Anda di halaman 1dari 23

JUDUL

“ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI NUMERASI PADA SISWA


SEKOLAH MENENGAH P MATERI BANGUN RUANG DI SMP ISLAM
NURUL HIDAYAH ”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarakan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan


penelitian dengan judul “Efektivitas pembelajaran kontekstual melalui model
pembelajaran berbasis inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
lingkaran siswa kelas VIII SMP Nurul Hidayah gresik”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
permasalahan yang akan diteliti adalah?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh dari pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri terhadap hasil
belajar siswa pada pokok bahasan lingkaran siswa kelas VIII SMP Nurul
Hidayah.
2) Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi :
a. Siswa
 Membentuk dan mengembangkan konsep pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide
dengan lebih baik.
 Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi proses belajar yang baru.

1|Page
 Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan kreatif serta bekerja
atas inisiatifnya sendiri.
 Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
 Memberi kebebasan siswa untuk belajar mandiri.
 Mendorong siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
b. Guru
 Memberikan informasi kepada guru mengenai penggunaan
model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan berfikir siswa.
 Memberikan informasi kepada guru mengenai seberapa besar
pengaruh hasil belajar siswa dari pembelajaran kontekstual
berbasis inkuiri.
c. Penulis
 Menjadi pengalaman bagi penulis sehingga penulis dapat
mengetahui kemampuan berfikir kreatif dan kritis yang baik
serta untuk mengetahui sejauh mana atau seberapa besar
pengaruh kemampuan berfikir siswa terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran kontekstual
berbasis inkuiri.
 Memberi informasi kepada penulis mengenai kemampuan
berfikir kreatif dan kritis sehingga nanti apabila penulis bekerja
dibidang pendidikan dan muncul permasalahan yang terkait
dengan pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri, maka penulis
bisa menyikapi dengan tepat.

2|Page
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang judul penelitian ini
maka berikut akan diberikan landasan teori yang mendukung terciptanya
judul tersebut.
1) Model Pembelajaran Kontekstual
a. Definisi Model Pembelajaran Kontekstual
Hosnan, (2014) berpendapat bahwa Pembelajaran kontekstual
adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan suatu masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Guru memberikan contoh suatu masalah dari
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hudson & Whisler, (2013) juga
berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual merupakan desain
pembelajaran aktif yang menyediakan cara untuk memperkenalkan
konten pembelajaran dengan berbagai bentuk variasi pembelajaran
aktif untuk membantu siswa dengan dunia belajar mereka.
Menurut Suryawati, Osman, & Meerah, (2013) menjelaskan bahwa
model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama,
diantaranya: kontruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modelling), refleksi, dan penilaian autentik.

3|Page
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Adapun karakteristik model pembelajaran kontekstual adalah
materi pelajaran dikaitkan dengan permasalahan kehidupan nyata
(Hasibuan, 2014; Johnson, 2009; Maryati & Priatna, 2017).
Keterkaitan diantara keduanya dikonstruk membentuk pengetahuan
baru tentang matematika yang dihubungkan dengan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya (Harahap, 2015; Rusman, 2012; Trianto, 2011).
Kegiatan tersebut dapat melatih siswa untuk lebih dalam memahami
apa yang telah siswa pelajari dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa
terhadap apa yang telah dipelajarinya (Hasibuan, 2014; Rusman,
2012; Surya et al., 2013). Dengan demikian, dapat menstimulus siswa
untuk beraktivitas secara penuh dan bekerja keras dalam proses
pembelajaran. Selain itu, dapat meningkatkan kemampuan penalaran
siswa. Karena dengan memiliki pemahaman materi yang tinggi siswa
mampu untuk bernalar dengan baik dalam memecahkan masalah yang
ada (Kurniati & Murniati, 2016).
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual
Kelebihan model pembelajaran Kontekstual diantaranya yaitu :
 Materi pembelajaran yang telah dipelajari oleh siswa tertanam kuat
dalam memori otak siswa
 Melatih siswa untuk memahami materi pembelajaran dan
menghilangkan kebiasaan menghafal materi pembelajaran
 Siswa dituntut aktif untuk melakukan kegiatan mental maupun fisik
dari awal sampai akhir pembelajaran
 Pemahaman konsep siswa diperoleh dari hasil kegiatan inkuiri yang
dilakukan siswa bukan dari transfer ilmu dari guru sehingga
pembelajaran yang sedang berlangsung menjadi bermakna
(Wahyuni, 2016).
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran CTL juga
memiliki kekurangan diantaranya yaitu :

4|Page
 Membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran
Kontekstual
 Situasi kelas mudah tidak kondusif ketika guru tidak dapat
mengendalikan dengan baik kelas yang diajar (Wahyuni, 2016).
Untuk mengatasi kekurangan model pembelajaran CTL diperlukan
suatu bahan ajar salah satunya bahan ajar cetak seperti modul. Karena
berdasarkan Sungkono (2009) menyatakan bahwa melalui penggunaan
bahan ajar dapat menghemat waktu guru dalam mengajar dan
menjadikan proses pembelajaran efektif dan interaktif.
2) Model Pembelajaran Kontekstual berbasis Inkuiri
a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri (MPI) merupakan suatu model
pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menemukan dan
menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah, topik, atau isu
tertentu. Penggunaan model ini menuntut siswa untuk mampu untuk
tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan atau mendapatkan
jawaban yang benar. Model ini menuntut siswa untuk melakukan
serangkaian investigasi, eksplorasi, pencarian, eksperimen,
penelusuran, dan penelitian (Abidin, 2014).
b. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri
Wina Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri
mempunyai tiga karakteristik, diantaranya :
 Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pembelajaran
ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.

5|Page
 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
 Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri dalam pembelajaran
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam
inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
Ibid (2016) menjelaskan beberapa kelebihan model pembelajaran
inkuiri, diantaranya :
 Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang.
 Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri
informasi.
 Siswa mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih
baik.
 Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
 Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
 Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dalam transfer
konsep yang dimilikinya kepada situasi-situasi proses belajar
yang baru.

6|Page
 Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
 Dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri (self-
concept) pada diri siswa sehingga secara psikologis siswa lebih
terbuka terhadap pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu
mengambil dan mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang
ada.
 Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-
satunya sumber balajar.
Adapun kelemahan dari model pembelajaran inkuri ada lima,
diantaranya :
 Jika guru tidak dapat merumuskan teka-teki atau pertanyaan
kapada siswa dengan baik, untuk memecahkan permasalah
secara sistematis, maka akan membuat murid lebih bingung dan
tidak terarah.
 Kadang kala guru mengalami kesulitan dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
 Dalam implementasinya memerlukan waktu panjang sehingga
guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
ditentukan.
 Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak;
penggunaan pendekatan ini sukar untuk dikembangkan dengan
baik.
 Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi, maka pembelajaran ini sulit
diimplementasikan oleh guru.
3) Tinjauan Tentang Materi Lingkaran
a. Definisi Lingkaran

7|Page
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap
titik tertentu. Titik tertentu dinamakan pusat dan jarak tertentu
dinamakan jari-jari lingkaran tersebut.
b. Unsur-unsur Lingkaran
Adapun unsur-unsur lingkaran ada delapan, yaitu :
 Pusat Lingkaran adalah titik tertentu dalam lingkaran. Pada
gambar di bawah ini pusat lingkaran dinotasikan dengan O.
 Jari-jari Lingkaran adalah jarak titik-titik pada lingkaran dengan
pusat lingkaran dan dinotasikan dengan r.
 Diameter atau garis tengah lingkaran adalah tali busur yang
melalui titik pusat lingkaran dan dinotasikan dengan d. Diameter
sama dengan dua kali jari-jari (d = 2r).
 Tali Busur adalah garis di dalam lingkaran yang menghubungkan
dua titik pada lingkaran.
 Busur Lingkaran adalah lengkung lingkaran yang terletak di
antara dua titik pada lingkaran. Dan dinotasikan dengan “ “.
 Apotema adalah penggal garis dari titik pusat lingkaran yang
tegak lurus tali busur atau jarak tali busur dengan titik pusat
lingkaran.
 Juring Lingkaran adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi
oleh dua jari-jari dan busur yang diapit oleh kedua jari-jari
tersebut.
 Tembereng adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh
sebuah tali busur dan busur kecil lingkaran.
c. Keliling dan Luas Lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang lengkung atau busur pembentuk
lingkaran. Untuk mennghitung keliling sebuah lingkaran digunakan
rumus sebagai berikut :
K=πd=2 πr
dengan :

8|Page
K=¿ keliling lingkaran
r =¿ jari-jari
d=¿ diameter
22
π=¿ atau 3,14
7
Luas lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh lengkung
lingkaran. Luas lingkaran sama dengan π kali kuadrat jari-jarinya.
Jika jari-jari ¿ r , maka rumus luas lingkaran adalah

1 2
L=πr 2atau L= π d
4
dengan :
r =¿ jari-jari
d=¿ diameter
π=22 /7 atau 3,14
d. Panjang Busur dan Luas Juring

Gambar 2.1.1 : Lingkaran

 Cara menentukan juring


Rumus : L(lingkaran) x sudut juring / 360
 Cara menentukan Panjang busur
Rumus : K(lingkaran) x sudut juring / 360

9|Page
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengenai efektivitas pembelajaran kontekstual berbasis
inkuiri. Berdasarkan eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Yang pertama adalah penelitian dari Banu Hamdan pada tahun 2009 yang
berjudul “Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Melalui Model Pembelajaran
Berbasis Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Fungsi
Kuadrat Siswa Kelas X Sma 12 Semarang”. Dilaksanakannya penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran berbasis inkuiri
lebih efektif dari pada model pembelajaran ekspositori.
Yang kedua adalah penelitian dari Edi Wahyudi, dkk pada tahun 2014
yang berjudul “Pembelajaran Kontekstual Berbasis Inkuiri Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Daya Serap Siswa Sekolah Menengah Pertama”.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan daya serap belajar
siswa yang dilaksanakan dalam dua siklus dan masing masing siklus terdiri
dari lima tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan
refleksi.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori diatas, bahan proses
pembentukan pengetahuan pada pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar dan
pentingnya lingkungan sosio kultural. Guru hanya berperan menyediakan
sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa bejalan terus.
Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran
matematika dengan pendekatan konstruktivisme yang dapat digunakan
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan atau hasil belajar matematika
siswa di sekolah. Dalam pembelajaran inkuiri siswa dapat berinteraksi, saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah, mamahami konsep-
konsep yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis
dan dapat mengembangkan sikap sosial siswa. Alur berpikir dalam penelitian
ini dapat dilihat pada skema di bawah ini :

10 | P a g e
Materi

PBM

Dengan Metode Dengan Metode


Inkuiri Ekspositori

Hasil Belajar Hasil Belajar

Apakah hasil belajar matematik siswa


menggunakan metode inkuiri lebih
efektif dibandingkan dengan
menggunakan metode ekspositori.

Gambar 2.3.1 : Alur berpikir dalam penelitian

2.4 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hasil belajar siswa
Kelas Viii Smp Nurul Hidayah Gresik dengan menggunakan model
pembelajaran kontesktual berbasis inkuiri lebih efektif dari pada
menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori.

11 | P a g e
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan salah satu jenis penelitian deskriptif kualitatif
yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Santyasa (2009) Penelitian
Tindakan Kelas atau disingkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan ± tindakan yang dilakukan,
serta memperbaiki kondisi di mana praktik ± praktik pembelajaran tersebut
dilakukan.
Sedangkan menurut Hasley (2016) Penelitian Tindakan Kelas merupakan
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan
sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Pendapat lain
tentang penelitian tindakan kelas dikemukakan oleh Burns yang menyatkan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penerapan berbagai fakta yang
ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk melibatkan
keualitas Setting Penelitian tindakan yang dilakukan dengan melibatkan
kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan pratisi. Menurut Elliot penelitian
tindakan kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk
menigkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaanm

12 | P a g e
pelaksanaan, pemantauan, dan memperpelajari pengaruh yang
ditimbulkannya.
Jadi menurut peneliti, Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas yang dilakukan akibat dari adanya suatu
permasalahan di dalam kelas dan bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Sehingga jenis penelitian ini adalah murni PTK yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir induktif siswa melalui
model pembelajaran keterampilan berpikir induktif.
3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Nurul Hidayah yang
berjumlah 20 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random
sampling. Populasi yang ada (satu kelas terdiri dari 20 anak) adalah homogen
dengan alasan pembagian kelasnya menggunakan sistem acak, menggunakan
buku paket dan LKS yang sama serta memperoleh pelajaran matematika yang
sama. Berdasarkan hal itu maka pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik random sampling dengan catatan yang dirandom
adalah siswanya. Dalam penelitian ini diambil dua sampel yaitu satu kelas
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok satu sebagai kelas kontrol dan
kelompok dua sebagai kelas eksperimen.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel utama dalam penelitian ini adalah Efektivitas Pembelajaran
Kontekstual Melalui Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pokok Lingkaran Siswa Kelas VIII SMP Nurul
Hidayah Gresik. Maka dalam pelaksanaan tindakan kelas ini variabel-variabel
yang akan diselidiki adalah sebagai berikut :
a) Variabel input : Siswa kelas VIII SMP Nurul Hidayah Gresik
b) Variabel proses : Menggunakan tes
c) Variabel output : Meningkatkan hasil belajar siswa
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
ini diawali dengan tahap diagnostik, berupa diskusi terfokus terhadap hasil

13 | P a g e
dan praktik pembelajaran Kontekstual berbasis Inkuiri di SMP Nurul
Hidayah.
Hasil diagnostik digunakan untuk membuat langkah-langkah penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, implementasi tindakan,
pemantauan dan evaluasi, dan analisis dan refleksi, seperti ditunjukkan dalam
gambar 1 dibawah ini. Sesuai sifatnya, maka penelitian ini melibatkan
peneliti mitra yakni guru kelas VIII. Sedangkan rincian tindakan adalah
sebagai berikut.
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan ini meliputi :
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Matematika
pada materi Lingkaran untuk pengembangan keterampilan
Pembelajaran Kontekstual berbasis Inkuiri.
b) Menyusun Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa.
c) Observasi, untuk mengetahui bagaimana respon siswa dan guru setelah
pembelajaran Matematika pada materi Lingkaran melalui Pembelajaran
Kontekstual berbasis Inkuiri.
d) Membuat lembar penilaian kinerja keterampilan Pembelajaran
Kontekstual berbasis Inkuiri dan tes hasil belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan
Siklus I

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan
Siklus II

Refleksi
14 | P a g e
Gambar 3.4.1: Siklus PTK Model John Elliot.

2) Pelaksanaan Tindakan
Setelah kegiatan perencanaan selesai tahap berikutnya adalah
melakukan implementasi/tindakan di kelas sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran yang disusun dalam Rencana Pembelajaran.
3) Observasi dan evaluasi Selama melakukan tindakan di kelas, maka
dilakukan observasi oleh observer tentang aktivitas guru dan siswa dengan
menggunakan lembar pengamatan. Selain itu juga diamati bagaimana
keterampilan berpikir siswa dengan melakukan penilaian kinerja. Tes hasil
belajar digunakan sebagai pelengkap untuk mengevaluasi keterampilan
model pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri siswa yang ditumbuhkan
melalui aktivitas pembelajaran.
4) Refleksi
Setelah semua data terkumpul dan dianalisis baik aktivitas guru,
aktivitas siswa, dan tes kinerja siswa, selanjutnya dilakukan diskusi antara
peneliti dan guru (peneliti mitra) untuk mendiskusikan bagaimana
pelaksanaan pembelajaran, hambatan-hambatan yang muncul serta
bagaimana keterampilan berpikir induktif siswa. Hasil refleksi ini
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap keberhasilan
tindakan serta perbaikan untuk siklus selanjutnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Sesuai dengan rancangan penelitian di atas, maka instrumen penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada
materi Lingkaran. Silabus dan RPP disusun untuk mencapai kompetensi
dasar memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan

15 | P a g e
lingkungan (ekosistem) sekaligus untuk pengembangan pemberalajaran
kontekstual berbasis inkuiri.
2) Lembar Penilaian Kinerja dan tes pemberalajaran kontekstual berbasis
inkuiri.
3) Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa.
4) Lembar Pengamatan respon siswa setelah pembelajaran Matematika pada
materi Lingkaran melalui Pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan
analisis secara deskriptif kualitatif. Analisis ini terutama dilakukan pada
tahap refleksi, digunakan utnuk mengetahui penerapan pembelajaran
kontekstual berbasis inkuiri pada materi Lingkaran dan pencapaian
Indikatornya. Data keterampilan berpikir (diperoleh melalui tes) digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap keberhasilan tindakan.
Data terhadap aktivitas guru, aktivitas siswa dan respon siswa diperoleh
dari data pengamatan / observasi terhadap aktivitas guru, aktivitas siswa dan
respon siswa. Data observasi kemudian dianalisa menggunakan rumus
statistik sederhana, dicari reliabilitas pengamatan (observasi) dimasukkan
dalam tabel kontingensi kemudian dicari IKK (Indeks Kesesuaian Kasar)
antara guru dan peneliti sebagai observer. Hasil observasi digunakan sebagai
dasar perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus selanjutnya. Metode
pengamatan (observasi) dilakukan oleh pengamat dengan sasaran aktivitas
guru, aktivitas siswa dan respon siswa.
Untuk mengurangi subyektivitas diri dari pengamat (observer) dan dalam
upaya pengamat untuk bersikap netral, sehingga dihasilkan obyektivitas yang
baik meskipun tidak 100%, maka sebelum melakukan pengamatan yang
sesungguhnya, para pengamat mengumpulkan data perlu dilatih dahulu untuk
menyingkirkan atau menekan sampai sesedikit mungkin unsur subyektivitas
pengamat. Proses latihan dalam rangka menyamakan persepsi agar diperoleh
hasil pengamatan yang sama dapat dilakukan melalui langkah-langkah
berikut :

16 | P a g e
1) Pengamat mengamati proses aktivitas guru, aktivitas siswa dan respon
siswa dengan menggunakan sebuah format pengamatan, dan diisi bersama-
sama. Sebelum membubuhkan kolom mana dari lembar pengamatan
tersebut yang akan diisi kode, pengamat berunding dahulu memantapkan
kesepakatan.
2) Pengamat mengamati lanjutan dari proses, tetapi pada tempat yang
berbeda dengan menggunakan dua format. Beberapa lama kemudian
setelah kolom-kolom formatnya terisi, pengamat mendiskusikan hasil
bacaannya jika ada perbedaan, berdiskusi untuk mencari letak perbedaan
pendapat.
3) Pengamat mengulangi lagi proses seperti langkah ke-2, dan begitulah
berkali-kali dilakukan sampai diperoleh persamaan hasil pengamatan, atau
apabila masih ada saja perbedaan, perbedaan tersebut sudah sangat minim.

Jika pengamatannya lebih dari dua orang, perlu diadakan penyamaan


antar pengamat sampai dicapai persamaan persepsi dari semua pengamat
yang akan bekerja mengumpulkan data. Untuk menentukan toleransi
perbedaan hasil pengamatan, digunakan teknik pengetesan reliabilitas
pengamatan dengan menggunakan tabel kontingensi seperti berikut ini:

Tabel 3.6.1 : Lembar observasi Aktivitas guru Siklus I


Skor
Keberhasilan
No
Aktivitas Guru
Kategori Pengamat
1 2 3 4

1 Menyampaikan tujuan pembelajaran

Menggunakan media yang tepat untuk materi


2 kegiatan manusia yang dapat merusak
keseimbangan alam (ekosistem)
Penyampaian materi dengan menggunakan metode
berpikir indukti dengan materi kegiatan manusia
3
yang dapat merusak keseimbangan alam
(ekosistem)

4 Merespon siswa

17 | P a g e
5 Melibatkan siswa dalam pembelajaran

6 Memberi penguatan

Penguasaan materi kegiatan manusia yang dapat


7
merusak keseimbangan alam (ekosistem)+

8 Evaluasi sesuai dengan tujuan pembelajaran

Persentase

Langkah selanjutnya membuat tabel kontingensi seperti dibawah ini:

Pengamat

1 2 3 4 Jumlah
1
Pengamat

2
3
4
5
Jumlah
Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dicari IKK (Indek Kesesuaian
Kasar)/ Crude Index Agreement. 24 Rumus yang paling banyak digunakan :

IKK = n/N

Keterangan:

IKK = indeks kesesuaian kasar

n = jumlah kode yang sama

N = banyaknya objek yang diamati

Demikian juga untuk pengamatan aktivitas siswa dan respon siswa teknik
analisa data langkah-langkahnya sama dengan aktivitas guru hanya berbeda
pada format lembar isian pengamatan.

1. Analisis data observasi aktivitas siswa dan guru

18 | P a g e
Untuk memperoleh persentase aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
maka digunakan rumus sebagai berikut :

F
P= × 100 %
N
Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimal

2. Analisis data observasi respon siswa


Untuk memperoleh persentase respon siswa dalam kegiatan
pembelajaran maka digunakan rumus sebagai berikut :
F
P= × 100 %
N

Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal (Sudjana dalam Lestari Dwi.A, 2010)
Hasil dari persentase tersebut dapat dibuat kesimpulan tentang
respon siswa menggunakan skala Likert dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.6.1: Kriteria Skala Likert

Presentase Kriteria
0% - 25% Sangat Kurang
26% - 45% Kurang
46% - 69% Cukup
70% - 85% Baik
86% - 100% Sangat Baik

Indikator ketercapaian berpikir induktif dari segi respon siswa


adalah apabila hasil prosentase yang didapatkan adalah minimal kuat
(sesuai skala likert). Ketercapaian ini wajib dilakukan, apabila salah satu

19 | P a g e
komponen tidak tercapai maka wajib diadakan siklus berikutnya sampai
kriteria dalam analisis terpenuhi.
3.7 Indikator Keberhasilan
Hasil analisis data kualitatif dikonsultasikan dengan makna kualitatif
yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah penelitian,
misalnya, bagaimana metode pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa? Hasil analisis data hendaknya
dikonsultasikan dengan makna keberhasilan secara aktual, bukan pikiran guru
atau pengamat lainnya. Hasil analisis kualitatif, selanjutnya dikonsultasikan
pada pedoman konversi. Dalam PTK biasanya digunakan pedoman konversi
nilai absolut skala empat. Misalnya, data keterampilan berpikir iduktif ,
pedoman konversinya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7.1: Nilai absolut skala empat


Presentase Kriteria
0% - 45 % Kurang
46% - 69 % Cukup
70% - 85% Baik
86% - 100% Sangat Baik

Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata-rata


minimal 55,0 atau 70,0 tergantung rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Di samping itu,
kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan model
pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri.

Berdasarkan ketetapan sekolah secara individu siswa dikatakan tuntas


belajar apabila hasil belajarnya telah mencapai nilai minimal siswa dengan
KKM yang ditetapkan oleh SMP Nurul Hidayah Gresik sebesar 70 untuk
pelajaran Matematika dan dikatakan tuntas secara klasikal bila 85 % siswa di
kelas tersebut tuntas secara individu/kelompok.

Berdasarkan ketetapan sekolah secara individu siswa dikatakan terampil


berpikir induktif apabila hasil tesnya telah mencapai nilai minimal siswa

20 | P a g e
dengan KKM yang ditetapkan oleh SMP Nurul Hidayah Gresik sebesar 70
untuk pelajaran Matematika, dan dikatakan terampil melalui pembelajaran
kontekstual berbasis inkuiri, siswa berhasil secara klasikal bila 85 % siswa di
kelas tersebut terampil secara individu/kelompok.

Untuk menentukan kriteria keberhasilan Indikator keterampilan


pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri minimal kelas, maka dihitung
menggunakan rumus :

F
P= × 100 %
N
Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimal

Menurut keberhasilan proses interaksi edukatif dibagi atas beberapa


tingkatan atau taraf yaitu:

a. Istimewa / maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai


oleh anak didik.
b. Baik sekali / optimal : apabila sebagian besar (76 ± 99 %) bahan
pelajaran dapat dikuasai anak didik.
c. Baik / minimal : apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya
66% - 75% saja.
d. Kurang : apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang
dari 60 %.

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Agus dan M. Munfarid. 2017. Penerapan Metode Kontekstual Inkuiri


Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Universitas Darussalam
Gontor: I (01)

Fatimah, Siti. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk


Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Anak Usia 4-5 Tahun.
7(3): 324-338

Herawati. 2018. Memahami Proses Belajar Anak. Banda Aceh: V (1)

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 102

Romadhina, Dian. 2007. Pengaruh Kemampuan Penalaran Dan Kemampuan


Komunikasi Matematik Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Siswa Kelas IX Smp
Negeri 29 Semarang Melalui Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
[Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Ulansari, Putri Tuti dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa. 2(1): 27-33

Wahyudi, Edi dkk. 2014. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Inkuiri Untuk


Meningkatkan Aktivitas Dan Daya Serap Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Sumba Barat Daya: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Weetebula

22 | P a g e
23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai