Anda di halaman 1dari 105

Creativity Skill

Kelompok 1
Muhammad Angga Y. 18312241043
Anisa Latifa 18312241051
Siska Rohanda Caroline 18312241052
Syifa’ul Ihsany 18312241069
Oktavia Khairun Nisa 18312241076
Pengertian
Solso (2007) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan suatu aktivitas kognitif yang
menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak
dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya).

Santrock (2014) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir


tentang cara baru, dan tidak biasa, dan datang dengan solusi yang unik.

Helpern & Suharnan (dalam Suharnan, 2005) mendefinisikan kreativitas sebagai aktivitas
kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru dan berguna atau
news ideas useful.
Pengertian
Menurut 3 pengertian yang telah diungkapkan diatas, kreativitas dapat didefinisikan
sebagai Kemampuan berpikir secara kognitif untuk menghasilkan sebuah solusi dari
permasalahn yang ada dengan membentuk gagasan-gagasan baru, cara-cara baru, dan
berguna (news ideas useful).
Karakteristik Kreativitas
1. Memiliki dorongan yang tinggi
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung tidak puas terhadap kemampuan
6. Percaya diri
7. Memiliki kemandirian yang tinggi
8. Bebas mengambil keputusan
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik pada hal-hal yang kompleks
13. Toleran terhadap ambiguitas
14. Bersifat sensitif
Piers (dalam Ali & Asrori, 2006 : 52)
Aspek / Indikator
Indikator dalam berpikir kreatif menurut Munandar (dikutip Susanto,
2013:111) yaitu : Keterampilan lancar; keterampilan luwes; keterampilan
orisinal; keterampilan merinci; serta keterampilan mengevaluasi.

Indikator persiapan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan


lingkungan menurut Uno dan Nurdin (2013:143) yaitu, mengatur bahan
pelajaran; lingkungan belajar; memilih strategi belajar; serta memilih media
pembelajaran.

(Yeyen Febrianti, dkk, 2016 : 122).


Aspek / Indikator
Menurut (Aryana, 2007:675) mengemukakan berpikir kreatif yaitu
1. Lancar, adalah kemampuan menghasilkan banyak ide,
2. uwes, adalah kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi,
3. Orisinal, adalah kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya
tidak ada,
4. Memerinci, adalah kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide
sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.
Hal ini bahwa berpikir kreatif memiliki beberapa indikator untuk menghasilkan ide
yang baru. Kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan
berpikir, sikap, pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan dalam memecahkan
masalah.
(Yeyen Febrianti, dkk, 2016 : 122)
Aspek / Indikator
Dikutip dari (Wahyu Arini dan Asista Asmila, 2017 : 27), Indikator Kemampuan Berpikir
Kreatif adalah :

1. Kemampuan Berpikir Lancar (fluency)


● Yaitu menjawab dengan sejumlah jawaban yaitu selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban
● Arus pemikiran lancar yaitu lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya
2. Kemampuan Berpikir Luwes (Flexibility)
● Ditandai mampu mengubah cara atau pendekatan yaitu dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda.
● Arah pemikiran yang berbeda beda yaitu dalam memecahkan situasi selalu
mempunyai posisi yang berbeda dari siswa lainnya.
Aspek / Indikator
3. Berpikir Asli/Original
● Yaitu memberikan penguraian atau jawaban yang tidak lazim, jawaban yang
memiliki posisi lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang.
4. Berpikir Terperinci (elaboration)
● Ditandai dengan mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang
akan ditempuh.
● Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan
yang kosong atau sederhana
● Mengembangkan, menambahkan atau memperkaya suatu gagasan.
Menambah garis-garis, warnawarna, dan bagian-bagian terhadap gambarnya
sendiri atau gambar orang lain.
(Wahyu Arini dan Asista Asmila, 2017 : 27).
Pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem solving based learning), atau pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan upaya pengkondisian kepada peserta didik untuk
bisa berpikir kreatif dan kritis (Momon, 2013:47-48)

Pembelajaran dengan problem solving berusaha untuk mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan
kehidupan sehari-hari mereka dan diperkuat dengan peningkatan kreativitas.

Pendekatan pembelajaran ini merupakan proses yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab
siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Triyono dkk (2017) menyebutkan bahwa
pembelajaran berbasis CPS memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan kreativitas dan inovasi siswa.
CPS dapat diterapkan untuk sekolah kategori tinggi, sedang maupun rendah.
Suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa
dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Konsep yang
disajikan mengkaitkan materi pembelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan
dan berhubungan dengan gaya ataupun cara belajar siswa (Trianto:2012:107).

CTL bukan berarti memaksakan suatu konsep pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan, melainkan
diupayakan melalui penyesuaian dengan berbagai konsep serta konteks yang sedang dipelajari Oleh karena itu konsep
materi terkontekstualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian kemampuan berpikir siswa kian kreatif
dalam memecahkan permasalahan yang terkait dengan kondisi yang berada di lingkungan sekitar

Kegiatan yang memberikan masalah- masalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan
lingkungan sekitar ternyata mampu membuat siswa berpikir kreatif karena mereka memberi banyak alasan jawaban
di luar dugaan misalnya pada konsep suhu dan kalor sangat dekat hubungan nya dengan kejadian sehari-hari sehingga
siswa mempunyai pengetahuan awal yang mereka bawa dalam pembelajaran di kelas. Sehingga ada kaitan antara
memberi pertanyaan tersebut terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
Model pembelajaran yang mampu melatihkan
creativity
Berdasarkan penelitian dari (Kasmiana, 2020) menyatakan bahwa “Model discovery
learning dapat mendorong siswa untuk menentukan konsep-konsep dan hasil belajar siswa
juga meningkat. Sehingga saat kegiatan belajar mengajar menuntut siswa untuk dapat berpikir
kreatif. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, maka diperlukan dengan
menggunakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk berpikir kreatif. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sehingga
pembelajaran khususnya IPA menjadi lebih aktif”.
Model pembelajaran yang mampu
melatihkan creativity
Model discovery learning akan mendorong siswa supaya siswa dapat berpikir kreatif
dalam memecahkan suatu masalah yaitu dengan cara mencari informasi dari permasalahan
yang ada dengan pengalaman yang mereka miliki. Saat pembelajaran guru hanya berperan
sebagai fasilitator saja supaya siswa dapat melakukan penemuan sendiri dan menghindari
penyimpangan pengetahuan, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna
Daftar Pustaka
Ali, M. & Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Dian, N. 2015. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. diunduh dari https://jurnal.umj.ac.id.index.php/fbc/article/view/1627/1380 pada
hari Sabtu 20 Februari 2021 pukul 06.00 WIB.
Kiki Nirmala.2020.penggunaan model discovery learning untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir
kreatif pada muatan mata pelajaran IPA diunduh dari http://eprints.ums.ac.id/86077/11/NASKAH%20PUBLIKASI..pdf pada
hari Jum’at Februari 2021 pukul 21:30 WIB.
Momon Sudarma.2013. Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Solso, R. L. dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi
Santrock, J. W. 2014. Psikologi Penddikan. Edisi 5 Buku 2. Terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.
Trianto. 2012.Pembelajran IPA Terpadu. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Triyono dkk. 2017.Pengaruh Pembelajaran Ipa Berbasis Creative Problem Solving Terhadap Kreativitas Siswa SMP. diunduh dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/9429/pdf pada hari Sabtu 20 Februari 2021 pukul 06.00 WIB.
Wahyu Arini, Asista Asmila. 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Cahaya Siswa Kelas Viii Smp Xaverius Kota
Lubuklinggau. Science and Physics Education Journal (SPEJ). Lubuk lingau : STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Winarti.2016.Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.diunduh
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article pada hari Sabtu 20 Februari 2021 pukul 06.00 WIB.
Yeyen Febrianti, dkk. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Critical
Thinking 21th
Century
Kelompok 2
Susanti (18312241042)
Ani Komariyah (18312241045)
Isna Hajar Pratiwi (18312241070)
Amalia R ahma (18312241072)
R ahma Tia N ur Fitriani (18312241075)
Definisi
Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses
disiplin intelektual aktif dan kemahiran dalam mengkonsep,
menerapkan, mensintesa, dan atau mengevaluasi informasi
dari hasil pengumpulan atau ditimbulkan dari pengamatan,
pengalaman, 2 perenungan, penalaran atau komunikasi
sebagai petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam
bertindak.
Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis bila
mempunyai dua aspek, yaitu:
➢ Cognitif skills
➢ Kemampuan intelektual
Karakteristik dari berpikir kritis:

➢ Kreatif,
➢ L ogis dan rasional,
➢ Berhati-hati dan mencari informasi,
➢ Sistematik dan sesuai dengan
intelektual

(J uly Ivone, 2010)


Indikator Critical Thinking
Angelo (1995: 6) mengemukakan ada 5 indikator perilaku
yang sistematis dalam berpikir kritis yaitu:
➢ Keterampilan menganalisis
➢ Keterampilan mensitesis
➢ Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
➢ Keterampilan menyimpulkan
➢ Keterampilan mengevaluasi dan menilai
Penelitian yang dilakukan oleh Waring, Scott M. & Krik yang
berjudul “Developing Critical and Historical Thinking Skills in Middle
Grades Social Studies” dalam Hestiningsih (2015: 74) menunjukkan
penting sekali mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini
menunjukkan mengembangkan berpikir kritis dapat dilakukan dengan
pemecahan masalah, membuat hipotesis, memperkirakan kemungkinan,
dan mengambil keputusan. Hal ini perlu diajarkan disekolah supaya
dalam keseharian mereka dapat memutuskan tindakan apa yang harus
dilakukan.
Menurut Ennis (1995: 4-8), terdapat unsur dasar dalam critical thinking skill
meliputi:

➢ Fokus (focus), merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk


mengetahui informasi. Untuk fokus terhadap permasalahan, diperlukan
pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan dimiliki oleh seseorang akan
semakin mudah mengenali informasi.
➢ Alasan (reason), yaitu mencari kebenaran dari pernyataan yang akan
dikemukakan. Dalam mengemukakan suatu pernyataan harus disertai dengan
alasan-alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
➢ Kesimpulan (Inference), yaitu membuat pernyataan yang disertai dengan
alasan yang tepat.
1 2 3
01

Model
Pembelajaran PBL
Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)

PBL melatih kemampuan siswa untuk


menganalisis, berpikir kritis, serta
metakognitif (Newel dan Simon,1972).
Salah satu alternatif model pembelajaran
yang memungkinkan dikembangkannya
keterampilan berpikir siswa (penalaran,
komunikasi dan koneksi) dalam memecahkan
masalah adalah pembelajaran berbasis
masalah (R usman,2011).
02

Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI
Suyatno (2009: 65) mengemukakan
pendapatnya mengenai pendekatan SAVI, yang
kemudian menjelaskan bahwa pembelajaran SAVI
merupakan sebuah pembelajaran yang
memanfaatkan semua indera yang dimiliki siswa.
Kegiatan belajar seharusnya dilakukan melalui
kegiatan mendengarkan, menyimak, berbicara, dan
mengemukakan pendapat. Belajar juga harus melalui
kegiatan mengamati, membaca, mendemonstrasikan.
Belajar juga harus dengan konsentrasi pikiran,
berlatih menggunakan nalar, memecahkan masalah,
dan menerapkannya.
03

Guided Discovery
Learning
Guided Discovery Learning
Hamalik (2006) menyatakan bahwa guided discovery
learning merupakan sistem dua arah dimana proses
pembelajarannya melibatkan siswa dan guru. Siswa melakukan
penemuan (discovery) dan guru berperan dalam memberikan
bimbingan (guided) dengan menganalisis kesulitan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Model
pembelajaran ini berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
siswa
Daftar Pustaka
Angelo, T. A. (1995). “Classroom assessment for critical thinking”. Teaching of
Psychology, 22, 6-7.
Ennis, R.H. 1995. Critical Thinking. New York: Prentice Hall.
Hamalik. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Hestiningsih, Nur & Sugiharsono. (2015). “Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik Pembelajaran IPS Melalui Metode
Problem Solving Berbantuan Media Informasi”. Jurnal Harmoni
Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 1, Maret 2015 (71-85).
Newell, A. dan Simon, H. 1972. Human Problem Solving. Englewood Clifs, NJ:
Prentice Hall.
Rusman. Model-model Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Pers.
Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatif. Sidoarjo:Masmedia Buana
Pusaka
Thanks!
Problem Solving
Skill
Kelompok 3 - P. IPA C 2018

Endah Rachmatiningrum (18312241048)


Amelia Rizki (18312241050)
Azzakia Oofy (18312241056)
Zulfa Maulida (18312241067)
Restu Agil (18312241073)
Pengertian Problem Solving

Menurut Marzano dkk (1988) problem solving


adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang
berupa kemampuan untuk memecahkan
persoalan.

Menurut Marzano dkk (1988), para pendidik


memaknai problem solving secara lebih sempit.
Para pendidik umumnya menggunakan istilah
problem solving untuk menunjukkan jenis tugas
tertentu yang disajikan kepada pelajar dalam
pelajaran matematika, sains, dan ilmu sosial.
Girl dkk (2002) menyatakan bahwa pemecahan
masalah adalah proses yang melibatkan
penerapan pengetahuan dan ketrampilan-
ketrampilan untuk mencapai tujuan.

Menurut Gagne & Briggs (1979) unjuk kerja


pemecahan masalah itu berupa penciptaan dan
penggunaan aturan yang kompleks dan lebih
tinggi tingkatannya, untuk mencapai solusi
masalah.
Karakteristik
Problem
Solving
Karakteristik Problem Solving
Menurut Sulasmono (2010) Karakteristik khusus pendekatan kepada siswa dalam
memecahan masalah adalah sebagai berikut:

1. Adanya interaksi yang baik antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah.
2. Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa dan antar siswa dengan guru
dalam menyelesaikan suatu masalah.
3. Guru menyediakan sebuat informasi yang cukup untuk siswa mengenai masalah
yang belum terpecahkan, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan
mencoba mengkonstruksi penyelesaian masalah tersebut.
4. Guru menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan tujuannya bukan untuk mengevaluasi.
5. Guru membimbing, melatih, dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan
berwawasan dan berbagi solusi dalam proses pemecahan suatu masalah.
Aspek atau
Indikator
Problem Solving
Skills
Aspek-aspek kemampuan problem solving
Menurut Barkman, S., dan Matctmes, K (2002)

1. Identifikasi Masalah (Identify /Define the Problem)


2. Menganalisa kemungkinan Penyebab dan Asumsi
(Analyze Possible Causes or Assumptions)
3. Mengidentifikasi Solusi (Identify Possible Solutions)
4. Memilih Solusi yang Terbaik (Select Best Solution)
5. Implementasi Solusi (Implement the Solution)
6. Evaluasi dan Revisi (Evaluate Progress and Revise)
Tahap – Tahap Metode Problem Solving menurut J.Dewey
ANALISIS
PENDEKATAN /
MODEL
UNTUK KETERAMPILAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN
MASALAH)
1. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses yang dilalui peserta didik dalam
rangka memperoleh sebuah jawaban, karena berpusat pada aktivitas
peserta didik (Atsnan dkk, 2008).
Pendekatan saintifik memberikan kesempatan bagi para peserta didik
untuk lebih berinovasi dan berkreativitas dalam keterampilan
menyelesaikan sebuah persoalan atau permasalahan. Manfaatnya,
ketika peserta didik menemukan suatu permasalahan dalam kehidupan
sehari-harinya dan dapat menyelesaikannya dengan mudah.
Pendekatan saintifik memiliki komponen 5, yaitu: mengamati,
mempertanyakan, mengumpulkan informasi atau mencoba, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan (Nasution, 2013).
2. Pendekatan Inkuiri
Menurut Sanjaya (2008 :196), metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Proses pembelajaran inkuiri mengarahkan siswa agar dapat mengidentifikasikan


masalah, menemukan solusi, merumuskan pertanyaan, melakukan percobaan,
menganalisis, belajar kelompok, dan membuat kesimpulan.

Melalui pendekatan inkuiri siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari
dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya kemudian memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
(Mulyasa, 2007:109)
2. Pendekatan Inkuiri
Langkah-langkah pelaksanaan model inquiry meliputi :
1) Orientasi;
2) Merumuskan masalah;
3) Merumuskan hipotesis;
4) Mengumpulkan data;
5) Menguji hipotesis; dan
6) Merumuskan kesimpulan (Damayanti, 2014).
3. Pendekatan Heuristik
Pendekatan Heuristik merupakan suatu pendekatan yang tujuannya adalah
untuk mengajarkan keterampilan pemecahan masalah tertentu, yang dapat
digunakan siswa ketika mereka mengatasi masalah tertentu (Zulfah, 2017:
3).

Pendekatan Heuristik bertujuan untuk mengajarkan keterampilan


mengatasi masalah. Heuristik adalah suatu langkah-langkah umum yang
memandu pemecah masalah dalam menemukan solusi masalah. Heuristik
bertujuan untuk memandu siswa dalam menemukan solusi (Zulfah, 2017:
6).
3. Pendekatan Heuristik
Model Heuristik menurut para ahli: (Zulfah, 2017: 7-8).

1. Model Heuristik Polya, langkahnya:

a) Memahami masalah  melibatkan proses membaca dan mengkaji permasalahan untuk


memahami data yang diberikan data yang diperlukan.

b) Membentuk rancangan penyelesaian  melibatkan proses mencari hubungan antara data


yang diberi dengan apa yang dikehendaki.

c) Melaksanakan rancangan penyelesaian  melibatkan proses melaksanakan penyelesaian


yang dirancang dengan berhati-hati untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki.

d) Meneliti semua pemecahan  melibatkan penelitian pemecahan untuk menentukan


apakah ada pemecahan itu.
3. Pendekatan Heuristik
Model Heuristik menurut para ahli: (Zulfah, 2017: 7-8).
1. Model Heuristik Wickelgren, merupakan perincian dari model
Heuristik Polya, langkahnya:
a) Menganalisis dan memahami masalah
b) Merancang dan merencanakan solusi
c) Mencari solusi dari masalah
d) Memeriksa Solusi
4. Pendekatan Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) Problem
Solving
Model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) adalah model yang
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan dirancang untuk
mengembangkan dan menerapakan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan
keterampilan berpikir kritis (Peritiawan, 2014).

Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Problem Solving
menekankan aktivitas pemecahan masalah. Model pembelajaran SSCS ini dapat
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah siswa karena memberikan
kesempatan bagi siswa untuk saling berinteraksi melalui kelompok kecil dan
kelompok besar untuk memecahkan suatu masalah (Pizzini & Shepardson, 1992).
4. Pendekatan Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) Problem
Solving
Sintaks : (Pizzini & Shepardson, 1992).
1. Fase Search  pemunculan ide-ide untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki atau masalah pada sains.
2. Fase Solve  permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan
mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan menerapkan rencana mereka
untuk memperoleh suatu jawaban.
3. Fase Create  menghasilkan suatu produk terkait dengan permasalahan,
membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika
diperlukan memodifikasi.
4. Fase Share  mengkomunikasikan jawaban terhadap permasalahan atau
jawaban pertanyaan.
5. Pendekatan Metakognitif
Pendekatan Metakognitif adalah secara harfiah, metakognitif bisa
diterjemahkan sebagai kesadaran berpikir, berpikir tentang apa yang
dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk
memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir sebagai akibat
dari buah pikiran terdahulu (Kunandar, 2007).

Pendekatan metakognitif memiliki ciri utama yaitu guru menyadarkan


kemampuan kognitif siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
metakognitif, berisi pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian
masalah, dan mereview hasil penyelesaian masalah.
5. Pendekatan Metakognitif
Sintaks: (Kunandar, 2007).

1. Tahap Diskusi Awal  menjelaskan topic, konsep dasar

2. Tahap Siswa Bekerja Mandiri  mengerjakan soal, memberi stimulus


pertanyaan metakognitif

3. Tahap Refleksi dan Rangkuman  rekleksi ke permasalahan


kehidupan dan membuat rangkuman
Pemecahan Masalah
Siswa melalui
Pendekatan Conceptual
Problem Solving

Pendekatan conceptual problem solving


merupakan pendekatan pembelajaran
dimana siswa dibimbing menyelesaikan
masalah menggunakan prinsip yang tepat.
pendekatan pemecahan masalah melalui conceptual
problem solving ini dapat :
• membimbing siswa dalam memecahkan masalah
dengan mengidentifikasi prinsip yang tepat (principle),
• membenarkan prinsip yang diterapkan pada masalah
(justification),
• merencanakan solusi yang harus ditempuh sebelum
memecahkan masalah (plan).

Dengan demikian, siswa diharapkan harus memahami


prinsip yang tepat untuk memecahkan masalah
Tahapan

1. principle, guru dan siswa bersama-sama menentukan


prinsip yang tepat untuk memecahkan masalah.

2. justification, guru dan siswa bersama-sama membuat


justifikasi (membenarkan prinsip) terhadap ketepatan
prinsip.

3. plan, guru dan siswa bersama-sama menetapkan


langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan
masalah
Model Pembelajaran
Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah
Model Problem Based Learning adalah salah satu model
pembelajaran dapat mendorong siswa membangun
pengetahuan dan pemecahan permasalahan pada
kesehariannya.

Pernyataan tersebut didukung oleh (Wijayanti, Sumarmi, &


Amirudin, 2016) bahwa model Problem Based Learning
merupakan model pembelajaran yang menekankan
pembelajaran kontekstual yang dapat mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan self
directed peserta didik.
Model Problem Based Learning memiliki tahapan
1. orientasi permasalahan,
2. mengorganisasikan siswa untuk meneliti,
3. membimbing investigasi/ penyelidikan
kelompok,
4. mempresentasikan hasil penelitian,
5. menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahal permasalahan
Model Pembelajaran
Creative Problem Solving
(CrPS)
Model Pembelajaran Creative Problem Solving
(CrPS)

Kreativitas adalah suatu komponen yang perlu


ditingkatkan untuk dapat bersaing dan memenuhi
tuntutan dari perkembangan zaman.
Munandar (2009) menjelaskan bahwa perlunya
mengembangkan kreativitas dikarenakan, yaitu:
1. kebutuhan penting dalam hidup manusia untuk
mewujudkan dirinya
2. penyelesaian terhadap suatu masalah dapat
terselesaikan
3. memberikan kepuasan terhadap individu,
4. kualitas hidup seorang dapat meningkat salah satunya
dengan kreativitas.
Model ini dapat dilakukan melalui enam langkah
atau tahap yang telah dijabarkan, yaitu
• menemukan tujuan,
• menemukan fakta,
• mampu memecahkan masalah,
• menemukan gagasan,
• menemukan solusi, dan penerimaan.
Model Project Based
Learning dalam
Pemecahan Masalah
Model Project Based Learning dalam pemecahan masalah

Menurut Reeder (2005) project based learning merupakan


satu-satunya model dan strategi yang potensial diterapkan
dalam pembelajaran pada abad ini. Sementara itu,
Sumarmi (2012) menyatakan bahwa model project based
learning menggunakan masalah sebagai langkah awal dan
mengintegrasikan pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Langkah model Pembelajaran PjBL

• Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential


question)
• Menyusun perencanaan proyek (design project)
• Menyusun jadwal (create schedule)
• Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring
the students and progress of project)
• Penilaian hasil (assess the outcome)
DAFTAR PUSTAKA

Barkman,S dan Machtmes, K. 2002. Solving Problems Survey. Youth Life Skills
Evaluation Project at Penn State. Instrument Also Cited by the CYFAR Life
Skills Project at Texas A&M University. JURNAL dalam Skripsi yang berjudul
Efikasi Diri Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa Kwlas XI IPA MA
Miftahul Ulum Jatiroto Lumajang oleh M.Ilham Akbar Hasin UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang diunduh dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/11928/1/13410093.pdf pada 21 Febuari 2021 pukul 08.54 WIB.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
diunduh darihttps://eprints.uny.ac.id/62643/2/BAB%20II.pdf pada 21 Febuari
2021 pukul 08:06 WIB.
Bambang Suteng Sulasmono. 2010. Problem Solving: Signifikansi, Pengertian, dan
Ragamnya. Jurnal Satya Widya. Vol. 28, No.2. Desember 2012: 156-165
diunduh dari https://core.ac.uk/download/pdf/234028813.pdf pada 20
Februari 2021 pukul 19.38 WIB.
Girl, T.A., Wah, L.K.M., Kang, G.Ng., & Sai, C.L. 2002. New Paradigm for Science
Education. A Perspective of Teaching Problem-Solving, Creative Teaching
and Primary Science Education. Singapore: Prentice Hall.
Marzano, R.J. et all, 1988. Dimension of Thinking: A Framework for Curriculum and
Instruction. Viginia: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Gagne, R.M. & Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructinal Design. Second Edition.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Hamiyah , N dan M Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas. Yogyakarta:
Prestasi Pustaka diunduh dari
https://eprints.uny.ac.id/62643/2/BAB%20II.pdf pada 21 Febuari 2021 pukul
08:06 WIB.
Alif Reza Nurhadi, dkk. 2018. Pengaruh Model Project Based Learning
dan Gaya Berpikir terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah
Mahasiswa Geografi. Jurnal Penelitian. Volume: 3 Nomor: 7 Bulan
Juli Tahun 2018 Halaman: 974—979 diakses 21 Februari 2021
07.54
Dewi Nur Azizah, dkk. 2018. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
melalui Pendekatan Conceptual Problem Solving pada Materi
Termodinamika. Jurnal Penelitian. Volume: 3 Nomor: 11 Bulan
November Tahun 2018Halaman: 1458—1462. diakses 21 Februari
2021 03.44
Sarifah Nur Isra Jairina, dkk. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan
MasalahMitigasi Bencana. Jurnal Penelitian. Volume: 5 Nomor: 2
Bulan Februari Tahun 2020. diakses 21 Februari 2021 05.54
Resti Ajeng Pramestika, dkk. 2020. Model Pembelajaran Creative
Problem Solving pada Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil
Belajar Tematik Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian. Volume: 5
Nomor: 3 Bulan Maret Tahun 2020 Halaman: 361—366. diakses 21
Februari 2021 07.25
Atsnan, M.F, dan Gazali, Rahmita Yuliana. (2008). Penerapan Pendekatan
Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi
Bilangan (Pecahan). Makalah disampaikan dalam Seminar
Matematika Dan Pendidikan Matematika FMIPA. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta tanggal 9 November 2013.
Damayanti, I. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA di Sekolah
Dasar.
Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNESA, Volume 2,
No 5.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja
Grafindo).
Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, Khairiah. (2013). Aplikasi Model Pembelajaran dalam Perspektif
Pendekatan Saintifik. Makalah tidak dipublikasikan, Medan,
Widyaswara Mandala tanggal 27 Desember 2013.
Periartawan, Eka, I Gst Ngr Japa, and Wayan Widiana. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran SSCS Terhadap Kemampuan Pemecahan
Maslah
Matematika Siswa Kelas IV Di Gugus XV Kalibukbuk.‖ Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2 (1).
Pizzini, E., & Shepardson, D. 1992. A Comparison of the Classroom
Dynamics of a Problem-Solving and Traditional Laboratory Model of
Instruction Using Path Analysis. Journal of Research in Science
Teaching, 29(3), 243–258.
Zulfah. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair
Share dengan Pendekatan Heuristik terhadap Kemampuan
Pemecahan
Masalah Matematis Siswa MTs Negeri Naumbai Kecamatan Kampar.
Jurnal
Cendekia vol 1 no 2.
ICT LITERASI (Kelompok 4)
Disusun Oleh:
Nur Alfi Aulia Julita (18312241046)
Sueb Ribbi Ikhrofani (18312241053)
Isnaini Nurwijayanti (18312241065)
Indah Inayah Rahma Wati (18312241066)
Alif Astri Hasna (18312241068)
Definisi / Pengertian ICT Literasi
ICT Literasi (Literasi TIK) adalah kemampuan untuk menggunakan
teknologi digital, alat komunikasi, dan atau jaringan dalam
Mendefinisikan (Define), Mengakses (Access), Mengelola
(Manage), Mengintegrasikan (Integrate), Mengevaluasi
(Evaluate), Menciptakan (Create), dan Mengkomunikasikan
(Communicate) informasi secara baik dan legal untuk
menghasilkan sebuah konsep baru dalam rangka membangun
masyarakat berpengetahuan (Nova : 2018).
Define Integrate
Menggunakan digital tools untuk Menafsirkan dan menggambarkan
mengidentifikasi dan menggambarkan informasi yang didapatkan menggunakan
kebutuhan informasi. digital tools untuk menyatukan, merinhkas,
dan membandingkan informasi dari
Access berbagai sumber.
Mengetahui cara dan lokasi untuk
mengumpulkan dan mendapatkan informasi Evaluate
dalam ruang lingkup digital. Meninjau lebih jauh atau menilai sejauh
Manage mana informasi yang ada memenuhi
Mengorganisir, mengklasifikasikan, memilah kebutuhan dari topik atau permasalahan
milih informasi yang ada mengguankan yang dihadapi.
digital tools.
Communicate
Create .Menyebarluaskan atau menyampaikan
Mengadaptasi, menerapkan, merancang, informasi yang didapat terkait topik yang
dan membangun informasi. dihadapi.
Indikator Skill
Indikator kemampuan literasi teknologi hasil adaptasi dan adopsi dari kemampuan
literasi sains PISA serta indikator literasi teknologi menurut Clay dan Brian dalam jurnal
Herni, dkk (2017) :
● Konten
Kemampuan memahami piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software).
● Proses
Kemampuan menggunakan piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software).
● Konteks
Menggunakan konsep teknologi dalam pembelajaran.
● Sikap
Pemahaman yang baik dalam menanggapi informasi.
● Sikap terhadap perkembangan teknologi terhadap pembelajaran
• Guru perlu memanfaatkan berbagai keunggulan ICT secara optimal dalam
aktivitas pembelajaran IPA.
• Dengan perancangan yang baik, ICT dapat menjadikan materi pembelajaran
IPA menarik, tidak membosankan, mudah dipahami, dan dapat dipelajari kapan
saja dan dari mana saja.
• Model yg paling cocok adalah Blended learning yakni kombinasi ICT
(multimedia, e-learning), tatap muka (diskusi, ceramah), dan mandiri
(penugasan, proyek, lab).
DAFTAR PUSTAKA
Herman.2012. Implementasai ICT dalam Pembelajaran IPA. Diunduh dari
http://repo.mercubuana-yogya.ac.id/repo-unnes/dokumen/ICT-dlm-Pemb-
IPA.pdf pada hari Selasa, 20 February 2021 pukul 22.48 WIB.

Herni, dkk. 2017. Jurnal Profil Kemampuan Literasi Teknologi Peserta Didik
Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung JoTaLP: Journal of Teaching
and Learning Physics 2, 2 (2017) :01-06. Diunduh dari
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index pada hari Sabtu, 20
Februari 2021 pukul 17.00 WIB.

Nova Daryanti. 2018. Apa itu ICT Literacy atau Literasi TIK?. Diunduh dari
https://selfinspirationblog.com pada hari Sabtu, 20 Februari 2020 pukul
20:00 WIB.
Communication Skill
Kelompok 5
Nastiti Estiningtyas 1039
Mutia Malikahatin 1059
Andika Setia Pratama 1060
Nur Fina Ridhawatin 1062
Aviani Ramadhanti P 1063
Definisi
Definisi
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang
berlangsung dalam dunia manusia

Komunikasi atau dalam Bahasa Inggris disebut ”Communication” merupakan


kegiatan mentransfer informasi baik secara tertulis maupun lisan.

Communication dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan ide


dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif.
Karakteristik
Karakteristik
Peserta didik dituntut untuk
memahami, mengelola, dan Komunikasi dilakukan pada
menciptakan komunikasi yang efektif lingkungan yang beragam
dalam berbagai bentuk dan isi

Komunikasi tidak lepas Komunikasi bisa menjadi


dari adanya interaksi sarana untuk semakin
antara dua pihak merekatkan hubungan antar
manusia dan sebaliknya

Komunikasi bisa dilakukan Penguasaan bahasa menjadi


baik secara lisan, tulisan, sangat penting dalam
atau melalui simbol berkomunikasi
Aspek dan
Indikator
Macam Kode

01 Kode Verbal
Kode verbal
02 Kode Nonverbal
Kode nonverbal
ialah bahasa
menggunakan
isyarat atau
bahasa
bahasa diam
INDIKATOR DAN ASPEK
Kemampuan Komunikasi Indikator Aspek yang Diukur
Kemampuan Berkomunikasi Mengemukakan informasi dan gagasan Menyampaikan gagasan atau pikiran
Lisan kepada perseorangan atau secara lisan yang logis.
kelompok Tanpa memaksakan kehendak sendiri.

Menggunakan bahasa yang baik.


Memberikan perhatian saat orang lain Memberikan perhatian secara seksama
berbicara saat orang lain berbicara.
Memberikan respon Mengungkapkan tanggapan dengan
jelas.
Gagasan dan tanggapan bersifat logis
dengan disertai bukti dan alasan yang
jelas.
Memperhatikan kesantunan berbahasa.

Bertanya Jelas, singkat, dan mudah dimengerti.

Terfokus pada suatu masalah tertentu.

Terdapat informasi yang cukup bagi yang


akan menjawab pertanyaan.
INDIKATOR DAN ASPEK

Kemampuan Komunikasi Indikator Aspek yang Diukur


Kualitas tulisan Menulis informasi yang jelas dan
Kemampuan Berkomunikasi Tulisan dapat dimengerti.
Representasi visual Ketepatan representasi secara
ilmiah.
Mengemukakan data dengan jelas.

Menggunakan ilustrasi yang dapat


dimengerti.
Model
Model
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Langsung • Guru menghadapkan siswa pada situasi
masalah
• Guru mendemonstrasikan pengetahuan atau • Memfasilitasi siswa untuk memecahkannya
01 keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan 02 melalui penyelidikan/ inkuari dan kerjasama
keterampilan tersebut selangkah demi • Memfasilitasi dialog dari berbagai segi,
selangkah kepada siswa merangsang siswa untuk menghasilkan karya
pemecahan dan peragaan hasil

Model Pembelajaran Kooperatif


• Siswa belajar dalam kelompok
03 • Dalam memahami suatu bahan pelajaran
dan menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerjasama
Pendekatan
Pendekatan

Pendekatan pembelajaran yang mampu melatihkan communication skill dalam


pembelajaran IPA salah satunya ialah pendekatan saintifik

• Ada beberapa jurnal yang menggunakan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan
communication skill peserta didik
• Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran ilmiah yang menekankan pada pentingnya
kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik
• pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
• Salah satu sintaks dalam pendekatan ini ialah mengkomunikasikan
• Peserta didik mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari
• Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola
• Dalam proses mengkomunikasikan bisa menjadi cara untuk meningkatkan communication skill peserta
didik.
Daftar Pustaka
Ahadiah, Siti.2019. Analisis Kompetensi Abad-21 Dalam Bidang Komunikasi Pendidikan.Jurnal Kehumasan Volume 2, Nomor 2. Diunduh pada
19 Februari 2021 Pukul 13.40 WIB melalui http://www.academia.edu

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo. Persada.

Daryanto. 2014. Pembelajran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013). Jogjakarta : Gava Media.

Fadhilaturrahmi. 2017. Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta di Sekolah Dasar.
Diunduh dari https://www.researchgate.net pada hari Selasa, 16 Februari 2021 pukul 09.10 WIB.

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Pratiwi, Vira. 2019. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Komunikasi Matematika SD. Diunduh dari https://www.researchgate.net pada hari
Selasa, 16 Februari 2021 pukul 09.20 WIB.

Putri, Maya Dwika, dkk. 2015. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Di Kelas Xi Sma
Babussalam Pekanbaru. Artikel elektronik diunduh di https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/6575, pada Sabtu, 20 Februari 2021,
pukul 22.00 WIB.

Rahayu, Esti Lilla. 2013. Penggunaan Media Presentasi Powerpoint Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Belajar Ips Pada Siswa
Kelas Vii A Smp Negeri 4 Kalasan Tahun Ajaran 2012/2013. Thesis elektronik diunduh di https://eprints.uny.ac.id/18188/, pada Sabtu, 20
Februari 2021, pukul 22.00 WIB.

Resti, Rendy, dkk.2018. Keterampilan 4c Abad 21 Dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar.Diunduh dari
https://core.ac.uk/download/pdf/335289337.pdf pada 21 Februari 2020 pukul 07.00 WIB.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.


THANK YOU
COLLABORATION
Kajian Kecenderungan Pendidikan IPA
Nama Kelompok
(IPA C 2018)
Nur Mahmudah
18312241049
01
Sandra Ari Fitriani
18312241055
02
Rizki Damajatu Trinaini
18312241061
03
Wulan Febrianingsih
04
18312241071

Prasasti Pamawas Tuti


18312241077
05
Pokok Bahasan
1 DEFINISI / PENGERTIAN

2 ASPEK / INDIKATOR

3 KARAKTERISTIK

4 PENDEKATAN / MODEL PEMBELAJARAN


1 DEFINISI
DEFINISI

Keterampilan kolaborasi adalah


kemampuan berpartisipasi dalam setiap
kegiatan untuk membina hubungan dengan
orang lain, saling menghargai hubungan
dan kerja tim untuk mencapai tujuan yang
sama (Le, H Jeroen & Wubbels, 2017)
2 ASPEK/ INDIKATOR
INDIKATOR
Kolaborasi, sebagai keterampilan yang mencakup aspek kemampuan untuk menghormati dan
bekerja dengan peserta didik yang berbeda. Adapun indikator-indikatornya sebagai berikut :

Mampu bekerja secara efektif dan menghargai


1 anggota tim yang berbeda

Menunjukkan fleksibilitas dan keinginan untuk


menjadi orang yang berguna dalam
2 melakukan kompromi untuk mencapai tujuan
umum

Memikul tanggung jawab dalam pekerjaan


3 kolaboratif dan menghargai kontribusi dari setiap
anggota tim.

(I Wayan, 2019)
3 KARAKTERISTIK
KARAKTERISTIK
Menurut Carpenter (2009) , kolaborasi mempunyai 8 (delapan) karakteristik, yaitu:

01 05
Partisipan tidak dibatasi dan Delapan
Partisipan saling mendidik atau
tidak hirarkis Karakteristik mengajar satu sama lain

02 Kolaborasi
06
Partisipan bertanggung jawab Adanya identifikasi dan
dalam memastikan pencapaian pengujian terhadap berbagi
pilihan

03 07
Adanya tujuan yang masuk Implementasi solusi dibagi
akal. kepada beberapa partisipan
Delapan yang terlibat
04
Ada pendefinisian masalah Karakteristik 08
Partisipan selalu mengetahui
Kolaborasi
perkembangan situasi partisipan
PENDEKATAN/
4 MODEL
PENDEKATAN
Pendekatan Pembelajaran yang dapat Melatih Skill Kolaborasi

1. Student Centered 2. Kontekstual (Contextual


Learning Teaching and Learning/CTL)

pendekatan student Pendekatan Pendekatan


pembelajaran Sebagaimana yang
centered mendorong pembelajaran
kontekstual lebih dikemukakan oleh
siswa untuk kontekstual merupakan
mengutamakan aktivitas Johnson (dalam Siregar
mengerjakan sesuatu pendekatan
siswa dalam & Nara, 2011, hlm. 117)
sebagai pengalaman pembelajaran yang
pembelajaran sehingga bahwa kekuatan,
praktik dan dikenal dengan sebutan
siswa dapat menemukan kecepatan, dan
membangun makna CTL (Contextual
konsep tentang materi kecerdasan otak (IQ)
atas pengalaman yang Teaching and Learning)
pembelajaran dan tidak lepas dari faktor
diperolehnya. Pusat adalah pendekatan
mengaitkan konsep lingkungan atau faktor
pembelajaran pembelajaran yang
tersebut dengan situasi konteks, karena ada
diserahkan langsung ke mengaitkan materi
dunia nyata mereka. antarmuka (jembatan
peserta didik dengan pembelajaran dengan
penghubung) antara
supervisi dari Guru. situasi dunia nyata
kognisi dan lingkungan.
siswa.

Lanjutan Lanjutan
PENDEKATAN
5. Problem Solving 6. Pendekatan Open
3. Kontruktivisme 4. Saintifik (Pemecahan Masalah) Ended

Dalam kelas kontruktivis


Pendekatan saintifik Pendekatan open-ended
seorang guru tidak
dalam pembelajaran Dalam pendekatan ini memiliki prinsip yang
mengajarkan kepada anak
adalah proses siswa didorong untuk serupa tapi tak sama
bagaimana menyelesaikan
pembelajaran yang memperoleh dengan pendekatan
persoalan, namun
dirancang agar peserta pengalaman pemecahan masalah,
mempresentasikan masalah
didik secara aktif menggunakan yaitu dimulai dengan
dan mendorong siswa untuk
mengonstruksi konsep, pengetahuan serta memberikan suatu
menemukan cara mereka
prosedur, hukum atau keterampilan yang masalah kepada siswa.
sendiri dalam meyelesaikan
prinsip melalui tahapan sudah dimiliki untuk Bedanya permasalahan
permasalahan. Guru terus
saintifik, yakni: diterapkan pada yang disajikan adalah
mendorong siswa untuk
a. mengamati pemecahan masalah masalah yang memiliki
menyetujui atau justru
b. merumuskan masalah yang bersifat tidak rutin banyak jawaban yang
menolak ide seseorang dan
c. mengajukan/ atau jarang ditemui benar. Masalah yang
saling bertukar pikiran
merumuskan hipotesis (masih belum dikuasai). memiliki lebih dari satu
hingga persetujuan dicapai.
d. mengumpulkan datae. . jawaban disebut sebagai
Siswa diberdayakan oleh
e. menganalisis data masalah tidak lengkap
pengetahuannya yang
f. menarik kesimpulan atau open-ended
berada dalam dirnya sendiri
g. mengomunikasikan problem.
dan saling berbagi strategi
dan penyelesaiannya
dengan sesama siswa yang
disupervisi oleh guru.

(Gamal Thabroni, 2020).


MODEL
Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai
macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para
siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative
learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model
pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota
kelompok.
MODEL
Sepuluh macam model pembelajaran kooperatif yang
mendapatkan perhatian secara luas, yaitu :

1. Student Teams- 2. Team Game 3. Jigsaw Procedure 4. Cooperative


Achievement Division Tournament (TGT), (JP), Integrated Reading
(STAD), and Composition
(CIRC),

Para siswa dalam suatu kelas


Setelah belajar bersama Dalam bentuk Model pembelajaran ini
dibagi menjadi beberapa
kelompoknya sendiri, para pembelajaran ini, anggota mirip dengan TAI. Sesuai
kelompok kecil. Anggota-
anggota kelompok akan suatu kelompok diberi namanya, model
anggota dalam setiap
berlomba dengan anggota tugas yang berbeda-beda pembelajaran ini
kelompok saling belajar dan
kelompok lain sesuai tentang suatu pokok menekankan
membelajarkan sesamanya.
dengan tingkat bahasan. Agar setiap pembelajaran membaca,
Fokusnya adalah keberhasilan
kemampuan masing- anggota dapat memahami menulis dan tata bahasa.
seorang akan berpengaruh
masing. penilaian keseluruhan pokok Dalam pembelajaran ini,
terhadap keberhasilan
didasarkan pada jumlah bahasan, tes diberikan para siswa saling menilai
kelompok dan demikian pula
nilai yang diperoleh dengan materi yang kemampuan membaca,
keberhasilan kelompok akan
kelompok. menyeluruh. Penilaian menulis dan tata bahasa,
berpengaruh terhadap
didasarkan pada rata-rata baik secara tertulis
keberhasilan individu siswa.
skor tes kelompok maupun lisan di dalam
Penilaian didasarkan pada
kelompoknya.
pencapaian hasil belajar
individual maupun kelompok.
MODEL

5. Team Assisted 6. Group 7. Learning Together,


Individualization (TAI), Investigation,

Bentuk pembelajaran ini


merupakan kombinasi antara Semua anggota kelompok Dalam metode ini
Namun jika seorang siswa dituntut untuk kelompok-kelompok
pembelajaran kooperatif/
belum dapat menyelesaikan merencanakan suatu sekelas beranggotakan
kolaboratif dengan
soal tahap pertama dengan penelitian beserta siswa-siswa yang
pembelajaran individual. Secara
benar, ia harus menyelesaikan perencanaan pemecahan beragam kemampuannya.
bertahap, setiap anggota
soal lain pada tahap yang masalah yang dihadapi. Tiap kelompok
kelompok diberi soal-soal yang
sama. Setiap tahapan soal Kelompok menentukan bekerjasama untuk
harus mereka kerjakan sendiri
disusun berdasarkan tingkat apa saja yang akan menyelesaikan tugas yang
terlebih dulu. Setelah itu
kesukaran soal. Penilaian dikerjakan dan siapa saja diberikan oleh guru. Satu
dilaksanakan penilaian
didasarkan pada hasil belajar yang akan melakukannya kelompok hanya
bersama-sama dalam
individual maupun kelompok. serta bagaimana menerima dan
kelompok. Jika soal tahap
pertama telah diselesaikan perencanaan mengerjakan satu set
dengan benar, setiap siswa penyajiannya di depan lembar tugas. Penilaian
mengerjakan soal-soal tahap forum kelas. Penilaian didasarkan pada hasil
berikutnya. didasarkan pada proses kerja kelompok.
dan hasil kerja kelompok.
MODEL
8. Complex 9. Academic 10. Cooperative
Instruction, Constructive Learning Stuctures
Controversy (AC). (CLS),

Metode pembelajaran ini


menekankan pelaksanaan suatu Setiap anggota kelompok Dalam pembelajaran ini
proyek yang berorientasi pada dituntut kemampuannya untuk setiap kelompok dibentuk
penemuan, khususnya dalam berada dalam situasi konflik dengan anggota dua siswa
bidang sains, matematika dan intelektual yang dikembangkan (berpasangan). Seorang
pengetahuan sosial. Fokusnya berdasarkan hasil belajar siswa bertindak sebagai
adalah menumbuhkembangkan masing-masing, baik bersama tutor dan yang lain
ketertarikan semua anggota anggota kelompok maupun menjadi tutee. Tutor
kelompok terhadap pokok anggota kelompok lain. mengajukan pertanyaan
bahasan. Metode ini umumnya yang harus dijawab oleh
digunakan dalam pembelajaran tutee. Bila jawaban tutee
yang bersifat bilingual benar, ia memperoleh poin
(menggunakan dua bahasa) dan atau skor yang telah
di antara para siswa yang sangat ditetapkan terlebih dulu.
heterogen. Penilaian didasarkan Dalam selang waktu yang
pada proses dan hasil kerja juga telah ditetapkan
kelompok sebelumnya, kedua siswa
yang saling berpasangan
itu berganti peran.

https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf
Daftar Pustaka
Carpenter, Mason. A. & Sanders, Wm, Gerard. 2009. Stategic Management: A Dynamic
Prespective, 2nd Edition . New Jersey: Pearson Printice Hall.
Gamal Thabroni. 2020. Pendekatan Pembelajaran: Pengertian, Ciri, Macam & Jenis.
Diakses dari https://serupa.id/pendekatan-pembelajaran/ pada hari Minggu, 21
Februari 2020 pukul 15.05 WIB.
https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf
I Wayan Redhana, 2019. Mengembangkan abad ke 21 Dalam Pembelajaran Kimia.
Jurnal Pendidikan. Vol. 13 No.1 diakses pada hari Sabtu, 20 Februari 2021 pukul
16.30 di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.u
nnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/view/17824&ved=2ahUKEwjf66G8tPjuAhWPI
bcAHaaIDc4QFjABegQIDhAD&usg=AOvVaw1QtaVpRYxGlqEY-8kWHSQo
Le, H., Jeroen, J.,dan Theo.,W. 2017. Collaborative learning practices: teacher and
student perceived obstacles to effective student collaboration. Cambridge
Journal Of Education,48(1), 110
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai