Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. IPA ditinjuau dari fisiknya

adalah ilmu pengetahuan yang objek telaahnya adalah alam dengan

segala isinya yaitu manusia, hewan dan tumbuhan termasuk bumi

(Daryanto,2014:160). Kemudian menurut Romiyati (2011:49) IPA

merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara

umum terbatas pada gejala - gejala alam, lahir dan berkembang melalui

metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap

ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Jadi IPA

adalah pelajaran yang mempelajari tentang gejala-gejala alam melalui

metode ilmiah serta memerlukan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) pada hakekatnya adalah ilmu yang memiliki konsep

pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas dengan

kehidupan manusia.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran sangat penting dalam suatu pembelajaran,

guru harus dapat memilah model yang sesuai untuk kebutuhan peserta

didik. Model pembelajaran adalah pola umum perilaku pembelajaran

untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan


(Uno.B,2013:32). Menurut Trianto (2010:52) model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis

dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Jadi model pembelajaran adalah suatu cara atau bentuk

pengajaran yang dilakukan guru untuk menyampaikaan materi agar

tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga dapat disimpulkan model

pembelajaran sangat diperlukan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran yang digunakan sebagai acuan untuk merancang

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran IPA di

sekolah dasar adalah model pembelajaran inkuiri, model inkuiri dapat

membantu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan guru.

Menurut Daryanto (2014:163)

Inquiry atau penemuan merupakan satu langkah yang


dilalui untuk menerapkan sains sebagai suatu proses.
Sains proses menghendaki siswa menggabungkan
proses-proses dan pengetahuan ilmiah pada saat mereka
menggunakan penalaran ilmiah dan pemikiran kritis
untuk mengembangkan pemahaman mereka terhadap
sains. Proses berpikirnya biasa dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Model pembelajaran ini
menekankan kepada proses mencari dan menemukan.

Menurut Hamzah (2013:30) dalam pembelajaran dengan

penemuan/ inquiry siswa didorong untuk belajar sebagaian besar

melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep dan prinsip-

prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan


melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan

“prinsip” untuk diri mereka sendiri. Kemudian menurut Ayun (2014:4)

Model inkuiri adalah sebagai teknik pengajaran yang


memberi kesempatan kepada siswa lebih aktif dalam
belajar dengan langkah langkah yang sistematis yaitu
membina suasana yang responsif, mengemukakan
permasalahan dan mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis dan kemudian mengujinya dan yang terakhir
pengambilan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dan
guru.

Jadi model pembelajaran inkuiri merupakan model

pembelajaran yang menekankan proses berpikir sistematis, kritis, logis

dan analisis dan memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif

dalam pembelajaran, mendapatkan pengalaman dalam pembelajaran

dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan.

4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Damayanti

(2013:59) Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu

suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru

menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta

didik. Kemudian menurut Oktavia (2013:51)

Inkuiri terbimbing yaitu inkuiri dimana guru


membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
dapat memahami konsep - konsep pelajaran. Pada
model ini siswa akan dihadapkan pada tugas -
tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu
kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa
selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan.
Jadi model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model

pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan

menemukan jawaban dari suatu permasalahan dalam pelaksanaannya

guru memberikan petunjuk yang dibutuhkan siswa, guru

mengendalikan proses pembelajaran sehingga siswa mendapatkan

pedoman sesuai kebutuhan siswa.

Prosedur pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri

terbimbing terdiri dari lima tahapan, yaitu (1) melontarkan

permasalahan, (2) mengumpulkan data dan verifikasi, (3)

mengumpulkan data dan eksperimentasi, (4) merumuskan penjelasan,

(5) menganalisis proses inkuiri. (Hamzah, 2011:17). Kemudian

menurut Martina (2013:2) langkah-langkah model inkuiri yakni : (1)

Observasi (Observation), (2) Bertanya (Questioning), (3) Mengajukan

dugaan (Hipothesis), (4) Pengumpulan data (Data Gathering), dan

Penyimpulan (Conclusion). Langkah pembelajaran Inkuiri yang akan

peneliti gunakan dimulai dengan, mengajukan permasalahan yang

dilakukan guru menegenai materi penerapan energi gerak, siswa membuat

dugaan sementara dari permasalahan dengan menjawab soal yang

diberikan guru pada LKS, siswa melakukan pengumpulan data dengan

cara eksperimen/ percobaan dengan membuat kincir angin, setelah

melakukan percobaan siswa mengamati hasil percobaan yang dilakkan dan

kemudian membuat kesimpulan. Prosedur atau langkah-langkah dalam

model inkuiri dapat melatih kemampuan siswa dalam meneliti,

menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Siswa


akan mendapatkan pengalaman secara langsung dan dapat mengaikatkan

dengan fenomena yang ada di sekitar mereka.

5. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri Terbimbing

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan

kelebihan termasuk juga ooada model inkuiri terbimbing. Berikut

keunggulan model inkuiri menurut Suyanti (2013:8) sebagai berikut:

a) Dapat membentuk self -consept pada diri siswa,


sehingga siswa siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
dan ide-ide yang lebih baik. b) Membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru. c) Mendorong siswa untuk berfikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan
terbuka. d) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan
merumuskan hipotesanya sendiri. e) Memberi kepuasan
yang bersifat instrinsik bagi siswa. f) Situasi proses belajar
jadi lebih hidup dan berkembang. g) Dapat
mengembangkan bakat dan minat siwa. h) Memberi
kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i) Siswa dapat
terhindar dari cara belajar yang tradisional. j) Dapat
memberikan waktu yang cukup pada siswa, sehingga
mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi.

Keunggulan model inkuiri menurut Artayana (2013:4) yakni

sebagai berikut:

a) Menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan


psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
lebih bermakna. b) Memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c)
Model yang sesuai dengan definisi belajar, yaitu suatu
proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. d) Melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. e) Lebih efektif
dalam semua bidang di dalam kurikulum.

Mengacu pada beberapa pendapat diatas, maka dapat

disimpulkan keunggulan model inkuiri adalah sebagai berikut: a)

Mendorong siswa untuk berpikir kritis. b) Mengembangkan sikap

objektif, jujur dan terbuka. c) Pembelajaran menjadi menyenangkan


karena siswa terlibat langsung dan mendapat pengalaman langsung

mengenai materi yang dipelajari. d) Memberikan kesempatan siswa

untuk mengungkapkan gagasan dan ide-ide yang dimiliki sehingga

pembelajaran menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Kelemahan dari model inkuiri menurut Suyanti (2013:8) adalah

sebagai berikut:

a) Jalannya pelajaran agak lamban b) Hanya dapat


mencari satu pengertian c) Kelas yang besar dapat
menimbulkan kegaduhan. d) Persiapan dan
pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama. e)
Model ini tidak efektif bila tidak ditunjang dengan
peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan. f)
Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang dalam hal
kemampuan untuk melaksanakannya.

Menurut Saraswati (2013:4) kelemahan model inkuiri yaitu

keterbatasan waktu dan penguasaan guru untuk menerapkan model

pembelajaran inkuiri sehingga tidak dapat diterapkan pada setiap mata

pelajaran sekolah.

Dapat disimpulkan dari pendapat diatas kelemahan model

pembelajaran inkuiri yaitu guru membutuhkan waktu yang lebih

banyak untuk menerapkan model inkuiri, perlunya sarana penunjang

dalam pembelajaran dan guru harus memahami dengan baik mengenai

model pembelajaran inkuiri ini. Penerapan model pembelajaran inkuiri

ini guru harus dapat menyesuaikan dengan materi yang akan di ajarkan

tidak semua pelajaran dapat menggunakan model inkuiri.

6. Hasil Belajar

Tercapaianya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajar, hasil belajar digunakan sebagai dasar untuk menentukan


keberhasilan peserta didik dalam suatu pembelajaran. Hasil belajar

merupakan prestasi dari kegiatan belajar sedangkan belajar lebih

menekankan pada proses kegiatan bukan pada hasil belajarnya. Hasil

belajar bagian penting dalam pembelajaran, hasil belajar menjadi salah

satu indikator tercapainya atau tidak suatu proses pembelajaran.

Manusia melakukan kegiatan belajar dengan bermacam cara,

sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegiatan

belajar, maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan yang

merupakan pernyataan perbuatan belajar. Perubahan tersebut disebut

hasil belajar (Sunardi: 2011:75). Hasil belajar adalah kemampuan

keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari

(Jabir: 2014:7). Kemudian menurut Thobroni M (2011:24) hasil belajar

adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

aspek potensi kemanusiaan saja. Berdasarkan dari uraian diatas dapat

disimpulkan hasil belajar adalah prestasi, kemampuan serta ketrampilan

yang didapat setelah melakukan pembelajaran. Hasil belajar akan

mempengaruhi perubahan perilaku dan menerapkan pengetahuan yang

diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti

pendidikan untuk mendukung penelitian tindakan kelas seperti yang

dilakukan oleh Sarni Djasa, dkk berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inquiri Tentang Perubahan

Sifat Benda dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Siniu”.

Penelitian ini berhasil meningkatan hasil belajar siswa kelas 4 pada

pelajaran IPA dengan indikasi peningkatan pada tindakan siklus I

tingkat penguasaan mencapai 61,5%, kemudian pada tindakan siklus II

tingkat penguasaan mencapai 75% untuk materi sifat benda, sedangkan

pada tindakan siklus III tingkat penguasaan mencapai 81,5% untuk

materi macam-macam perubahan sifat benda.

Penelitian dengan pendekatan yang sama juga dilakukan oleh

Syarifah Hadijah,dkk dengan judul penelitian “Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Melalui Metode Inquiri Pada Siswa Kelas IV SD Inpres 1

Ongka”. Penerapan metode inkuiri menunjukan perubahan hasil belajar

dari sebelum penerapan metode inkuiri dengan hasil belajar dengan

menerapkan metode inkuiri, dilihat dari hasil tes awal dimana

menunjukkan ketuntasan belajar klasikalnya 40,62% ini berarti

ketuntasan belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. Setelah

penerapan model inquiri dilaksanakan dalam dua siklus ketuntasan

belajar klasikal 90,62% ini berarti ada peningkatan hasil belajar setelah

menggunakan model inquiri dari siklus I ke siklus II.

Kedua penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran

yang sama yakni model pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada

mata pelajaran IPA. Perbedaan kedua penelitian tersebut terletak pada

materi pembelajaran yang diajarkan menggunakan model pembelajaran

inkuiri. Penelitian yang dilakukan oleh Sarni Djasa, dkk memfokuskan


penelitian mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan

menggunakan pendekatan inquiri tentang perubahan sifat benda dalam

pembelajaran IPA di kelas 4 SDN Siniu, kemudian penelitian yang

dilakukan oleh Syarifah Hadijah,dkk dengan fokus penelitian mengenai

meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode inquiri pada siswa

kelas 4 SD inpres 1 Ongka pada materi bagian-bagian rangka manusia.

Dapat diketahui dari kedua penelitian tersebut terdapat peningkatan

hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model

pembelajaran inkuiri.

Kelebihan dari kedua penelitian tersebut adalah dengan

menerapkan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran inkuiri tepat

digunakan dalam pembelajaran IPA ini sesuai dengan materi

pembelajaran IPA yang memerlukan pembuktian dan dapat

memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Peneliti akan

menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan dipadukan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Model pembelajaran inkuiri

sangat sesuai diterapkan pada mata pelajaran IPA, akan lebih maksimal

hasil yang dicapai dari penerapan model pembelajaran ini jika

menggunakan lingkungan sekitar untuk membantu siswa dalam

memahami materi pembelajaran. IPA merupakan pembelajaran yang

berhubungan dengan alam maka sangat sesuai jika dalam pembelajaran

menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Penggunaan

lingkungan sekitar harus disesuaikan dengan materi pembelajaran, guru


harus dapat menyesuaikan antara model inkuiri terbimbing dan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang akan digunakan.


C. Kerangka Pikir

Kondisi Ideal Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman


langsung dan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi
agar siswa mampu memahami alam semesta secara ilmiah
(Eliana, 2014:15). Hal ini mempengaruhi hasil belajar siswa
yang rendah karena pada pembelajaran IPA siswa tidak
mendapatkan pengalaman langsung.

Kondisi Lapangan Guru: menggunakan Siswa: hasil belajar


pembelajaran pada aspek kognitif
ceramah/ mata pelajaran IPA
konvensional, kurang rendah karena
memanfaatkan pembelajaran masih
lingkungan sekitar berpusat pada guru.
sebagai sumber belajar
dan media
pembelajaran

Tindakan Penerapan model Siklus I :


pembelajaran inkuiri a.Perencanaan
terbimbing dipadukan
dengan lingkungan b.Pelaksanaan
sekitar sebagai tindakan
sumber belajar.
c.Pengamatan
(observasi)

d.Refleksi

Kondisi Akhir Penggunaan model


pembelajaran inkuiri
terbimbing
dipadukan dengan
Siklus II : tahapan
lingkungan sekitar
sama dengan siklus I
sebagai sumber
dan memperbaiki
belajar dapat
kekurangan yang ada
meningatkan hasil
pada siklus I,
belajar IPA kelas 3
menyesuaikan
dengan keadaan
lapangan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai