PENDAHULUAN
Selama ini pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri 013 Lubuk Kembang Sari
masih terkesan kering, sepi, dan tidak menarik bagi siswa, guru umumnya dalam mengajar
cenderung bersifat informative atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru kesiswa
sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga belum
sepenuhnya menyukai pelajaran Sains (IPA) yang disebabkan oleh kurangnya minat belajar
maupun kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution
(2004: 82), yang menyatakan: pelajaran berjalan lancar apabila ada minat dan apabila anak-
anak malas belajar, mereka akan gagal karena tidak adanya minat. Selain itu, alat peraga di
Sekolah Dasar Negeri 013 Lubuk Kembang Sari khususnya untuk mata pelajaran Sains
(IPA) juga terbatas sehingga mengakibatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Sains
(IPA) berkurang dan menyebabkan kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak optimal
sehingga hasilbelajar siswa kebanyakan dibawah rata-rata.
Guru sebagai pendidik harus paham akan pentingnya Ilmu Pengetahuan Alam
diajarkan di Sekolah Dasar. IPA merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa
Sekolah Dasar, karena di Sekolah Dasar merupakan cikal bakal perkembangan sains pada
mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi yang akan didapatkan pada jenjang pendidikan
selanjutnya. IPA di Sekolah Dasar merupakan program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah pada siswa. Sejak dini
pemahaman konsep IPA dengan baik harus dimulai, sehingga para siswa pada pendidikan
selanjutnya dapat menguasai dan senang dengan konsep-konsep IPA yang lebih kompleks.
IPA tidak cukup dibelajarkan hanya dengan memberikan pengetahuan yang hanya bersifat
informasi. Membelajarkan IPA perlu melibatkan anak secara aktif, belajar bersama teman
sebaya, menemukan sendiri dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari hari.
Dengan melihat kondisi yang ada, memungkinkan jika pendekatan kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 013
Lubuk Kembang Sari.Kondisi SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari mempunyai kebun yang
luas dapat dijadikan media belajar bagi siswa. Pendekatan kontekstual melibatkan tujuh
komponen utamapembelajaranefektif, yaitukonstruktivisme, inkuiri, bertanya,
masyarakatbelajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Sehingga, melalui
pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) ini, diharapkan
siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap IPA agar memperoleh hasil belajar yang
optimal.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti perlu mengadakan
penelitian dengan judul:
1. IDENTIFIKASI MASALAH
a. Hasil belajar siswa masih rendah. Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran IPA, hal ini terbukti setiap kali diadakan ulangan harian
IPA, nilai rata-rata kelas masih jauh dibawah ketuntasan belajar, nilai rata-rata kelas
65 (rentang nilai 0-100) sedangkan siswa dianggap tuntas belajar bila memperoleh
nilai 75 (rentang nilai 0-100).
b. Pembelajaran bersifat informative atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke
siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
c. Guru kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi,
d. Minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) masih kurang.
2. Analisis Masalah
Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan
Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi sangat rendah. Kemungkinan penyebabnya,
antara lain :
a. Alat peraga yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan materi yang diajarkan,
atau bahkan mungkin guru sama sekali tidak menggunakan alat peraga.
b. Kegiatan pembelajaran IPA di Kelas 4 SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari
masih terpusatpada guru dan cenderung membosankan siswa.
c. Guru tidak memanfa’atkan secara maksimal media nyata yang ada di lingkungan
siswa.
d. Setrategi pembelajaran yang diterapkan guru tidak sesuai dengan materi
pembelajaran.
e. Kegiatan pembelajaran tidak variatif, minat belajar siswa kurang, sehingga hasil
belajar siswa rendah.
Di antara sejumlah penyebab disebutkan diatas, peneliti memperkirakan selama ini
penyebab terakhir itu lebih dominan disbanding dengan penyebab lain. Oleh karena itu
peneliti mencoba mengetahui secara lebih pasti tentang kemungkinan utama dari kondisi
rendahnya minat dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 013 Lubuk Kembang
Sari. Dalam penelitian ini lebih dititik beratkan ”Upaya peningkatan hasil belajar pada
mata pelajaran IPA dikelas IV SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan Singingi
Hilir Kabupaten Kuantan Singingi”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan analisis masalah di atas, maka
rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Menemukan cara yang tepat/sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang
bagian-bagian tumbuhan.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru
c. Meningkatkan kompetensi guru dalam memperbaiki mutu pembelajaran
D. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Landasan Teori
Secara garis besar berarti semua cabang ilmu sains yang mempelajari fenomena alam
melalui observasi dan menganalisis bukti-bukti empiris, sehingga mampu menjabarkan,
memprediksi, dan memahami fenomena alam tersebut. Didalam ilmu pengetahuan alam
kriteria-kriteria seperti validitas, akurasi, dan mekanisme social untuk menjamin kualitas
harus ada di setiap observasi dan analisis bukti empiris.
2. Hakekat Belajar
Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisika oleh para pakar
psikologi, antara lain:
a. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar
merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman.
b. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar
merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau
pengalaman.
c. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
d. Menurut Gagne (1977:3) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan
perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu
tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen. Jadi, belajar
(learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi
antara individu dengan lingkungannya.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan
kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman,
penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
2) Ranah Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk,
merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini
berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini
mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai
dengan pembentukan pola hidup.
3) Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik
seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih
dengan ranah kognitif dan afektif. Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut
harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Hakekat Mengajar
Hakekat mengajar menurut Pasaribu dan Simanjuntak(1982): Mengajar adalah
menanamkan pengetahuan pada anak. Kalau pengertian dianut maka tujuannya adalah
penguasaan pengetahuan oleh anak. Hal ini berarti anak pasif guru centered. Guru
Berperanan, lagi bahan pelajaran bersifat intelektualitas.
1. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak. Kalau ini yang dianut maka
masalahnya hampir sama seperti hal tersebut. Hanya disini ditekankan penyampaian
pewarisan pengetahuan (kebudayaan) pada hal diharapkan dari anak mengembangkan
kebudayaan dengan menciptakan kebudayaan yang selaras dengan tuntutan zaman.
2. Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Kalau pengertian
ini yang dianut maka penegertiannya Sama dengan pengertian mendidik. Guru Hanya
membimbing (mengatur lingkungan) anak yang belajar untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan. Jadi mengajar dapat diartikan menanamkan pengetahuan,
menyampaikan pengetahuan dan kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan untuk
menyampaikan sebuah ilmu atau ketrampilan.
Dari beberapa pendapat di atas maka hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan
kemampuan siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku dan
kemampuan yang diperoleh bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari dari suatu
proses belajar yang diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Penilaian hasil belajar siswa
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik
terhadap standar yang telah ditetapkan. Penilaian sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup
penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran (Permendikbud no 66). Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut:
Pendidik melakukan penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,
dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
d. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan; dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik. (Permendikbud No 66 Tahun 2013)
5. Pendekatan Kontekstual
Dewasa ini ada kecendrungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik, jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
menyelesaikan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang dilakukan
oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang
diajarkan khususnya pelajaran Sains (IPA). Dengan adanya minat belajar yang tinggi,
diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Strategi pembelajaran yang
dimaksud adalah dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam CTL bukan hanya sekedar
duduk, mendengarkan dan mencatat , tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara
langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata, sehingga didorong untuk dapat menerapkan dalam
kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning ( CTL) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka (UdinSyaefudin, 2009:162).
Pembelajaran kontekstual memandang bahwa belajar bukanlah menghafal,
akan tetapi belajar adalah proses pengalaman dalam kehidupan nyata. Pengajaran dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual mendorong anak agar dapat menemukan makna
dari pembelajaran dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata, sehingga pengetahuan yang didapat akan tertanam erat dalam
memorinya. Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah sistem yang menyeluruh dan
terdiri dari bagian bagianyang saling terhubung (E.B Jhonson,2008:65). Jika bagian-
bagian ini terjalin satu sama lain maka akan membuat para siswa mampu membuat
hubungan yang menghasilkan makna.
Menurut Nur Hadi (2003 : 1) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara
pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni:
1) Konstruktivisme (Constructivisme)
2) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Menurut Nasution
(2004: 161), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk:
GURU : SISWA
Kondisi Awal/ Pembelajaran
Pra Siklus Bersifat Hasil belajar IPA
Konvensional rendah
Siklus I
GURU :
Menggunakan Menggunakan metode
Pendekatan CTL Observasi, Penemuan,
Tanya jawab, Diskusi,
Tugas, Pemodelan,
Kelompok
Siklus II
Menggunakan
metode Observasi,
Penemuan, Diskusi,
Tugas jawab,
Kelompok, dan
Pemodelan,
C. Hipotesis Tindakan
Melalui penggunaan pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL), hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan
Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi pada pembelajaran IPA dapat meningkat.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah : Seluruh siswa kelas IV,
sebanyak 29 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan .
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan Singingi
Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Sekolah tersebut dijadikan lokasi penelitian karena
peneliti mengajar di sekolah itu, sehingga peneliti lebih mengenal karakteristik siswa
yang ada di sekolah tersebut.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada tanggal 15 Oktober 2022 sampai 2 November 2022.
Selama bulan Oktober November 2022 dipilih karena waktu tersebut, berdasarkan
program yang telah disusun oleh peneliti pada semester 1 ini.
TABEL 1.
JADWAL KEGIATAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Tema 3
No Siklus Hari/Tanggal Waktu Ket
/Mata Pelajaran
Siklus I
2 Pertemuan 1 Kamis, 18 Oktober 2022 08.05-09.15 IPA
Siklus I
1. Perencanaan
2 Tindakan
a. Guru menyiapkan rencana pembelajaran I.
b. Guru mengkondisikan siswa dalam bentuk learning community dimana siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen misalnya ada
yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua
arah.
c. Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual
dan menggunakan metode, Inquri, bertanya, diskusi, observasi (pengamatan),
pemodelan dan tugas, sesuai dengan langkah-langkah dalam rencana
pembelajaran
d. Guru mengevaluasi daya serap siswa terhadap proses pembelajaran dan pos tes
I.
e. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Observasi
a. Observer menyiapkan lembar pengamatan untuk memotret situasi kelas, baik situasi
guru ataupun situasi siswa selama peoses pembelajaran berlangsung.
b. Observer mengumpulkan data hasil observasi.
4. Refleksi
Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I, baik yang berkaitan dengan guru, siswa
maupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang yang meliputi :
a. Identifikasi masalah
Masalah pokok yang dihadapi dan dikaji dari hasil refleksi Siklus I.
b. Rencana tindakan
Tindakan yang direncanakan tertuang dalam rencana pembelajaran II dengan
menerapkan pendekatan kontekstual
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
Peneliti dan tim kolaborasi menganalisis semua tindakan kelas pada Siklus II,
sebagaimana langkah yang telah dilakukan pada Siklus I. Kegiatan ini untuk mengukur
dan mengambil kesimpulan apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar pada pelajaran IPA
C. Teknik Analisis Data
Data yang akan diambil selama Penelitian Perbaikan Pembelajaran diperoleh dengan
cara melakukan observasi, dokumentasi, dan tes.
1) Nilai rata-rata kelas siswa pada materi tema peduli terhadap lingkungan minimal
75 (rentang nilai 0 sampai dengan 100).