Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DAN RESUME JURNAL PENDEKATAN IPA DI SD

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Yulistia Nur DS. S.Pd,. M.Pd. Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Pembelajaran IPA di SD

Disusun Oleh :

1. Ria Pratiwi 19416286206020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2020/2021
Analisis Jurnal 1

A. IDENTITAS JURNAL
1. Judul Jurnal : Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar
2. Pengarang : Nurul Ain dan Choirul Huda
3. Jurnal dan Alamat : Momentum: Physics Education Journal
• mailto:https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/momentum/article/dow
nload/2368/1739/

B. ISI JURNAL
Abstrak
Salah satu ciri Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman, pelaksanaan, dan hambatan guru sekolah dasar
terhadap pendekatan saintifik. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Responden
sejumlah 50 guru
A. Pendahuluan
Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013/2014 pada jenjang SD hingga
SMA/SMK. Salah satu ciri Kurikulum 2013 adalah penggunaan pendekatan saintifik pada proses
pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengharuskan siswa memenemukan
pengetahuannya melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.
Langkah-langkah pendekatan saintifik merupakan langkah-langkah dalam memperoleh ilmu,
sehingga pendekatan saintifik dapat disebut sebagai pendekatan ilmiah. Saintifik sebagai suatu
pendekatan pembelajaran merupakan pandangan tentang terjadinya suatu proses yang masih bersifat
umum. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus diiringi dengan metode yang tepat.
Lampiran Permendikbud No 65 tahun 2013 halaman 4, menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik perlu diterapkan dengan pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian
(discovery/ inquiry learning). Berdasarkan Permendikbud tersebut, pendekatan saintifik merupakan
dasar dari strategi pembelajaran discovery, inkuiri, dan PBL, artinya pembelajaran dengan
pendekatan saintifik menggunakan metode pembelajaran discovery, inkuiri, dan PBL. Peran guru
sangat penting dalam membantu siswa untuk aktif dan berinteraksi dengan lingkungannya. Guru
harus dapat membantu siswa agar siswa mampu mengonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Hal
ini dapat dilakukan melalui metode-metode yang membuat siswa aktif dalam proses belajar
mengajar. Metode-metode tersebut juga harus dapat membuat siswa tidak hanya sekadar menghafal,
tetapi membuat siswa berfikir dan aktif mencari pengetahuannya.
B. Metode penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metodea deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Metode penelitian deskriptif
merupakan bagian dari metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berlangsung dalam natural
setting, berarti penelitian dilakukan sesuai keadaan (kondisi) tempat penelitian. Dengan kata lain
dilakukan secara alamiah, apa adanya. Peneliti tidak melakukan manipulasi variabel, tetapi semua
kegiatan, keadaan, kejadian suatu variabel berjalan apa adanya. Penelitian deskriptif mencari
pemahaman dan penarikan makna dari suatu fenomena yang terjadi.
C. Hasil dan Pembahasan
Pemahaman Guru tentang Pendekatan Saintifik Pemahaman guru tentang pendekatan saintifik dapat
diketahui dari jawaban guru terhadap angket yang telah diisi. Hasil tabulasi data disajikan pada
Gambar

Hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut. Sebesar 68% guru mampu menyebutkan definisi dan
langkah-langkah pendekatan saintifik dengan benar. Hal ini berarti bahwa sebesar 32% guru belum
memahami pengertian pendekatan saintifik. Jika pada setiap pembelajaran guru selalu
menggunakan pendekatan saintifik, menerapkan setiap tahap atau menerapkan sebagian dari tahap
pendekatan saintifik, maka definisi atau tahapan pendekatan saintifik akan terpateri di dalam
pemikirannya, sehingga secara otomatis guru akan mampu menyebutkan definisinya atau tahap-
tahapnya dengan benar. Kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan saintifik akan mampu
meningkatkan prestasi siswa (Mahzun (2014), Machin (2014)).
Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik di SD Tabulasi data terhadap angket
yang meminta guru menjelaskan pengalamannya mengajarkan pendekatan saintifik disajikan pada
Gambar 3.

dapat dijelaskan sebagai berikut. Guru yang mampu menjelaskan pelaksanaan pembelajaran yang
sesuai dengan pendekatan saintifik dengan benar sebesar 16%, sedangkan sebesar 84% belum
mampu menceritakan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik secara lengkap.
Kesulitan Guru dalam Melaksanakan Pendekatan Saintifik Kesulitan guru dalam membelajaran
pendekatan saintifik dianalisis dari angket terbuka yang diberikan kepada guru dan menganalisis
RPP yang dibuat oleh guru. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh bahwa kesulitan guru
dalam melaksanakan pendekatan saintifik adalah belum pahamnya guru terhadap pendekatan
saintifik. Guru memahami pendekatan saintifik seperti yang tersurat bukan yang tersirat. Hal ini
terjadi karena guru hanya berpedoman pada buku yang belum benar dalam menerapkan
pendekatan saintifik (Rumiati & Andajani, 2016), dan belum memahami komponen metode ilmiah
(McPherson, 2001: 242). Kurang pahamnya guru terhadap pendekatan saintifik dapat dilihat dari
perencanaan pembelajaran dengan pendekatan saintik dan menggunakan metode inkuiri,
discovery, dan PBL. Contohnya pada RPP yang menggunakan pendekatan saintifik dengan metode
inkuri. Pada langkah pembelajaran guru tetap menuliskan langkah-langkah pendekatan saintifik
seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan. Guru yang memahami
pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan menggunakan metode inkuiri akan menuliskan
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah metode inkuiri, yaitu merumuskan
masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
D. Simpulan
Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat berfungsi sebagai keterampilan
proses sains dan metode ilmiah. Fungsi pendekatan saintifik sebagai keterampilan proses sains
dalam pembelajaran dapat diajarkan secara terpisah dengan tujuan melatih siswa agar terampil
dalam memperoleh sains. Fungsi pendekatan saintifik sebagai metode ilmiah dalam pembelajaran
harus dikaitkan dengan metode-metode yang sejalan dengan pendekatan saintifik, dengan tujuan
melatih siswa dalam menemukan pengetahuannya melalui serangkaian proses yang disebut metode
ilmiah.

Analisis Jurnal

A. IDENTITAS JURNAL
1. Judul Jurnal : PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
2. Pengarang : Tya Pranita1 . Warsiti2 . Moh. Chamdani3
3. Alamat jurnal :
mailto:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.fkip.uns.ac.id/ind
ex.php/pgsdkebumen/article/download/2317/1709&ved=2ahUKEwif19f0n9bzAhUnuksFHTVfCF
0QFnoECDYQAQ&usg=AOvVaw1TFvfREfzVa94Au00X7G0U

B. ISI JURNAL

Abstrak
Penggunaan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Peningkatan Pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam
penggunaan pendekatan STM, menemukan penggunaan pendekatan STM dalam meningkatkan
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 5 Bumirejo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiap siklus terdiri perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan penggunaan
pendekatan STM dapat meningkatkan pembelajaran IPA dalam tiga siklus. Simpulan dari penelitian ini
adalah penggunaan pendekatan STM dapat meningkatkan pembelaran IPA siswa kelas V SD Negeri 5
Bumirejo Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013.

I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting di dalam kehidupan. Tanpa belajar maka
tak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh. Upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan
di Indonesia dengan mengadakan pembaharuan. Pembaruan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk
memperbarui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. IPA merupakan kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemberian mata pelajaran IPA bagi anak dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah, kreatif
dan mandiri”. Mata pelajaran IPA juga bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif
dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat serta dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat mengembangkan kognitif, afektif,
psikomotorik.
Untuk kepentingan itu, pembelajaran Sains perlu dikaitkan dengan aspek teknologi dan masyarakat.
Salah satu jenis pendekatan yang tepat untuk pembelajaran IPA adalah Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat atau yang sering disebut STM. Di SD Negeri 5 Bumirejo, Kebumen bahwa pembelajaran
IPA di sekolah tersebut masih rendah. Hal itu dikarenakan kurangnya minat siswa untuk mempelajari
IPA dan mengakibatkan hasil pembelajaran IPA kurang memuaskan salah satu penyebabnya kurangnya
pengetahuan guru tentang penerapan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran IPA. Diketahui bahwa
hasil belajar siswa SD N 5 Bumirejo dibawah rata-rata KKM sehingga perlu adanya usaha untuk
meningkatkan pembelajaran IPA, pada materi “Daur Air dan Peristiwa alam” cocok digunakan dengan
Pendekatan STM yaitu dengan menghubungkan isu-isu yang sedang banyak dibicarakan oleh
masyarakat. Sehingga siswa akan lebih tertarik dan lebih mudah untuk memahami materi yang
disampaikan. Berdasarkan keadaan diatas maka peneliti akan melaksanakan Maka dari itu dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif dengan judul “Penggunaan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dalam peningkatkan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sirnabaya II , kecamatan Telukjambe timur, kabupaten
Karawang. Sekolah ini terdiri dari enam ruang kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II dari
bulan november 2012 sampai dengan bulan Mei 2013 yang dimulai dengan pengajuan judul sampai
dengan penyelesaian penulisan laporan penelitian. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa
kelas V SD Negeri 5 Bumirejo. Jumlah siswa kelas V adalah 44 siswa. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah: (1) wawancara; (2) observasi; (3) tes; (4) angket. Alat pengumpulan dalam
penelitian yang akan dilaksanakan berupa tes tertulis; Teknik analisis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan didukung data kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif
berupa informasi tentang pelaksanaan langkah pembelajaran menggunakan STM dalam meningkatkan
pembelajaran IPA. Data kualitatif berupa hasil observasi, angket, dan wawancara. Data berupa angka-
angka nilai atau persentase tindakan kemudian dijadikan indikator pelaksanaan tindakan yang berupa tes
tertulis Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pendapat Miles dan
Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (2007).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana tindakan yang tertuang dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti merencanakan menggunakan pendekatan STM dalam proses
pembelajaran IPA. Peneliti menyiapkan lembar penilaian untuk tes tertulis, lembar observasi, lembar
angket yang diisi oleh siswa, lembar wawancara bagi guru dan siswa. Untuk mengetahui penggunaan
pendekatan STM digunakan observasi terhadap guru dan siswa, serta wawancara sebagai data
pendukung. Kegiatan pembelajaran guru dinilai oleh observer. Rekap hasil observasi kegiatan
pembelajaran guru siklus I, II, dan III dapat dilihat pada Tabel 1.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dari beberapa siswa menunjukkan bahwa siswa senang dan
lebih mudah paham dengan materi yang disampaikan oleh guru ketika mengajar dengan menggunakan
pendekatan STM. Siswa tidak bosan dan dapat mengkomunikasikan diri dengan teman dan guru dengan
lebih berani dan tidak malu-malu pada saat pembelajaran IPA dilaksanakan. Penggunaan pendekatan
STM sangat membantu guru dan siswa karena dapat meningkatkan pembelajaran yang berdampak pada
hasil evaluasi yang meningkat. Kaitannya dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, guna
memperoleh data lain maka peneliti melakukan pretest atau tes awal untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran IPA pada materi Daur air. Berikut ini hasil pembelajaran
dengan materi penggunaan pendekatan STM pada pembelajaran IPA.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa : (1) Penggunaan Pendekatan STM yang dilaksanakan secara tepat sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan 5 langkah pendekatan STM yaitu invitasi,
pembentukan konsep, analisis konsep, pemantapan konsep dan penilian dapat meningkatkan pembelajaran
IPA siswa kelas V SD Negeri 5 Bumirejo; (2) Penggunaan pendekatan pembelajaran STM dapat
meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 5 Bumirejo Kebumen tahun ajaran 2012/2013.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, ada beberapa saran sebagai berikut : 1)
Penerapan pendekatan STM dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, karena dengan pendekatan
STM dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. 2) Siswa dapat mengembangkan potensi siswa
seperti kreativitas siswa, rasa ingin tahu siswa, kemandirian siswa dan kerja sama. 3) Pihak Sekolah
hendaknya mengenalkan pendekatan yang lebih inovatif seperti pendekatan STM dan lain-lain kepada
guru.
Analisis Jurnal 3

A. IDENTITAS JURNAL
a. Judul Jurnal : PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
b. Pengarang : Arrofa Acesta
c. Alamat jurnal :
mailto:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.unissula.ac.i
d/index.php/pendas/article/download/743/620&ved=2ahUKEwj4kPnIotbzAhVLSX0KHVq
OB5gQFnoECB4QAQ&usg=AOvVaw0RV21bZ9tBECeuy57JqB-Z
B. ISI JURNAL

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA. Objek penelitian ini adalah siswa kelas V
Sekolah Dasar II Purwawinangun Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan . Proses penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dua siklus, setiap siklus satu kali pertemuan terdiri dari empat tindakan
utama yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

A. PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam dan segala
isinya, serta fenomena - fenomena yang terjadi didalamnya. Banyak fenomena - fenomena dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan IPA.Tujuan umum mempelajari IPA adalah untuk
kesejahteraan hidup manusia melalui berbagai upaya dalam memanfaatkan segala sesuatu yang ada
di alam. IPA merupakan proses kreatif dan mencari berbagai sebab akibat dari fenomena-fenomena
yang terjadi di alam. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya strategi dan
pola pembelajaran yang aktif dan dinamis serta menyenangkan sehingga dapat membangkitkan
kreativitas belajar siswa. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD harus menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penerapan keterampilan proses.

B. KAJIAN TEORI
1. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik
dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam
kehidupan sehari ± hari. Dari pengertian tersebut, termasuk diantaranya keterlibatan fisik,
mental, dan social peserta didik dalam proses Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 98 pembelajaran,
untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Semiawan (1985: 18) pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan belajar yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan, anak
akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, selain itu
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang diharapkan. Pendekatan
keterampilan proses memiliki tujuan agar aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat mengembangkan sendiri fakta dan konsep, selain itu menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang diharapkan
a. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
1) Pendahuluan atau pemanasan
a) Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada
hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
b) Kegiatan menggugah dan mengarahkan peserta didik dengan mengajukan
pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
2) Pelaksanaan proses belajar mengajar atau bagian inti

b. Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan proses Menurut Cony (1992)


Terdapat sepuluh prinsip yang harus dipahami yang meliputi :
1) Kemampuan mengamati,
2) Kemampuan menghitung,
3) Kemampuan mengukur,
4) Kemampuan mengklasifikasikan,
5) Kemampuan menemukan hubungan,
6) Kemampuan membuat prediksi,
7) Kemampuan melaksanakan meneliti,
8) Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data,
9) Kemampuan menginterpretasi data,
10) Kemampuan menyampaikan hasil.
Berdasarkan pendapat Cony tersebut jelaslah bahwa kesepuluh prinsip tersebut harus
diikuti dengan baik ketika guru menerapkan pendekatan keterampilan proses.

C. METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas metode
Kemmis dan Taggart. Tujuan penelitian dilaksanakan untuk perbaikan pembelajaran di kelas V,
SDN II Purwawinangun Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan. Sedangkan penelitian
dilakukan dengan 3 siklus, masing-masing siklus memuat: perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan
Kelas model Kemmis dan Taggart. Setiap siklus dilaksanakan dengan satu kali kegiatan
pembelajaran. Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut : orientasi dan identifikasi
masalah, perencanaan tindakan penelitian, pelaksanaan tindakan penelitian dan observasi, refleksi
tindakan penelitian. Tindakan perbaikkan (penelitian) dilakukan sebanyak tiga siklus. Siklus 1
merupakan hasil rekomendasi tindakan atau observasi awal. Tindakan penelitian siklus 2
merupakan hasil rekomendasi tindakan penelitian siklus 1. Tindakan penelitian siklus 2 merupakan
hasil Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 102 rekomendasi tindakan penelitian siklus 2. Hasil analisis
refleksi pembelajaran pada setiap tindakan pembelajaran direkomendasikan untuk perencanaan
tindakan pembelajaran berikutnya sampai akhirnya menetapkan rekomendasi hasil tindakan
penelitian semua siklus. Secara ringkas PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya
masalah dalam pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Masalah pembelajaran dapat ditemukan melalui observasi dan atau refleksi awal terhadap
pembelajaran. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. 2. Analisis Data Menurut
Arikunto (2002:346), siswa dikatakan berhasil di kelas tersebut apabila telah mencapai standar nilai
65. Dan suatu kelas disebut telah berhasil apabila jumlah yang mencapai nilai 65 minimal 80 %.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pelajaran IPA tentang
materi Konsep Gaya Magnet siklus yang pertama diperoleh data motivasi belajar siswa. antara lain
(1) Keterampilan bertanya (2) Respon menjawab pertanyaan (3) Keseriusan mempelajari materi (4)
Partisipasi dalam kelompok (5) Kecepatan Merespon tugas termasuk kategori kurang. Kelima
aspek yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa harus terus ditingkatkan dan perlu
mendapat perhatian yang serius dari guru. Berdasarkan hasil pelaksanaan tes akhir setelah
pembelajaran IPA tentang materi Konsep Gaya Magnet siklus yang pertama diperoleh nilai tes
akhir hasil belajar siswa. Soal tes sebanyak 5 nomor bentuk tes uraian singkat. KKM ditetapkan 70.
Dari data nilai hasil pembelajaran IPA pada Konsep Gaya Magnet dapat dilihat nilai terendah yaitu
40 ada 6 orang, sedangkan nilai tertinggi yaitu 90 ada 1 orang, dan Nilai rata-rata siklus pertama
sebesar 63,84. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kondisi awal sebesar 52. Ternyata ada
peningkatan sebesar 11,84 %. Walaupun sedikit. Dari 39 siswa kelas V hanya 20 orang yang sudah
dinyatakan tuntas 51,28 %, sedangkan 19 siswa lainnya belum tuntas 48,72 %. Agar lebih jelas
hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada grafik berikut:

E. SIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai upaya meningkatkan prestai belajar siswa
melalui pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA tentang konsep gaya magnet,
maka dapat di simpulkan sebagai berikut: Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam
pembelajaran IPA tentang Konsep Gaya Magnet di kelas V SDN II Purwawinangun dapat
meningkatkan No Mata Pelajaran Sik. I Sik. II Ket. 1 IPA kelas V Gaya Magnet 62 84 2 Prosentase
62 % 84 % 3 Kategori Cukup Baik Siklus I Siklus II 100 90 80 70 60 t 50 t 40 t 30 t 20 t Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar 106 hasil belajar siswa. Hal tersebut diuraikan dengan hasil penelitian
yang membandingkan hasil siklus yang pertama jika dibandingkan dengan kondisi awal mengalami
peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata siklus pertama sebesar 63,84. Jika dibandingkan dengan
nilai rata-rata kondisi awal sebesar 52. Ternyata ada peningkatan sebesar 10 %. Meskipun nilai
rata-rata siklus pertama masih di bawah KKM Apabila dibandingkan dengan siklus ke II. Nilai
siklus ke II sebesar 84 ada peningkatan sebesar 22 % jika dibandingkan dengan rata-rata siklus
pertama. Nilai rata-rata siklus ke II ini telah berada di atas KKM. Dapat disimpulkan Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas mulai siklus ke I sampai siklus ke II mengalami peningkatan..

RESUME
PENDEKATAN IPA DI SD

Masa sekolah dimulai pada masa kanak-kanak, dimana anak mulai masuk jenjang sekolah dasar,
masa ini anak sudah matang untuk dapat belajar di bangku sekolah dasar karena anak telah siap
menerima ketahapan-ketahapan baru dari lingkungannya.
Anak pada usia SD mempunyai karakteristi tersendiri dalam hal ini harus dipahami oleh guru
sehingga dalam proses pembelajaran dikelas menjadi pertimbangan tersendiri, selain harus
memahami karakteristiknnya, guru juga harus memahami perkembangan intelektualnya, fungsi dari
fisiknya serta merefleksikannya didalam kelas ketika proses pembelajaran terjadi. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPA terpenting adalah metode dan pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran. Beberapa pendekatan yang bisa digunakan guru sebagai berikut:
1. Pendekatan Konsep; yaitu siswa dibimbing memahami suatu bahasan yang memahami konsep-
konsep yang terkandung di dalamnya
2. Pendekatan Lingkunga; yaitu mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar.
3. Pendekatan Inquiri; yaitu membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika
berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli
penelitian.
4. Pendekatan Proses; yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau
langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data, dan
mengkomunikasikan hasil pengamatan.
5. Pendekatan Interaktif; yaitu memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk
kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
6. Pendekatan Pemecahan Masalah; yaitu berhubungan dengan masalah yang harus dipecahkan
melalui praktikum atau pengamatan
7. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat; yaitu siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep
sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di
masyarakat.
8. Pendekatan Terpadu; yaitu memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Adapun beberapa metode yang bisa digunakan guru sebagai berikut:
1. Metode Ceramah; yaitu metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan
2. Metode Tanya Jawab; yaitu metode bertanya jawab, dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan sudah direncanakan sebelumnya
3. Metode Diskusi; yaitu cara pembelajaran dengan memunculkan masalah, sehingga terjadi tukar-
menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaanderajAT
4. Metode Kooperatif; yaitu siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4
sampai 5 orang.
5. Metode Demonstrasi; yaitu cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian,
misalnya dalam pembelajaran transportasi pada tumbuhan.
6. Metode Karyawisata atau Widyawisata; yaitu cara penyajian dengan membawa siswa
mempelajari materi pelajaran di luar kelas.
7. Metode Penugasan yaitu guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar

Anda mungkin juga menyukai