Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia

ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)


Volume X Nomor X Tahun X

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Dalam Setting Pembelajaran Daring Terhadap Prestasi
Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Kelas X SMA

IWD Santika1, NN Parwati2, DGH Divayana3


123
Program Studi Teknologi Pembelajaran
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: darma7santika@gmail.com1, nyoman.parwati@undiksha.ac.id2,


doktorpendididkan2016@gmail.com3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah dalam setting pembelajaran daring terhadap prestasi belajar matematika dan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas X SMA. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu
dengan rancangan pre-test-post-test non equivalent control group design. Populasi penelitian adalah
siswa kelas X SMA Negeri 1 Bebandem tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 253 orang, yang
terdistribusi dalam 8 kelas. Sampel penelitian diambil sebanyak dua kelas yaitu X IBB 1 sebagai
kelompok eksperimen dan Kelas X IBB 2 sebagai kelompok control, dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Data prestasi belajar matematika dikumpulkan dengan tes obyektif dan data
kemampuan pemecahan masalah matematika dikumpulkan dengan tes uraian, yang dikumpulkan
sebelum dan pada akhir perlakuan. Analisis data secara statistik deskriptif dan Uji MANCOVA pada
taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian yang dilaksanakan dalam setting pembelajaran daring,
menunjukkan: 1) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika dan kemampuan pemecahan
masalah antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan model
langsung secara bersama-sama, 2) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa
yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung
(p<0,05), 3) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang
belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung (p<0,05).

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah; Matematika Model Pembelajaran Berbasis


Masalah; Prestasi Belajar Matematika

Abstract

The purpose of this study is to describe the effects of problem based learning model in online
learning settings to mathematics learning achievement and problem solving skills of X grade high
school students. This is a quasi-experimental study with a pre-test-post-test non equivalent control
group design. The populations were X grade students of SMA Negeri 1 Bebandem in 2019/2020
academic year including 253 students which were distributed in 8 classes. The samples taken by
simple random sampling technique were two classes, X IBB 1 as the experimental group and X IBB 2
as the control group. Data of mathematics learning achievement was collected by objective tests and
mathematical problem-solving ability was collected by essay tests, which were collected before and at
the end of the treatment. The data was analyzed using descriptive statistics and MANCOVA test at 5%
level. The results of this research, that was conducted in the setting of online learning, show: 1) there
is a difference in mathematics learning achievement and problem solving abilities between students
who implemented problem-based learning and direct learning model, 2) there is a difference in
mathematics learning achievement between students who implemented problem based learning and
the direct learning model (p<0.05), 3) there is a difference in mathematical problem solving abilities
between students who implemented problem based learning and direct learning model (p <0.05).

105
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

Keywords: mathematical problem solving ability; problem based learning model; learning
achievement

PENDAHULUAN yang mendasari perkembangan teknologi


Perkembangan teknologi yang modern, mempunyai peran penting dalam
mengglobal telah berpengaruh dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
segala aspek kehidupan baik dibidang pikir manusia. Pelajaran matematika
ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan sangat perlu diberikan kepada semua
bahkan didalam dunia pendidikan. Dunia peserta didik mulai dari sekolah dasar
pendidikan harus mau mengadakan sampai tingkat perguruan tinggi, untuk
inovasi yang menyeluruh artinya semua membekali peserta didik dengan
perangkat dalam sistem pendidikan kemampuan berpikir logis, analitis,
memiliki peran dan menjadi faktor yang sistematis, kritis, dan kreatif, serta
begitu berpengaruh dalam keberhasilan kemampuan bekerjasama
sistem pendidikan. Dari para pembuat (Depdiknas,2008).
kebijakan, guru, murid, kurikulum, Kurikulum yang berlaku di Indonesia
semuanya memiliki peran penting. Dari saat ini yaitu kurikulum 2013, dimana
semuanya itu disatukan dalam sebuah dalam pengembangan kurikulum 2013
sistem yaitu teknologi pendidikan. dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran
Teknologi pendidikan seringkali matematika adalah agar siswa mampu: 1)
diasumsikan dalam persepsi yang memahami konsep matematika,
mengarah semata-mata pada masalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
elektronika atau peralatan teknis saja, mengaplikasikan konsep atau algoritma,
padahal teknologi pendidikan secara luwes, akurat, efisien dan tepat
mengandung pengertian yang sangat luas. dalam pemecahan masalah; 2)
Dengan perkembangan ilmu menggunakan penalaran pada pola dan
pengetahuan dan teknologi serta laju sifat, melakukan manipulasi matematika
informasi yang sangat pesat tersebut dalam membuat generalisasi, menyusun
tentunya membutuhkan kesiapan sumber bukti, atau menjelaskan gagasan dan
daya manusia (SDM) yang handal, pernyataan matematika; 3) memecahkan
terampil, mahir dan berkualitas. SDM yang masalah yang meliputi kemampuan
handal, terampil, mahir dan berkualitas memahami masalah, merancang model
merupakan sebuah senjata bagi suatu matematika, menyelesaikan model dan
bangsa untuk mampu bertahan dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4)
bersaing dalam era globalisasi yang telah mengkomunikasikan gagasan dengan
menyentuh berbagai tatanan kehidupan simbol, tabel, diagram, atau media lain
umat manusia. Teknologi pendidikan untuk memperjelas keadaan atau
hanya mungkin dikembangkan dan masalah; dan 5) memiliki sikap
dimanfaatkan dengan baik bilamana menghargai kegunaan matematika dalam
tersedia SDM yang handal, terampil, mahir kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
dan berkualitas dalam melaksanakan perhatian, dan minat dalam mempelajari
kegiatan. matematika, serta sikap ulet dan percaya
Pendidikan matematika telah diri dalam pemecahan masalah (BNSP,
berkembang dengan pesat seiring dengan 2006). Gagasan ini sejalan dengan salah
perkembangan ilmu pengetahuan dan satu agenda yang dicanangkan National
teknologi. Pembelajaran matematika telah Council of Teachers of Mathematics
mengalami inovasi dan reformasi yang (NCTM) di Amerika Serikat pada tahun 80-
diharapkan sesuai dengan tantangan an yang memfokuskan kemampuan
sekarang dan mendatang. Berkenaan pemecahan masalah dalam pembelajaran
dengan itu perlu diupayakan agar matematika di sekolah (NCTM, 2000).
pembelajaran matematika dapat lebih Dari berbagai alasan perlunya
mudah diterima oleh siswa sehingga mengajarkan matematika kepada siswa
tercapai hasil pembelajaran yang optimal. dan tujuan pembelajaran matematika di
Matematika merupakan ilmu universal atas, dapat disimpulkan bahwa
106
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

matematika diperlukan untuk International Mathematics Science


memecahkan masalah yang muncul (TIMSS) tahun 2015 melaporkan tentang
dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai rata-rata matematika pada domain
menerapkan ilmu matematika yang kognitif yang merupakan aspek penting
sesuai. Oleh karena itu, kemampuan dalam kemampuan pemecahan masalah.
memecahkan masalah seharusnya Indonesia berada pada peringkat 45 dari
menjadi fokus utama dari kegiatan 50 negara di dunia dengan rata-rata skor
pembelajaran matematika (Saragih et al., yaitu 397 (Kusuma, 2017). Berdasarkan
2014). Gagasan ini sejalan dengan salah hasil PISA dan TIMSS di bidang
satu agenda yang dicanangkan National matematika dapat ditarik kesimpulan
Council of Teachers of Mathematics bahwa rata-rata skor matematika siswa
(NCTM) di Amerika Serikat pada tahun 80- Indonesia masih berada dibawah rata-rata
an yang memfokuskan kemampuan skor internasional yaitu 500.
pemecahan masalah dalam pembelajaran Sulitnya siswa dalam memecahkan
matematika di sekolah (NCTM, 2000). masalah matematika dapat mempengaruhi
Siagian (2019) menyatakan bahwa kualitas belajar siswa yang akan
kemampuan pemecahan masalah berdampak pada rendahnya prestasi
merupakan kecakapan atau potensi yang belajar mereka di sekolah. Pemecahan
dimiliki seseorang atau siswa dalam masalah dapat dipandang sebagai proses,
menyelesaikan permasalahan dan karena dalam pemecahan masalah
mengaplikasikannya dalam kehidupan menggunakan rangkaian konsep, aturan
sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses serta informasi yang telah diketahui untuk
pembelajaran guru harus mampu digunakan memecahkan masalah
merangsang kreativitas siswa dalam tersebut. Siswa dituntut untuk berpikir
memecahkan suatu masalah. Namun, yang sistematis untuk memecahkan
tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masalah matematika. Siswa yang mahir
pemecahan masalah matematika siswa di memecahkan masalah dengan baik dalam
Indonesia masih sangat rendah. proses pembelajaran memungkinkan
Rendahnya kemampuan pemecahan memiliki prestasi belajar yang tinggi
masalah matematika siswa di Indonesia karena mereka lebih mudah mengikuti
akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran sedangkan siswa yang
pembelajaran matematika. Penilaian oleh kurang mahir memecahkan masalah
Programme for International Student cendrung lebih sulit mengikuti
Assessment (PISA) dapat digunakan pembelajaran yang pada akhirnya
sebagai gambaran mengenai rendahnya bermuara pada rendahnya prestasi belajar
kemampuan pemecahan masalah meraka.
matematika siswa di Indonesia. Proses pembelajaran matematika
Hasil survey tiga tahunan PISA yang dilakukan di setiap jenjang
untuk rata-rata skor matematika siswa pendidikan dikatakan berhasil apabila
Indonesia dari tahun 2003 dipaparkan tujuan pembelajaran matematika yaitu
secara berturut-turut sebagai berikut: pada menghasilkan peserta didik yang memiliki
tahun 2003 mencapai rata-rata skor 360, pengetahuan dan keterampilan dalam
naik menjadi 371 pada tahun 2006, memecahkan masalah yang dihadapi
selanjutnya pada tahun 2009 dan 2012 kelak di masyarakat telah tercapai. Salah
mencapai rata-rata skor 375 dan satu permasalahan yang terjadi dalam
puncaknya pada tahun 2015 mencapai proses pembelajaran matematika adalah
rata-rata skor 386, namun tahun 2018 rendahnya prestasi belajar peserta didik.
rata-rata skor matematika turun menjadi Sutikno dalam Fitri & Ramdiah (2017)
379. Sebagai pembandingnya adalah skor menjelaskan bahwa prestasi belajar
matematika siswa Negara China dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1)
Singapura yaitu mencapai rata-rata skor faktor internal peserta didik, dan (2) faktor
591 dan 569 (Harususilo, 2019). eksternal peserta didik. Faktor internal
Selanjutnya survey empat tahunan Trend peserta didik berkaitan dengan sikap,

107
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

minat, bakat, emosi, kecerdasan, Salah satu model pembelajaran


kemampuan, dan sebagainya. Faktor inovatif yang dapat meningkatkan
eksternal peserta didik berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memecahkan
faktor guru, sarana dan fasilitas belajar, masalah dan relevan pada saat ini adalah
kurikulum, metode, model pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah
yang diterapkan, bentuk evaluasi yang atau yang dikenal dengan problem based
diterapkan, tujuan, lingkungan keluarga, learning (PBL).
sekolah, serta masyarakat. Model pembelajaran berbasis
Kurang tepatnya pemilihan model masalah (problem based learning)
pembelajaran yang digunakan oleh guru merupakan model pembelajaran yang
dalam kegiatan belajar mengajar menjadi didasarkan pada pemberian masalah yang
salah satu penyebab ketidakpuasan hasil membutuhkan penyelidikan autentik yakni
pendidikan matematika selama ini, perlu penyelidikan yang membutuhkan
dipikirkan. Pendekatan-pendekatan penyelesaian nyata dari permasalahan
pembelajaran inovatif yang memuat yang nyata (Trianto, 2009). Dalam
konsep-konsep pembelajaran untuk pembelajaran berbasis masalah sebuah
memunculkan kembali aktivitas siswa masalah yang dikemukakan kepada siswa
dalam pembelajaran dengan berbagai harus dapat membangkitkan pemahaman
keunggulannya perlu dipertimbangkan siswa terhadap masalah, kesadaran akan
untuk mengatasi permasalahan terjadi adanya kesenjangan, pengetahuan,
selama ini. keinginan memecahkan masalah, dan
Paradigma baru dalam pendidikan adanya persepsi bahwa mereka mampu
dan kegiatan pembelajaran saat ini yang memecahkan masalah tersebut (Surur &
menekankan pada student centered akan Tartilla, 2019). Model problem-based
membuat siswa menjadi lebih aktif dalam learning akan memberi wahana tumbuh
kegiatan pembelajaran dan mencari dan berkembangnya keterampilan
berbagai sumber informasi yang dapat pemecahan masalah berdasarkan pola-
digunakan dan relevan untuk menunjang pola penalaran yang rasional, analitis,
kegiatan pembelajarannya. Kegiatan sintetis, dan reflektif (Julita, 2018).
pembelajaran akan menjadi lebih Seorang ahli bernama John Dewey
bermakna dan siswa tidak hanya sekedar mengungkapkan bahwa problem-based
menghafal materi yang diajarkan. Hal ini learning berakar pada prinsip “learning by
akan berakibat pada pemahaman siswa doing and experiencing” (Akinoglu, 2007).
menjadi lebih baik yang akan berimbas Pengajaran berbasis masalah berusaha
pula pada meningkatnya kemampuan membantu siswa menjadi pembelajar yang
pemecahan masalah dan prestasi mandiri dan otonom. Hal tersebut sejalan
belajarnya. Guru juga memiliki peran guna dengan paham konstruktivisme yang
menunjang dan meningkatkan keaktifan menganggap bahwa manusia hanya dapat
siswa dalam kegiatan pembelajaran. memahami melalui segala sesuatu yang
Untuk itu diperlukan cara yang tepat untuk dikonstruksinya sendiri. Bimbingan guru
membantu siswa dalam menyelesaikan yang berulang-ulang, mendorong dan
masalah yang dihadapinya, dan salah mengarahkan siswa untuk mengajukan
satunya adalah dengan memberikan pertanyaan, mencari penyelesaian
model pembelajaran yang tepat. Model terhadap masalah nyata (Luthfiana et al.,
pembelajaran adalah kerangka konseptual 2018). Guru yang menggunakan model
yang melukiskan prosedur yang sistematis pembelajaran berbasis masalah harus
dalam mengorganisasikan pengalaman senantiasa berupaya menciptakan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar lingkungan belajar yang dapat
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman membelajarkan siswa, dapat mendorong
bagi para perancang pembelajaran dan siswa belajar, atau memberi kesempatan
para pengajar dalam merencanakan kepada siswa untuk berperan aktif
aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009). mengkonstruksi konsep-konsep yang
dipelajarinya. Kondisi belajar di mana

108
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

siswa hanya menerima materi dari guru, sebagai materi pembelajaran bila mana
mencatat, dan menghafalkannya harus ada materi yang susah untuk dipahami.
diubah menjadi sharing pengetahuan, Berdasarkan latar belakang di atas,
mencari, menemukan pengetahuan penelitian ini bertujuan untuk
secara aktif sehingga terjadi peningkatan mendeskripsikan tiga poin utama, yaitu (1)
pemahaman, bukan hanya sebatas mendeskripsikan perbedaan prestasi
ingatan (Hendriana et al., 2018). Menurut belajar matematika dan kemampuan
Santyasa et al. (2019) dalam model pemecahan masalah matematika antara
pembelajaran berbasis masalah selain siswa yang belajar dengan model
membekali siswa dengan pengetahuan pembelajaran pembelajaran berbasis
juga dapat digunakan untuk meningkatkan masalah dalam setting pembelajaran
pemecahan masalah, keterampilan daring dan model pembelajaran langsung
berpikir kritis dan kreatif, karena dalam setting pembelajaran daring secara
pembelajaran dengan model ini bukan lagi bersama-sama, (2) mendeskripsikan
sebuah transfer pengetahuan dari guru ke perbedaan prestasi belajar matematika
siswa sehingga siswa “mengetahui”, tetapi antara siswa yang belajar dengan model
dengan model ini pembelajaran akan pembelajaran berbasis masalah dalam
berlangsung secara alamiah dalam bentuk setting pembelajaran daring dan model
kegiatan-kegiatan siswa aktif. Keaktifan pembelajaran langsung dalam setting
siswa diimbangi dengan aktivitas pembelajaran daring, (3) mendeskripsikan
penemuan, maka konsep-konsep atau perbedaan kemampuan pemecahan
prinsip-prinsip yang menjadi indikator dari masalah matematika antara siswa yang
suatu mata pelajaran tidak hanya diingat belajar dengan model pembelajaran
sebagai hapalan atau dicatat dengan rapi berbasis masalah dalam setting
saja, tetapi konsep-konsep itu tersimpan di pembelajaran daring dan model
memori otak siswa sebagai sesuatu yang pembelajaran langsung dalam setting
tidak mudah hilang sehingga pembelajaran daring.
pembelajaran akan lebih bermakna.
Penerapan model pembelajaran METODE
dapat dibantu dengan penggunaan media Jenis penelitian ini adalah penelitian
pembelajaran agar dapat lebih menarik eksperimen dengan rancangan penelitian
minat siswa dalam belajar, maka “non equivalent pretest-postest control
penggunaan model pembelajaran berbasis group design”. Populasi penelitian adalah
masalah dikolaborasikan dengan siswa kelas X SMA Negeri 1 Bebandem
penggunaan media pembelajaran berbasis tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 253
IT. Menurut Sudjana & Rifai (2011) media orang, yang terdistribusi dalam 8 kelas.
pembelajaran merupakan salah satu Sampel penelitian diambil sebanyak dua
aspek yang penting dalam metodologi kelas yaitu X IBB 1 sebagai kelompok
pengajaran yang fungsinya sebagai alat eksperimen dan Kelas X IBB 2 sebagai
bantu mengajar yang diharapkan dapat kelompok control, dengan menggunakan
meningkatkan prestasi belajar siswa. teknik simple random sampling.
Komunikasi dua arah pada program Data yang dikumpulkan pada
pembelajaran daring antara guru dengan penelitian ini meliputi: (1) prestasi belajar
siswa atau antara siswa dengan siswa, matematika yang dikumpulkan dengan tes
akan semakin baik karena semakin obyektif, dan (2) kemampuan pemecahan
banyaknya pilihan media komunikasi yang masalah yang dikumpulkan dengan tes
tersedia. Media komunikasi yang banyak uraian. Penskoran yang dilakukan
memungkinkan guru memberikan berkaitan dengan tes pemecahan masalah
pembelajaran secara langsung melalui matematika dikembangkan dari 4 langkah
video pembelajaran atau rekaman. Polya untuk menyelesaikan masalah
Selanjutnya siswa dapat memutar kembali matematika dengan aspek yang dinilai
video atau rekaman tersebut berulang kali terdiri dari: pemahaman masalah,
perencanaan strategi penyelesaian soal,

109
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

pelaksanaan rencana strategi tinggi sehingga memenuhi syarat untuk


penyelesaian dan pengecekan jawaban. tujuan penelitian.
Tahap-tahap pengembangan instrumen Sebelum dilakukan pengujian
penelitian meliputi; Penyusunan kisi-kisi hipotesis maka data penelitian harus
instrumen, yaitu penentuan tes prestasi memenuhi syarat analisis yang meliputi:
belajar dan tes kemampuan pemecahan data prestasi belajar dan kemampuan
masalah, penyusunan butir-butir tes, pemecahan masalah matematika dalam
validasi instrumen melalui penilaian pakar penelitian memiliki sebaran data normal,
dan uji coba instrumen dilapangan varians homogen, matriks varians-
dilanjutkan dengan perbaikan-perbaikan. kovarians homogen, bentuk regresi
Sebelum perangkat pembelajaran kemandirian belajar dan prestasi belajar
digunakan, terlebih dahulu divalidasi oleh matematika yang linier, serta kolinearitas
ahli isi. Pertimbangan ahli dianggap cukup antar variabel dapat di toleransi
representatif sebagai dasar untuk selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
memutuskan bahwa tes yang dengan menggunakan Multivariate
dikembangkan memenuhi syarat validitas Analysis Covariat of Variance
isi. Sebanyak 35 soal prestasi belajar dan (MANCOVA) satu jalur. Semua pengujian
8 soal kemampuan pemecahan masalah hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi
diuji cobakan pada siswa kelas XI MIPA 5% dengan bantuan Program Komputer
SMA Negeri 1 Bebandem. Hasil uji coba SPSS-PC 17.0 for Windows.
dianalisis sehingga untuk tes prestasi
belajar yang valid diperoleh 30 soal, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
tes kemampuan pemecahan masalah Hasil penelitian memaparkan dua
matematika diperoleh 5 soal yang valid. hal pokok, yaitu: (1) deskripsi umum hasil
Berdasarkan hasil perhitungan penelitian, (2) uji asumsi analisis data dan
reliabilitas instrumen menggunakan pengujian hipotesis.
metode alpha cronbach dengan bantuan Deskripsi umum hasil penelitian ini
program komputer SPSS-PC 17.0 for adalah deskripsi data berupa skor prestasi
Windows diperoleh koofesien reliabilitas belajar matematika dan skor kemampuan
tes prestasi belajar matematika dan pemecahan masalah yang diperoleh dari
kemampuan pemecahan masalah hasil pretes dan postes berdasarkan
matematika secara berturut-turut adalah model pembelajaran berbasis masalah
sebesar 0,834 dan 0,812. Ini menunjukkan dan model pembelajaran langsung dalam
bahwa baik instrumen tes prestasi belajar setting pembelajaran daring, disajikan
matematika maupun tes kemampuan pada Tabel 1.
pemecahan masalah matematika sangat

Tabel 1. Statistika Deskriptif Prestasi Belajar Matematika dan Kemampuan Pemecahan


Masalah Antara Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Model Pembelajaran Langsung Dalam Setting Pembelajaran Daring
Prestasi Belajar Matematika Kemampuan Pemecahan Masalah
Pembelajaran Pembelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Berbasis Berbasis
Statistik Langsung Langsung
Masalah Masalah
Pre- Pos- Pre- Pos- Pre- Pos- Pre- Pos-
tes tes tes tes tes tes tes Tes
1 Jumlah 300 799 270 736 553 1480 556 1367
2 Mean 9,38 24,97 8,44 23 17,28 46,25 17,38 42,72
3 Maksimum 14 29 13 27 38 58 38 52
4 Minimum 6 21 5 19 4 38 4 33
Standar
5 1,98 1,95 2,72 2,64 10,03 6,25 11,54 5,97
Deviasi

110
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

Dari tabel 1 terlihat bahwa skor rata- Setelah melakukan uji asumsi, data
rata prestasi belajar matematika setelah prestasi belajar matematika dan
menerapakan model pembelajaran kemampuan pemecahan masalah
berbasis masalah adalah sebesar 24,97 matematika dalam penelitian ini memiliki
sedangkan pada model pembelajaran sebaran data normal, varians homogen,
langsung dalam setting pembelajaran matriks varians-kovarians homogen,
daring adalah sebesar 23,00. Selanjutnya bentuk regresi prestasi belajar matematika
skor rata-rata Kemampuan pemecahan dan kemampuan pemecahan masalah
masalah matematika dengan matematika yang linier, serta kolinearitas
menerapakan model pembelajaran antar variabel dapat di toleransi
berbasis masalah adalah sebesar 46,25 selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
sedangkan pada model pembelajaran dengan menggunakan Multivariate
langsung dalam setting pembelajaran Analysis Covariat of Variance
daring adalah sebesar 42,72. Hal ini (MANCOVA).
menunjukkan baik skor rata-rata prestasi Analisis yang dilakukan
belajar matematika maupun Kemampuan menampilkan dua hal pokok, (1) hasil uji
pemecahan masalah matematika dengan multivariate dan (2) hasil analisis Tests of
menerapakan model pembelajaran Between-Subjects Effects untuk pengujian
berbasis masalah dalam lebih tinggi hipotesis penelitian.
dibandingkan menerapakan model Hasil analisis multivariat dengan
pembelajaran langsung dalam setting menggunakan SPSS –PC 17.0 for
pembelajaran daring. Windows pada penelitian ini disajikan
pada tabel 2.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Uji Multivariat


Effect Value F Hypothesis df Error df Sig,
Intercept a
Pillai's Trace 0,952 5,889E2 2,000 59 0,000
Wilks' Lambda 0,048 5,889E2a 2,000 59 0,000
Hotelling's Trace 19,961 5,889E2a 2,000 59 0,000
Roy's Largest
19,961 5,889E2a 2,000 59 0,000
Root
kovariabel Pillai's Trace 0,1 3,278a 2,000 59 0,045
prestasi a
Wilks' Lambda 0,9 3,278 2,000 59 0,045
belajar
a
matematika Hotelling's Trace 0,111 3,278 2,000 59 0,045
(KPBM) Roy's Largest
0,111 3,278a 2,000 59 0,045
Root
kovariabel Pillai's Trace 0,167 5,893a 2,000 59 0,005
kemampuan
pemecahan Wilks' Lambda 0,833 5,893a 2,000 59 0,005
masalah
Hotelling's Trace 0,2 5,893a 2,000 59 0,005
matematika
(KKPM) Roy's Largest
0,2 5,893a 2,000 59 0,005
Root
model Pillai's Trace 0,226 8,614a 2,000 59 0,001
pembelajaran Wilks' Lambda 0,774 8,614a 2,000 59 0,001
(MP) Hotelling's Trace 0,292 8,614a 2,000 59 0,001
Roy's Largest
0,292 8,614a 2,000 59 0,001
Root
a, Exact statistic
b, Design: Intercept + KPBM + KKPM + MP

111
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

Berdasarkan hasil uji multivariate matematika awal. Ketiga, dari sumber


dapat ditarik interpretasi-interpretasi dari pengaruh model pembelajaran ditemukan
nilai-nilai statistik Pillai’s Trace, bahwa nilai statistika F=8,614 dan angka
Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan signifikan 0,001 nilai tersebut lebih kecil
Roy’s Largest Root sebagai berikut: dari taraf signifikansi 0,05 (p < 0,05)
Pertama, dari pengaruh kovariat dengan demikian H0 ditolak dan H1
prestasi belajar matematika awal (KPBM) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ditemukan bahwa nilai statistik F=3,278 terdapat perbedaan prestasi belajar
dan angka signifikan masing-masing matematika dan kemampuan pemecahan
0,045. Kedua, dari pengaruh kovariat masalah matematika antara siswa yang
kemampuan pemecahan masalah belajar dengan menggunakan model
matematika awal (KKPM) ditemukan pembelajaran berbasis masalah dan siswa
bahwa nilai statistik F= 5,893 dan angka yang belajar dengan model pembelajaran
signifikan masing-masing 0,005. Oleh langsung dalam setting pembelajaran
karena semua angka signifikan lebih kecil daring. Jadi perbedaan model
dari 0,05 maka dapat diputuskan bahwa pembelajaran akan memberikan hasil
secara bersama-sama prestasi belajar yang berbeda secara serempak pada
matematika dan kemampuan pemecahan semua variabel dependen.
masalah matematika secara signifikan Hasil analisis uji MANCOVA
dipengaruhi oleh kovariabel prestasi hipotesis kedua dan ketiga dengan
belajar matematika awal dan kovariabel menggunakan SPSS-PC 17.0 for windows
kemampuan pemecahan masalah penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Tests of Between-Subjects Effects


Tests of Between-Subjects Effects
Type III Sum Mean
Source Dependent Variable df F Sig.
of Squares Square
Correcte Prestasi Belajar
d Model Matematika 98,376a 3 32,792 6,545 0,001
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 604,585c 3 201,528 6,333 0,001
Prestasi Belajar 792,95
Intercept Matematika 3972,833 1 3972,833 9 0,000
Kemampuan
Pemecahan Masalah 424,26
Matematika 13501,654 1 13501,654 9 0,000
Prestasi Belajar
KPBM Matematika 33,16 1 33,16 6,618 0,013
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 0,988 1 0,988 0,031 0,861
Prestasi Belajar
KKPM Matematika 0,002 1 0,002 0 0,984
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 381,374 1 381,374 11,984 0,001
Prestasi Belajar
MP Matematika 57,277 1 57,277 11,432 0,001
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 202,87 1 202,87 6,375 0,014

112
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

Prestasi Belajar
Error Matematika 300,608 60 5,01
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 1909,399 60 31,823
Prestasi Belajar
Total Matematika 37215 64
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 129161 64
Correcte Prestasi Belajar
d Total Matematika 398,984 63
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika 2513,984 63
a. R Squared = 0,247(Adjusted R Squared = 0,209)
b. Computed using alpha =0 ,05
c. R Squared = 0,240 (Adjusted R Squared =
0,203)

Berdasarkan uji test of between- langsung dalam setting pembelajaran


subjects effects diketahui bahwa prestasi daring.
belajar matematika siswa pada source Berdasarkan hasil uji test of
memiliki skor F=11,432 dengan between-subjects effects bahwa
signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05 (p < kemampuan pemecahan masalah
0,05). Dengan dapat disimpulkan bahwa matematika siswa pada source memiliki
terdapat perbedaan prestasi belajar skor F=6,375 dengan signifikansi 0,014,
matematika antara siswa yang belajar skor tersebut lebih kecil dari 0,05 (p <
dengan menggunakan model 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran berbasis masalah dalam bahwa terdapat perbedaan kemampuan
setting pembelajaran daring dan siswa pemecahan masalah matematika antara
yang belajar dengan model pembelajaran siswa yang belajar dengan menggunakan
langsung dalam setting pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah
daring. dalam setting pembelajaran daring dan
Skor rata-rata prestasi belajar siswa yang belajar dengan model
matematika pada kelompok siswa yang pembelajaran langsung dalam setting
diberikan perlakuan model pembelajaran pembelajaran daring.
berbasis masalah dalam setting Skor rata-rata kemampuan
pembelajaran daring sebesar M=24,97 pemecahan masalah matematika pada
lebih besar dibandingkan dengan skor kelompok siswa yang diberikan perlakuan
rata-rata kelompok siswa yang diberikan dengan model pembelajaran berbasis
perlakuan dengan model pembelajaran masalah dalam setting pembelajaran
pembelajaran langsung dalam setting daring sebesar M=46,25 lebih besar
pembelajaran daring sebesar M=23,00. dibandingkan dengan skor rata-rata
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok siswa yang diberikan perlakuan
prestasi belajar matematika siswa yang dengan model pembelajaran
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung dalam setting
pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran daring sebesar M=42,72.
setting pembelajaran daring lebih baik Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dibandingkan dengan prestasi belajar kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang belajar dengan matematika siswa yang mengikuti
model pembelajaran pembelajaran pembelajaran model pembelajaran

113
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

berbasis masalah dalam setting kolaborasi, otonomi individu, generativitas,


pembelajaran daring lebih baik reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan
dibandingkan dengan kemampuan pluralism. Nilai-nilai tersebut menyediakan
pemecahan masalah matematika siswa peluang kepada siswa dalam pencapaian
yang belajar dengan model pembelajaran prestasi belajar secara mendalam.
langsung dalam setting pembelajaran Prestasi belajar ditunjukkan ketika
daring. diperolehnya informasi baru yang
Hasil penelitian ini konsisten dengan mendorong munculnya atau meningkatnya
hasil penelitian yang dilakukan oleh Surur struktur kognitif yang memungkinkan
& Tartilla (2019) yang hasilnya siswa memikirkan kembali ide-ide mereka
menunjukkan bahwa penerapan metode sebelumnya.
PBL memberi pengaruh signifikan Model pembelajaran langsung
terhadap kemampuan pemecahan kurang memberikan kesempatan kepada
masalah siswa. Hal senada juga diungkap siswa untuk mencapai pemahaman yang
dalam penelitian oleh Siagian et al. (2019) mendalam karena siswa hanya berperan
yang hasilnya menunjukkan bahwa materi sebagai penerima pengetahuan.
pembelajaran yang berorientasi pada Pemahaman yang mendalam dapat
pembelajaran berbasis masalah dicapai apabila proses belajar
memenuhi kriteria efektif dan mampu menekankan pada aktivitas membangun
meningkatkan kemampuan pemecahan pengetahuan dan berpikir reflektif. Dengan
masalah matematika dan kemampuan demikian, prestasi belajar matematika
metakognisinya. tidak dapat dikembangkan secara optimal
Rustina (2017) mengatakan bahwa tanpa adanya aktivitas pemecahan
model problem based learning dapat masalah.
membantu memperoleh wawasan dari Berdasarkan kajian tersebut, tampak
sudut pandang yang berbeda, sehingga bahwa hasil penelitian ini konsisten
melatih untuk berperan aktif dalam proses dengan hasil penelitian sebelumnya dan
berpikir, mengkonstruksi pemahaman teori-teori yang ada. Adapun beberapa
sendiri, mampu menyajikan temuan alasan yang dapat dijadikan dasar
dengan mengungkapkan proses sesuai justifikasi bahwa kelompok model
dengan langkah-langkah menyelesaikan pembelajaran berbasis masalah lebih baik
masalah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pencapaian prestasi belajar
Proses pembelajaran dengan model matematika dan kemampuan pemecahan
problem based learning akan memberikan masalah matematika siswa dibandingkan
peluang untuk melibatkan kecerdasan dengan kelompok model pembelajaran
majemuk, dan dapat mengembangkan langsung adalah sebagai berikut.
kemampuan pemecahan masalah Pertama, beranjak dari segi
matematika. landasan teoretis, model pembelajaran
Pembelajaran bebasis masalah yang berbasis masalah memiliki dasar filosofi
merupakan model pembelajaran di mana paham konstruktivistik yang memandang
siswa sendiri yang membangun bahwa siswa aktif membangun
pengetahuannya berdasarkan masalah pengetahuan dalam benaknya sendiri.
yang diberikan, sehingga guru hanya Masalah yang disajikan diawal
bertugas sebagai fasilitator yang pembelajaran merupakan stimulus
bertanggungjawab dalam mengarahkan pembelajaran. Ketika siswa menghadapi
siswa untuk belajar, mendefinisikan, dan masalah yang berkaitan dengan
menganalisa masalah serta membangun kehidupan mereka sehari-hari akan timbul
sebuah solusi. Melalui Pembelajaran rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan
bebasis masalah guru dapat mendorong permasalahan tersebut, sehingga pada diri
siswa untuk mengambil peran lebih siswa akan muncul kesadaran untuk
banyak dan lebih aktif dalam menggali informasi yang relevan untuk
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuh menyelesaikan permasalahan yang
nilai utama konstruktivisme, yaitu: sedang dihadapi. Dengan adanya

114
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

masalah diawal pembelajaran maka siswa kemandirian, tanggung jawab, hubungan


akan mengetahui tujuan belajarnya, siswa dengan siswa, hubungan siswa
sehingga proses belajar siswa menjadi dengan guru, dan partisipasi sosial siswa
lebih bermakna (meaning full). tidak akan mengalami perubahan yang
Kedua, dilihat dari sudut pandang begitu besar baik kelompok eksperimen
operasional empiris dalam penyajian maupun kelompok kontrol hanya dalam
pembelajaran, kelompok siswa yang jangka waktu beberapa kali pertemuan
belajar menggunakan model pembelajaran dalam pembelajaran.
berbasis masalah difasilitasi dengan LKS
yang berbasis masalah, sedangkan PENUTUP
kelompok siswa yang belajar Berdasarkan hasil penelitian dan
menggunakan model pembelajaran pembahasan, maka dapat diuraikan
langsung difasilitasi dengan LKS yang menjadi tiga simpulan hasil penelitian
sifatnya terstruktur. yang merupakan jawaban dari tiga
Jadi berdasarkan pemaparan masalah yang diajukan dalam penelitian
tersebut dapat diambil suatu generalisasi ini. Pertama, terdapat perbedaan prestasi
bahwa model pembelajaran berbasis belajar matematika dan kemampuan
masalah lebih cocok diterapkan daripada pemecahan masalah matematika antara
model pembelajaran langsung untuk siswa yang belajar dengan model
membangun proses pembelajaran yang pembelajaran pembelajaran berbasis
mampu membantu siswa melatih prestasi masalah dan model pembelajaran
belajar matematika sehingga dapat langsung dalam setting pembelajaran
membangkitkan keyakinan siswa terhadap daring secara bersama-sama. Kedua,
kemampuannya yang berujung pada terdapat perbedaan prestasi belajar
peningkatan prestasi belajarnya dan matematika antara siswa yang belajar
kemampuan pemecahan masalah dengan model pembelajaran berbasis
matematikanya. masalah dan model pembelajaran
Namun demikian, dalam penelitian langsung dalam setting pembelajaran
ini masih terdapat beberapa daring. Skor rata-rata prestasi belajar
permasalahan terkait dengan pencapaian siswa kelompok model pembelajaran
kemampuan pemecahan masalah berbasis masalah dalam setting
matematika siswa. 1) Siswa belum mampu pembelajaran daring sebesar M=24,97
menyesuaikan diri secara penuh dengan lebih besar dibandingkan dengan skor
model pembelajaran berbasis masalah. rata-rata siswa dengan model
Siswa belum memahami secara pembelajaran langsung dalam setting
menyeluruh langkah-langkah kegiatan pembelajaran daring sebesar M=23,00.
pembelajaran yang harus mereka lakukan. Ketiga, terdapat perbedaan kemampuan
Siswa masih kebingungan ketika diminta pemecahan masalah matematika siswa
untuk merencanakan sendiri tujuan antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. pembelajaran berbasis masalah dan
Mereka sering merasa kurang yakin model pembelajaran langsung dalam
bahwa mereka dapat mencapai tujuan setting pembelajaran daring. Skor rata-
yang mereka tentukan sendiri, sehingga rata kemampuan pemecahan masalah
sebagian siswa hanya mengikuti tujuan matematika siswa kelompok model
yang ditentukan oleh temannya. Hal ini pembelajaran berbasis masalah dalam
menyebabkan kemampuan pemecahan setting pembelajaran daring sebesar
masalah matematika siswa belum dapat M=46,25 lebih besar dibandingkan dengan
dicapai secara optimal. 2) Untuk skor rata-rata siswa dengan model
membangkitkan kemampuan pemecahan pembelajaran langsung dalam setting
masalah matematika siswa dibutuhkan pembelajaran daring sebesar M=42,72.
jangka waktu yang lebih lama karena Sehubungan dengan hal tersebut
keyakinan siswa terhadap kemampuan beberapa saran yang dapat disampaikan
dirinya dalam bidang akademik, dari hasil penelitian ini antara lain sebagai

115
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

berikut. 1) Guru hendaknya dapat memilih learning in science education on


dan menerapkan model pembelajaran students’ academic achievement,
secara tepat, dari segi materi pelajaran attitude and concept learning.
dan juga kondisi siswa hal ini bertujuan Eurasia Journal of Mathematics,
agar pembelajaran matematika lebih Science & Technology Education, 3
kreatif, inovatif, menyenangkan, dan (1). 71-81.
bermanfaat nyata. 2) Dalam upaya
meningkatkan mutu dari model Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian.
pembelajaran berbasis masalah, Jakarta: Rineka Cipta.
hendaknya model pembelajaran berbasis
masalah dapat dikolaborasikan dengan BSNP. (2006). Standar Isi, Standar
teknologi-teknologi yang mendukung Kompetensi dan Kompetensi Dasar
pembelajaran seperti penggunaan SMA/MA. Jakarta: BSNP.
teknologi komputer, android ataupun Depdiknas. 2008. Panduan
media-media pendukung lainnya seperti Penyelenggaraan Pembelajaran
alat peraga yang lebih relevan terhadap Tuntas (Mastery-Learning). Jakarta:
materi bersangkutan. Selain itu, dalam Direktorat Jendral Managemen
menerapkan model pembelajaran berbasis Pendidikan Dasar dan Menengah.
masalah hendaknya dikolaborasikan Direktorat Pembinaan sekolah
dengan pembelajaran yang bersifat Menengah Atas.
kooperatif. Hal ini dimaksudkan siswa
lebih leluasa dalam hal Fitri, N. & Ramdiah, S. 2017. Pengaruh
menggeneralisasikan pengetahuannya model pembelajaran problem based
dengan teman sebayanya, sehingga learning (PBL) terhadap hasil belajar
tujuan pendidikan yang diharapkan dapat kognitif siswa kelas XI SMA negeri
tercapai. 3) Kepada kepala sekolah, kota banjarmasin. Jurnal Pendidikan
hendaknya mendorong guru untuk terus Hayati, 3 (4). 125-135.
meningkatkan penggunaan teknologi Hendriana, H., Johanto T., & Sumarmo, U.
dalam pembelajaran. Teknologi yang 2018. The role of problem-based
dimaksud bukan hanya teknologi berupa learning to improve students’
komputer ataupun barang-barang yang mathematical problem-solving ability
sifatnya modern, namun bisa juga and self confidence. Journal on
teknologi yang berupa pengembangan Mathematics Education, 9 (2): 291-
model pembelajaran. 4) kepada para 300.
peneliti lain yang berminat untuk
Harususilo, Y. E. 4 Desember 2019. Skor
melakukan penelitian lebih lanjut,
pisa terbaru indonesia, ini 5 pr besar
disarankan untuk melakukan penelitian
dengan melibatkan variabel terikat yang pendidikan pada era nadiem
makarim. Kompas (online).
lainnya misalnya kemampuan kemampuan
berfikis kritis dan kemampuan berfikir Julita. 2018. Peningkatan kemampuan
kreatif, mengingat ranah dari kedua pemecahan dan hasil belajar
variabel tersebut setara dengan matematika melalui problem based-
kemampuan pemecahan masalah yang learning. Jurnal pendidikan
sudah diteliti. 5) Kepada peneliti yang matematika (Mosharafa), 7 (1).
berminat untuk mengadakan penelitian
Kusuma, D. 4 Nopember 2017. Peringkat
lebih lanjut, agar menghindari sikap
Berapakah Indonesia di TIMSS?.
menunggu dari siswa dengan memberikan
Basarnas.id
penguatan bagi siswa yang aktif dan
berani mengungkapkan ide-idenya. Luthfiana, M., Yuliansyah, & Fauziah, A.
2018. Pengaruh model
DAFTAR PUSTAKA pembelajaran berbasis masalah
Akinoglu, O. & Tandogan, R. O. (2007). terhadap kemampuan pemecahan
The effects of problem-based active masalah matematika siswa kelas xi

116
Jurnal Teknologi Pembelajaran Indonesia
ISSN: 2615-2797 (Print) | ISSN:2614-2015 (Online)
Volume X Nomor X Tahun X

ipa ma negeri 1 lubuklinggau. Jurnal


Pendididkan Matematika, 1(1)
NCTM. 2000. Principles and Standards for
School Mathematics. Reston:
NCTM.
Rustina. R.,& Anisa.W. N. 2017. Kontribusi
model problem based learning
terhadap peningkatan kemampuan
koneksi dan pemecahan masalah
matematik. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika Jakarta. 1 (1). 1-7.
Santyasa, I W., Santyadiputra, G. S., &
Juniantari, M. 2019. Problem-based
learning model versus direct
instruction in achieving critical
thinking ability viewed from students’
social attitude in learning physics.
Advances in Social Science,
Education and Humanities
Research, 335.
Saragih, S., & Habeahan, W. L. 2014. The
Improving of Mathematical Problem
Solving Ability and Students’
Creativity by Using Problem Based
Learning in SMP Negeri 2 Siantar.
Journal of Education and Practice, 5
(35). 123-132
Siagian, M. V., Saragih, S. & Sinaga , B.
2019. Development of learning
materials oriented on problem-based
learning model to improve students’
mathematical problem solving ability
and metacognition ability.
International electronic journal of
mathematics education.14 (02). 331-
340.
Sudjana, N., & Rifai, A., 2011. Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Surur, M., & Tartilla. 2019. Pengaruh
problem based learning dan motivasi
berprestasi terhadap kemampuan
pemecahan masalah. Indonesia
Journal of Learning Education and
Counseling, 1 (2). 169-176.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Invotif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group.

117

Anda mungkin juga menyukai