasis komputer untuk sekolah menengah pertama. Dalam Jurnal
kemungkinan atau alternatif pemecahan masalah atau pengetahuan apa yang dapat
Fisika: Seri Konferensi (Vol. 1088, No. 1, hal. 012110). Penerbitan IOP.
digunakan dalam memecahkan masalah tersebut, dan (3) Mampu menjelaskan dan
memeriksa kebenaran jawaban yang didapat , meliputi keterampilan mengidentifikasi Artut, PD (2009). Evaluasi Eksperimental Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap
Kemampuan Matematika Anak TK. Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan, No
kesalahan perhitungan, kesalahan penggunaan rumus, dan kemampuan menginterpretasikan solusi yang diperoleh.
48, hlm 370–380.
Oleh karena itu, keterampilan pemecahan masalah siswa dapat dilatih dengan baik
dengan menggunakan bahan ajar matematika berbasis etnomatematika ini. Arisetyawan. (2014). Kajian Etnomatematika: Pelajaran dari Budaya Baduy.
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian. Vol.2 No.10. H.681-688.
Bahan ajar ini juga memiliki soal-soal berpikir kritis yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis. Menurut Johnson (2007), Cimen, OA (2014). Membahas Etnomatematika: Apakah Matematika Bergantung

berpikir kritis adalah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam aktivitas Secara Budaya? Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, 152, 523–528. doi:10.1016/
j.sbspro.2014.09.215
mental seperti, memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
Dahlan, Jarnawi A dan Permasari, Revina. (2018). Pengembangan Bahan Ajar
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Dalam bahan ajar ini siswa
Berbasis Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah
diberikan suatu masalah dan siswa dituntut untuk memecahkan masalah, mengambil Pertama. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol 2(1) hal 133-150.
keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah sehingga dengan
menerapkan bahan ajar tersebut keterampilan berpikir kritis siswa akan terlatih.
Dimyati, Mudjiono. (2009). BelajardanPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eyal, L. (2018). Pembelajaran Berbasis Dilema Teknologi Kolaborasi Terpadu -


Model Kursus Pendidikan Guru. Edulearn18 Prosiding.
Selain efektif terhadap keterampilan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan doi:10.21125/edulearn.2018.1213
masalah, bahan ajar ini juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan Fitroh Wahyu dan Himawati Nurul. (2015). Identifikasi Pembelajaran Matematika dalam
observasi, aktivitas belajar siswa dengan menerapkan bahan ajar ini mengalami Tradisi Melemang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Prosiding Seminar
peningkatan. Peningkatan ini terlihat dari motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Nasional Matematika dan Pendidikan matematika UMS 2015.

Siswa lebih antusias dan lebih aktif untuk belajar matematika karena ada kegiatan Flora Astyna Puri Tarigan, Sdy Suryan dan Yusnaedi. (2017). Perbedaan Peningkatan
memecahkan masalah dan praktek langsung menggunakan media yang berasal dari Pemahaman Matematika dan Kemampuan Berpikir Visual Siswa Dengan
benda-benda disekitarnya. Siswa juga tertarik untuk mempelajari matematika karena Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Shared (TPS) dan

berkaitan dengan budaya dan kearifan lokal di sekitar wilayahnya sehingga siswa Numbered Head Together (NHT) Di SDN Percobaan Medan. Jurnal Penelitian
dan Metode IOSR Dalam Pendidikan (IOSR-JRME). Vol 7 Edisi 6 PP 78-81.
tidak hanya mendapatkan informasi tentang materi matematika tetapi siswa juga
mendapatkan informasi tentang budaya di daerah siswa.
Haydon,T, Mahedy, L dan Hunter , W. (2010). Efek Kepala Bernomor Bersama
Pada Nilai Kuis Harian dan Perilaku Tugas Siswa Penyandang Disabilitas.
Jurnal Pendidikan Perilaku. Vol.1.pp. 222-238.

Isjoni. (2010). Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kelompok. Bandung:


4. KESIMPULAN Alfabeta.

Mawadah, Siti. Anisa, Hana. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat
Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pembelajaran
disimpulkan bahwa bahan ajar matematika berbasis etnomatematika terbukti efektif
Generatif di SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.3, No.2.
terhadap keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis siswa. Hal.166-175.
Selain itu dengan penerapan bahan ajar matematika dapat meningkatkan aktivitas
Mustika & Buana. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Probing Prompting
siswa.
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan
dan Sains Matematika. Vol.2, No.2 H.30 – 37

Miftahul Huda. (2010). Pembelajaran kooperatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


ucapan terima kasih
Mursalin, M., Nuraini, NLS, Purnomo, H., Damayanti, NW, Kristanti, D., Rohim, A., ...
Terima kasih atas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) & Fonna, M. (2018, September). Pengembangan bahan ajar aljabar untuk

Universitas Muhammadiyah Sukabumi dan Direktorat Riset dan Pengabdian kepada menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa di perguruan tinggi. Dalam
Jurnal Fisika: Seri Konferensi (Vol. 1088, No. 1, hal. 012101). Penerbitan IOP.
Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan memberikan
Permendiknas No 23 Tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Pengembangan Depdiknas.

Setiawan. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Group Investigation. [on


line]. Tersedia http://guru-matematika.com. [5 Januari 2013].

37
Machine Translated by Google

Imswatama & Lukman Jurnal Internasional Tren Penelitian Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, Juni 2018, hlm. 35-38

Slavin, Robert E. (2005). Pembelajaran kooperatif. Bandung: Nusamedia.

Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontuktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trisnawati, T., Pratiwi, R., & Waziana, W. (2018). Pengaruh pendidikan matematika
realistik terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
Malikussaleh Jurnal Pembelajaran Matematika (MJML), 1(1), 31-35.

Verner, I., Massarwe, K., & Bshouty, D. (2013). Konstruksi keterlibatan muncul dalam
kursus pendidikan guru berbasis etnomatematika. Jurnal Perilaku Matematika,
32(3), 494–507. doi:10.1016/j.jmathb.2013.06.002
Wahyudin. (2009). Pembelajaran Matematika. [on line]. http://repository.upi.edu.
[12 Januari 2013].

Wina Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung; Kencana.

Woods, DM dan Chen, KC (2010). Teknik Evaluasi Untuk Pembelajaran Kooperatif. Jurnal
Internasional Manajemen & Sistem Informasi. Jil. 14, No.1.

Yusrina Santri Nasution dan Edy Surya. (2017). Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa.
Jurnal Internasional Ilmu Pengetahuan Dasar dan Penelitian Terapan (IJSBAR).
Vol 34, No. 1 PP 116-125.

Zakaria, E dan Iksan, Z. (2007). Mempromosikan Pembelajaran Kooperatif dalam


Pendidikan Sains dan Matematika: Sebuah Perspektif Malaysia. Jurnal Eurasia
Pendidikan Matematika, Sains & Teknologi. Jilid 3, No 1, hal 35-39.

38

Anda mungkin juga menyukai