Kelompok 1
Muhammad Angga Y. 18312241043
Anisa Latifa 18312241051
Siska Rohanda Caroline 18312241052
Syifa’ul Ihsany 18312241069
Oktavia Khairun Nisa 18312241076
Pengertian
Solso (2007) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan suatu aktivitas kognitif yang
menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak
dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya).
Helpern & Suharnan (dalam Suharnan, 2005) mendefinisikan kreativitas sebagai aktivitas
kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru dan berguna atau
news ideas useful.
Pengertian
Menurut 3 pengertian yang telah diungkapkan diatas, kreativitas dapat didefinisikan
sebagai Kemampuan berpikir secara kognitif untuk menghasilkan sebuah solusi dari
permasalahn yang ada dengan membentuk gagasan-gagasan baru, cara-cara baru, dan
berguna (news ideas useful).
Karakteristik Kreativitas
1. Memiliki dorongan yang tinggi
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung tidak puas terhadap kemampuan
6. Percaya diri
7. Memiliki kemandirian yang tinggi
8. Bebas mengambil keputusan
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik pada hal-hal yang kompleks
13. Toleran terhadap ambiguitas
14. Bersifat sensitif
Piers (dalam Ali & Asrori, 2006 : 52)
Aspek / Indikator
Indikator dalam berpikir kreatif menurut Munandar (dikutip Susanto,
2013:111) yaitu : Keterampilan lancar; keterampilan luwes; keterampilan
orisinal; keterampilan merinci; serta keterampilan mengevaluasi.
Pembelajaran dengan problem solving berusaha untuk mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan
kehidupan sehari-hari mereka dan diperkuat dengan peningkatan kreativitas.
Pendekatan pembelajaran ini merupakan proses yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab
siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Triyono dkk (2017) menyebutkan bahwa
pembelajaran berbasis CPS memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan kreativitas dan inovasi siswa.
CPS dapat diterapkan untuk sekolah kategori tinggi, sedang maupun rendah.
Suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa
dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Konsep yang
disajikan mengkaitkan materi pembelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan
dan berhubungan dengan gaya ataupun cara belajar siswa (Trianto:2012:107).
CTL bukan berarti memaksakan suatu konsep pembelajaran terintegrasi dengan lingkungan, melainkan
diupayakan melalui penyesuaian dengan berbagai konsep serta konteks yang sedang dipelajari Oleh karena itu konsep
materi terkontekstualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian kemampuan berpikir siswa kian kreatif
dalam memecahkan permasalahan yang terkait dengan kondisi yang berada di lingkungan sekitar
Kegiatan yang memberikan masalah- masalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan
lingkungan sekitar ternyata mampu membuat siswa berpikir kreatif karena mereka memberi banyak alasan jawaban
di luar dugaan misalnya pada konsep suhu dan kalor sangat dekat hubungan nya dengan kejadian sehari-hari sehingga
siswa mempunyai pengetahuan awal yang mereka bawa dalam pembelajaran di kelas. Sehingga ada kaitan antara
memberi pertanyaan tersebut terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
Model pembelajaran yang mampu melatihkan
creativity
Berdasarkan penelitian dari (Kasmiana, 2020) menyatakan bahwa “Model discovery
learning dapat mendorong siswa untuk menentukan konsep-konsep dan hasil belajar siswa
juga meningkat. Sehingga saat kegiatan belajar mengajar menuntut siswa untuk dapat berpikir
kreatif. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, maka diperlukan dengan
menggunakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk berpikir kreatif. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sehingga
pembelajaran khususnya IPA menjadi lebih aktif”.
Model pembelajaran yang mampu
melatihkan creativity
Model discovery learning akan mendorong siswa supaya siswa dapat berpikir kreatif
dalam memecahkan suatu masalah yaitu dengan cara mencari informasi dari permasalahan
yang ada dengan pengalaman yang mereka miliki. Saat pembelajaran guru hanya berperan
sebagai fasilitator saja supaya siswa dapat melakukan penemuan sendiri dan menghindari
penyimpangan pengetahuan, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna
Daftar Pustaka
Ali, M. & Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Dian, N. 2015. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. diunduh dari https://jurnal.umj.ac.id.index.php/fbc/article/view/1627/1380 pada
hari Sabtu 20 Februari 2021 pukul 06.00 WIB.
Kiki Nirmala.2020.penggunaan model discovery learning untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir
kreatif pada muatan mata pelajaran IPA diunduh dari http://eprints.ums.ac.id/86077/11/NASKAH%20PUBLIKASI..pdf pada
hari Jum’at Februari 2021 pukul 21:30 WIB.
Momon Sudarma.2013. Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Solso, R. L. dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi
Santrock, J. W. 2014. Psikologi Penddikan. Edisi 5 Buku 2. Terjemahan. Jakarta: Salemba Humanika.
Trianto. 2012.Pembelajran IPA Terpadu. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Triyono dkk. 2017.Pengaruh Pembelajaran Ipa Berbasis Creative Problem Solving Terhadap Kreativitas Siswa SMP. diunduh dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/9429/pdf pada hari Sabtu 20 Februari 2021 pukul 06.00 WIB.
Wahyu Arini, Asista Asmila. 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Cahaya Siswa Kelas Viii Smp Xaverius Kota
Lubuklinggau. Science and Physics Education Journal (SPEJ). Lubuk lingau : STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Winarti.2016.Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.diunduh
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article pada hari Sabtu 20 Februari 2021 pukul 06.00 WIB.
Yeyen Febrianti, dkk. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Critical
Thinking 21th
Century
Kelompok 2
Susanti (18312241042)
Ani Komariyah (18312241045)
Isna Hajar Pratiwi (18312241070)
Amalia R ahma (18312241072)
R ahma Tia N ur Fitriani (18312241075)
Definisi
Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses
disiplin intelektual aktif dan kemahiran dalam mengkonsep,
menerapkan, mensintesa, dan atau mengevaluasi informasi
dari hasil pengumpulan atau ditimbulkan dari pengamatan,
pengalaman, 2 perenungan, penalaran atau komunikasi
sebagai petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam
bertindak.
Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis bila
mempunyai dua aspek, yaitu:
➢ Cognitif skills
➢ Kemampuan intelektual
Karakteristik dari berpikir kritis:
➢ Kreatif,
➢ L ogis dan rasional,
➢ Berhati-hati dan mencari informasi,
➢ Sistematik dan sesuai dengan
intelektual
Model
Pembelajaran PBL
Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI
Suyatno (2009: 65) mengemukakan
pendapatnya mengenai pendekatan SAVI, yang
kemudian menjelaskan bahwa pembelajaran SAVI
merupakan sebuah pembelajaran yang
memanfaatkan semua indera yang dimiliki siswa.
Kegiatan belajar seharusnya dilakukan melalui
kegiatan mendengarkan, menyimak, berbicara, dan
mengemukakan pendapat. Belajar juga harus melalui
kegiatan mengamati, membaca, mendemonstrasikan.
Belajar juga harus dengan konsentrasi pikiran,
berlatih menggunakan nalar, memecahkan masalah,
dan menerapkannya.
03
Guided Discovery
Learning
Guided Discovery Learning
Hamalik (2006) menyatakan bahwa guided discovery
learning merupakan sistem dua arah dimana proses
pembelajarannya melibatkan siswa dan guru. Siswa melakukan
penemuan (discovery) dan guru berperan dalam memberikan
bimbingan (guided) dengan menganalisis kesulitan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Model
pembelajaran ini berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
siswa
Daftar Pustaka
Angelo, T. A. (1995). “Classroom assessment for critical thinking”. Teaching of
Psychology, 22, 6-7.
Ennis, R.H. 1995. Critical Thinking. New York: Prentice Hall.
Hamalik. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Hestiningsih, Nur & Sugiharsono. (2015). “Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik Pembelajaran IPS Melalui Metode
Problem Solving Berbantuan Media Informasi”. Jurnal Harmoni
Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Volume 2, No 1, Maret 2015 (71-85).
Newell, A. dan Simon, H. 1972. Human Problem Solving. Englewood Clifs, NJ:
Prentice Hall.
Rusman. Model-model Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Pers.
Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatif. Sidoarjo:Masmedia Buana
Pusaka
Thanks!
Problem Solving
Skill
Kelompok 3 - P. IPA C 2018
1. Adanya interaksi yang baik antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah.
2. Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa dan antar siswa dengan guru
dalam menyelesaikan suatu masalah.
3. Guru menyediakan sebuat informasi yang cukup untuk siswa mengenai masalah
yang belum terpecahkan, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan
mencoba mengkonstruksi penyelesaian masalah tersebut.
4. Guru menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan tujuannya bukan untuk mengevaluasi.
5. Guru membimbing, melatih, dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan
berwawasan dan berbagi solusi dalam proses pemecahan suatu masalah.
Aspek atau
Indikator
Problem Solving
Skills
Aspek-aspek kemampuan problem solving
Menurut Barkman, S., dan Matctmes, K (2002)
Melalui pendekatan inkuiri siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari
dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya kemudian memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
(Mulyasa, 2007:109)
2. Pendekatan Inkuiri
Langkah-langkah pelaksanaan model inquiry meliputi :
1) Orientasi;
2) Merumuskan masalah;
3) Merumuskan hipotesis;
4) Mengumpulkan data;
5) Menguji hipotesis; dan
6) Merumuskan kesimpulan (Damayanti, 2014).
3. Pendekatan Heuristik
Pendekatan Heuristik merupakan suatu pendekatan yang tujuannya adalah
untuk mengajarkan keterampilan pemecahan masalah tertentu, yang dapat
digunakan siswa ketika mereka mengatasi masalah tertentu (Zulfah, 2017:
3).
Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Problem Solving
menekankan aktivitas pemecahan masalah. Model pembelajaran SSCS ini dapat
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah siswa karena memberikan
kesempatan bagi siswa untuk saling berinteraksi melalui kelompok kecil dan
kelompok besar untuk memecahkan suatu masalah (Pizzini & Shepardson, 1992).
4. Pendekatan Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) Problem
Solving
Sintaks : (Pizzini & Shepardson, 1992).
1. Fase Search pemunculan ide-ide untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki atau masalah pada sains.
2. Fase Solve permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan
mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan menerapkan rencana mereka
untuk memperoleh suatu jawaban.
3. Fase Create menghasilkan suatu produk terkait dengan permasalahan,
membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika
diperlukan memodifikasi.
4. Fase Share mengkomunikasikan jawaban terhadap permasalahan atau
jawaban pertanyaan.
5. Pendekatan Metakognitif
Pendekatan Metakognitif adalah secara harfiah, metakognitif bisa
diterjemahkan sebagai kesadaran berpikir, berpikir tentang apa yang
dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk
memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir sebagai akibat
dari buah pikiran terdahulu (Kunandar, 2007).
Barkman,S dan Machtmes, K. 2002. Solving Problems Survey. Youth Life Skills
Evaluation Project at Penn State. Instrument Also Cited by the CYFAR Life
Skills Project at Texas A&M University. JURNAL dalam Skripsi yang berjudul
Efikasi Diri Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa Kwlas XI IPA MA
Miftahul Ulum Jatiroto Lumajang oleh M.Ilham Akbar Hasin UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang diunduh dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/11928/1/13410093.pdf pada 21 Febuari 2021 pukul 08.54 WIB.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
diunduh darihttps://eprints.uny.ac.id/62643/2/BAB%20II.pdf pada 21 Febuari
2021 pukul 08:06 WIB.
Bambang Suteng Sulasmono. 2010. Problem Solving: Signifikansi, Pengertian, dan
Ragamnya. Jurnal Satya Widya. Vol. 28, No.2. Desember 2012: 156-165
diunduh dari https://core.ac.uk/download/pdf/234028813.pdf pada 20
Februari 2021 pukul 19.38 WIB.
Girl, T.A., Wah, L.K.M., Kang, G.Ng., & Sai, C.L. 2002. New Paradigm for Science
Education. A Perspective of Teaching Problem-Solving, Creative Teaching
and Primary Science Education. Singapore: Prentice Hall.
Marzano, R.J. et all, 1988. Dimension of Thinking: A Framework for Curriculum and
Instruction. Viginia: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Gagne, R.M. & Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructinal Design. Second Edition.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Hamiyah , N dan M Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas. Yogyakarta:
Prestasi Pustaka diunduh dari
https://eprints.uny.ac.id/62643/2/BAB%20II.pdf pada 21 Febuari 2021 pukul
08:06 WIB.
Alif Reza Nurhadi, dkk. 2018. Pengaruh Model Project Based Learning
dan Gaya Berpikir terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah
Mahasiswa Geografi. Jurnal Penelitian. Volume: 3 Nomor: 7 Bulan
Juli Tahun 2018 Halaman: 974—979 diakses 21 Februari 2021
07.54
Dewi Nur Azizah, dkk. 2018. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
melalui Pendekatan Conceptual Problem Solving pada Materi
Termodinamika. Jurnal Penelitian. Volume: 3 Nomor: 11 Bulan
November Tahun 2018Halaman: 1458—1462. diakses 21 Februari
2021 03.44
Sarifah Nur Isra Jairina, dkk. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan
MasalahMitigasi Bencana. Jurnal Penelitian. Volume: 5 Nomor: 2
Bulan Februari Tahun 2020. diakses 21 Februari 2021 05.54
Resti Ajeng Pramestika, dkk. 2020. Model Pembelajaran Creative
Problem Solving pada Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil
Belajar Tematik Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian. Volume: 5
Nomor: 3 Bulan Maret Tahun 2020 Halaman: 361—366. diakses 21
Februari 2021 07.25
Atsnan, M.F, dan Gazali, Rahmita Yuliana. (2008). Penerapan Pendekatan
Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi
Bilangan (Pecahan). Makalah disampaikan dalam Seminar
Matematika Dan Pendidikan Matematika FMIPA. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta tanggal 9 November 2013.
Damayanti, I. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA di Sekolah
Dasar.
Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNESA, Volume 2,
No 5.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja
Grafindo).
Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, Khairiah. (2013). Aplikasi Model Pembelajaran dalam Perspektif
Pendekatan Saintifik. Makalah tidak dipublikasikan, Medan,
Widyaswara Mandala tanggal 27 Desember 2013.
Periartawan, Eka, I Gst Ngr Japa, and Wayan Widiana. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran SSCS Terhadap Kemampuan Pemecahan
Maslah
Matematika Siswa Kelas IV Di Gugus XV Kalibukbuk.‖ Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2 (1).
Pizzini, E., & Shepardson, D. 1992. A Comparison of the Classroom
Dynamics of a Problem-Solving and Traditional Laboratory Model of
Instruction Using Path Analysis. Journal of Research in Science
Teaching, 29(3), 243–258.
Zulfah. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair
Share dengan Pendekatan Heuristik terhadap Kemampuan
Pemecahan
Masalah Matematis Siswa MTs Negeri Naumbai Kecamatan Kampar.
Jurnal
Cendekia vol 1 no 2.
ICT LITERASI (Kelompok 4)
Disusun Oleh:
Nur Alfi Aulia Julita (18312241046)
Sueb Ribbi Ikhrofani (18312241053)
Isnaini Nurwijayanti (18312241065)
Indah Inayah Rahma Wati (18312241066)
Alif Astri Hasna (18312241068)
Definisi / Pengertian ICT Literasi
ICT Literasi (Literasi TIK) adalah kemampuan untuk menggunakan
teknologi digital, alat komunikasi, dan atau jaringan dalam
Mendefinisikan (Define), Mengakses (Access), Mengelola
(Manage), Mengintegrasikan (Integrate), Mengevaluasi
(Evaluate), Menciptakan (Create), dan Mengkomunikasikan
(Communicate) informasi secara baik dan legal untuk
menghasilkan sebuah konsep baru dalam rangka membangun
masyarakat berpengetahuan (Nova : 2018).
Define Integrate
Menggunakan digital tools untuk Menafsirkan dan menggambarkan
mengidentifikasi dan menggambarkan informasi yang didapatkan menggunakan
kebutuhan informasi. digital tools untuk menyatukan, merinhkas,
dan membandingkan informasi dari
Access berbagai sumber.
Mengetahui cara dan lokasi untuk
mengumpulkan dan mendapatkan informasi Evaluate
dalam ruang lingkup digital. Meninjau lebih jauh atau menilai sejauh
Manage mana informasi yang ada memenuhi
Mengorganisir, mengklasifikasikan, memilah kebutuhan dari topik atau permasalahan
milih informasi yang ada mengguankan yang dihadapi.
digital tools.
Communicate
Create .Menyebarluaskan atau menyampaikan
Mengadaptasi, menerapkan, merancang, informasi yang didapat terkait topik yang
dan membangun informasi. dihadapi.
Indikator Skill
Indikator kemampuan literasi teknologi hasil adaptasi dan adopsi dari kemampuan
literasi sains PISA serta indikator literasi teknologi menurut Clay dan Brian dalam jurnal
Herni, dkk (2017) :
● Konten
Kemampuan memahami piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software).
● Proses
Kemampuan menggunakan piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software).
● Konteks
Menggunakan konsep teknologi dalam pembelajaran.
● Sikap
Pemahaman yang baik dalam menanggapi informasi.
● Sikap terhadap perkembangan teknologi terhadap pembelajaran
• Guru perlu memanfaatkan berbagai keunggulan ICT secara optimal dalam
aktivitas pembelajaran IPA.
• Dengan perancangan yang baik, ICT dapat menjadikan materi pembelajaran
IPA menarik, tidak membosankan, mudah dipahami, dan dapat dipelajari kapan
saja dan dari mana saja.
• Model yg paling cocok adalah Blended learning yakni kombinasi ICT
(multimedia, e-learning), tatap muka (diskusi, ceramah), dan mandiri
(penugasan, proyek, lab).
DAFTAR PUSTAKA
Herman.2012. Implementasai ICT dalam Pembelajaran IPA. Diunduh dari
http://repo.mercubuana-yogya.ac.id/repo-unnes/dokumen/ICT-dlm-Pemb-
IPA.pdf pada hari Selasa, 20 February 2021 pukul 22.48 WIB.
Herni, dkk. 2017. Jurnal Profil Kemampuan Literasi Teknologi Peserta Didik
Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung JoTaLP: Journal of Teaching
and Learning Physics 2, 2 (2017) :01-06. Diunduh dari
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index pada hari Sabtu, 20
Februari 2021 pukul 17.00 WIB.
Nova Daryanti. 2018. Apa itu ICT Literacy atau Literasi TIK?. Diunduh dari
https://selfinspirationblog.com pada hari Sabtu, 20 Februari 2020 pukul
20:00 WIB.
Communication Skill
Kelompok 5
Nastiti Estiningtyas 1039
Mutia Malikahatin 1059
Andika Setia Pratama 1060
Nur Fina Ridhawatin 1062
Aviani Ramadhanti P 1063
Definisi
Definisi
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang
berlangsung dalam dunia manusia
01 Kode Verbal
Kode verbal
02 Kode Nonverbal
Kode nonverbal
ialah bahasa
menggunakan
isyarat atau
bahasa
bahasa diam
INDIKATOR DAN ASPEK
Kemampuan Komunikasi Indikator Aspek yang Diukur
Kemampuan Berkomunikasi Mengemukakan informasi dan gagasan Menyampaikan gagasan atau pikiran
Lisan kepada perseorangan atau secara lisan yang logis.
kelompok Tanpa memaksakan kehendak sendiri.
• Ada beberapa jurnal yang menggunakan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan
communication skill peserta didik
• Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran ilmiah yang menekankan pada pentingnya
kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik
• pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
• Salah satu sintaks dalam pendekatan ini ialah mengkomunikasikan
• Peserta didik mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari
• Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola
• Dalam proses mengkomunikasikan bisa menjadi cara untuk meningkatkan communication skill peserta
didik.
Daftar Pustaka
Ahadiah, Siti.2019. Analisis Kompetensi Abad-21 Dalam Bidang Komunikasi Pendidikan.Jurnal Kehumasan Volume 2, Nomor 2. Diunduh pada
19 Februari 2021 Pukul 13.40 WIB melalui http://www.academia.edu
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo. Persada.
Daryanto. 2014. Pembelajran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013). Jogjakarta : Gava Media.
Fadhilaturrahmi. 2017. Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta di Sekolah Dasar.
Diunduh dari https://www.researchgate.net pada hari Selasa, 16 Februari 2021 pukul 09.10 WIB.
Pratiwi, Vira. 2019. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Komunikasi Matematika SD. Diunduh dari https://www.researchgate.net pada hari
Selasa, 16 Februari 2021 pukul 09.20 WIB.
Putri, Maya Dwika, dkk. 2015. Kemampuan Berkomunikasi Siswa Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Di Kelas Xi Sma
Babussalam Pekanbaru. Artikel elektronik diunduh di https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/6575, pada Sabtu, 20 Februari 2021,
pukul 22.00 WIB.
Rahayu, Esti Lilla. 2013. Penggunaan Media Presentasi Powerpoint Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Belajar Ips Pada Siswa
Kelas Vii A Smp Negeri 4 Kalasan Tahun Ajaran 2012/2013. Thesis elektronik diunduh di https://eprints.uny.ac.id/18188/, pada Sabtu, 20
Februari 2021, pukul 22.00 WIB.
Resti, Rendy, dkk.2018. Keterampilan 4c Abad 21 Dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar.Diunduh dari
https://core.ac.uk/download/pdf/335289337.pdf pada 21 Februari 2020 pukul 07.00 WIB.
2 ASPEK / INDIKATOR
3 KARAKTERISTIK
(I Wayan, 2019)
3 KARAKTERISTIK
KARAKTERISTIK
Menurut Carpenter (2009) , kolaborasi mempunyai 8 (delapan) karakteristik, yaitu:
01 05
Partisipan tidak dibatasi dan Delapan
Partisipan saling mendidik atau
tidak hirarkis Karakteristik mengajar satu sama lain
02 Kolaborasi
06
Partisipan bertanggung jawab Adanya identifikasi dan
dalam memastikan pencapaian pengujian terhadap berbagi
pilihan
03 07
Adanya tujuan yang masuk Implementasi solusi dibagi
akal. kepada beberapa partisipan
Delapan yang terlibat
04
Ada pendefinisian masalah Karakteristik 08
Partisipan selalu mengetahui
Kolaborasi
perkembangan situasi partisipan
PENDEKATAN/
4 MODEL
PENDEKATAN
Pendekatan Pembelajaran yang dapat Melatih Skill Kolaborasi
Lanjutan Lanjutan
PENDEKATAN
5. Problem Solving 6. Pendekatan Open
3. Kontruktivisme 4. Saintifik (Pemecahan Masalah) Ended
https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf
Daftar Pustaka
Carpenter, Mason. A. & Sanders, Wm, Gerard. 2009. Stategic Management: A Dynamic
Prespective, 2nd Edition . New Jersey: Pearson Printice Hall.
Gamal Thabroni. 2020. Pendekatan Pembelajaran: Pengertian, Ciri, Macam & Jenis.
Diakses dari https://serupa.id/pendekatan-pembelajaran/ pada hari Minggu, 21
Februari 2020 pukul 15.05 WIB.
https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf
I Wayan Redhana, 2019. Mengembangkan abad ke 21 Dalam Pembelajaran Kimia.
Jurnal Pendidikan. Vol. 13 No.1 diakses pada hari Sabtu, 20 Februari 2021 pukul
16.30 di https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.u
nnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/view/17824&ved=2ahUKEwjf66G8tPjuAhWPI
bcAHaaIDc4QFjABegQIDhAD&usg=AOvVaw1QtaVpRYxGlqEY-8kWHSQo
Le, H., Jeroen, J.,dan Theo.,W. 2017. Collaborative learning practices: teacher and
student perceived obstacles to effective student collaboration. Cambridge
Journal Of Education,48(1), 110
THANK YOU