Anda di halaman 1dari 8

RESUME JURNAL KOLOQIUM

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED TERHADAP


KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
IPA”

Resume Ini Bertujuan Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Koloqium

Disusun Oleh :

SALSHABILA MAULIDIANA

NIM : 2020207037

Dosen Pengampu :

Kurratul ‘Aini, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED TERHADAP
KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
IPA

Salshabila Maulidiana

Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah

Email : salsabilamaulidiana7@gmail.com

1. Pengertian Model Pembelajaran Open Ended

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan oleh guru


sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat menjadi alternatif adalah model pembelajaran open-ended.
Pembelajaran Open ended dimulai dengan memberikan suatu masalah terbuka kepada
siswa untuk dianalisis dengan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
mengundang potensi intelektual dan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang
baru. Dalam proses memecahkan masalah tersebut tentu setiap siswa memiliki
pendapat yang berbeda. Dari berbagai alternatif tersebut siswa melakukan diskusi
sehingga diperoleh penyelesaian yang benar atau beberapa jawaban yang benar
(Mulyati et al., 2019).
Pembelajaran open-ended adalah strategi pembelajaran yang menyajikan
masalah terbuka sehingga peserta didik dapat mengembangkan pola pikir dan minat
masing-masing. Melalui pembelajaran seperti ini, peserta didik diberi kesempatan
untuk menggali pengetahuan, memecahkan masalah dalam beberapa alternatif dan
menghargai peserta didik yang menemukan jawaban dari masalah yang diberikan serta
memperhatikan perbedaan kognitif peserta didik. Kebebasan berpikir dalam model
pembelajaran seperti ini dianggap dapat mengasah kemampuan peserta didik untuk
mencari bukti atau argumen dari jawaban yang diperoleh dengan cara-cara sendiri
(Magelo et al., 2019) .
Tujuan pembelajaran melalui pembelajaran open ended yaitu untuk
menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi
dan cara yang diyakininya sesuai dengan mengelaborasi permasalahan agar
kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang
sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa dapat terkomunikasikan melalui
proses belajar mengajar (Kurniati, 2016)
Adapun langkah-langkah atau sintak Open Ended meliputi pemberian masalah,
memahami masalah, pemecahan masalah, membandingkan dan mediskusikan,
menyimpulkan dan opsinal. Dalam pendekatan Open Ended guru memberikan
permasalahan kepada siswa yang solusinya tidak hanya ditentukan hanya dengan satu
jalan atau cara. Guru harus memanfaatkan keberagaman cara untuk menyelesaikan
masalah itu untuk memberikan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang
baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berpikir yang telah diperoleh
sebelumnya (A, 2015).
Keunggulan dari pendekatan open ended ini antara lain :
1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya.
2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memmanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif.
3) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara mereka sendiri.
4) Siswa secara instringsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5) Siswa memiliki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dlam
menjawab permasalahan.
Adapun kelemahan dari pendekatan open ended antara lain :
1) Membuat dan menyiapkan permasalahan matematik yang bermakna bagi siswa
bukanlah pekerjaan yang mudah.
2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit.
3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa meragu dengan jawaban mereka.
4) Mungkin sebagian siswa merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang dihadapi.(Kurniati, 2016).

2. Kemampuan Berfikir Kritis


Kemampuan berpikir kritis sangat penting, hal ini dikarenakan berpikir kritis
merupakan kemampuan esensial yang harus dimiliki siswa. Dengan memiliki
kemampuan berpikir kritis siswa dapat memecahkan masalah, mengambil keputusan,
sebagai pertimbangan dalam mengambil tindakan sehingga akan memperoleh hasil yang
lebih baik. Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir
tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah
yang dipaparkan. Dalam berpikir kritis segala kemampuan dibedayakan, baik itu
memahami, mengingat, membedakan, menganalisis, memberi alasan, merefleksikan,
menafsirkan, mencari hubungan, mengevaluasi bahkan membuat dugaan
sementara.(Syafitri et al ., 2022). Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa akan
sangat berguna bagi masa depanya karena siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis dapat memutuskan dan memecahkan masalah yang akan mereka hadapi.
Kemampuan berpikir kritis siwa dapat tercapai dan meningkat dengan baik apabila guru
dapat mengubah strategi pembelajaran yang kurang tepat diterapkan di dalam kelas.
Guru perlu suatu strategi yang selaras dengan kebutuhan pencapaian tujuan dan potensi
siswa.
Berpikir kritis adalah kegiatan menuntaskan suatu permasalahan yang lebih
spesifik, disini seseorang dituntut untuk lebih aktif dan mampu menganalisis ide
untuk menemukan jawaban (Berpikir & Peserta, 2021). Berpikir tidak terlepas dari
aktivitas manusia, karena berpikir merupakan ciri yang membedakan antara manusia
dengan makhluk hidup lainya. Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses
mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokan
menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir
mampu mempersiapkan berpikir pada berbagai disiplin serta dapat dipakai untuk
pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik. (Kurniati,
2016) . Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau
gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang
dipaparan. Menurut Edward Glaser, salah seorang dari penulis Watson-Glaser Critical
Thingking Appraisal (uji kemampuan berpikir kritis yang paling banyak dipakai
diseluruh dunia), mendefinisikan berpikir krtitis sebagai :
1) Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berbeda dalam jangkauan pengelaman seseorang;
2) Pengetahuan tentang Strategi pemeriksaan dan penalaran yang logis;
3) Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan Strategi-Strategi tersebut. Berpikir
kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan
asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulankesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya (Kurniati, 2016).
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat semakin
banyak informasi yang tersedia. Orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis
sehingga mereka dapat menganalisis dan membandingkan informasi serta membangun
argumen. Dengan kemampuan berpikir kritis, masyarakat akan dapat membedakan
antara informasi yang benar dan hoax sehingga tidak mudah tertipu oleh hoax.
Selanjutnya berpikir kritis akan mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam dan
mampu memecahkan masalah di sekolah atau dalam konteks kehidupan sehari-hari
karena berpikir kritis tidak hanya dibutuhkan di dalam kelas tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari (Basri et al., 2019).
Menurut ennis (1995) ; langkah-langkah berpikir kritis yaitu:
1. Fokus, memperkenalkan beberapa situasi, kita harus memahami tentang apa yang
harus didiskusikan, poin utama, masalah, apa yang harus ditanyakan atau apa yang
harus dikatakan. Untuk menahannya, kita harus fokus karena jika tidak, kita akan
membuang waktu. Ennis mendefiniskan fokus yaitu kesimpulan.
2. Alasan, mendukung kesimpulan, kita harus memiliki alasan pendukung dan
memutuskan alasan yang dapat diterima, sebelum kita menghargai
argumen.
3. Menilai, inferensi berbeda dengan menilai nalar. Kita harus menilai yang dapat
diterima dan cukup untuk membuat keputusan.
4. Situasi, ketika berpikir berfokus ada kepercayaan dan mengambil keputusan perlu
mendukung situasi yang melibatkan orang lain atau pihak lain. Lingkungan yang
ada di dalamnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
5. Kejelasan, hal terpenting dalam tulisan dan ucapan kita adalah kejelasan dari apa
yang kita katakan. Kita harus mengerti apa yang harus dikatakan dan orang lain
mengerti apa yang kita katakan. Dengan penyamaian yang jelas dan eksplisit.
6. Tinjauan,dalam ikhtisar, pemikir memverifikasi tentang apa yang harus dipikirkan.
(Hapsari, 2016)
3. Pengaruh Model Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Berfikir
Kritis
Model pembelajaraan aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi siswa
dalam mengemukakan dan menganalisis suati ide pokok dari materi pembelajaran.
Pembelajaran yang aktif juga dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa terhadap
pembelajaran yang akan diajarkan. Menurut peneliti, model yang dapat digunakan untuk
pembelajaran yang lebih aktif ialah Model Pembelajaran Open Ended(Berpikir &
Peserta, 2021).
Selain penerapan model pembelajaran open ended, kemampuan berpikir kritis
siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu motivasi belajar siswa. Motivasi
belajar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dimana siswa akan mengikuti
proses pembelajaran dengan baik jika siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Motivasi yang tinggi terlihat dari kapasitas dalam belajar, mengambil resiko, menjawab
pertanyaan serta kesediaan untuk bertanggungjawab. Semakin kuat motivasi yang
dimiliki oleh seseorang, berarti orang tersebut mempunyai kemampuan berpikir kritis
yang baik. Kemampuan berpikir kritis adalah salah satu aspek kognitif tingkat tinggi
yang harus dimiliki siswa sebagai bekal untuk menghadapi problematika nyata dalam
kehidupan. Ditambah lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan kehidupan, otomatis setiap individu harus
tanggap terhadap informasi dan mengambil tindakan yang Kemampuan berpikir kritis
merujuk pada pemikiran seseorang, pemikiran dalam menilai kebaikan suatu ide, buah
pikiran, pandangan, dan dapat memberikan respons berdasarkan kepada bukti dan sebab
akibat (Mulyati et al., 2019)
Keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahan masalah adalah dua hal
penting untuk siswa agar mampu membuat keputusan yang benar dan memecahkan
berbagai masalah dalam hidupnya. Salah satu sarana untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah adalah melaui pembelajaran
berbasis masalah (Simanjuntak & Sudibjo, 2019).
REFERENSI
A, B. B. (2015). Penerapan Model Open Ended Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sdn 1 Repaking - Wonosegoro - Boyolali. Scholaria :
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(1), 78.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i1.p78-91

Basri, H., Purwanto, As’ari, A. R., & Sisworo. (2019). Investigating critical thinking skill of
junior high school in solving mathematical problem. International Journal of Instruction,
12(3), 745–758. https://doi.org/10.29333/iji.2019.12345a

Berpikir, K., & Peserta, K. (2021). Jurnal Mahasiswa Karakter Bangsa Vol.i No.2 September
2021. 2, 239–251.

Hapsari, S. (2016). A Descriptive Study of the Critical Thinking Skills of Social Science at
Junior High School. Journal of Education and Learning (EduLearn), 10(3), 228–234.
https://doi.org/10.11591/edulearn.v10i3.3791

Kartikasari, I. A., & Usodo, B. (2022). The effectiveness open-ended learning and creative
problem solving models to improve creative thinking skills. Pegem Journal of Education
and Instruction, 12(4), 29-38.

Kurniati, R. & M. (2016). Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, 2(1), 1–18.

Lai, E. R. (2011). Critical thinking: A literature review. Pearson's Research Reports, 6(1), 40-
41.

Magelo, C., Hulukati, E., & Djakaria, I. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Open-Ended
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Ditinjau dari Motivasi Belajar.
Jambura Journal of Mathematics, 2(1), 15–21. https://doi.org/10.34312/jjom.v2i1.2593

Mulyati, S., Suryani, Y., & Setiawan, I. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan Variabel Moderator
Motivasi Belajar. Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Ekonomi, 16(02), 123–
132. https://doi.org/10.25134/equi.v16i02.2174
Pamungkas, G. P., & Kowiyah, K. (2021). The Influence of Open Ended Learning Model on
Mathematical Problem Solving Ability. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 5(3), 395-402.

Simanjuntak, M. F., & Sudibjo, N. (2019). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah
[Improving Students’ Critical Thinking Skills and Problem Solving Abilities Through
Problem-Based Learning]. JOHME: Journal of Holistic Mathematics Education, 2(2),
108. https://doi.org/10.19166/johme.v2i2.1331

Siregar, S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Open Ended Terhadap Peningkatan


Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Pola Asuh Orang
Tua. Pasundan Journal of Mathematics Education Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1),
31-43.

Suana, W., Ningsih, W. S. A., Maharta, N., & Putri, N. M. A. A. (2020, June). The effect of
blended learning setting on students’ critical thinking skills in physics. In Journal of
Physics: Conference Series (Vol. 1572, No. 1, p. 012073). IOP Publishing.

Zhou, J., Jiang, Y., & Yao, Y. (2015). The Investigation on Critical Thinking Ability in EFL
Reading Class. English Language Teaching, 8(1), 83-94.

Anda mungkin juga menyukai