Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI NATURE OF

SCIENCE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV DI SD


GUGUS V KABUPATEN BULELENG
Ni Pt. Kusuma Dewi1, Md. Sumantri2, I G.A. Tri Agustiana3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: putu_kusumadewi@yahoo.co.id1,madesumantripgsd@yahoo.co.id2,
igustiayutriagustiana@yahoo.com3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berorientasi Nature of Science
(NOS) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
Rancangan penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan Non Equivalent Post Test
Only Control Group Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV di SD
Gugus V Kabupaten Buleleng 2012/2013 yang berjumlah 145 siswa. Sampel penelitian
ditentukan dengan teknik random sampling. Sampel yang terpilih, yaitu SD No. 1 Sari
Mekar yang berjumlah 31 orang sebagai kelompok eksperimen dan SD No. 2 Sari
Mekar yang berjumlah 27 orang sebagai kelompok kontrol. Data hasil belajar IPA siswa
dikumpulkan dengan metode tes berbentuk tes pilihan ganda. Data yang dikumpulkan
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik
inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh: hasil belajar IPA siswa
kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi (rata-rata = 22,87), hasil belajar IPA
siswa kelompok kontrol tergolong tinggi (rata-rata = 19,00), terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran berorientasi NOS dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung (thitung = 3,455 > ttabel = 2,000). Dengan demikian, kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berorientasi NOS menunjukkan
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran langsung.

Kata kunci: model pembelajaran berorientasi Nature of Science, hasil belajar IPA

Abstract
This research aimed to know the difference of the result of study of IPA students
between students group who were taught by teaching model oriented Nature of Science
(NOS) and students group who were taught by teaching model direct intruction. This
planned of quasi experiment research used non equivalent post test only control group
design. The research population was all of students grade four Gugus V Buleleng
Regency 2012/2013 that consists of 145 students. The sample of the research was
taken by sampling random technique. The sample that was chosen was SD No. 1 Sari
Mekar that consists of 31 person as experiment group and SD No.2 Sari Mekar that
consists of 27 person as control group. The data of the result of study IPA students are
collected by test method in form of objective test. Data that is collected is analyzed by
using analysis technique of descriptive statistic and inferential statistic (uji t) based on
the result of data analysis, achieved: the result of study IPA students experiments group
it is belong to very high (Averages = 22,87), the result of study IPA students control
group belong to high (averages = 19,00), it found the significance difference of the
result of study IPA between students group who are taught by teaching model oriented
NOS and students group who are taught by teaching model direct intruction (T
arithmetic = 3,455 > T table = 2,000). Because of that students group who are taught by
teaching model oriented NOS shows the result is better than students group who are
taught by teaching model direct intruction.

Keywords: Teaching model oriented Nature of Science, the result of study IPA

PENDAHULUAN tahu anak didik secara alamiah. Hal ini


Pendidikan sangat penting dalam akan membantu siswa mengembangkan
mempersiapkan masa depan yang lebih kemampuan bertanya dan mencari jawaban
baik. Perubahan zaman yang dilalui dengan berdasarkan bukti serta mengembangkan
persaingan yang ketat menuntut manusia cara berpikir ilmiah. Pembelajaran IPA di
untuk mempunyai kesiapan yang tinggi, SD ditujukkan untuk memupuk minat dan
sehingga apapun yang dihadapi dapat pengembangan anak didik terhadap
dilaksanakan tanpa adanya keragu-raguan. lingkungan di sekitar (Samatowa, 2010).
Selain itu, pendidikan akan menyebabkan Mengingat mata pelajaran IPA sangat
peserta didik secara aktif dapat penting di sekolah dasar, pemerintah dalam
mengembangkan potensi dirinya, memiliki hal ini Departemen Pendidikan Nasional
kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki (Depdiknas) berupaya untuk melakukan
keterampilan yang berguna bagi dirinya penyempurnaan kurikulum. Kurikulum
sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan
negaranya (Permendiknas No. 41 Tahun Pendidikan (KTSP).
2007). Kualitas pendidikan suatu bangsa KTSP memberikan kebebasan yang
sangat ditentukan oleh penguasaan besar kepada sekolah untuk
terhadap ilmu pengetahuan. Salah satu menyelenggarakan program pendidikan
ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah yang sesuai dengan: 1) kondisi lingkungan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). sekolah, 2) kemampuan peserta didik, 3)
IPA memiliki peran yang penting sumber belajar yang tersedia, dan 4)
dalam meningkatkan mutu pendidikan kekhasan daerah (Muslim, 2007). Guru
khususnya dalam menciptakan peserta dalam KTSP diberikan kebebasan untuk
didik yang mampu berpikir kreatif, kritis, memanfaatkan berbagai metode,
logis, dan berinisiatif dalam menghadapi pendekatan, media, dan model
tantangan IPTEK (Samatowa, 2010). IPA pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan berbagai model dan metode pembelajaran
yang terdiri dari fakta-fakta, konsep, prinsip, yang membangkitkan minat, perhatian, dan
maupun teori-teori yang merupakan produk kreativitas siswa, sehingga dapat membuat
dari proses ilmiah. Namun demikian IPA perubahan paradigma. Proses
sebenarnya bukan hanya sebuah produk, pembelajaran yang cenderung pasif,
melainkan juga sebagai proses yang teoritis, dan berpusat pada guru mengalami
menghubungkan sistem, metode, atau perubahan menuju proses pembelajaran
proses pengamatan, pemahaman, dan yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif
penjelasan tentang alam. Hal tersebut yang mengacu pada permasalahan
menjelaskan bahwa, pembelajaran IPA kontekstual dan berpusat pada siswa
lebih menekankan pada bagaimana siswa (Sanjaya, 2006).
belajar. Pembelajaran IPA sebagai proses Pada kenyataannya pembelajaran
aktif sangat dipengaruhi oleh apa yang yang berpusat pada siswa belum bisa
ingin dipelajari anak. Dalam hal ini, belajar dilaksanakan oleh guru, khususnya pada
bukan semata-mata pada apa yang mata pelajaran IPA. Pembelajaran yang
disajikan oleh guru, tetapi dipengaruhi oleh dilaksanakan masih berpusat pada guru
interaksi antara berbagai informasi yang (teacher centered), sehingga interaksi yang
seharusnya diperoleh siswa dan bagaimana terjadi hanya satu arah yaitu guru ke siswa.
siswa mengolah informasi berdasarkan Pembelajaran yang berpusat pada guru
pemahaman sebelumnya (Samatowa, mengakibatkan aktivitas belajar siswa
2010). menjadi rendah. Rendahnya aktivitas
IPA di SD hendaknya membuka belajar menyebabkan hasil belajar yang
kesempatan untuk memupuk rasa ingin diperoleh siswa menjadi rendah.
Berdasarkan pencatatan dokumen bercanda atau bermain-main ketika guru
yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 menyampaikan materi di depan kelas.
dan 19 Januari 2013 di SD Gugus V Siswa beranggapan bahwa mata pelajaran
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, IPA hanya bersifat hafalan dan mudah
diperoleh data hasil ulangan akhir semester untuk dimengerti.
I siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA Berdasarkan keempat permasalahan
tahun pelajaran 2012/2013 sebagai berikut. yang ditemukan pada proses pembelajaran
Hasil belajar IPA siswa kelas IV semester I IPA, untuk itu perlu adanya suatu perbaikan
belum mencapai Kriteria Ketuntasan dalam proses pembelajaran agar hasil
Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD belajar siswa pada mata pelajaran IPA
Gugus V. Hasil belajar dikatakan tuntas, menjadi lebih baik. Upaya perbaikan yang
apabila telah mencapai nilai KKM yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan
ditentukan di sekolah tersebut. Empat faktor menggunakan model pembelajaran
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar berorientasi Nature of Science (NOS).
siswa berdasarkan observasi awal adalah Model pembelajaran berorientasi
sebagai berikut. NOS pada prinsipnya sebagai hakikat
Pertama, metode yang digunakan pengetahuan yang merupakan konsep yang
oleh guru masih bersifat konvensional. kompleks melibatkan filosofi, sosiologi, dan
Guru masih banyak menceramahkan historis suatu pengetahuan, yaitu
konsep atau teori yang sedang diajarkan, pengetahuan sebagai cara untuk
sehingga rutinitas kegiatan belajar IPA di mengetahui, atau menilai dan keyakinan
kelas terdiri dari aktivitas-aktivitas seperti: yang menjadi sifat pengetahuan ilmiah.
guru menerangkan, siswa mencatat atau Pembelajaran berorientasi NOS
meringkas materi pelajaran, menjawab mengakibatkan siswa akan memahami
soal-soal latihan yang ada di buku atau proses dari inquiri dan mengetahui bahwa
membahas PR. Hal tersebut IPA adalah paduan dari logika dan
mengakibatkan siswa merasa bosan untuk imajinasi, serta menerangkan dan
mengikuti pembelajaran, siswa menjadi memprediksi fakta-fakta, tetapi tidak
pasif, pelajaran IPA dianggap sebagai otoriter. Penerapan model pembelajaran
hafalan saja dan tidak ada manfaatnya berorientasi NOS dapat mengakomodasi
dalam kehidupan sehari-hari. siswa untuk meraih pemahaman
Kedua, guru kurang memanfaatkan (understanding), wawasan (insight), dan
media (alat peraga) yang mendukung kearifan (wisdom) dalam rangka
materi pembelajaran. Hal tersebut mengungkap dan memahami realitas alam
mengakibatkan siswa menjadi tidak tertarik serta menitik beratkan pada manfaat
untuk mengikuti pembelajaran, sehingga pengetahuan yang mereka pelajari bagi
hasil belajar IPA yang diperoleh siswa masyarakat dan lingkungannya. Oleh
kurang dari KKM. karena itu, pembelajaran IPA menjadi lebih
Ketiga, pembelajaran belum kontekstual, bermakna bagi siswa, dan
diorientasikan pada masalah-masalah hasil belajar siswa menjadi lebih baik
nyata (real). Selain itu, aktivitas belajar (Saputra, 2009).
berupa pengamatan (observasi) di Pembelajaran berorientasi NOS
lingkungan sekitar siswa jarang dilakukan. mencakup tiga hal yakni: (1) ontologi, yaitu
Lingkungan di luar kelas atau sekolah pengetahuan sebagai bidang ilmu yang
(misalnya sawah, kebun, hutan) merupakan mengkaji artikulasi, sosiologi, dan historis,
sumber belajar yang potensial untuk (2) epistemologi, yaitu pengetahuan
pengembangan pengetahuan dan sebagai cara untuk meraih pemahaman
pemahaman siswa dalam pembelajaran (understanding), wawasan (insight), dan
IPA. kearifan (wisdom), (3) aksiologi, yaitu
Keempat, tidak adanya kesiapan pengetahuan yang lebih menitik beratkan
dalam diri siswa untuk menerima pelajaran. pada manfaat pengetahuan tersebut bagi
Hal tersebut disebabkan oleh pengelolaan masyarakat dan lingkungannya. Jadi, NOS
kelas yang dilakukan oleh guru kurang, merupakan perantara bagi para siswa untuk
sehingga sebagian besar siswa masih mengungkap dan memahami realitas alam.
Pemahaman terhadap realitas alam sangat siswa adalah metode tes. Tes yang
dibutuhkan oleh siswa dalam upaya digunakan adalah tes pilihan ganda
memahami jati diri dan lingkungannya serta (objektif) yang terdiri dari 30 soal. Tes ini
membangkitkan kesadaran untuk mencintai mengungkapkan tentang penguasaan
alam dengan segenap isinya (Santyasa, siswa terhadap pelajaran IPA yang telah
2011). mereka peroleh. Setiap item diberi skor 1
Tujuan yang ingin dicapai dalam apabila siswa menjawab dengan benar dan
penelitian ini adalah untuk mengetahui siswa yang menjawab salah diberi skor 0.
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA Kemudian skor setiap item dijumlahkan dan
antara kelompok siswa yang dibelajarkan jumlah tersebut merupakan skor variabel
dengan menggunakan model pembelajaran hasil belajar IPA. Skor 0 merupakan skor
berorientasi Nature of Science (NOS) dan minimal ideal, sedangkan skor maksimal
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan ideal adalah 30. Sebelum diuji coba,
menggunakan model pembelajaran dilakukan uji expert judges terhadap
langsung (Direct Intruction) pada siswa instrumen hasil belajar yang dibuat.
kelas IV semester II di SD Gugus V Tahap selanjutnya melaksanakan uji
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng coba instrumen. Data yang diperoleh dari
tahun pelajaran 2012/2013. uji coba instrumen dianalisis dengan
menggunakan uji validitas butir tes,
METODE reliabilitas tes, daya beda tes, dan tingkat
Rancangan penelitian kuasi kesukaran tes. Analisis data pada penelitian
eksperimen ini menggunakan Non ini, dilakukan dengan menggunakan
Equivalent Posttest Only Control Group bantuan program komputer Microsoft Office
Design. Populasi dalam penelitian ini, yaitu Excel 2007 for Windows.
semua siswa kelas IV di SD Gugus V yang Pengujian tes dilakukan kepada 80
berjumlah 5 sekolah dasar. Jumlah seluruh siswa kelas V di SD No. 1 Nagasepaha, SD
populasi adalah 145 siswa. No. 1 Petandakan, dan SD No. 2
Setelah dilakukan uji kesetaraan, Petandakan. Jumlah soal yang diuji coba
ternyata kelima populasi tersebut setara. berjumlah 40 butir tes berbentuk pilihan
Selanjutnya ditentukan sampel penelitian ganda. Tahap analisis pertama dilakukan uji
dengan teknik random sampling (undian). validitas butir dengan menggunakan rumus
Sampel yang terpilih adalah siswa kelas IV korelasi point biserial. Hasil rhitung
di SD No. 1 Sari Mekar sebagai kelompok dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf
eksperimen yang mendapatkan perlakuan signifikansi 5%. Jika nilai rhitung > rtabel, maka
model pembelajaran berorientasi NOS dan instrumen dinyatakan valid. Berdasarkan
siswa di SD No. 2 Sari Mekar sebagai hasil analisis diperoleh hasil dari 40 butir
kelompok kontrol yang mendapatkan soal yang diujicobakan diperoleh 30 butir
perlakuan model pembelajaran langsung. tes yang valid dan 10 butir yang gugur.
Variabel bebas dalam penelitian ini, Instrumen hasil belajar IPA yang digunakan
yaitu model pembelajaran. Variabel model adalah soal dengan status butir valid dan
pembelajaran terdiri dari dua jenis, yaitu: untuk butir dengan status gugur tidak
model pembelajaran berorientasi NOS dan digunakan.
model pembelajaran langsung. Variabel Tahap analisis kedua dilakukan uji
terikatnya, yaitu hasil belajar IPA. reliabilitas tes pada 30 soal yang sudah
Hasil belajar IPA yang dimaksud valid, dengan menggunakan rumus Kuder
adalah hasil yang diperoleh atau dicapai Richadson 20 (KR-20). Dalam penelitian ini,
setelah mengalami proses belajar IPA. tes yang digunakan harus memiliki kriteria
Dalam penelitian ini terbatas pada hasil reliabilitas mulai dari sedang sampai sangat
belajar pada ranah kognitif yang diukur tinggi. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
dengan menggunakan tes hasil belajar. reliabilitas tes hasil belajar IPA sebesar
Hasil pengukuran berupa data interval 0,86. Jadi reliabilitas tes berkualifikasi
(skor). sangat tinggi.
Metode pengumpulan data yang Tahap analisis ketiga adalah mencari
digunakan untuk mengetahui hasil belajar tingkat kesukaran tes. Taraf kesukaran
perangkat tes yang digunakan harus 15
memiliki kriteria sedang. Berdasarkan
perhitungan diperoleh tingkat kesukaran 10
perangkat tes sebesar 0,63,, sehingga dapat
disimpulkan bahwa butir-butir butir instrumen 5

Frekuensi
hasil belajar IPA memiliki tingkat kesukaran
sedang. 0
Tahap analisis
nalisis terakhir adalah 12-14 15-17 18-20 21-23
23 24-26 27-29
Interval
mencari daya beda tes. Tes yang
digunakan dalam penelitian harus memiliki Gambar 1 Kurva poligon data hasil belajar
kriteria daya beda mulai dari cukup baik kelompok eksperimen
sampai sangat baik. Berdasarkan
Analisis data pada kelompok
perhitungan diperoleh daya beda perangkat
eksperimen menunjukkan bahwa bahwa, Modus =
tes sebesar 0,295,, sehingga dapat
25,21, Median = 24,25, Mean (M) = 22,87.
disimpulkan bahwa butir-butir butir instrumen
Dari grafik tersebut, tampak bahwa kurva
hasil belajar IPA memiliki daya beda yang
sebaran data kelompok siswa yang
cukup baik.
mengikuti model pembelajaran berorientasi
Metode analisis data yang digunakan
NOS merupakan juling negatif karena Mo >
adalah teknik analisis statistik deskriptif dan
Me > M (25,21 > 24,25 > 22,87). Hal ini
inferensial (uji-t). Statistik deskriptif yang
menunjukkan bahwa, sebagian besar skor
dicari adalah Mean (M), median (Md),
siswa kelompok ok eksperimen cenderung
Modus (Mo), standar deviasi,, dan varians.
varians
tinggi. Untuk menentukan tinggi rendahnya
Uji-t digunakan
gunakan untuk menguji hipotesis
hasil belajar IPA,, skor rata rata-rata (mean)
penelitian. Rumus uji-tt yang digunakan
dikonversikan dengan menggunakan
yaitu rumus polled varians dengan
kriteria rata-rata
rata ideal (Mi) dan standar
ketentuan, apabila n1 ≠ n2 dan varians
deviasi ideal (SDi).. Berdasarkan hasil
homogen, dengan db = n1 + n2 – 2.
analisis data, rata-rata hasil belajar IPA
Sebelum melaksanakan pengujian
pada kelompok eksperimen yang
hipotesis, dilakukan uji prasyarat hipotesis
hipotesis.
menggunakan model pembelajaran
Ujiji prasyarat yang dilakukan adalah uji
berorientasi NOS sebesar 22,87. Jika
normalitas sebaran data dengan Chi-
dikonversikan ke dalam PAP skala llima,
Kuadrat, kriteria pengujian
ujian data
maka berada pada kategori sangat tinggi.
berdistribusi normal apabila  hitung <  2 tabel
2
Distribusi
ribusi frekuensi data hasil belajar
dengan taraf signifikansi 5% dan derajat (dk siswa kelompok kontrol,, menunjukkan
= jumlah kelas dikurangi parameter, Modus = 16,76, Median = 18,13, Mean (M)
dikurangi 1). Selanjutnya dilakukan uji = 19,00. Distribusi
istribusi frekuensi data kelompok
homogenitas varians dengan Uji Fisher (F). ( kontrol dapat disajikan pada Gambar 2
Varians dikatakan homogen jika Fhitung <
Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan 10
derajat kebebasan (db) = n1-1 untuk
pembilang, dan (db) = n2-1 1 untuk penyebut. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Frekuensi

0
HASIL 10-12 13-15 16-18 19--21 22-24 25-27
Interval
Distribusi frekuensi data hasil belajar
IPA siswa kelompok eksperimen yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Gambar 2 Kurva poligon data hasil belajar
berorientasi NOS disajikan pada Gambar 1.
kelompok kontrol
Dari grafik tersebut, tampak bahwa
kurva sebaran data kelompok siswa yang
mengikuti model pembelajaran langsung
merupakan juling positif karena Mo < Me < Selanjutnya dilakukan pengujian
M (16,76 < 18,13 < 19,00). Hal ini prasyarat hipotesis penelitian, yakni uji
menunjukkan, bahwa sebagian besar skor normalitas sebaran data dan homogenitas
siswa kelompok kontrol cenderung rendah. varians. Ringkasan hasil pengujian
Berdasarkan hasil analisis data, normalitas sebaran data disajikan pada
diperoleh mean hasil belajar IPA kelompok Tabel 2.
kontrol sebesar 19,00. Jika dikonversikan
ke dalam PAP Skala Lima nilai, maka
berada pada kategori tinggi.
Tabel 2 Ringkasan uji normalitas sebaran data

Kelompok 2tabel  2hitung Keterangan


Eksperimen 7,82 7,689 Normal
Kontrol 7,82 3,982 Normal

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dibelajarkan dengan model pembelajaran


disimpulkan sebagai berikut. langsung menunjukkan nilai  2 hitung
Pengujian normalitas sebaran data 2
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan sebesar 3,982, sedangkan  tabel sebesar
model pembelajaran berorientasi NOS 7,82. Berdasarkan nilai tersebut terbukti
2
menunjukkan nilai  2 hitung sebesar 7,689, bahwa  2 hitung <  tabel. Dengan demikian
2 dapat disimpulkan bahwa, sebaran data
sedangka  tabel sebesar 7,82. Berdasarkan
2
hasil belajar siswa pada kelompok kontrol
nilai tersebut terbukti bahwa  2 hitung <  tabel berdistribusi normal.
Dengan demikian dapat disimpulkan,
Ringkasan hasil uji homogenitas
bahwa sebaran data hasil belajar IPA siswa
varians data hasil belajar IPA siswa
pada kelompok eksperimen berdistribusi
disajikan pada Tabel 3.
normal.
Pengujian normalitas sebaran data
hasil belajar IPA siswa pada kelompok yang
Tabel 3 Hasil uji homogenitas varians

Kelompok Ftabel Fhitung Keterangan


Eksperimen
1,80 1,0234 Homogen
Kontrol
Berdasarkan Tabel 3, diketahui Fhitung hasil belajar IPA siswa kelompok
hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan
eksperimen dan kontrol sebesar 1,0234. homogen, sehingga pengujian hipotesis
Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 30, penelitian dapat dilakukan dengan uji-t.
dbpenyebut = 26, pada taraf signifikansi 5% Pengujian hipotesis penelitian
sebesar 1,80. Berdasarkan nilai tersebut menggunakan bantuan program komputer
terbukti bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti, yakni, Microsoft Office Excel 2007 for
varians data hasil belajar IPA siswa pada Windows. Ringkasan hasil pengujian
kelompok eksperimen dan kontrol adalah hipotesis penelitian disajikan pada Tabel 4
homogen.
Berdasarkan hasil analisis uji
prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data
Tabel 4 Hasil pengujian hipotesis

Kelompok Belajar n db thitung ttabel Kesimpulan


Kelompok Eksperimen 31 thitung > ttabel
56 3,455 2,000
Kelompok Kontrol 27 H1 diterima

Tabel 4 menunjukkan bahwa, hasil langsung. Adanya perbedaan yang


perhitungan dengan uji-t mendapatkan thitung signifikan menunjukkan, bahwa penerapan
sebesar 3,455, pada taraf signifikansi 5% model pembelajaran berorientasi NOS
dan db = 56, ttabel diperoleh sebesar 2,000. berpengaruh positif terhadap hasil belajar
Ini berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak IPA siswa.
dan H1 diterima. Dengan demikian dapat Temuan penelitian yang
disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan menunjukkan, bahwa model pembelajaran
yang signifikan hasil belajar IPA antara berorientasi NOS berpengaruh positif
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan terhadap hasil belajar IPA dengan
model pembelajaran berorientasi NOS dan kecenderungan sebagian besar skor siswa
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan tinggi disebabkan karena adanya
model pembelajaran langsung. perbedaan perlakuan pada langkah-
langkah pembelajaran. Penerapan model
PEMBAHASAN pembelajaran berorientasi NOS dalam
Secara umum, hasil penelitian ini pembelajaran IPA lebih menekankan pada
menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan aktivitas siswa, melalui enam langkah,
yang signifikan hasil belajar IPA antara yaitu: (1) background readings, (2) case
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan study discussions, (3) inquiry labs, (4)
menggunakan model pembelajaran inquiry lessons, (5) historical studys, dan (6)
berorientasi NOS dan kelompok siswa yang Multiple Assesments. Dengan enam
dibelajarkan menggunakan model langkah tersebut, pembelajaran akan
pembelajaran langsung. Hal ini dapat dilihat menjadi lebih bermakna dan lebih melekat
dari hasil belajar IPA yang dicapai oleh dalam pikiran siswa, sehingga hasil belajar
siswa. Secara analisis deskriptif, hasil siswa menjadi lebih baik.
belajar IPA siswa pada kelompok Selain perbedaan pada langkah-
eksperimen lebih tinggi dibandingkan langkah pembelajaran, secara teori model
dengan siswa pada kelompok kontrol. Rata- pembelajaran berorientasi NOS merupakan
rata skor hasil belajar IPA yang diperoleh pembelajaran dengan paradigma
siswa pada kelompok eksperimen sebesar konstruktivistik yang menekankan pada
22,87 berada pada kategori sangat tinggi, peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk
sedangkan skor hasil belajar IPA yang mengkonstruksi pengetahuan secara
diperoleh siswa pada kelompok kontrol mandiri sesuai dengan pengalaman,
sebesar 19,00 berada pada kategori tinggi. kemampuan, dan tingkat perkembangan
Berdasarkan analisis data individual siswa, baik perkembangan
menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Tabel 4 diketahui thitung = 3,455 dan ttabel (db Pembelajaran berorientasi NOS
= 56 pada taraf signifikansi 5%) = 2,000. mengakomodasi siswa untuk meraih
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan pemahaman (understanding), wawasan
bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung = (insight), dan kearifan (wisdom) dalam
3,455 > ttabel = 2,000), sehingga hasil rangka mengungkap dan memahami
penelitian yang diperoleh adalah signifikan. realitas alam, serta menitikberatkan pada
Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang manfaat pengetahuan yang mereka pelajari
signifikan hasil belajar IPA antara siswa bagi masyarakat, dan lingkungannya
yang dibelajarkan dengan menggunakan (Santyasa, 2011).
model pembelajaran berorientasi NOS dan Perbedaan pembelajaran antara
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berorientasi NOS dan
menggunakan model pembelajaran pembelajaran langsung akan memberikan
dampak yang berbeda terhadap hasil Hasil yang diperoleh dalam penelitian
belajar siswa. Pembelajaran berorientasi ini sejalan dengan dua penelitian yang
NOS melibatkan operasi mental kompleks relevan mengenai penerapan model
yang menjadikan pemahaman atas konsep pembelajaran berorientasi NOS, yaitu
ilmiah berada pada tingkat yang lebih sebagai berikut. Saputra (2009)
dalam. Dengan model pembelajaran ini mengadakan penelitian mengenai model
siswa dapat belajar konsep, prinsip, dan pembelajaran berorientasi NOS. Hasil
model ilmiah dengan penuh arti untuk dapat penelitian yang diperoleh, yaitu kelompok
digunakan dalam menjelaskan dan siswa yang menggunakan model
membuat prediksi dari suatu cakupan pembelajaran berorientasi NOS memiliki
tentang fenomena. Selain itu, pembelajaran rata-rata pemahaman konsep yang lebih
berorientasi NOS memberikan kesempatan tinggi daripada kelompok siswa yang
pada siswa untuk membangun latar menggunakan model pembelajaran
belakang pengetahuan melalui kegiatan konvensional. Perbedaan pemahaman
membaca buku dan memfasilitasi/ konsep siswa, disebabkan karena model
menyediakan ruang diskusi seluas-luasnya pembelajaran berorientasi NOS merupakan
bagi siswa dalam mengungkapkan ide atau pembelajaran dengan paradigma
gagasan mereka untuk menjelaskan suatu konstruktivistik yang menekankan pada
fenomena. Guru berperan sebagai peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk
fasilitator dan mediator dengan memberikan mengkontruksi pengetahuan secara mandiri
pijakan, pemodelan, dan penjelasan sesuai dengan pengalaman, kemampuan
seperlunya untuk membangun dan tingkat perkembangan individual siswa,
pengetahuan siswa mengenai IPA. Melalui baik perkembangan kognitif, afektif,
pembelajaran berorientasi NOS siswa maupun psikomotorik. Pembelajaran
dapat mempertahankan pengetahuan lebih berorientasi NOS mengakomodasi siswa
lama dalam struktur kognitifnya, karena untuk meraih pemahaman dalam
merupakan proses konstruksi sendiri dalam mengungkap dan memahami realitas alam
kelompok-kelompok belajar yang serta menitikberatkan pada manfaat
kooperatif. pengetahuan yang mereka pelajari bagi
Berbeda halnya dalam proses masyarakat dan lingkungannya.
pembelajaran dengan menggunakan model Sumadi (2012) mengadakan
pembelajaran langsung. Model penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran ini merupakan bentuk dari pembelajaran berorientasi NOS. Hasil
pendekatan yang berorientasi pada guru penelitian yang didapatkan, yaitu terjadi
(teacher centered approach) Yasa (dalam peningkatan keaktifan dan hasil belajar
Astawan, 2010:95). Pembelajaran langsung siswa dalam proses pembelajaran. Pada
sangat ditentukan oleh pendidik, artinya refleksi awal, rata-rata keaktifan belajar IPA
pendidik berperan penting dan dominan berada pada kategori sangat kurang aktif,
dalam proses pembelajaran. Model setelah siklus I berada pada kategori cukup
pembelajaran langsung lebih menekankan aktif, dan pada siklus II rata-rata keaktifan
kepada proses penyampaian materi secara belajar IPA berada pada kategori aktif.
verbal dari seorang pendidik kepada Rata-rata hasil belajar IPA pada
peserta didik agar peserta didik dapat refleksi awal berada pada kategori rendah.
menguasai materi secara optimal. Dalam Setelah siklus I rata-rata hasil belajar IPA
model pembelajaran ini peserta didik tidak berada pada kategori cukup baik, dan pada
dituntut untuk menemukan materi. Pendidik siklus II rata-rata hasil belajar berada pada
secara langsung menyampaikan objek kategori tinggi. Peningkatan keaktifan dan
materi, sedangkan peserta didik dianggap hasil belajar, disebabkan karena model
hanya datang menerima materi secara pembelajaran berorientasi NOS lebih
langsung dari pendidik. Pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa. Kegiatan
lebih menekankan pada aktivitas guru, membaca buku (background readings),
menyebabkan siswa menjadi pasif, mengajukan pertanyaan (case study
sehingga pembelajaran menjadi kurang discussions), memfokuskan pertanyaan
bermakna dan membosankan bagi siswa. yang akan dipelajari (inquiry lessons),
melakukan pratikum untuk menguji menyenangkan, sehingga mendapatkan
hipotesis yang diajukan (inquiry labs), dan pengalaman belajar yang lebih menarik.
menyajikan hasil yang diperoleh, serta Kepada guru, agar lebih berinovasi dalam
mengungkapkan manfaat pembelajaran menerapkan model pembelajaran inovatif
yang didapatkan (historical studys) lainnya, termasuk model pembelajaran
menyebabkan siswa menjadi aktif dalam berorientasi NOS pada mata pelajaran IPA,
proses pembelajaran. Dengan kegiatan sehingga dapat meningkatkan aktivitas
tersebut siswa akan memperoleh manfaat siswa di dalam proses pembelajaran dan
dari pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
sehingga menimbulkan ketertarikan dan Kepada sekolah yang mengalami
kebermaknaan bagi siswa untuk permasalahan mengenai hasil belajar IPA,
mempelajari IPA. dapat mengambil suatu pertimbangan atau
Dengan demikian, hasil penelitian ini kebijakan untuk mengimplementasikan
berhasil memperkuat penelitian-penelitian model pembelajaran berorientasi NOS
yang telah dilakukan sebelumnya tentang dalam pembelajaran IPA, dan kepada
penerapan model pembelajaran peneliti lain untuk mengadakan penelitian
berorientasi NOS. Berdasarkan dua lebih lanjut terhadap variabel-variabel
penelitian tersebut dapat disimpulkan, terikat lainnya, seperti: penguasaan
bahwa dengan menggunakan model konsep, kemampuan berpikir kritis, aspek
pembelajaran berorientasi NOS hasil kinerja ilmiah siswa, sikap ilmiah, dan lain
belajar IPA yang diperoleh siswa menjadi sebagainya.
lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran
DAFTAR RUJUKAN
langsung.
Astawan, I Gd. 2010. Model-model
PENUTUP Pembelajaran. Singaraja: Universitas
Berdasarkan hasil perhitungan Pendidikan Ganesha.
dengan menggunakan uji-t, diperoleh thitung Muslim, M U. 2007. Pembelajaran Bahasa
= 3,455 > ttabel = 2,000, sehingga H0 ditolak Indonesia dan KTSP. Dapat diakses
dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat pada
disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan http://www.duniaguru.com/index.php
yang signifikan hasil belajar IPA antara ?=com_conten&task=view&id=342&
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Itemid=26 Diakses tanggal 4 Januari
model pembelajaran berorientasi NOS dan 2013.
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran langsung. Rata-rata Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
hasil belajar IPA siswa pada kelompok (Permendiknas) Nomor 41 Tahun
eksperimen, sebesar 22,87 tergolong pada 2007 tentang Standar Proses untuk
kategori sangat tinggi dan rata-rata hasil Satuan Pendidikan Dasar dan
belajar IPA pada kelompok kontrol, sebesar Menengah. Jakarta: Badan Standar
19,00 tergolong pada kategori tinggi. Nasional Pendidikan.
Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat Samatowa, U. 2010. Pembelajaran IPA di
disimpulkan, bahwa penerapan model Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
pembelajaran berorientasi NOS
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran
siswa kelas IV semester II di SD Gugus V Berorientasi Standar Proses
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Pendidikan. Jakarta: kencana.
tahun pelajaran 2012/2013. Santyasa, I W. 2011. Bahan Ajar
Berdasarkan penelitian yang telah Pembelajaran Inovatif. Singaraja:
dilakukan dapat disampaikan saran-saran Universitas Pendidikan Ganesha.
sebagai berikut. Kepada siswa, hendaknya
dapat menjadikan model pembelajaran Saputra, E. 2009. Pengaruh Model
berorientasi Nature of Science (NOS) Pembelajaran Berorientasi NOS
sebagai salah satu cara belajar yang (Nature of Science) terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 5 Singaraja
Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi
(tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Fisika, Universitas
Pendidikan Ganesha.
Sumadi, E. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran Berorientasi Nature of
Science (NOS) untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar IPA
Kelas VI Semester I di SD No. 1
Baktiseraga Kecamatan Buleleng
Kabupaten Buleleng Tahun
Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas
Pendidikan Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai