Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KARTU ARISAN UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V


SEMESTER GANJIL SD NO 2 MENDOYO

I G. A. A. Ari Susanti1, Kt. Pudjawan2, Pt. Nanci Riastini2

1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: agoenk_are_you@yahoo.com1, ketutpudjawan@gmail.com2,


chem_currie@yahoo.com3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA siswa kelas V semester ganjil SD No.2 Mendoyo Dangin Tukad,
Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana tahun ajaran 2012/2013 melalui penerapan
model pembelajaran kartu arisan. Jenis penelitian ini adalah penelitian PTK, yang
dilakukan 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V semester ganjil SD No.2
Mendoyo Dangin Tukad Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 orang.Objek
penelitian adalah hasil belajar siswa yang dibagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Metode pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Metode observasi digunakan
untuk mengumpulkan data mengenai ranah afektif dan psikomotor siswa, sedangkan
metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai ranah kognitif siswa. Data
mengenai hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor tersebut kemudian
dianalisis untuk menentukan mean rata-rata dan persentase rata-rata.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan penerapan model Kartu Arisan dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD No 2 Mendoyo Dangin Tukad. Terjadi
peningkatan hasil belajar IPA yaitu dari hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh
persentase sebesar 67,50% dan hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh persentase
sebesar 81,20%. Jadi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,5%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model
Pembelajaran Kartu Arisan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada guru yang mengajar di SD
No 2 Mendoyo Dangin Tukad agar menerapkan model pembelajaran Kartu Arisan
sesuai dengan langkah-langkah dan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini.

Kata kunci: kartu arisan, hasil belajar IPA

Abstract
This study aims how to improve learning outcomes in science this semester grade V
SD2 Mendoyo Dangin Tukad, Mendoyo, Jembrana regency academic year 2012/2013
through the application of learning models gathering cards. Type of research is a PTK,
which is done 2 cycles. Subjects were students inthe first semester of fifth grade
elementary Mendoyo Dangin Tukad 2 Academic Year 2012/2013, amounting to 16
people. Object of research is that student learning outcomes are divided into three
domains, namely cognitive, affective, and psychomotor. The collected data method
used in this studyis the method of observation and testing methods. Observational
methods used to collect data on students 'affective and psychomotor, while the test
methods used to collect data on students'cognitive domain. Data on learning outcomes
cognitive, affective, and psychomotorare then analyzed to determine the meanaverage
andthe average percentage. The results showed that the application ofscience learning
model sarisan Card can improve science learning outcomes fifth grade students of
elementary school No.2 Mendoyo Dangin Tukad. An increase in the science learning
outcomes o fstudent learning outcomes in the first cycleobtained 67.50% and the
percentage of student learning outcomes insecond cycle obtained percentage of
81.20%. Soan increase from the first cycletothe second cycleof 13.5%.Based on these
resultsit can be concluded that the "Application of Learning Model arisan Card"
toimprove student learning outcomes in science subjects. Therefore, the authors
suggest to teachers who teachin SD No 2 Mendoyo Dangin Tukad to implement
learning models arisan Cardin accordance with the steps and there sults foundin this
study.

Keywords: social gathering cards, learning outcomes

PENDAHULUAN fenomena-fenomena yang terjadi (Trianto,


Ilmu Pengetahuan Alam 2007: 75).
merupakan suatu kumpulan teori yang Penjelasan dan pemahaman
sistematis dengan penerapannya secara secara ilmiah dapat menanamkan nilai
umum, terbatas pada gejala-gejala alam, IPA pada siswa dan pengetahuan pada
lahir dan berkembang melalui metode ranah kognitif. Menurut Trianto
ilmiah, seperti observasi, eksperimen dan (2010:141), nilai IPA yang dapat
menuntut sikap ilmiah. Ardana (2009:1) ditanamkan dalam pembelajaran IPA,
menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam yaitu kecakapan bekerja, berpikir secara
(IPA) atau science itu secara arfiah dapat teratur, dan sistematis menurut langkah-
disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu langkah metode ilmiah. Selain itu,
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang keterampilan dan kecakapan dalam
terjadi di alam ini. Sedangkan menurut mengadakan pengamatan, menggunakan
Trianto (2008:62), hakikat IPA meliputi alat-alat eksperimen untuk memecahkan
empat unsur utama, yaitu (1) sikap rasa masalah juga dapat ditanamkan melalui
ingin tahu tentang benda, fenomena alam, pembelajaran IPA. Sedangkan jenis
makhluk hidup, serta hubungan sebab pengetahuan (kognitif) yang dipelajari
akibat yang menimbulkan masalah baru adalah pengetahuan dasar dari prinsip
yang dapat dipecahkan melalui prosedur dan konsep yang bermanfaat untuk
yang benar, (2) proses adalah prosedur kehidupan sehari-hari.
pemecahan masalah melalui metode Berdasarkan uraian di atas, IPA
ilmiah (metode ilmiah meliputi sangat penting bagi siswa. Maka dari itu,
penyusunan hipotesis, perancangan pembelajaran IPA diharapkan dapat
eksperimen atau percobaan, evaluasi, memberikan keterampilan (psikomotorik),
pengukuran, dan penarikan kesimpulan), kemampuan sikap ilmiah (afektif),
(3) produk berupa fakta, prinsip, teori, dan pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi
hukum, (4) aplikasi penerapan metode (kognitif) pada siswa. Hal demikian
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan mengisyaratkan agar pembelajaran IPA
sehari-hari. pada tingkat pendidikan manapun harus
Untuk mewujudkan hakikat dikembangkan dengan memahami
tersebut, maka proses pembelajaran IPA berbagai pandangan tentang makna
menekankan pada pemberian IPA.Jika hal tersebut telah tercapai maka
pembelajaran langsung untuk akan tercapai kesejahteraan dan
mengembangkan kompetensi siswa. Hal kebahagiaan sosial manusia.
ini bertujuan agar mereka dapat Namun, kenyataan dilapangan
menjelajahi dan memahami alam sekitar tidak sesuai dengan yang seharusnya.
secara ilmiah. Proses dalam hal ini Sebagai bukti, berdasarkan pengamatan
merujuk kepada sebuah sistem untuk di SD No. 2 Mendoyo Dangin Tukad pada
mendapatkan pengetahuan dengan tanggal 17 Juli 2012, pembelajaran IPA
menggunakan pengamatan dan yang dikelola guru masih berlangsung
eksperimen, sehingga dapat menjelaskan monoton. Pola yang selalu diterapkan
oleh guru adalah selalu atau cenderung siswa yang aktif bertanya ataupun
memberikan materi yang ada pada buku menanggapi. (4) siswa banyak menghafal,
pedoman, menyampaikan lembar demi pembelajaran di kelas saja, dan kurang
lembar kepada siswa. Disamping itu, memanfaatkan lingkungan sebagai media
pengelolaan pembelajaran oleh guru atau sumber belajar. Penyebab
hanya terpaku dalam kurikulum dengan permasalahan tersebut berdasarkan hasil
penyesuaian kondisi sesuai situasi kelas refleksi guru, diantaranya adalah sebagai
yang dihadapi saat pembelajaran berikut. (a) Guru belum menggunakan
berlangsung. Hal ini terjadi karena guru metode pembelajaran yang bervariasi
enggan dan tidak tahu cara menyiapkan sehingga membosankan bagi siswa. Guru
masalah atau isu-isu hangat yang dapat seharusnya memperhatikan karakteristik
dipelajari siswa dengan tingkat setiap siswa. (b) Guru belum memiliki
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. kreativitas mengelola pembelajaran yang
Sehinga siswa menjadi enggan untuk membuat siswa menjadi aktif dan
mengikuti pembelajaran. Proses seperti ini bersemangat dalam mengikuti diskusi
cenderung membosankan bagi siswa. kelompok. (c) guru belum banyak
Siswa tidak dapat mengungkapkan ide-ide menggunakan lingkungan sekitar sebagai
yang dimilikinya karena keterbatasan media atau sumber belajar sehingga
aktivitas siswa dalam kegiatan siswa jenuh belajar di dalam kelas.
pembelajaran. Siswa hanya menerima Permasalahan-permasalahan tersebut
berdasarkan halaman buku yang sudah mengakibatkan hasil belajar IPA 16 orang
mereka baca. Pola demikian siswa di kelas V masih kurang
menyebabkan mereka cenderung enggan memuaskan. Berdasarkan data hasil
untuk tahu lebih banyak karena siswa latihan soal yang telah didapat pada
hanya menunggu yang akan ditulis guru tanggal 26 Juli 2012,hanya 50% siswa
didepan kelas dan siswa akan menyalin yang memperoleh nilai dalam memahami
kedalam catatannya. Dan guru pada saat materi yang diajarkan, 62,5% yang
pembelajaran hanya terpaku pada buku memperhatikan kegiatan pembelajaran,
bahan pembelajaran dan cara dan 56,25% yang mampu bekerja sama
menyampaikannya lembar demi lembar dengan anggota kelompoknya. Solusi
informasi materi kepada siswanya. yang pernah dilakukan guru dalam proses
Dengan kata lain, siswa kurang tertarik pembelajaran untuk meningkatkan hasil
terhadap pelajaran sehingga materi yang belajar siswa adalah dengan menerapkan
disampaikan oleh guru pada saat berbagai macam metode dalam
pembelajaran akan cepat dilupakan. pembelajaran.
Pendalaman konsep pun kurang, dan Metode-metode yang digunakan,
siswa tidak mendapatkan kesempatan antara lain metode ceramah, tanya jawab,
menggali sendiri yang ingin atau harus penugasan, dan diskusi. Akan tetapi,
mereka ketahui. Tidak hanya itu, siswa usaha tersebut belum mendapatkan hasil
juga tidak memiliki kesempatan untuk yang maksimal dan kurang memuaskan.
melatih keterampilan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode-metode
Berdasarkan hasil wawancara tersebut sudah biasa digunakan sehingga
dengan guru bidang studi IPA kelas V, terkesan membosankan. Disamping itu,
pada tanggal 17 Juli 2012 di SDNo.2 kurangnya kesadaran guru mengenai
Mendoyo Dangin Tukad, guru mengakui karakteristik anak SD yang masih dalam
terjadi permasalahan yang sama fase senang bermain. Sehingga pada saat
dikelasnya. Hasil refleksi guru yang proses pembelajaran berlangsung siswa
diungkapkan dalam wawancara adalah menjadi kurang termotivasi, merasa jenuh
sebagai berikut (1) siswa masih kurang dan tidak bersemangat dalam mengikuti
memahami konsep-konsep yang diberikan proses pembelajaran. Jika dihadapkan
oleh guru saat menjelaskan materi. (2) pada situasi pembelajaran yang
Kurangnya perhatian siswa dalam menegangkan dengan penggunaan
mengikuti proses pembelajaran. (3) dalam metode-metode di atas, maka mereka
diskusi kelompok, hanya sebagian orang
akan menjadi jenuh dan tidak peningkatan kualitas pembelajaran,
bersemangat. khususnya dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan kelemahan solusi Secara praktis, penelitian ini bermanfaat
sebelumnya, maka perlu diterapkan solusi bagi siswa untuk meningkatkan
baru dalam pembelajaran yang mampu kemampuannya dalam memenuhi KKM
membuat siswa beraktivitas dengan dengan proses yang menyenangkan dan
maksimal dan sesuai dengan fase lebih menarik dari pembelajaran
perkembangannya. Solusi baru yang sebelumnya. Bagi guru, hasil penelitian ini
ditawarkan adalah penerapan model dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
pembelajaran dengan permainan kartu guru dalam merancang dan
arisan di kelas V di SD No.2 Mendoyo melaksanakan model pembelajaran IPA di
Dangin Tukad. Menurut Nurhayani (2011), kelas V. Agar tidak membosankan bagi
model pembelajaran kartu arisan ini siswa pada saat proses pembelajaran
merupakan salah satu pembelajaran berlangsung.
kooperatif atau berkelompok, dimana Bagi sekolah, penelitian ini dapat
siswa bekerjasama dalam kelompok untuk menjadi informasi berharga dalam usaha
mendiskusikan kesesuaian jawaban dari memotivasi guru-guru untuk selalu
setiap pertanyaan yang keluar dari dalam mengupayakan pembaharuan dan
gelas yang telah dikocok oleh guru. Setiap pengembangan pembelajaran di kelas.
kelompok mendapatkan kartu jawaban Supaya tidak membosankan bagi siswa.
yang sama, begitu juga dengan jumlahnya Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini
dengan kelompok lain. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk
membuat setiap siswa dalam kelompok melanjutkan atau bahkan menemukan
ikut berperan aktif dalam mengerjakan temuan baru yang berkaitan dengan
tugas dan kegiatan diskusi. Mereka juga model pembelajaran IPA yang mampu
tidak menjadi jenuh dan mau meningkatkan hasil belajar siswa.
bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran karena mereka bermain METODE
sambil belajar. Jika pembelajaran ini Penelitian ini merupakan penelitian
diterapkan, maka dapat memotivasi siswa tindakan kelas, dengan subjek penelitian
dalam belajar karena menarik dan adalah siswa kelas V SD No 2 Mendoyo
menyenangkan bagi siswa. Selain itu, Dangin Tukad tahun ajaran 2012/2013
melalui kegiatan bermain tersebut mereka dengan jumlah siswa 16 orang yang terdiri
juga akan mudah memahami konsep yang atas 8 orang siswa perempuan dan orang
dipelajari. Dengan demikian, hasil belajar siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah
pun akan meningkat. hasil belajar IPA siswa dan penerapan
Berdasarkan pemaparan di atas, model pembelajaran kartu arisan, yang
maka dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara berulang dalam bentuk
diteliti mengenai penerapan model siklus. Satu siklus terdiri dari empat
pembelajaran kartu arisan untuk tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan
meningkatkan hasil belajar IPA siswa tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap
kelas V semester ganjil SD No 2 Mendoyo siklus dilaksanakan dalam 3 kali
Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, pertemuan dengan rincian 2 kali
Kabupaten Jembrana Tahun Ajaran pertemuan pembelajaran dan 1 kali
2012/2013. pertemuan tes. Adapun desain penelitian
Secara teoretis, hasil penelitian ini tindakan kelas ini dapat diformulasikan
diharapkan dapat memberikan seperti Gambar 1.
sumbangan pemikiran dalam upaya untuk
1.Perencanaan

4. Refleksi SIKLUS I 2. Pelaksanaan

3. Observasi

1. Rencana

4.Refleksi SIKLUS 2 2. Pelaksanaan

3. Observasi

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (dimodifikasi dari Arikunto, 2006:16)

Penelitian tindakan kelas ini pertanyaan angkat tangan. Jika


dilakukan berdasarkan prosedur sebagai jawabannya benar diberi poin 1 dan jika
berikut. (a) Perencanaan. Kegiatan yang jawabannya salah atau tidak mejawab
dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu diberi poin 0. Pada akhir siklus, siswa
sebagai berikut. (1) Merancang RPP IPA diberikan tes ranah kognitif. (c) Observasi,
dengan penerapan model pembelajaran observasi dilaksanakan bersamaan
kartu arisan. (2) Menyusun instrumen dengan pelaksanaan tindakan. Observasi
hasil belajar siswa. (3) Menyiapkan media menggunakan lembar observasi afektif
pembelajaran, yang terdiri atas lembar dan psikomotor yang telah disiapkan serta
pertanyaan yang sesuai dengan materi dokumen observasi kegiatan
pembelajaran, gelas untuk mengocok, pembelajaran. Segala kejadian dalam
kartu jawaban dan pertanyaan. (b) pembelajaran dicatat dalam dokumen
Pelaksanaan Tindakan. Dalam kegiatan observasi. Sedangkan lembar observasi
ini, dilaksanakan implementasi RPP yang digunakan untuk penilaian pada ranah
telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan afektif dan psikomotor. Kemudian, data
dilakukan sesuai jadwal pelajaran tatap hasil observasi, evaluasi akhir
muka, yaitu satu kali tatap muka selama 2 pembelajaran, dan evaluasi akhir siklus
x 35 menit (70 menit) tiap minggu. Adapun digunakan sebagai dasar untuk kegiatan
pelaksanaan tindakan yang dilakukan refleksi. (d) Refleksi, pada tahap ini dikaji
secara umum di uraikan sebagai berikut. dan dianalisis kendala yang dihadapi dan
(1) Guru memberikan penjelasan singkat penyebabnya dari tindakan yang telah
tentang materi yang akan dibahas dan diberikan kepada peserta didik. Hasil dari
siswa mendengarkan penjelasan guru. (2) refleksi digunakan sebagai dasar untuk
Siswa membentuk kelompok secara memperbaiki serta menyempurnakan
heterogen. (3) Guru membagikan kartu pelaksanaan tindakan pada siklus
jawaban kepada siswa. (4) Guru berikutnya. Siklus dihentikan jika target
membacakan pertanyaan yang keluar telah tercapai dan hasil yang diperoleh
sesudah dikocok. (5) Siswa yang memiliki juga tercapai.
kartu jawaban yang sesuai dengan
Data hasil belajar siswa yang Hasil analisis yang berupa rata-rata
dikumpulkan meliputi 3 ranah, yaitu persentase hasil belajar secara klasikal
kognitf, afektif, dan psikomotor.Untuk data dikonversikan terhadap PAP skala lima
kognitif, pengumpulan data dilakukan
untuk mengetahui tingkat hasil belajar
dengan metode tes. Menurut Sukardi
(2009:20), metode tes merupakan siswa secara klasikal. Dapat dilihat pada
prosedur sistematis yang direncanakan Tabel 1.
oleh evaluator guna membandingkan atau
mengukur keterampilan, pengetahuan, Rentangan nilai Kategori
intelegensi, kemampuan atau bakat, dan 90%100% Baik sekali
perilaku yang dimiliki oleh dua orang
70%89% Baik
siswa atau lebih. Tes yang digunakan
adalah tes tertulis dalam bentuk objektif 60%69% Cukup
atau pilihan ganda. Tes objektif terdiri dari 40%59% Kurang
item-item yang dapat dijawab dengan 0%39% Sangat kurang
jalan memilih salah satu alternatif yang
benar dari sejumlah alternatif yang Keberhasilan tindakan disesuaikan
tersedia. Sedangkan untuk data afektif dengan kriteria keberhasilan, yaitu
dan psikomotor, pengumpulan data
sebagai berikut: (a) Rata-rata hasil belajar
menggunakan metode observasi. Menurut
Arikunto (2009:49) observasi adalah suatu siswa pada aspek kognitif mengalami
cara untuk mengadakan penilaian dengan peningkatan dan mencapai kategori
jalan mengadakan pengamatan secara minimal 70% (baik). (b) Rata-rata hasil
langsung dan sistematis. Dan untuk belajar siswa pada aspek afektif
kegiatan observasi menggunakan mengalami peningkatan dan mencapai
instrumen lembar observasi. kategori minimal 75% (baik). (c) Rata-rata
Untuk analisis data hasil belajar
hasil belajar siswa pada aspek psikomotor
dilakukan dengan langkah-langkah
berikut. siswa mengalami peningkatan dan
(1) Rata-rata skor hasil belajar siswa mencapai kategori minimal 70% (aktif).
secara klasikal dapat ditentukan dengan
rumus berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN
X HASIL
M
N Hasil penelitian pada siswa kelas V
(Agung, 2005: 95) di SD No. 2 Mendoyo Dangin Tukad pada
Keterangan : mata pelajaran IPA dengan menggunakan
model pembelajaran Kartu Arisan
M : Skor rata-rata
diperoleh data yang tersaji pada Tabel 2.
X : Jumlah skor
N : Jumlah siswa

(2) Rata-rata persentase hasil belajar


siswa secara keseluruhan (klasikal) dicari
menggunakan rumus sebagai berikut.
M
M% = x100 %
SMI
(Agung, 2005: 96)
Keterangan:
M% : Rata-rata persentase skor hasil
belajar siswa pada tiap siklus.
M : Rata-rata skor hasil belajar siswa.
SMI :Skor Maksimal Ideal.
Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Ranah Kognitif, Afektif dan
Psikomotor pada Siswa Kelas V SD No.2 Mendoyo Dangin Tukad

VARI- TINDA-
PERSENTASE RATA-RATA KATEGORI
ABEL KAN
Rata-rata
Afektif Afektif
pertemuan I pertemuan II 62,5%
59,6% 65,4%
Kognitif
Siklus I Cukup
67,5% Rata-rata
Psikomotor Psikomotor
pertemuan I pertemuan I I 61,2%
59,3% 63,1%
Hasil
Belajar Rata-rata
Afektif Afektif
pertemuan I pertemuan II 77,15%
75% 79,3%
Kognitif
Siklus II Baik
81,2% Rata-rata
Psikomotor Psikomotor
pertemuan I pertemuan I I 76,5%
74,3% 78,8%

Berdasarkan Tabel 2, terlihat Operasional-Konkret (7-11 tahun). Pada


adanya peningkatan dari siklus I sampai tahap ini, anak masih berpikir secara
siklus II. Peningkatan terjadi pada ranah konkret. Ciri lain adalah anak berpikir
kognitif sebesar 13,7% dari 67,5% pada logis, memperoleh pengetahuan melalui
siklus I menjadi 81,2% pada siklus II. peristiwa nyata yang dialami, dan anak
Peningkatan terjadi pula pada ranah sudah mampu menyusun atau membuat
afektif sebesar 5,8% dari 59,6% pada suatu karya. Disamping itu, anak pada
siklus I pertemuan I menjadi 65,4% pada tahap ini masih senang bermain. Dengan
pertemuan II. Peningkatan juga terjadi penerapan model pembelajaran kartu
sebesar 4,3% pada siklus II pertemuan I arisan, anak terfasilitasi untuk belajar
dari 75% menjadi 79,3% pada pertemuan sambil bermain. Kegiatan tersebut sangat
II. Pada ranah psikomotor,peningkatan sesuai dengan karakteristik anak
terjadi sebesar 3,8% pada siklus I sehingga membuat mereka senang
pertemuan I dari 59,3% menjadi 63,1`% belajar. Adanya permainan dalam
pada pertemuan II. Begitu pula pembelajaran membuat anak lebih tertarik
peningkatan terjadi sebesar 4,5%pada untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini
siklus II pertemuan I dari 74,3% menjadi berdampak positif pada hasil belajar.
78,8% pada pertemuan II. Kesenangan tersebut sangat berkontribusi
terhadap peningkatan hasil belajar. Hal ini
PEMBAHASAN sesuai dengan pendapat Rifai (1984:98).
Setelah proses pembelajaran Pada umumnya, pada tahap ini
berlangsung sampai siklus II, hasil belajar anak-anak sudah memilik kemampuan
IPA siswa kelas V mengalami peningkatan memahami konsep. Anak juga sudah
dan mencapai indikator keberhasilan yang mampu melakukan observasi, menilai,
ditetapkan. Peningkatan tersebut dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir
disebabkan oleh beberapa faktor berikut. anak pada tahap ini masih dalam bentuk
Pertama, anak SD berada pada tahap concrete. Anak belum mampu berpikir
abstrak, sehingga mereka juga hanya
mampu menyelesaikan soal-soal Tujuannya adalah agar semua siswa tidak
pembelajaran yang bersifat nyata. Dalam ragu-ragu dalam mengeluarkan
pembelajaran ini melibatkan siswa dalam pendapatnya. Selain itu, pemerataan
pembelajaran langsung sangat efektif tersebut berfungsi juga untuk
dibandingkan dengan penjelasan guru memunculkan motivasi dari dalam diri
dalam bentuk verbal (kata-kata). Melalui agar lebih beranidan aktif dalam
permainan, peserta didik mencoba memecahkan masalah serta ikut
mengeksplorasi hubungan-hubungan berpartisifasi dalam pembelajaran. Hal ini
dengan cara memperagakan dan sesuai dengan pendapat Sujanto
mendiskusikannya, sehingga secara (1984:32) yang mengemukakan bahwa,
bersama-sama para peserta didik dapat motivasi dipandang sebagai dorongan
mengeksplorasi parasaan-perasaan, mental yang menggerakkan dan
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai mengarahkan perilaku manusia, termasuk
strategi pemecahan masalah. Yang perilaku belajar. Dalam motivasi
mengakibatkan peningkatan pada hasil terkandung adanya keinginan, dorongan,
belajar.Hasil belajar adalah kemampuan harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan
keterampilan, sikap dan keterampilan insentif. Menginformasikan tentang
yang diperoleh siswa setelah ia menerima kekuatan usaha belajar, mengarahkan
perlakuan yang diberikan oleh guru kegiatan belajar, membesarkan semangat
sehingga dapat mengkonstruksikan belajar. Yang ditunjang dengan aktivitas
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari- belajar yang berhubungan dengan
hari. kegiatan-kegiatan seperti masalah belajar
Kedua, pada saat kegiatan menulis, mencatat, memandang,
pembelajaran guru selalu memberikan membaca, mengingat, berpikir, latihan
reward dalam bentuk penguatan, atau praktek dan sebagainya yang
pemberian hadiah, ataupun pujian kepada berdampak pada keberhasilan belajar.
siswa. Kegiatan tersebut bertujuan untuk Hasil belajar yang baik merupakan balikan
memotivasi siswa dan menambah yang menyenangkan dan berpengaruh
semangat siswa untuk belajar.Adanya bagi usaha belajar selanjutnya. Namun
motivasi berkontribusi positif terhadap dorongan belajar itu tidak saja penguatan
belajar siswa. Pernyataan ini sesuai yang menyenangkan tetapi juga yang
dengan teori B.F. Skinner (dalam Lapono, tidak menyenangkan, atau dengan kata
2008:6),yang berpendapat bahwa, belajar lain penguatan positif maupun negatif
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat memperkuat hasil belajar.
dapat diamati, sedang perilaku dan belajar Keberhasilan penelitian ini sesuai
diubah oleh kondisi lingkungan yang dengan keberhasilan penelitian Luthfia
berunsur rangsangan atau stimuli, respon, Komariyah (2009/2010). Hasil penelitian
dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) tersebut menunjukkan bahwa penerapan
bertindak sebagai pemancing respon, model pembelajaran Kartu Arisan dapat
sedangkan konsekuensi tanggapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
bersifat positif atau negatif, namun Persentase pencapaian hasil belajar pada
keduanya memperkukuh atau siklus I adalah 77,5% dan pada siklus II
memperkuat (reinforcement). Model 95%dengan kategori sangat baik.
perilaku belajar yang digambarkan di atas Begitu pula hasil penelitian
menunjukkan bahwa hadiah (reward) Nurhayati Ita Sanjani (2011) juga
hadir beriringan dengan situasi atau menunjukkan hasil yang relevan dengan
stimuli yang membedakannya dari situasi penelitian ini. Penerapan model
lainnya, pada saat diberi penguatan. pembelajaran Kartu Arisan dapat
Penguatan ini berfungsi sebagai stimuli meningkatkan hasil belajar siswa dengan
yang memunculkan perilaku operant persentase pencapaian hasil belajar siswa
(seusai belajar berlangsung). pada kriteria kurang, dan nilai rata-rata
Ketiga, dalam kegiatan pos test dengan kriteria sangat baik.
pembelajaran guru memberikan semua
siswa kesempatan untuk berbicara
Hasil penelitian Pralingga terkait dengan sistem pembelajaran. (3)
(2009/2010) juga menunjukkan penerapan Bagi peneliti lain yang berminat untuk
model pembelajaran Kartu Arisan dapat mengadakan penelitian sejenis, hasil
meningkatkan hasil belajar siswa. penelitian ini dapat digunakan sebagai
Persentase pencapaian hasil belajarpada acuan untuk melakukan penelitian
siklus I adalah 74,61, hasil belajar pada lanjutan dengan tetap memperhatikan
siklus II 89%, dan pada siklus III adalah kendala-kendala, kelebihan dan
94,45% dengan kategori sangat baik. kekurangan yang dialami sebagai bahan
Berdasarkan penelitian yang telah pertimbangan untuk penyempurnaan
dilakukan, teori-teori pendukung, dan hasil pelaksanaan penelitian.
penelitian yang relevan yang telah
dijelaskan di atas, dapat disimpulkan DAFTAR RUJUKAN
bahwa penerapan model pembelajaran Agung, Gede Agung. 2005. Metodelogi
Kartu Arisan dapat meningkatkan hasil Penelitian Pendidikan. Institut
belajar IPA siswa kelas V semester ganjil Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SD No.2 Mendoyo Dangin Tukad tahun Negeri Singaraja
ajaran 2012/2013.
Ardana, I Ketut & Semara Putra. 2009.
Pendidikan IPA di Sekolah Dasar.
PENUTUP
Singaraja: Fakultas Ilmu
Berdasarkan hasil penelitian dan
Pendidikan, Universitas
pembahasan yang telah diuraikan pada
Pendidikan Ganesha
bab sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut. Penerapan Arikunto, Suharsini. 2009. Dasar-Dasar
model pembelajaran Kartu Arisan dapat Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
meningkatkan hasil belajar IPA siswa Bumi Aksara
kelas V SD No 2 Mendoyo Dangin Tukad. Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan
Hal ini terlihat dari hasil belajar IPA siswa Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
untuk setiap siklus yakni pada siklus I,
rata-rata skor hasil belajar adalah 67,50 Febrianti, Irna. 2008. Pengaruh
dengan rata-rata persen 67,50% berada Penerapan Model Pembelajaran
pada kategori cukup. Setelah Kartu Arisan Terhadap Hasil
dilaksanakan siklus II, rata-rata skor hasil Belajar Kimia Kelas X Semester
belajar IPA siswa meningkat menjadi 2. Tersedia pada
81,20 dengan rata-rata persen 81,20% http://www.unnes.ac.id (diakses
berada pada kategori baik. Hasil belajar pada tanggal 8 April 2012)
siswa diperoleh persentase pada siklus I Kiranawati. 2007. Kartu Arisan tersedia
sebesar 67,50% dan siklus II sebesar pada
81,20%. Jadi mengalami peningkatan dari http://gurupkn.wordpress.com/200
siklus I ke siklus II sebesar 13,7%. 7/12/03/kartu-arisan/(diakses pada
Sehubungan dengan hasil yang 5 Mei 2012)
telah dicapai dalam penelitian ini, ada
beberapa saran yang dapat diajukan. Komariyah Luthfia. 2009/2010.
Saran yang diajukan dipaparkan sebagai Perpustakaan Digital Universitas
berikut. (1) Kepada guru pengajar, Muhammadiyah Jember. Tersedia
khususnya di SD No 2 Mendoyo Dangin pada digilib.unmuhjember.ac.id
Tukad, agar mempertimbangkan /gdl.php?mod=browse&op=read&i
penggunaan model pembelajaran kartu d+umj-ix-luthfiakom-344 (diakses
arisan pada seluruh mata pelajaran. pada tanggal 28 Maret 2012)
Penerapan model ini sangat efektif, Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan
menyenangkan, dan berdampak positif Pembelajaran SD. Departemen
bagi siswa dalam meningkatkan hasil Pendidikan Nasional
belajar. (2) Kepada kepala sekolah, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai Nurhayani. 2011. MetodeKartuArisan.
referensi untuk menentukan kebijakan Tersedia pada
http://nurhay13.blogspot.co/2011/
metode kartu arisan.html (diakses
pada tanggal 19 Maret 2012)
Nurkancana, Wayan dan Sunarta.
1990.Evaluasi Hasil Belajar.
Surabaya: Usaha Nasioanal
Pralingga. Pembelajaran Model Kartu
Arisan Umtuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pkn Siswa Kelas XII
Bahasa SMA Negeri 1 Unggaran
tahun 2009-2010. Jurnal
DIDAKTIKA, Tahun 1 Nomor 2,
Juni 2009, hlm 278-291
Rifai, M.S.S. 1984. Tugas-tugas
Perkembangan dalam rangka
Bimbingan Perawatan Anak.
Jakarta: Bina Aksara
Rusyan, Tabrani. 1993. Pendidikan Dalam
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Inar Baru
Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Sujanto, A. 1984. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Aksara
Baru
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan.
Rawamangun: Bumi Aksara
Tienka. 2010. Model Pembelajaran
Fisika. Tersedia pada
http://tienkartina.wordpress.com/ca
tegory/135-model-
pembelajaran/(diakses pada 8 april
2012)

Trianto. 2007. Model Pembelajaran


Terpadu. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher

Anda mungkin juga menyukai