Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA


MATERI HUKUM NEWTON KELAS X SMA NEGERI 1 MAUMERE
TAHUNAJARAN 2017/2018

Yuvensia Goba1,*, Anjelina Kristina Raja1, Agustina Elizabeth1


1
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa
NipaMaumere
*e-mail: yuvensiagoba@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi hukum
newton kelas X SMA Negeri 1 maumere.Jenis penelitian ini adalah true eksperimen desaign
dengan bentuk desaign Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan populasi kelas X MIA dan sampel kelas
X MIA1 dan X MIA2. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dikumpulkan dengan tes
kemampuan berpikir kreatif yang berbentuk essay test yang terdiri dari 10 butir soal tes dan
lembar observasi. Hasil penelitian menemukan bahwa,; 1) rata-rata kemampuan berpikir
kreatif peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing sebesar 75,8; (2) rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 64,5; (3)
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kreatif peserta didik pada materi hukum newton kelas X SMA Negeri 1 Maumere.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kreatif, hokum newton.


PENDAHULUAN ditemukan bahwa kemampuan berpikir
keatif siswa masih rendah. Dalam
Pendidikan adalah usaha sadar dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru
terencana untuk mewujudkan suasana
masih menggunakan model pembelajaran
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
konvensional yang masih terbatas pada
didik secara aktif mengembangkan potensi
ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Peserta
dirinya yang memiliki kekuatan spiritual
didik cenderung lebih banyak menerima
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan,
informasi dari guru dan kurang memberikan
aklak mulia, serta ketrampilan yang
kesempatan bagi peserta didik untuk
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
mengembangkan kemampuan berpikir
negara (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003).
kreatifnya. Sebagian peserta didik kurang
Pendidikan haruslah menciptakan suasana
aktif pada saat pembelajaran, antusiasme
belajar dan proses pembelajaran yang
belajar peserta didik rendah ditunjukan
menyenangkan misalnya dalam
dengan respon yang minim saat ditanya
pembelajaran fisika agar peserta didik secara
maupun diminta guru untuk bertanya
aktif dapat mengembangkan kemampuan-
sehingga peserta didik kesulitan dalam
kemampuan yang ada dalam dirinya.
menjawab soal yang berisi analisis
Kurniawati (dalam Nurdiansyah, 2016)
permasalahan. Hal tersebut akan berdampak
menyatakan bahwa fisika merupakan ilmu
pada hasil belajar peserta didik yang kurang
yang mempelajari tentang gejala alam secara
memuaskan.
sistematis sehingga pembelajaran fisika
Salah satu model pembelajaran yang
bukan hanya untuk penguasaan kumpulan
dapat meningkatkan hasil belajar dan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau
kemampuan berpikir kreatif peserta didik
prinsip saja melainkan juga merupakan suatu
adalah model pembelajaran inkuiri
proses penyelidikan, sehingga peserta didik
terbimbing Berkenaan dengan model
dituntut untuk dapat berpikir kritis dan
pembelajaran inkuiri terbimbing, Siti
kreatif.Kemampuan berpikir, baik berpikir
Juliyanti dalam penelitiannya menyatakan
kritis maupun berpikir kreatif merupakan
bahwa model pembelajaran inkuiri
kemampuan yang penting untuk dimiliki
terbimbing berpengaruh terhadap hasil
peserta didik agar dapatmemecahkan
belajar. Penelitian lain yang dilakukan oleh
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
Risa Agustin dkk (2014) dari hasil
kehidupan sehari-hari.
penelitianya di simpulkan bahwa
Salah satu kemampuan berpikir yang
pembelajaran fisika dengan model
dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
permasalahan adalah kemampuan berpikir
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
kreatif. Kemampuan berpikir kreatif yang
siswa dari pada menggunakan model
dikembangkan dalam pembelajaran meliputi
pembelajaran konvensional.
aspek bepikir lancar, bepikir luwes, bepikir
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
orisinal, berpikir elaborasi, yang sejalan
terinspirasi untuk melakukan penelitian
dengan pendapat Munandar (dalam
dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Iskandar, 2012).
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap
Berdasarkan pengamatan penulis ketika
Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik
melaksanakan Praktek Pengalaman
pada Materi Hukum Newton Kelas X SMA
Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Maumere
Negeri 1 Maumere tahun ajaran 2017/2018”.
pada semester ganjil tahun 2017/2018,
KAJIAN TEORI dari model inkuiri disajikan pada tabel di
bawah ini sebagai berikut :
A. Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing 1. Identifikasi masalah dan melakukan
pengamatan,
Inkuiri terbimbing (guided inquiri)
2. Mengajukan pertanyaan,
merupakan salah satu metode inkuri dimana
3. Merencanakan penyelidikan,
guru menyediakan materi atau bahan atau
4. Mengumpulkan data/informasi dan
permasalahan untuk penyelidikan (Malihah,
melaksankan penyelidikan,
2011). Peserta didik merencanakan
5. Menganalisis data
prosedurnya untuk memecahkan masalah.
6. Membuat kesimpulsn
Guru memfasilitasi penyelidikan dan
7. Mengkomunikasikan hasil.
mendorong peserta didik mengungkapkan
B. Kemampuan berpikir kreatif
atau membuat pertanyaan-pertanyaan dan
Kemampuan berpikir kreatif merupakan
membimbing mereka untuk penyelidikan
suatu hal yang penting dalam masyarakat
lebih lanjut. Rahmatsyah & Simamora
modern, karena dapat membuat manusia
(2011) dalam penelitiannya menyatakan
menjadi lebih fleksibel, terbuka, serta mudah
bahwa model pembelajaran inkuiri
beradaptasi dengan berbagi situasi dan
terbimbing memiliki tahapan pembelajaran
permasalahan dalam kehidupan. Berpikir
yang membangkitkan keaktifan peserta didik
kreatif merupakan tingkat tertinggi dari
sehingga selain aktivitas meningkat, hasil
berpikir. Menurut Sudarma (2013: 21)
belajar juga meningkat. Interaksi melalui
berpikir kreatif merupakan kecerdasan yang
kegiatan diskusi juga akan melatih peserta
berkembang dalam diri individu, dalam
didik untuk mengembangkan kepekaan
bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam
sosialnya, karena peserta didik memiliki
melahirkan sesuatu dan orisinil dalam
lebih banyak kesempatan untuk
memecahkan suatu masalah. Berpikir kreatif
meningkatkan komunikasi dan kemampuan
dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan
berpikir.
mental yang digunakan seseorang untuk
Pembelajaran inkuiri terbimbing
membangun ide atau gagasan yang baru.
(guided inquiri) memiliki 6 karateristik
Jhonson (dalam Luthfiyah Nurlaela dan Euis
yaitu:
Ismayati, 2015) mengemukakan berpikir
1. Peserta didik belajar dengan aktif dan
kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan
memikirkan sesuatu berdasarkan
mental yang digunakan seorang untuk
pengalaman,
membangun ide atau gagasan yang baru
2. Peserta didik belajar dengan aktif
secara fasih (fluency) dan fleksibel.
membangun apa yang telah diketahuinya,
Empat kajian kemampuan berpikir kreatif
3. Peseta didik mengembangkan daya pikir
menurut Setiyani (2013) di jelaskan sebagai
yang lebih tinggi melalui petunjuk atau
berikut:
bimbingan pada proses belajar,
1. Kelancaran menjawab adalah
4. Perkembangan peserta didik terjadi pada
kemampuan peserta didik di dalam
serangkaian tahap,
menjawab masalah fisika secara tepat dan
5. Peserta didik memiliki cara belajar yang
tidak bertele-tele;
berbeda satu sama lainya,
2. Keluwesan menjawab adalah kemampuan
6. Peserta didik belajar melalui interaksi
menjawab masalah fisika melalui cara
sosial dengan lainya.
yang tidak baku;
Tahapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inkuiri) yang diadaptasi
3. Keaslian adalah kemampuan menjawab sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X
dengan menggunakan bahasa, cara atau MIA2 sebagai kelas eksperimen yang
idenya sendiri; keduanya masih dalam populasi penelitian.
4. Elaborasi adalah kemampuan mempeluas D. Teknik pengumpulan data
jawaban masalah, memunculkan masalah Teknik pengumpulan data dalam
baru atau gagasan baru. penelitian ini dilakukan dengan dua cara
Terdapat empat aspek kemampuan yaitu menggunakan teknik tes dan non tes.
berpikir kreatif menurut Munandar (2013) Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
sebagai berikut: tes yaitu tes tertulis. Ada dua macam tes
1. Fluency(Kelancaran) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
2. Flexibility(Keluwesan) pretest dan posttest sedangkan teknik non
3. Originality(Keaslian) tes berupa berupa dokumentasi dan
4. Elaboration(Perincian) observasi.
E. Instrument Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Beberapa instrumen pengumpulan data
A. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri
Desain yang akan digunakan dalam atas :
penelitian ini adalah true eksperimen 1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
desaign (Sugiyono, 2017 : 112). Bentuk Kreatif (pretest dan posttest)
desain dari True Eksperimen yang 2. Instrumen lembar observasi
digunakan dalam penelitian adalah Pretest- F. Teknik Analisis Data
Posttest Control Group Design. Desain ini 1. Analisis instrumen
terdapat dua kelompok yang dipilih secara Sebelum soal tes digunakan untuk
random, kemudian diberi pretest untuk mengukur kemampuan peserta didik pada
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan kelas sampel, soal tes terlebih dahulu
antara kelompok eksperimen dan kelas divalidasi oleh para validator.
kontrol. a. Uji validitas
B. Tempat dan Waktu Penelitian Pengujian validitas instrumen
Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri menggunakan indeks Aiken (Retnawati
I Maumere yang terletak dikelurahan Kabor, dalam Yohanes, 2017). Indeks validitas butir
kecamatan Alok, kabupaten Sikka. yang diusulkan Aiken ini dirumuskan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 sebagai berikut:
Mei sampai tanggal 2 Juni tahun 2018. Σ𝑠
𝑉 = 𝑛(𝑐−1)dengan s = r – lo
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah b. Uji reabilitas
siswa-siswi kelas X MIA SMA Negeri I Uji reliabilitas dihitung menggunakan
Maumere yang terdiri dari 5 kelas yakni X rumus percentage of agreement sebagai
MIA1, X MIA2 X MIA 3, X MIA 4, dan X berikut.:
MIA 5. 𝑃𝑟𝑒𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
𝐴−𝐵
Sampel dalam penelitian ini diambil 𝑅 = (1 − ) 𝑋 100%
dengan menggunakan teknik”purposive 𝐴+𝐵
sampling”. Purposive sampling yaitu Menurut Borich (1994), jika koefisien
pengambilan sampel bukan didasarkan pada reliabilitas instrumen yang diperoleh
strata, random atau daerah tetapi didasarkan Rhitung≥ 0,75 maka instrumen tersebut
atas adanya tujuan tertentu. Sampel dalam dikategorikan reliabel atau layak untuk
penelitian ini adalah siswa kelas X MIA1 digunakan.
2. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk
(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22
mengetahui data yang akan dianalisis 𝑠𝑔𝑎𝑏 = √
berdistribusi normal atau tidak. 𝑛1 + 𝑛2 − 2
Menurut Gunawan (2013 : 71), uji Setelah harga thitung diperoleh, langkah
statistik yang digunakan adalah uji chi- selanjutnya ialah menguji kebenaran kedua
kuadrat dengan rumus : hipotesis dengan membandingkan besarnya
(𝑜𝑖−𝐸 )² thitungdan ttabeldengan terlebih dahulu
𝜒2 = ∑𝑘𝑖=1 𝑖
𝐸𝑖 menentukan derajat kebebasan (dk) dengan
Kriteria pengujian hipotesis adalah rumus dk = (n1 + n2) - 2sehingga dapat
2
sebagai berikut. Ho diterima jika 𝑥𝑡2 <𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dicari ttabelpada taraf signifikan  = 5%.
dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05.
3. Uji Homogenitas HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji homogenitas di maksudkan untuk
Langkah awal sebelum penelitian adalah
memperlihatkan bahwa dua atau lebih
menyusun dan menguji instrumen.
kelompok data sampel berasal dari populasi
Instrumen yang akan diuji meliputi uji
yang memiliki variansi yang sama atau
validasi dan uji reliabilitas.
tidak. Uji homogenitas yang dipakai dalam
A. Analisis Data Uji Validasi dan
penelitian ini adalah uji Fisher
Reliabilitas Instrumen
(Supardi,2013 : 142). Uji Fisher digunakan
Instrumen yang divalidasi dalam
hanya pada dua kelompok data.
varians terbesar penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan
Fhitung = varians terkecil Pembelajaran (RPP), instrumen tes
Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1 = kemampuan berpikir kreatif peserta didik,
dkpembilang = n1-1, dan dk2 = dkpembilang = dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
n2-1. Instrumen tersebut divalidasi ahli oleh
4. Uji gain Yohana Karangulimu, S.Pd (validator
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif I),Anjelina Kristina Raja, S.Pd.,M.Pd
dapat dianalisis dengan menggunakaan uji (validator II) dan Agustina Elizabeth,
gain. Adapun persamaannya menurut Hake S.Pd.,M.Pd (validator III). Selanjutnya hasil
(2003) sebagai berikut. validasi dari ketiga ahli tersebut dilanjutkan
<𝑠𝑝𝑜𝑠𝑡>−<𝑠𝑝𝑟𝑒> dengan analisis validasi untuk mengetahui
< g ≥ 100 % −<𝑠𝑝𝑟𝑒>
apakah instrumen tersebut valid atau tidak.
5. Pengujian Hipotesis 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Data atau nilai yang digunakan untuk (RPP)
menguji hipotesis adalah nilai akhir Hasil validasi Rencana Pelaksanaan
(posttest). Hal ini dilakukan untuk Pembelajaran (RPP) oleh validator rata-rata
mengetahui ada tidaknya pengaruh keseluruhan 0,70. Hal ini menunjukan
penerapan model inkuiri terhadap bahwa penilaian oleh ketiga validator pada
kemampuan akhir peserta didik setelah instrumen termasuk dalam kategori valid.
diberi perlakuan. Hasil pengujian reliabilitas instrumen
Untuk menguji hipotesis digunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
rumus uji t-tes sebagai berikut. sebesar 86% dengan kategori sangat reliabel.
𝑋̅1 − 𝑋̅2 Sehingga dapat disimpulkan bahwa
𝑡=𝑆
𝑔𝑎𝑏 1 1 instrumen Rencana Pelaksanaan
√( ) + ( )
𝑛 1 𝑛 2 Pembelajaran (RPP) layak digunakan.
Dengan 2. Soal tes kemampuan Berpikir kreatif
Hasil validasi soal tes kemampuan sebesar 61,25, dan simpangan bakunya
berpikir kreatif oleh validator rata-rata sebesar 5,59. Sedangkan hasil pretest pada
keseluruhan 0,72. Hal ini menunjukan kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 64,5,
bahwa penilaian pada instrument tersebut nilai maksimum sebesar 72,5, nilai
oleh ketiga validator termasuk dalam minimum sebesar 52,5, sedangkan standar
kategori valid.Hasil pengujian reliabilitas deviasi sebesar 5,41.
instrumen Rencana Pelaksanaan 3. Hasil Analisis Tes Kemampuan Berpikir
Pembelajaran (RPP) sebesar 92% dengan Kreatif Per Indikator.
kategori sangat reliabel. Sehingga dapat Hasil analisis kemampuan berpikir kreatif
disimpulkan bahwa instrumen Rencana peserta didik tiap indikator menunjukkan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) layak bahwa rata-rata keamampuan awal berpikir
digunakan. kreatif pada kelas eksperimen dan kelas
3. Lembar Kerja Peserta Didik kontrol hampir sama. Akan tetapi pada rata-
Hasil validasi Lembar Kerja Peserta rata akhir kemampuan berpikir kreatif
Didik oleh validator rata-rata keseluruhan peserta didik pada kelas eksperimen lebih
0,73. Hal ini menunjukan bahwa penilaian tinggi dari pada kelas kontrol.
oleh ketiga validator termasuk dalam
kategori valid.Hasil pengujian reliabilitas
instrument Lembar Kerja Peserta Didik
C. Analisis Peningkatan Kemampuan
(LKPD) sebesar 89% dengan kategori sangat
Berpikir Kreatif Peserta Didik
reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Adanya peningkatan kemampuan berpikir
instrumen Rencana Pelaksanaan
kreatif peserta didik pada kelas eksperimen
Pembelajaran (RPP) layak digunakan
dan kelas kontrol juga perlu dianalisis lebih
lanjut menggunakan uji gain. Uji gain
B. Analisis data kemampuan berpikir
digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kreatif peserta didik
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
Analisis data hasil penelitian meliputi
siswa pada kelas eksperimen dan kelas
data pretest dan posttest kemampuan
kontrol. Analisis uji peningkatan rata-rata
berpikir kreatif peserta didik pada kelas
kemampuan berpikir kreatif peserta didik
eksperimen dan kelas kontrol.
sebelum dan sesudah pembelajaran dapat
1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan
dilihat pada tabel.
Kelas Kontrol
Hasil pretetspada kelas eksperimen
Objek Rata-rata
diperoleh rata-rata sebesar 51, nilai
Peneliti Pre- Post Gain Kriteria
maksimum sebesar 62,5, nilai minimum
an test -test
sebesar 38,75, dan simpangan bakunya
Eksperi
sebesar 6,56. Sedangkan hasil pretest pada 51 75,8 0,51 Sedang
men
kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 48,8,
Kontrol 48,8 64,5 0,31 sedang
nilai maksimum sebesar 62,5, nilai
minimum sebesar 42,5, sedangkan standar Tabel menunjukkan bahwa hasil
deviasi sebesar 6,22. kemampuan berpikir kreatif kelas
2. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan eksperimen dan kelas kontrol mengalami
Kelas Kontrol peningkatan. Peningkatan hasil pada
Hasil posttest pada kelas eksperimen kelas eksperimen dalam kategori sedang
diperoleh rata-rata sebesar 75,8, nilai dengan nilai gainnya 0,51 dan
maksimum sebesar 86,25, nilai minimum peningkatan pada kelas kontrol juga
dalam kategori sedang dengan nilai
gainnya 0,31. Nilai <g> menunjukkan Pengujian hipotesis dilakukan dengan
bahwa peningkatan kemampuan berpikir menggunakan rumus uji t-tes. Analisis uji t-
kreatif kelas eksperimen lebih baik test digunakan untuk mengetahui ada
daripada kelas kontrol. tidaknya perbedaan kemampuan berpikir
kreatif pada kelas eksperimen dan kelas
D. Uji Homogenitas kontrol kelas X MIA SMA Negeri 1
Data yang digunakan dalam uji Maumere.
homogenitas, yaitu kemampuan berpikir Hasil analisis uji hipotesis menggunakan
kreatif peserta didik. Uji homogenitas data posttest pada kelas eksperimen dan
yang dipakai dalam penelitian yaitu uji kelas kontrol digunakan uji independent
Fisher. Hasil analisis uji homogenitas sample t-test diperoleh tHitungsebesar 7,35
menggunakkan data posttest pada kelas dan nilai ttabelsebesar 2,011. Hal ini terlihat
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil bahwa nilai thitung> ttabel= 2,011 sehingga
pengujian homogenitas adalah dengan dapat disimpulkan bahwa H1diterima dan
menggunakan uji F diperoleh F hitung Hoditolak yaitu ada perbedaan kemampuan
sebesar 1,06 dan nilai F tabel sebesar berpikir kreatif peserta didik secara
1,98. Hal ini terlihat bahwa nilai F signifikan antara peserta didik yang di ajar
hitung = 1,06 < F tabel 1,98 sehingga dengan menggunakan model pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa data berasal inkuiri terbimbing pada kelas X MIA SMA
dari populasi yang homogen. Negeri 1 Maumere

E. Uji Normalitas KESIMPULAN


1. Analisis Hasil Uji Normalitas untuk Berdasarkan hasil penelitian dan
Kelas Eksperimen pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Dengan menggunakan tabel χ2 dapat model pembelajaran inkuiri terbimbing
diperoleh χ2tabel = 11,07 Dari tabel diatas, berpengaruh positif terhadap kemampuan
data nilai pretest menunujukkan bahwa berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA
χ2Hitung < χ2Tabel =2,77<11,07, sedangkan Negeri 1 Maumere pada materi hukum
data nilai posttest χ2Hitung < χ2Tabel newton.
=1,59<11,07 maka H0 diterima.
Sehingga hasil uji normalitas data nilai DAFTAR PUSTAKA
pretest dan posttest pada kelas Ahmadi, K.(2012). Teori Belajar dan
eksperimen berdistribusi normal. Pembelajaran. Jakarta. Prenada
2. Analisis Hasil Uji Normalitas Untuk Media Grup.
Kelas Eksperimen
Dengan menggunakan tabel χ2 dapat Arifah Zurotunisa, dkk (2016) “Pengaruh
diperoleh χ2tabel = 11,07 Dari tabel diatas, Pendekatan Inkuiri Terbimbing
data nilai pretest menunujukkan bahwa Terhadap Hasil Belajar Dan Sikap
χ2Hitung < χ2Tabel =6,70<11,07, sedangkan data Ilmiah Siswa Kelas Xi Ipa Sma
nilai posttest χ2Hitung < χ2Tabel = 5,32<11,07 Negeri 1 Lawang”. Jurnal
maka H0 diterima. Sehingga hasil uji pembelajaran Kimia (J-PEK). Vol.
normalitas data nilai pretest dan posttest 01 No. 2, Desember 2016
pada kelas kontrol berdistribusi normal.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar-dasar
F. Uji Hipotesis Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
aksara.
Borich, Gary D. Observation Skills for Malihah, M. (2011). “Pengaruh Model
Effective Teaching.New York: Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)
Merril. 1994 terhadap hasil belajar kimia siswa
pada konsep laju reaksi”. Skripsi,
Erlina, dkk (2016) “Penerapan Model UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Aktivitas Madrapi, D. 2012. Teknik Penyusunan Tes
Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas dan Nontes.Yogyakarta : Mitra
V SD Inpres 2 Kayumalue Ngapa”. Cendikia.
e- jurnal mitra sains. Vol. 4 No. 1,
Januari 2016 Munandar, U. (2012). “Pengembangan
Kreatifitas Anak Berbakat”. Jakarta:
Giancoli, D. C. 2001. Fisika, Edisi kelima Rineka Cipta.
:Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Nurdyansyah danFahyuni, E.F. 2016.
Gunawan, Muhammad. 2013. Statistik Inovasi Model Pembelajaran.
Untuk Penelitian Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center
Yogyakarta : Parama Publishing.
Cetakan pertama. Nurlaela, Luthfiyah dan Ismayati, Euis.
2015. Strategi Belajar Berpikir
Halliday, D., R. Resnick, & J. Walker. 2010. Kreatif. Yogyakarta: Ombak
Fisika Dasar, Edisi Ketujuh Jilid I.
Jakarta : Erlangga Rahmawati, E. 2015. “LKS Berbasis
Problem Based Learning Berbantuan
Hani Nur’Azizah dkk (2016) “Pengaruh Peta Konsep untuk Meningkatkan
Model Pembelajaran Inkuiri Kemampuan Berpikir Kreatif
Terbimbing Terhadap Kemampuan Siswa”. Skripsi Sarjana Pendidikan,
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Universitas Negeri Semarang.
Energi Bunyi siswa kelas IV SDN
Corenda dan Nanggerang Riduwan. 2011. Dasar-dasar Statistik.
Kecamatan Cisitu Kabupaten Bandung: Alfabeta.
Sumedang tahun ajaran
2015/2016”. Jurnal penah ilmiah. Riong, Maria Bernadeta Dua. 2017.
Vol.1 No.1 2016. “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Predict Observe
Kemendikbud.2013. DiklatGuru dalam Explain (POE)
Rangka Implementasi Kurikulum terhadapKemampuanBerpikir
2013.Jakarta : Kementerian Kreatif dan Hasil Belajar Siswa
Pendidikan dan Kebudayaan. SMA”. Skripsi Sarjana Pendidikan,
Universitas Nusa Nipa.
Risa Agustin dkk (2014). “Penerapan Model
Kunandar.(2014). Penilaian Autentik Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Penilaian Hasil Belajar Peserta Untuk Melatihkan Kemampuan
Didik Berdasarkan Kurikulum Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
2013).Jakarta : Raja Grafindo Kelas Xi Sman 1 Kalianget”. Jurnal
Persada Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF).
Vol. 03 No. 2 tahun 2014, 14-19.
Setiyani. (2013). Pengembangan Kreatifitas
Anak. Jakarta. Rineka Cipta.

Siregar, S. (2013). Statistika Parametrik


untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Siti Juliyanti (2014). “Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Hasil Belajar Siswa di
SMP Negeri 2 Kelapa Dua
Kabupaten Tangerang”. Skripsi
sarjana pendidikan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Yulianto, Eko. 2014. “Penerapan Model
Pembelajaran POE (Predict
Observe Explain) untuk
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kogniif Fisika
SMP”. Skripsi Sarjana Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai